Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM AUD

(Model Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini)

Dosen Pengampu
Dr. Jamilah, M.Pd.I

DISUSUN OLEH
Nila Dia Rahma
801201075

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


PASCA SARJANA PROGRAM MAGISTER
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pilar Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini..............................................3

B. Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.......................4

1. Pembelajaran Tematik ................................................................................5


2. Pembelajaran Model Sentra.........................................................................6

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................8

3.1 Kesimpulan........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa usia dini merupaka masa emas atau sering disebut the golden
age dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, seorang
anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik segi fisik, motorik,
1
emosi, kognitif maupun psikososialnya.
Anak usia dini harus diadakan semua aspek pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak dalam suasana yangmenyenangkan dan dapat
menyebabkan anak minat dan bakat. Itu karena anak usiadini adalah masa
keemasan dengan perubahan yang cepat dalam pengembangan fisik,kognitif,
sosial dan emosional. Dalam rangka untuk periode ini dapat ditularkan
baik.inilah diperlukan untuk mencari pendidikan yang tepat untuk anak-anak
dari usiadini. Hal ini merupakan tantangan bagi guru atau pengelola PAUD
dalammembinanya, maka diperlukan kurikulum yang tepat dan
baik.Kurikulum merupakan inti bidang pendidikan yang memiliki
pengaruhterhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya
kurikulum dalampendidikan dan kehidupan manusia, penyusunan kurikulum
tidak dapat dilakukansembarangan. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuatakan berakibat fatal terhadap kegagalan
pendidikan. Dengan sendirinya akanberakibat pula terhadap kegagalan
2
proses pengembangan manusia.
Menurut Suryana pengembangan kurikulum, artinya bukankurikulum
baru seluruhnya. Khususnya pendekatan saintifik kaitannya denganpenelitian
ini, adalah bukan metode baru dalam proses belajar mengajar,
namunternyata guru belum memahami secara utuh proses belajar mengajar
melalui pendekatan saintifik, guru belum memahami mengembangkan
kemampuan mengobservasi, mengembangkan kemampuan menanya anak,
mengembangakankemampuan mengumpulkan informasi, mengembangkan
kemampuan menalar, danmengembangkan kemampuan mengomunikasikan.

1
Dadan Suryana, “Early Childhood Education Based on Thematic and Sciencitic Learning,” ResearchGate, 2016.
2
Minarti, Sri. 2015.Manajemen Sekolah Mengelola Lembaga Pendidikan secara Mandiri. Yogyakarta. ARR-Ruzz
Media.
2

Diperlukan pendidik yang handal dalam pengembangan


kurikulum.Perkembangan pendidikan Anak Usia Dini tumbuh dengan pesat,
3
baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya.
Pendidikan usia dini tidak hanya terbatas pada Taman Kanak-Kanak
(TK) sebagai pendidikan prasekolahformal, tetapi mencakup kegiatan lainnya,
seperi Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak, PAUD Sejenis dan
lainnya. Kesadaran masyarakat untukmemberikan pendidikan di usia dini
mulai meningkat walaupun belum mencapai apayang diharapkan. Namun,
kurikulum sudah mulai mengatur dan menata semua jenjang pendidikan.
Kurikulum anak usia dini berisi seperangkat kegiatan belajar melalui
bermainyang dapat memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam
rangkamengembangkan seluruh potensi perkembangan yang dimilki oleh
setiap anak.Catron dan Allen menyatakan bahwa kurikulum mencakup
jawaban tentangpertanyaan apa yang harus diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya denganmenyediakan sebuah rencana program kegiatan
bermain yang berlandaskan filosofistentang bagaimana anak berkembang
dan belajar. 4
Selanjutnya, George (2015:28) dijelaskan bahwa program kegiatan
bermainsambil belajar pada dasarnya adalah pengembangan secara konkret
dari sebuahkrikulum. Pengembangan kurikulum bagi anak usia dini
merupakan langkah awalyang menjadi tolok ukur dari kegiatan belajar
selanjutnya. Menurut NAEYC Early Childhood Program Standar terdapat 2
hal penting tentang kurikulum bagi anak usiadini, yaitu (1) Program kegiatan
bermain pada anak usia dini diterapkan berdasarkankurikulum yang berpusat
pada anak serta dapat mendukung kegiatan pembelajarandan perkembangan
pada setiap aspek baik estetika, kognitif, emosional, bahasa, fisikdan social.
(2) Kurikulum berorientasi pada hasil dan mengaitkan berbagai konsep dan
perkembangan. 5

3
Dadan Suryana, Elina, Nurevi, dan Ratnawilis. 2015. Model Pembelajaran BerbasisPendekatan Sentifik Pada
Anak-Anak Kota Padang. Dipa Universitas NegeriPadang. Jurnal UNP/National.
4
George. 2016. Dasar- dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta. PT.Indek.
5
ibid
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pilar Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini.


Suryana (2013:197) guru harus menguasai secara mendalam minimal
satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 ayat 1 berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai
agen pembelajaran, berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran (learning agent)
adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator,motivator, pemacu, perekayasa
pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagipeserta didik. Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelolapembelajaran.
Kompetensi ini meliputi pemahaman tentang wawasan atau landasan
kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan
kurikulum/silabus,perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis,pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi proses dan
hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.6 Pengembangan kurikulum anak usia dini
hendaknya dikembangkan berdasarkan tiga pilar, yaitu:
(1) Penataan lingkungan di dalam dan di luar kelas (in-door dan out-door)
(2) Kegiatan bermain dan alat permainan edukatif dan
(3) interaksi yang ditunjukkan oleh guru dan anak serta orang-orang yang
terdapat di lembaga pendidikan tersebut.
Selanjutnya pilar tersebut perlu dijabarkan ke dalam suatu strategi
pembelajaran pada pendidikan anak usia dini yang terdiri dari komponen-
komponen berikut ini.
• Tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan di setiap
rentangan usia anak.
• Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan anak (DAP=
Developmentally Approriate Practice).

6
Dadan Suryana. 2013. Pengetahuan Tentang Strategi Pembelajaran, Sikap, danMotivasi Guru. Jurnal
National/Universitas Negeri Padang.
4

• Metode yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan tujuan kegiatan


belajar dan mampu melibatkan anak secara aktif dan kreatif serta
menyenangkan.
• Media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman, nyaman
dan menimbulkan ketertarikan bagi anak dan perlu adanya waktu yang
cukup untuk bereksplorasi.
• Evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian
sebuah asesmen melalui observasi partisipatif terhadap apa yang dilihat,
didengar dan diperbuat oleh anak.7

B. Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAUD


Pakar psikologi perkembangan memandang bahwa anak terlahir dengan
dorongan dari dalam dirinya untuk menguasai berbagai kompetensi. Sebagai
contoh seorang anak pada usia berjalan akan terlihat adanya usaha keras untuk
menarik dirinya berdiri menggunakan kursi, pada mulanya memang ia tidak akan
segera naik bahkan terkadang terjatuh sehingga tampak diwajahnya
menunjukkan kekesalan. Perjuangan untuk dapat berjalan terjadi secara
kontinyu. Seolah takut terjatuh lagi, anak membangun kekuatan untuk bangun
dan berdiri. Ini adalah bukti bahwa ada dorongan dari dalam (motivasi instrinsik)
yang mengharuskan anak berdiri tegak dan kemudian berjalan. Pada dasarnya
terdapat 2 pendekatan utama yang digunakan untuk pendidikan anak usia dini,
8
yaitu pendekatan perilaku dan pendekatan perkembangan.
Pendekatan perilaku beranggapan bahwa konsep-konsep tidaklah
berasal dari dalam diri anak dan tidak berkembang secara spontan. Atau dengan
perkataan lain konsep-konsep tersebut harus ditanamkan pada anak dan
diserap oleh anak, sehingga pendekatan seperti ini melahirkan pengajaran yang
berpusat pada guru.9
Pendekatan perkembangan berpandangan bahwa perkembanganlah
yang memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan
alami anak usia dini. Terdapat beberapa anggapan dari pendekatan ini, yaitu: (1)

7
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Kembangan,Jakarta Barat:2012)hlm.210
8
Novita Astarini, Solihin Ichas Hamid, dan Tin Rustini, “STUDI DAMPAK TAVANGAN TELEVISI TERHADAP
PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK,” Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2018,
https://doi.org/10.17509/cd.v8i1.10554.
9
ibid
5

anak usia dini adalah pembelajar aktif yang secara terus menerus mendapat
informasi mengenai dunia lewat permainannya, (2) setiap anak mengalami
kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan, (3)
anak bergantung pada orang lain dalam hal pertumbuhan emosi dan kognitif
melalui interaksi sosial, (4) anak adalah individu yang unik yang tumbuh dan
berkembang dengan kecepatan yang berbeda Metodologi yang sesuai dengan
perkembangan adalah metodologi yang didasarkan pada pengetahuan
mengenai perkembangan anak. Setiap anak berkembang melalui tahapan
perkembangan yang umum, tetapi pada saat yang sama setiap anak juga
adalah makhluk individu dan unik.
Pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran yang sesuai dengan
minat, tingkat perkembangan kognitif serta kematangan sosial dan emosional.
Vygotsky dalam Naughton (2003:46) percaya bahwa bermain membantu
perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekedar sebagai hasil dari
perkembangan kognitif seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Ia menegaskan
bahwa bermain simbolik memainkan peran yang sangat penting dalam
perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak memulai bermain make believe,
anak menjadi mampu berpikir tentang makna-makna onyek yang mereka
representasikan secara independen. Dengan demikian, pada awal proses
penggantian objek dalam bermain dramatik prototipikalitas objek menjadi sangat
krusial, sementara perkembangan berikutnya bermain dramatik prototipikalitas
menjadi kurang begitu penting. Berhubungan dengan hal tersebut di atas, maka
peran pendidik berkaitan dengan teori perkembangan antara lain adalah: (1)
tanggap dengan proses yang terjadi dari dalam diri anak dan berusaha
mengikuti arus perkembangan anak yang individual, (2) mengkreasikan
lingkungan dengan materi yang luas, beragam, dan alat-alat yang
memungkinkan anak belajar, (3) memperhatikan laju dan kecepatan belajar dari
setiap anak, dan (4) adanya bimbingan dari guru agar anak tertantang untuk
melakukan sendiri.10
1. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa bidang pengembangan untuk memberikan pengalaman

10
Michael Shayer, “Not just Piaget; not just Vygotsky, and certainly not Vygotsky as alternative to Piaget,”
Learning and Instruction, 2003, https://doi.org/10.1016/S0959-4752(03)00092-6.
6

yang bermakna kepada anak (Kostelknik (1991: 17). Keterpaduan dalam


pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik diajarkan pada
anak karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai
satu keutuhan (holistic) perkembangan fisiknya tidak pernah dapat
dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Sesuai
dengan perkembangan fisik dan mental anak usia empat sampai enam
tahun, pembelajaran pada tahap ini haruslah mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut. (1) Berpusat pada anak. (2)Memberikan pengalaman langsung pada
anak. (3) Pemisahan bidang pengembangan tidak begitu jelas. (4)
Menyajikan konsep dari berbagai bidang pengembangan dalam suatu proses
pembelajaran. (5) Bersifat fl eksibel atau luwes. (6) Hasil pembelajaran dapat
11
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
2. Pembelajaran Model (Sentra)
Salah satu tugas yang cukup sulit bagi guru anak usia dini adalah
ketika mereka harus merencanakan, mendesain, dan mengadakan
pengaturan pusat sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum yang tepat
untuk tingkat kemampuan anak-anak yang berbeda dalam satu kelas. Hal ini
tentunya sangat berhubungan dengan pembelajaran yang berpusat pada
anak. Pusat kegiatan belajar pada pembelajaran yang berpusat pada anak
dibangun atas dasar bahwa setiap anak memiliki modalitas, gaya belajar,
dan minat yang berbeda terhadap pengetahuan yang ingin diketahuinya. Hal
ini sejalan dengan pendapat dari Day yang menyatakan bahwa pusat
kegiatan belajar dapat mengadaptasi perbedaan dari gaya belajar, tingkat
kematangan, dan perkembangan anak, dan perbedaan dari latar belakang
yang berbeda. Prinsip yang digunakan adalah individualisasi pengalaman
belajar. Setiap anak diperkenankan untuk memilih pusat kegiatan belajar
yang akan digunakan untuk bereksplorasi dan bermain.
Pendapat inilah yang mendukung kegiatan melalui belajar sambil
berbuat (learning by doing ) di semua area di pusat kegiatan belajar. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa model pembelajaran
sentra memiliki ciri khas pembelajaran sebagai berikut: learning by doing,

11
Hendra Sofyan.Perkembangan Anak Usia Dini dan Cara Praktis Peningkatannya,(Jakarta:
CV.INFOMEDIKA:20115)hlm,74-81
7

pembelajaran dilakukan secara langsung oleh anak, dimana kelima indra


anak terlibat secara langsung, sehingga anak memperoleh pengetahuan dari
interaksi anak dengan lingkungan secara langsung; learning by stimulating,
pembelajaran ini menitikberatkan pada stimulasi perkembangan anak secara
bertahap, jadi pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tahap
perkembangan anak; learning by modelling, pembelajaran sentra juga
menggunakan orang dewasa dan anak yang perkembanganya lebih
berkembang sebagai contoh. Selanjutnya Craig dan Borba (1978:15) juga
menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendekatan yang harus diperhatikan
disetiap sentra, yaitu:
(1) program card, setiap anak harus merencanakan apa yang akan
mereka lakukan pada hari itu;
(2) open choice, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil
dimana setiap kelompok akan mendapat tugas untuk mengerjakan
tugas bersama-sama dan guru mengatur perpindahan dari satu
sentra ke sentra lainnya;
(3) multi station, berupa tempat pergantian dan waktu menunggu 3-5
menit; serta
(4) enrichment centers, setelah anak-anak menyelesaikan tugasnya di
masing-masing sentra, apabila ada waktu luang mereka boleh
menggunakan sentra untuk program pengayaan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan inti bidang pendidikan yang memiliki
pengaruhterhadap seluruh kegiatan pendidikan. Penyusunan kurikulum yang
tidak didasarkanpada landasan yang kuat akan berakibat fatal terhadap
kegagalan pendidikan. Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan
harus mengacu ke arah pencapaian tujuanpendidikan nasional. Empat
komponen kurikulum yaitu: 1) Tujuan, 2) bahanpelajaran, 3) proses belajar
mengajar, 4) evaluasi dan penilaian. Tiap komponensaling berkaitan dengan
yang lainnya, jadi tujuan berkaitan dengan bahan pelajaran,proses belajar
mengajar dan penilaian. Pengembangan kurikulum mempunyaibeberapa
prinsip antara lain, prinsip berorentasi pada tujuan, prinsip relevansi,
prinsipefisiensi dan efektivitas, prinsip fleksibilitas, prinsip
berkesinambungan, prinsipkeseimbangan, prinsip keterpaduan, prinsip mutu.
Landasan pengembangankurikulum berkaitan dengan tujuan pendiikan
adalah landasan filosofis, landasanpsikologis, landasan sosial budaya,
landasan perkembangan ilmu pengetahuan,landasan perkembangan
teknologi, landasan empiris, landasan yuridis.
DAFTAR PUSTAKA

Astarini, Novita, Solihin Ichas Hamid, dan Tin Rustini. “STUDI DAMPAK TAVANGAN
TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK.”
Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2018.
https://doi.org/10.17509/cd.v8i1.10554.
Dadan Suryana. 2013. Pengetahuan Tentang Strategi Pembelajaran, Sikap,
danMotivasi Guru. Jurnal National/Universitas Negeri Padang.
Dadan Suryana. 2013. Pengetahuan Tentang Strategi Pembelajaran, Sikap,
danMotivasi Guru. Jurnal National/Universitas Negeri Padang.
Dadan Suryana, Elina, Nurevi, dan Ratnawilis. 2015. Model Pembelajaran
BerbasisPendekatan Sentifik Pada Anak-Anak Kota Padang. Dipa
Universitas NegeriPadang. Jurnal UNP/National.
George. 2016. Dasar- dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta. PT.Indek.
Minarti, Sri. 2015.Manajemen Sekolah Mengelola Lembaga Pendidikan secara
Mandiri. Yogyakarta. ARR-Ruzz Media.
Shayer, Michael. “Not just Piaget; not just Vygotsky, and certainly not Vygotsky as
alternative to Piaget.” Learning and Instruction, 2003.
https://doi.org/10.1016/S0959-4752(03)00092-6.
Suryana, Dadan. “Early Childhood Education Based on Thematic and Sciencitic
Learning.” ResearchGate, 2016.
Sofyan Hendra.Perkembangan Anak Usia Dini dan Cara Praktis Peningkatannya,
(Jakarta: CV.INFOMEDIKA:20115)hlm,74-81

Anda mungkin juga menyukai