Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KUALITAS INFORMASI OBAT UNTUK PASIEN

DI APOTEK KOTA SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

LINDA SURYANDARI
K 100 060 151

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
1

Analisis Kualitas Informasi Obat Untuk Pasien...( Linda Suryandari)


1

ANALISIS KUALITAS INFORMASI OBAT UNTUK PASIEN


DI APOTEK KOTA SURAKARTA

ABSTRAK

Linda Suryandari*, Arifah Sri Wahyuni**

Informasi tentang obat dari petugas apotek kepada konsumen penting


agar dalam proses pengobatan tidak terjadi kesalahan saat pasien minum obat.
Untuk mendapatkan informasi yang baik tentang obat, maka diperlukan
pengetahuan petugas agar informasi yang diberikan dapat dipahami dengan
mudah oleh konsumen. Tujuan penelitian adalah menganalisis kualitas informasi
obat untuk pasien di apotek kota Surakarta. Sampel penelitian adalah 300 orang
konsumen yang diperoleh dari 15 apotek di kota Surakarta. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Alat analisis
penelitian menggunakan bentuk persentase dan disajikan dalam bentuk narasi.
Hasil penelitian diketahui 156 responden (52%) menyatakan petugas apotek
berkualitas dalam memberi informasi tentang obat, sementara 144 responden
(48%) menyatakan petugas apotek masih kurang berkualitas dalam memberikan
informasi obat secara baik dan lengkap yang meliputi penilaian kejalasan cara
pakai obat, penjelasan tentang efek samping obat, kontra indikasi, kegunaan obat,
harapan jika minum teratur, informasi obat kepada ibu hamil dan menyusui, cara
obat bagi bayi dan anak, etiket yang mudah dibaca, cara menyimpan obat.

Kata kunci: kualitas informasi, pemahaman pemakaian obat, apotek

Linda Suryandari*
Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Arifah Sri Wahyuni**


Dosen Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Analisis Kualitas Informasi Obat Untuk Pasien...( Linda Suryandari)


2

ABSTRACT

Drugs information from officers pharmacist to consumers was important to


allow in process of treatment to unmistake when patient is drinking drug. To get
good information about the drug, was needed a knowledge officers apothecary to
give enhance understanding to consumers. Objective was to know descriptive
quality of information to influence understanding of drug and using drug in
Surakarta. Sample research are 300 consumers obtained from 15 pharmacist of
Surakarta instrument. Research is using questionnaire after validity and
reliability test. Research analysis using percentage and descriptive. Research
results known 156 respondents (52%) qualified pharmacist in giving information
about drugs (22.3 %), while 144 respondents (48%) stated that pharmacist is
qualified yet in medicine in both provided information and complete assessment
that includes understand to use of drug, an explanation of drug side effects,
contraindications, drug use, hope if routine drinking of drug. information to
pregnant and mothers how medications for infants and children, etiquette is easy
to read, how to store of drugs.

Keywords: quality of information, understanding to use of medicine, pharmacist

PENDAHULUAN Pelaksanaan pelayanan


kefarmasian di apotek terdiri dari
Latar Belakang Masalah pelayanan obat non resep, komunikasi
Dalam struktur kesehatan, - informasi - edukasi, obat resep, dan
apotek termasuk salah satu pilar pengelolaan obat (Direktorat Jenderal
penunjang yang sering menjadi Pelayanan Farmasi, 2003). Obat
korban ketidakpuasan masyarakat adalah produk khusus yang
terhadap pelayanan apotek yang memerlukan pengamanan bagi
menganggap apotek hanya pemakainya, sehingga pasien sebagai
mementingkan usaha komersial dan pemakai perlu dibekali informasi
melupakan fungsi sosialnya. yang memadai untuk mengkonsumsi
Pelayanan kefarmasian di apotek suatu produk obat. ldealnya petugas
hendaknya memiliki tujuan pokok apotek baik diminta ataupun tidak
agar pasien mendapatkan obat yang harus selalu pro aktif memberikan
bermutu baik dengan info rmasi yang pelayanan informasi obat sehingga
selengkaplengkapnya Pelayanan dapat membuat pasien merasa aman
kefarmasian adalah pengelolaan dan dengan obat yang dibeli. lnformasi ini
penggunan obat secara rasional, yang meliputi dosis, cara pakai tentang cara
merupakan bag ian yang tidak dan waktu menggunakan obat, jumlah
terpisahkan dari sistem pelayanan pemakaian dalam sehari, cara
kesehatan secara menyeluruh, yang menyimpan perbekalan farmasi di
dilaksanakan secara langsung dan rumah (kantor), cara mengatasi efek
bertanggung jawab demi te rcapainya samping yang mungkin akan terjadi
peningkatan kualitas hidup manusia (Ahaditomo, 2004).
(Aziza, 2006). Apotek sebagai salah satu
komponen distribusi yang terlibat dan

Analisis Kualitas Informasi Obat Untuk Pasien...( Linda Suryandari)


3

berhubungan langsung dengan masih kurang dibanding kebutuhan


masyarakat atau konsumen baik akan kecepatan pelayanan, dan
dalam usaha pengobatan sendiri infomasi tentang obat yang diberikan
ataupun pengobatan oleh dokter, kepada pasien.
memiliki peran sangat penting dalam Berdasarkan survei awal yang
upaya kesehatan pada umumnya dan dilakukan terhadap apoteker di
mutu pemakaian obat oleh beberapa apotek di Surakarta,
masyarakat pada khususnya. Jika hal pemberian informasi obat memang
ini dibarengi dengan profesionalisme telah dilaksanakan, namun untuk
dan komunikasi interaktif yang tinggi konsumen yang kritis masih merasa
dengan masyarakat dalam proses tidak puas dengan pemberian
pengobatan, maka hasilnya akan informasi obat dari apoteker. Sebagian
lebih efektif dan efisien (Harianto apoteker berpendapat bahwa yang
dkk, 2005). penting petugas apotek sudah
Salah satu pendekatan melaksanakan kewajibannya saja yaitu
kualitas pelayanan yang banyak melayani pembelian obat, sedangkan
dijadikan acuan adalah model kebutuhan informasi obat dari
kesenjangan kualitas jasa dengan konsumen tidak begitu diperhatikan,
metode servqual (service quality) padahal konsumen membutuhkan
yang dikembangkan oleh (Kotler, informasi obat untuk menunjang
2006). Servqual dikembangkan atas penggunaan obat secara rasional.
adanya perbandingan dua faktor Berdasar kajian teori dan
utama yaitu persepsi pelanggan atas studi pendahulan, maka sangat
layanan nyata yang mereka terima penting kiranya untuk mengetahui
(perceived service) dengan layanan penilaian konsumen seberapa besar
yang sesungguhnya diharapkan petugas apotek dalam memberikan
(expected service). Jika kenyataan informasi obat yang dibeli sebelum
lebih dari yang diharapkan, maka pasien meminum obat sehingga
layanan dapat dikatakan bermutu, diharapkan tidak terjadi kesalahan
sedangkan jika kenyataan kurang dari dalam pengobatan yang dilakukan.
yang diharapkan, maka layanan Oleh karena itu peneliti ingin
dikatakan tidak bermutu. Apabila meneliti lebih lanjut mengenai
kenyataan sama dengan yang kualitas informasi obat dengan resep di
diharapkan, maka layanan disebut apotek Kota Surakarta.
memuaskan. Oleh karena itu
servqual didefinisikan sebagai Tujuan Penelitian
seberapa jauh perbedaan antara Mengetahui analisis kualitas
kenyataan dan harapan pelanggan informasi obat untuk pasien di apotek
atas pelayanan yang mereka terima kota Surakarta.
(Cronin dan Taylor, 2007).
Penelitian Susyanti (2007) Metode Penelitian
menjelaskan bahwa inforamasi Penelitian ini termasuk
pelayanan kefarmasian utama yang penelitian kuantitatif dengan metode
menjadi prioritas pasien adalah deskriptif, , sedangkan desain cross
kelangkapan obat dan fasilitas sectional. Crossectional. Populasi
pendukung apotek, namun pada penelitian konsumen yang membeli
kenyataannya kebutuhan inforamsi obat di 129 apotek di Kota Surakarta.

Analisis Kualitas Informasi Obat Untuk Pasien...( Linda Suryandari)


4

Sampel penelitian 300 orang mudah berkesempatan mendapatkan


konsumen yang membeli di 15 pelayanan kesehatan termasuk dalam
apotek. Teknik pengambilan sampel informasi obat dari apotek dimana
menggunakan simple random responden dalam bekerja tidak terikat
sampling, Kriteria sampel yang waktu jam kerja dibanding pegawai
dipilih antara lain: negeri ataupu buruh pabrik.
1. Konsumen yang membeli obat di
apotek yang berlokasi di Kota Informasi Kualitas Obat Dan Resep
Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
2. Konsumen yang membeli obat di 156 responden 52% menyatakan
apotek yang sudah berdiri lebih pelayanan obat dan resep yang
dari 1 tahun. diterima sudah termasuk berkualitas.
3. Konsumen yang membeli obat di 144 responden (48%) responden yang
apotek yang bersedia menjadi menyatakan kurang berkualitas dapat
responden. dijabarkan dari nilai rata-rata jawaban
Alat penelitian berupa kuesioner tiap item pertanyaan.

Hasil penelitian Penilaian responden terhadap


Berdasarkan hasil penelitian kualitas informasi yang diberikan
diketahui responden perempuan lebih oleh petugas apotek kepada pasien
banyak dari pada laki-laki sebesar dari 15 Apotek di Surakarta
71,3%. Kotler (2000) menyatakan 1. Petugas apotek memberi
bahwa jenis kelamin merupakan salah penjelasan tentang cara
satu faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan, efek samping,
individu dalam menyikapi suatu kontra indikasi, aturan pakai,
produk/jasa pelayanan. Responden interaksi obat, kegunaan, cara
terbanyak pada usia antara 24-35 tahun penyimpanan, harapan yang
sebesar 58% (Tabel 3). Menurut terjadi jika teratur minum obat
Kotler (2002) bahwa usia merupakan Berdasarkan hasil penelitian
salah satu faktor dalam menentukan petugas apotek memberi penjelasan
penilaian seseorang. Tingkat cara penggunaan obat diketahui ada
pendidikan responden paling banyak 175 responden (57,1%) petugas apotek
berpendidikan tamat SMA sebesar tidak memberi penjelasan cara
48,7%. Perry & Potter (2005) penggunaan obat.. Aprilia (2008)
berpendapat bahwa tingkat pendidikan menyatakan informasi cara pakai obat
dapat meningkatkan pengetahuan harus diberitahukan dengan jelas
tentang kesehatan. Berdasarkan status kepada konsumen/ responden saat
pekerjaan diketahui responden paling menyerahkan obat. Ketidakjelasan
banyak adalah sebagai wiraswasta dalam pemakaian suatu obat akan
(26,7%). Menurut Azwar (2005) mempengaruhi ketepatan responden
menyatakan bahwa salah satu faktor dalam menggunakan obat, sehingga
yang mempengaruhi seseorang dalam akan berpengaruh terhadap
memanfaatkan sebuah pelayanan keberhasilan pengobatan dan kualitas
kesehatan adalah faktor pekerjaan, hidup pasien.
jarak dan keterjangkauan pelayanan Jawaban responden mengenai
kesehatan. Responden sebagai petugas apotek memberi penjelasan
wiraswasta tentunya akan dapat lebih tentang efek samping obat. Sebanyak

Analisis Kualitas Informasi Obat Untuk Pasien...( Linda Suryandari)


5

171 responden (57%) menyatakan Jawaban responden pada item


bahwa petugas apotek memberi pertanyaan nomor 4 mengenai petugas
penjelasan tentang efek samping obat apotek memberi penjelasan aturan
tidak begitu jelas. Artinya bahwa pakai obat diketahui. Sebanyak 131
petugas memberikan penjelasan responden (43,7%) menyatakan tidak
singkat mengenai efek samping obat jelas dari informasi yang diberikan
secara garis besar dan bukan petugas apotek mengenai aturan pakai
memberikan penjelasan efek samping dari tiap jenis obat yang dibeli.
tiap jenis obat yang dibeli konsumen. Konsumen yang membeli generic
Aslam (2003) menyatakan bahwa sering kali tidak diinformasikan aturan
informasi tentang efek samping obat pakai berapa kali sehari dan kapan
yang digunakan perlu disampaikan obat harus diminum. Hartini dan
kepada konsumen. Pemberitahuan Sulasmono (2004) menyatakan tulisan
tentang efek samping ini bertujuan pada etiket harus ditulis dengan jelas
agar konsumen tidak khawatir akan dan dapat dibaca oleh responden. Hal
penggunaan obat selama terapi. ini untuk menghindari kesalahan pada
Pendapat Ahaditomo (2004), aturan minum obat dan dosis obat.
bahwa efek samping obat merupakan Hasil penelitian pada item soal
efek yang timbul pada pengobatan nomor 5 diketahui 136 responden
selain efek yang diinginkan. Efek (45,3%) menyatakan petugas dalam
samping obat misalnya: mual muntah, memberi penjelasan tentang interaksi
kantuk, dan lain-lain. Perhatian obat tidak jelas. Tidak jelasnya
terhadap efek samping obat diperlukan informasi yang diterima responden
agar dapat mencegah, meminimalkan, dapat berpengaruh pada kesehatan
dan mengatasi efek samping obat, pasien. Memilih obat yang
sehingga informasi mengenai efek memberikan menguntungkan bagi
samping obat sangat perlu pasien tidak berinteraksi dengan obat
disampaikan pada saat penyerahan lain atau pada penyakit lain pada
obat. Efek samping yang minimal juga pasien yang bersangkutan. Memulai
dibutuhkan untuk mencapai efek terapi pengobatan dengan dosis separuh lebih
yang maksimal dalam rangka sedikit dari dosis dewasa adalah
meningkatkan kualitas hidup pasien tindakan yang sebaiknya diambil bagi
Jawaban responden mengenai petugas kesehatan saat memberikan
petugas apotek memberi penjelasan obat (Pohan, 2004).
tentang kontra indikasi obat diketahui. Hasil penelitian petugas apotek
Sebanyak 134 responden (44,7%) memberi informasi kegunaan obat
menyatakan tidak jelas dari informasi pada item soal nomor 6 diketahui 128
yang diberikan petugas apotek tentang responden (42,7%) menyatakan
kontra indikasi obat.Pemberian petugas dalam memberi penjelasan
informasi mengenai kontra indikasi informasi kegunaan obat masih
dari obat yang dibeli dapat kurang jelas. Kurang jelasnya
memberikan peningkatan pengetahuan informasi yang diterima responden
konsumen dan tidak minum obat dapat berpengaruh pada kesehatan
tersebut apabila mempunyai penyakit pasien. Informasi tentang cara pakai
tertentu sesuai dengan keterangna obat merupakan salah satu faktor yang
etiket obat (Umar, 2005). mempengaruhi keberhasilan
pengobatan. Informasi cara pakai obat

Analisis Kualitas Informasi Obat Untuk Pasien...( Linda Suryandari)


6

biasanya diberitahukan kepada pasien terutama pada pasien lanjut (Depkes


saat penyerahan obat. Informasi cara RI, 2004).
pakai obat akan mempengaruhi pasien Sebanyak 130 responden
dalam menggunakan obat. Kenyataan (43,3%) rmenyatakan petugas apotek
kesalahan penggunaan obat akibat kurang jelas dalam memberi informasi
ketidakjelasan informasi cara cara penyimpanan obat. Cara
pemakaian obat masih sering terjadi penyimpanan obat yang benar perlu
dan hal seperti ini sebaiknya harus diperhatikan, hal ini dilakukan untuk
dihindari agar tidak timbul masalah menghindari obat mengalami
dalam pengobatan (Hartini, 2007). kerusakan atau terdegradasi. Obat dan
Hasil penelitian Petugas apotek bahan obat harus disimpan dalam
memberi informasi tentang harapan wadah yang cocok dan harus
yang terjadi jika teratur minum obat memenuhi ketentuan pembungkusan
diketahui 114 responden (38%) dan penandaan sesuai dengan
menyatakan petugas dalam memberi ketentuan yang berlaku. Obat disimpan
informasi tentang harapan yang terjadi harus terhindar dari cemaran dan
jika teratur minum obat tidak jelas. peruraian, terhindar dari pengaruh
Menurut Hartini (2007) kepahaman udara, kelembaban, panas dan cahaya,
pasien atau anggota keluarga dengan misalnya asetosal dalam penyimpanan
informasi yang diberikan oleh petugas yang salah dapat terurai menjadi asam
apotek maupun tenaga farmasi akan asetat dan asam salisilat. Konsumen
mempengaruhi tingkat keberhasilan diharapkan benar-benar
dalam pengobatan. Hal ini penting memperhatikan dan mematuhi cara
karena kepahaman pasien mengenai penyimpanan yang dianjurkan demi
informasi segala sesuatu yang telah mendapatkan hasil optimal dari obat
dijelaskan oleh petugas apotek atau yang digunakan tersebut (Hartini dan
tenaga farmasi akan sangat Sulasmono, 2007).
mempengaruhi kepatuhan dan Data penelitian diketahui 124
keteraturan pasien dalam meminum responden (41,3%) rmenyatakan
obat sesuai dengan aturannya. petugas apotek jelas dalam penjelasan
Data penelitian pada item bahwa obat yang diberikan sudah
nomor 10 diketahui 129 responden benar. Informasi cara pakai obat harus
(43%) menyatakan sudah jelas bahwa diberitahukan dengan jelas kepada
petugas apotek memberi tulisan etiket pasien saat menyerahkan obat.
yang mudah dibaca. Etiket harus Ketidakjelasan dalam pemakaian suatu
tertulis secara jelas dan dapat dibaca obat akan mempengaruhi ketepatan
karena di dalam etiket berisi tentang: pasien dalam menggunakan obat,
nama pasien, frekuensi pemberian, sehingga akan berpengaruh terhadap
waktu emberian, dan dosis/ takaran keberhasilan pengobatan (Umar, M,
obat. Tulisan dalam etiket harus jelas 2005).
dan dapat dibaca, hal ini penting Diketahui 145 responden
dilakukan untuk antisipasi terhadap (48,3%) rmenyatakan petugas apotek
pasien yang lupa atas informasi yang jelas tidak jelas dalam memberikan
diberikan petugas apotek saat informasi yang sesuai dengan
penyerahan obat. Kenyataan kesalahan kebutuhan pemakai. Kebutuhan
penggunaan obat akibat ketidakjelasan informasi termasuk bagaimana jika
penulisan etiket sering terjadi, pasien merasa sudah membaik dari

Analisis Kualitas Informasi Obat Untuk Pasien...( Linda Suryandari)


7

sakit dan obat tidak diminum dengan 2. Informasi Pengguna Khusus


habis. Kondisi ini termasuk bagaimana (Ibu Hamil dan Menyusui ) dan
jika pasien lupa minum obat. Tindakan Cara Pakai Obat bagi Bayi dan
yang dilakukan ketika lupa untuk Anak
minum obat pada waktunya perlu Berdasarkan hasil penelitian
untuk diperhatikan, hal ini dapat diketahui 114 responden (38%)
mempengaruhi kepatuhan pasien menyatakan tidak jelas menerima
dalam pengobatan sehingga akan informasi tentang obat khususnyaibu
berdampak pada keberhasilan hail dan menyusui. Kondisi ini masih
pengobatannya. Kenyataan hal seperti sama bahwa petugas tidak
ini sering terjadi, terutama pada pasien memberikan informasi obat secara
usia lanjut/pediatrik. Petugas apotek rinci, termasuk manfaat obat bagi ibu
sebaiknya memberikan informasi hamil. Pemahaman pasien tentang
tentang tindakan yang harus dilakukan informasi yang diberikan petugas
ketika lupa minum obat pada saat apotek sangat berpengaruh terhadap
menyerahkan obat, hal ini untuk kepatuhan pasien, sehingga dapat
menghindari hal-hal yang tidak mempengaruhi keberhasilan terapi
diinginkan dalam pengobatan (Umar, (Aprilia, 2008).
M, 2005). Sebanyak 128 responden
Sebanyak 157 responden (42,7%) rmenyatakan tidak jelas
(52,3%) rmenyatakan petugas apotek menerima informasi tentang obat
jelas tidak jelas dalam informasi obat khususnya bagi bayi dan anak,
terhadap konsumen disaat temasuk tidak diberikan informasi
membutuhkannya. Setiap pasien pasti apakah obat dapat diminum atau
mempunyai keluhan terhadap dicampur dengan susu. Informasi
pelayanan yang dirasakan. Akan tetapi tentang cara pakai obat merupakan
terkadang tidak mengutarakannya. salah satu faktor yang mempengaruhi
Hak ini mungkin dikarenakan petugas keberhasilan pengobatan. Informasi
apotek yang sibuk dengan cara pakai obat biasanya
pekerjaannya sehingga tidak terlalu diberitahukan kepada pasien saat
memperhatikan pasien. Keluhan dari penyerahan obat. Informasi cara pakai
pasien tersebut dapat menjadi obat akan mempengaruhi pasien
masukan positif untuk memperbaiki dalam menggunakan obat. Kenyataan
pelayanan agar menjadi lebih baik kesalahan penggunaan obat akibat
(Pohan, 2004). Berdasarkan hasil ketidakjelasan informasi cara
penelitian ini maka ditinjau dari pemakaian obat masih sering terjadi
distribusi jawaban responden di dan hal seperti ini sebaiknya harus
diketahui bahwa masih banyak dihindari agar tidak timbul masalah
responden merasa bahwa petugas dalam pengobatan (Depkes RI, 2004).
apotek masih belum berkualitas dalam
memberikan informasi obat dan resep Kesimpulan
kepada pasien atau konsumen. Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dikemukakan,
maka hasil penelitian dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: sebagian
responden penelitian menyatakan
petugas apotek sudah berkualitas

Analisis Kualitas Informasi Obat Untuk Pasien...( Linda Suryandari)


8

dalam memberikan informasi resep Saran


dan obat yang meliputi kejalasan cara 1. Apotek
pakai obat, penjelasan tentang efek Berdasarkan hasil penelitian
samping obat, kontra indikasi, diharapakn petugas apotek
kegunaan obat, harapan jika minum memberikan informasi yang baik dan
teratur, informasi obat kepada ibu benar tanpa menimbulkan rasa takut
hamil dan menyusui, cara obat bagi kepada pasien dengan cara lebih dapat
bayi dan anak, etiket yang mudah berkomunikasi secara persuasif dan
dibaca, cara menyimpan obat, menarik.
infomasi yang sesuai dengan 2. Peneliti lain
kebutuhan pemakai dan petugas Hasil penelitian dapat
apotek bersedia memberi informasi dikembangkan lagi seperti daya saing
obat terhadap konsumen disaat harga atar apotek dan pengalaman
membutuhkannya, serta memberi kerja petugas apotek sehingga dapat
penjelasan bahwa obat yang diberikan mendapatkan hasil penelitian lebih
sudah benar. menarik.

Analisis Kualitas Informasi Obat Untuk Pasien...( Linda Suryandari)


9

DAFTAR PUSTAKA

Ahaditomo, 2004, Standar Kompotensi Farmasis Indonesia, ISFI, Jakarta.

Aprilia, E., H., 2008, Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas
Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Sragen,
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.

Aslam, M., Tan, C.K., dan Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinis (Clinical
Pharmacy), Penerbit PT Elek Media Komputindo.

Azwar, 2005, Sikap Manusia, Teori dan Pengukuranya. Jogjakarta: Pustaka


Pelajar Jogja Offset.

Aziza, N, 2006. Falsafah dan tujuan Pelayanan Rumah Sakit. Infologkes 2

Cronin Jr., J.J., dan Taylor, S.A., 2007 SERPERF Versus SERVQUAL :
Reconciling Performance based and Perceptions-Minus-Expectation
Measurement of Services Quality, Journal of Marketing, Vol. 58,Jan

Depkes RI, 2004, Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Keputusan Menteri


Kesehatan Nomor.1027/Menkes/SK/IX/2004.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun 2008. Tanggung Jawab
Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety). Buku Saku
tanggung jawab apoteker terhadap keselamatan pasien

Harianto, Khasanah, N, dan Supardi, S. 2005. Kepuasan Pasien Terhadap


Pelayanan Resep Di Apotek Kopkar Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta.
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.1, April 2005, 12 – 21

Hartini, Y.S., dan Sulasmono, 2007, APOTEK Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan
Permenkes Tentang Apotek Rakyat, 13, 81, Penerbit Sanata Dharma,
Yogyakarta.

Kotler, P., 2002, Marketing management: Analysis, planning, implementation and


th
control, (8 edn), New Jersey: Prentice Hall International.Inc.
Perry and Potter, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Pohan, I., 2004, Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta.

Analisis Kualitas Informasi Obat Untuk Pasien...( Linda Suryandari)


10

Susyanty, A,L. 2007., Prioritas Pasien Akan Kebutuhan Pelayanan Informasi Obat
di Apotek Jakarta. Bulletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 10 No.2
April 2007.

Umar, M, 2005, Manajemen Apotek Praktis, Solo: Ar-Rahman.

Analisis Kualitas Informasi Obat Untuk Pasien...( Linda Suryandari)

Anda mungkin juga menyukai