Anda di halaman 1dari 9

PENGETAHUAN STRUKTUR

 BAHAN STRUKTUR
 Kayu
 Batu ( Batu Bata, Batu Kali )
 Beton, Beton Bertulang
 Baja
 Fiber
 Kombinasi misalnya komposit : Baja + Beton

 SIFAT BAHAN
Di dalam Teknik Konstruksi maka Bahan adalah merupakan faktor yang sangat
menentukan di dalam perhitungan baik menyangkut (ukuran penampang)
maupun bentuk bangunan. Untuk itu maka sebelum kita memilih bahan
bangunan apa yang paling tepat kita harus mengetahui sifat-sifat bahan
bangunan yang ada. Secara umum bahan mempunyai sifat :
1. Sifat fisis ; yaitu sehubungan dengan kualitas bahan
2. Sifat mekanis ; yaitu kemampuan dukung terhadap gaya-gaya yang bekerja

 SYARAT KONSTRUKSI
Setiap bentuk dan ukuran daripada konstruksi harus berdimensi sedemikian
rupa memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Syarat konstruksi, harus STABIL
Maksudnya :
a. Tidak terjadi guling akibat gaya horizontal atau momen
b. Tidak terjadi geseran
c. Tidak boleh melesak
2. Syarat kekokohan
Maksudnya :
a. Tidak boleh terjadi hancur

b. Tidak boleh terjadi deformasi (perubahan bentuk)

Sifat kekokohan ini sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya yang bekerja pada
konstuksi tersebut. Misalnya : Kehancuran pada dinding kolam
pengendapan.

Konstruksi ini harus kuat menahan gaya yang bekerja (gaya tekanan tanah,
tekanan air, dan sebagainya).
- Pada saat air penuh
Gaya tekanan tanah aktif dilawan tekanan air dalam kolam
- Pada saat tidak ada air (kosong)
Gaya tekanan tanah aktif tidak dilawan tekanan air (kosong), berarti
hanya ditahan struktur.
 ILMU TEGANGAN
KONSEP DASAR GAYA DALAM
Jika pada suatu benda atau struktur bangunan bekerja beban luar, maka beban luar
tersebut akan disalurkan ke bagian benda atau struktur yang posisinya paling dekat
dengan posisi beban luar. Beban ini kemudian disalurkan lagi kebagian lain akhirnya
akan dilimpahkan ke tumpuan atau tempat dimana berpijak atau berdiri.
Sebagai contoh jika seseorang mengangkat beban diatas kepala, beban tersebut
kemudian dilimpahkan ke kepala kemudian diteruskan ke badan dan akhirnya
diteruskan ke kedua kaki. Dari kaki beban tersebut akhirnya akan diterima oleh
tumpuan atau tempat dimana kaki berpijak.
Contoh lain (gambar 1.1) jika kita mempunyai balok yang ditumpu pada dua
tumpukan A dan B dan menderita beban terpusat P, maka beban P tersebut pertama-
tama akan diterima oleh bagian dari balok yang posisinya paling dekat dengan beban.
Beban tersebut kemudian diteruskan kebagian lain dari balok (kekiri dan kekanan)
dan akhirnya akan diterima oleh tumpuan A dan B
P (beban luar)
Penyaluran beban ke Penyaluran beban ke
tumpuan A tumpuan B

A B

Penyaluran beban Penyaluran beban


(AKSI) pada tumpuan A (AKSI) pada tumpuan B

Reaksi Tumpuan A Reaksi Tumpuan B

Gambar 1.1: penyaluran beban luar ke tumpuan struktur

Besar kecilnya beban yang diterima oleh masing-masing elemen atau bagian dari
struktur sangat bergantung pada posisi elemen terhadap beban luar yang bekerja dan
bentuk dari struktur tersebut. Demikian pula beban yang diterima oleh tumpuan akan
bergantung pada posisi tumpuan terhadap beban luar dan bentuk struktur.
Jika kembali pada contoh diatas beban yang akan diterima oleh tumpuan A akan lebih
besar daripada tumpuan tumpuan B jika jarak tumpuan A ke posisi beban luar lebih
kecil daripada jarak tumpuan B. Demikian pula sebaliknya.
Hal ini juga memberikan petunjuk bahwa penyaluran beban ke bagian struktur pada
arah P-A akan lebih besar daripada arah P-B. Jika posisi tumpuan A lebih dekat ke
posisi beban luar.
Akibat adanya beban luar (biasa dikenal dengan gaya aksi) yang dilimpahkan ke
bagian tumpuan akan menyebabkan timbulnya reaksi dari tumpuan untuk melawan
beban (aksi) tersebut.
Jumlah reaksi yang diberikan oleh seluruh tumpuan maksimum akan sama dengan
besarnya beban luar tersebut.
Jika reaksi yang diberikan oleh tumpuan lebih kecil dari beban yang diterima
tumpuan, maka struktur ada dalam kondisi labil atau akan terjadi gerakan dari struktur
ke bawah pada posisi dekat tumpuan, maka bidang tumpuan tidak mampu menahan
beban yang bekerja padanya.
Akibat adanya reaksi dari tumpuan, maka reaksi ini akan disalurkan balik keseluruh
bagian dari benda atau struktur. Dalam kondisi ini maka setiap elemen akan menerima
reaksi dari tumpuan. Atau dengan perkataan lain pada setiap elemen batang akan
timbul keseimbangan antara gaya aksi dan reaksi. Adanya keseimbangan antara aksi
dan reaksi akan menyebabkan timbulnya tegangan pada seluruh elemen benda. Di
dalam elemen struktur akan timbul gaya-gaya dalam yang berusaha menjaga
keseimbangan antara gaya aksi dan reaksi tersebut. Adanya gaya-gaya dalam tersebut
akan menyebabkan timbulnya tegangan pada elemen benda atau struktur.
P  sebagai beban luar (AKSI)  maka akan timbul REAKSI pada tumpua RA dan RB
terjadi keseimbangan antara GAYA LUAR (P) dan GAYA DALAM (RA dan RB )
Keseimbangan gaya luar dan gaya dalam ini akan menimbulkan tegangan sepanjang
struktur
Syarat keseimbangan analitis:
1. Jumlah Kh = 0 →∑Kh = 0
2. Jumlah Kv = 0 → ∑Kv = 0
3. Jumlah M = 0 → ∑M = 0
Beban luar makin besar  maka Reaksi Tumpuan semakin besar sehingga
tegangan juga semakin besar dimungkinkan akan terjadi Perubahan bentuk pada
STRUKTUR., misalnya akan terjadi LENDUTAN
Lendutan  f = 5/384 q L /EI
E modulus elastissitas (jenis material),, Baja E=2.1 x 10 6 kg/cm2,
5
Kayu E=1.5 x 10 kg/cm2
 ILMU TEGANGAN
Tegangan ialah : gaya dalam yang bekerja pada suatu penampang benda tiap
satuan luas.

dimana :

= Tegangan (kg/cm2)

= Gaya dalam (kg)


= Luas penampang (cm2)

Gaya Aksial / Gaya Normal


(Gaya yang sejajar dengan sumbu Konstruksi)

Jika gaya yang bekerja merupakan gaya normal → maka tegangannya disebut
tegangan normal

Bila gaya normal bersifat :


Gaya tekan → Tegangan normal tekan ( tk)

Gaya tarik → Tegangan normal tarik ( )


tr
Gaya Geser (Lintang )
(Gaya yang tegak lurus dengan sumbu Konstruksi)

Jika gaya yang bekerja merupakan gaya geser → maka tegangannya disebut
tegangan geser

dimana :

= Tegangan geser

= Gaya geser

= Luas penampang yang bergeser

Gaya Lentur (Momen)

M=P. l
Semakin panjang l , kelenturan makin besar.

lentur = < l

M = Momen lentur
w = Tahanan momen
Misal : b = 6 cm
h = 10 cm2

w = . b. h2

= . 6 . 102
Tegangan dapat dibedakan menjadi :
= 100 cm3
1. Tegangan Putus
Ialah tegangan yang terdapat pada suatu bahan sedemikian besarnya sehingga
menyebabkan bahan tersebut pada saatnya hampir putus.
2. Tegangan Ijin
Ialah tegangan terbesar yang diijinkan pada penampang suatu bahan.
3. Tegangan Sebenarnya
Ialah tegangan yang sesungguhnya terdapat pada penampang suatu bahan.

Misal : Suatu konstruksi seperti gambar, bila luas


penampang F = 10 cm2, dibebani gaya P = 1000 kg.

Bila gaya P diperbesar menjadi :

P = 10.000 kg →

P = 30.000 kg →

P = 37.000 kg →

Bila P = 37.000 kg + 1 gram → putus

Berarti → B = 3700 kg/cm2 atau 37 kg/mm2

Jika suatu baja mempunyai tegangan putus B = 37 kg/mm2 disebut Bj37 (st 37).

Bila konstruksi dibuat dari Bj 37, dimana mempunyai B = 37 kg/mm2 = 3700 kg/cm2 ,
maka pada konstruksi tersebut maksimum diperbolehkan tegangan.
Misal = 1200 kg/cm2 artinya :
Baja sebelum putus mengalami pemanjangan atau pemendekan dl (Δl) dinamakan
perubahan bangun. Agar konstruksi tidak melampaui batas tersebut maka tegangan
yang diperbolehkan maksimum 1200 kg/cm2.

= 1200 kg/cm2 → (n = angka kemanan)

Contoh :
Bila suatu konstruksi seperti gambar menerima beban
P = 10 ton, sedangkan bahan mempunyai tegangan
ijin 100 kg/cm2, berapa dimensi dari bahan tersebut?
Jawab :

F= = = 100 cm2

Jadi ukuran penampang :


100 = a x b
a = 10 cm
b = 10 cm

Bilamana ukuran tersebut sulit ditemui maka digunakan ukuran yang luas penampang
lebih besar.
Misal : a = 10 cm F = 10 x 12 = 120 cm2
b = 12 cm

………………. < = 100 kg/cm2


Tegangan ijin bahan kostruksi tergantung jenis bahan, kelas bahan yang digunakan.
 Jenis bahan :
Bahan kayu
Bahan beton Tegangan ijin berbeda
Bahan baja

 Kelas bahan :
1. Kayu → kayu kelas I
→ kayu kelas II
→ kayu kelas III
2. Beton → beton mutu k225
→ beton mutu k300
→ beton mutu k500 , dan sebagainya

3. Baja → baja mutu 24 (Bj24 / U24)


→ baja mutu 37 (Bj37 / U37)

Anda mungkin juga menyukai