Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN TANGGUNG JAWAB ARSITEK

Dosen Pengampu:

Dra. Hj. Muslimat, M.Hum.

Disusun Oleh:

Abd. Wahab Hamdani

(D051211057)

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perubahan Iklim Global dan Tanggung
Jawab Arsitek”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang fenomena perubahan iklim dan
tanggung jawab arsitek bagi para pembaca dan penulis.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu dosen pengampu dan semua pihak
yang teah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan saran da kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi
manfaat baik bagi penulis maupun pembaca.

Makassar, 30 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi

BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................................... 2
D. Manfaat Teoritis dan Praktis ................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 3
A. Konsep Teori ............................................................................................................................. 3
BAB III ................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4
A. Definisi Pemanasan Bumi, Efek Rumah Kaca, dan perubahan iklim global ...................... 4
B. Konsekuensi Pemanasan Bumi ................................................................................................ 5
C. Andil Arsitek Dalam Pemanasan Bumi .................................................................................. 6
D. Peran Arsitek Untuk Meminimakan Pemanasan Bumi ........................................................ 7
BAB IV ................................................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan keragaman aktifitas manusia serta peningkatan tuntutan kualitas hidup
manusia mendorong penggunaan teknologi yang konsumtif terhadap penggunaan sumber
energi tidak terbarukan seperti halnya minyak bumi. Penggunaan minyak bumi sebagai
sumber energi listrik maupun energi mekanik saat ini sulit dilepaskan dari kehidupan
manusia sehari-hari.

Disisi lain,berbagai penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak membantu


menciptakan kemudahan hidup manusia di dunia ini. Transformasi cepat dan nyaman,
bangunan indah, peralatan-peralatan elektronik dan komunikasi yang mampu mendukung
aktifitas manusia lebih mudah, cepat, dan pasti. Semuanya merubah pola dan cara pandang
hidup manusia terhadap dunia. Terjadi pergeseran pola dan aktifitas manusia, dari
kehidupan tradisional agraris yang bergantung dengan alam, menjadi suatu kehidupan
modern industrialistis, serta cepat dan sangat tergantung terhadap teknologi.

Dari sisi fisik muka bumipun terjadi perubahan-perubahan yang mencolok. Kawasan
hutan berubah menjadi pertanian, Kawasan pertanian berubah menjadi pemukiman dan
desa, desa berubah menjadi kota kecil, kota kecil menjadi berubah menjadi kota besar, kota
besar berubah menjadi metropolitan, dan kota metropolitan menjadi megapolitan dan
seterusnya, Kehidupan manusia menjadi lebih dinamis, lebih cepat, dan tergantung kepada
teknologi modern.

Sayangnya hampir semua teknologi modern yang digunakan manusia saat ini sangat
bergantung kepada sumber energi bahan bakar minyak (BBM) yang notanene tidak
terbarukan. Mesin ketik manual yang mengandalkan tenaga tangan manusia diganti dengan
computer yang dioperasikan listrik, Timba air atau pompa air tangan diganti pompa listrik,
tungku kayu bakar diganti kompor gas atau kompor listrik, sepeda dan alat transportasi
hewan diganti sepeda motor, mobil, kereta api, kapal motor dan bahkan pesawat terbang,
semuanya mengkonsumsi banyak energi yang Sebagian besar bersumber dari minyak.

Konsekuensi dari pemanasan bumi adalah terjadinya perubahan cuaca yang tidak
beraturan dan sulit diprediksi. Badai panas melanda daratan Eropa merenggut puluhan jiwa.
Banjir melanda Inggris saat musim panas. Hujan lebat turun tidak pada waktunya

1
menyebabkan banjir di beberapa tempat di Sulawesi belakangan ini. Anomali iklim dan
cuaca muncul di berbagai tempat di seluruh bagian dunia. Hujan lebat dan banjir di bulan-
bulan musim kemarau di Indonesia. Gelombang panas di Turki yang tidak pernah terjadi
pada waktu sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
i) Definisi pemanasan bumi, efek rumah kaca, dan perubahan iklim global
ii) Bagaimana konsekuensi pemanasan bumi
iii) Bagaimana andil arsitek dalam pemanasan bumi
iv) Bagaimana peran arsitek untuk meminimalkan pemanasan bumi

C. Tujuan Penelitian
i) Mengetahui definisi pemanasan bumi, efek rumah kaca, dan perubahan iklim
global
ii) Mengetahui konsekuensi pemanasan bumi
iii) Mengetahui andil arsitek dalam pemanasan bumi
iv) Mengetahui peran arsitek untuk meminimalkan pemanasan bumi

D. Manfaat Teoritis dan Praktis


1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan baru mengenai pemanasan bumi
dan peran arsitek, serta diharapkan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan
di bangku perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sarana yang
bermanfaat dan wadah untuk mengimplementasikan pengetahuan penulis
tentang pemanasan bumi secara teoritis.
b. Bagi mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan arsitektur, diharapkan penulisan
ini dapat menjadi inspirasi agar termotivasi untuk merancang dan menciptakan
bangunan dengan memperhatikan pengaruh terhadap pemanasan bumi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori

Teori-teori yang digunakan sebagai dasar pembahasan makalah ini adalah mengenai ruang
perubahan iklim global dan peran arsitek di dalamnya. Pembahasan teori meliputi, antara lain
definisi, konsekuesi pemanasan bumi, dan peran arsitek untuk meminimalkan pemanasan
bumi.

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi Pemanasan Bumi, Efek Rumah Kaca, dan perubahan iklim global

Pemanasan bumi (global warming) adalah suatu fenomena alam di mana suhu
udara rata-rata permukaan bumi (pada lapisan atmosfir) meningkat. Diperkirakan
dalam seratus tahun terakhir ini, suhu udara rata-rata dunia naik sekitar 0.74 ± 0.18 ºC.
Akibat dari pemanasan bumi ini terjadi perubahan cuaca secara acak di berbagai
belahan dunia.
Pemanasan bumi terjadi akibat efek rumah kaca (greenhouse) yang disebabkan
oleh gas-gas rumah kaca. Gas rumah kaca terdiri dari uap air, yang mempengaruhi
antara 36-70% terjadinya efek rumah kaca; CO2 yang mempengaruhi sekitar 9-26%
terjadinya efek rumah kaca ; methena (CH4), yang mempengaruhi sekitar 4-9%
terjadinya efek rumah kaca.

Efek rumah kaca pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier tahun 1824,
kemudian dilakukan penelitian secara kuantitatif oleh Svante Arrhenius tahun 1896.
Efek rumah kaca merupakan proses yang terjadi akibat pancaran sinar matahari berupa
gelombang pendek menembus kaca (atau bidang transparan yang berperilaku seperti
kaca), memanaskan bendabenda di dalamnya. Benda-benda tersebut kemudian menjadi
panas dan memancarkan (meradiasi kembali) panasnya dalam bentuk gelombang
panjang (infrared) ke udara. Karena kaca (atau selubung transparan) tidak dapat
ditembus oleh radiasi gelombang panjang (infrared), maka panas terperangkap di
dalamnya. Fenomena ini mengakibatkan kenaikan suhu ruang di dalam rumah kaca
tersebut.

Pemanasan bumi terjadi melalui proses yang sama sebagaimana terjadi pada
fenomena rumah kaca. Hanya saja dalam kasus pemanasan bumi, bidang transparan
yang menyelubungi bumi adalah kumpulan gas. Semakin tinggi konsentrasi gas, akan
semakin sulit ditembus oleh radiasi infrared atau radiasi panas dari bumi yang
dipancarkan kembali ke ruang angkasa. Terjadi akumulasi panas di bawah lapisan
atmosfir bumi, menaikan suhu udara rata-rata di atas permukaan bumi dan
mengakibatkan pemanasan bumi.

4
Fenomena rumah kaca tidak selalu berkonotasi negative. Efek rumah kaca
diperlukan bumi untuk mengatur suhu udara permukaan bumi sedemikian rupa agar
kehidupan makhluk hidup dapat berlangsung. Tanpa adanya gas-gas rumah kaca yang
menimbulkan efek rumah kaca, suhu udara bumi diperkirakan akan turun sekitar 30 °C,
dan diperkirakan tidak akan ada kehidupan di muka bumi ini.

B. Konsekuensi Pemanasan Bumi

 Perubahan Pola Iklim


Pemanasan bumi memunculkan berbagai kejanggalan (anomali) iklim di mana-
mana. Beberapa tempat yang seharusnya musim panas dan kering, namun justru
kebanjiran. Badai tropis, badai panas, gelombang laut muncul tidak sesuai dengan
pola iklim sebelumnya.

 Kenaikan Suhu udara rata-rata Bumi


Pemanasan bumi menaikkan suhu udara rata-rata bumi diikuti dengan semakin
seringnya muncul badai panas, seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini. Dalam
seratus tahun terakhir, kenaikan suhu rata-rata di Amerika Serikat mencapai hingga
2 oC. Kenaikan tertinggi terjadi dalam 3-5 tahun terakhir ini. Sejak tahun 1980, suhu
bumi mencapai titik yang tertinggi dalam catatan sejarah. Tahun 2005 merupakan
tahun yang terpanas sementara tahun 2002 dan 2003 tercatat dalam urutan dua dan
tiga terpanas sepanjang sejarah fluktuasi panas bumi.

 Kekeringan dan Kebakaran Hutan


Tingginya suhu udara akan menyebabkan kekeringan di berbagai tempat di dunia
dan menimbulkan kebakaran hutan secara alami. Di beberapa tempat di dunia telah
terjadi kebakaran hutan dan belukar secara alami akibat panas dan ranting-ranting
kering yang saling bergesekan. Pada tahun 2002 Amerika Serikat bagian barat,
Colorado, Arizona, Oregon, dan lainnya mengalami kebakaran hutan yang paling
hebat dalam 50 tahun terakhir. Lebih dari 3 juta hektar lahan terbakar.

 Mencairnya Es di Kutub dan Kenaikan Permukaan Air Laut

5
Kenaikan suhu bumi mempercepat pencairan es di kutub, menaikan ketinggian
permukaan air laut, menciptakan berbagai gelombang pasang yang pada akhirnya
akan menenggelamkan banyak kawasan pantai di manapun. Antara bulan Januari
dan Maret 2002 sebagian kawasan es di Antartika mencair. Sejak 1995, daratan es
Antartika mencair dan berkurang hingga 40 prosen. Menurut laporan NASA,
ketebalan lapisan es di Artik berkurang hingga 40 prosen. Kenaikan permukaan air
laut diperkirakan mencapai 100m.

C. Andil Arsitek Dalam Pemanasan Bumi

Karbon dioksida bukan saja diemisi dari pembakaran bahan bakar industri dan
transportasi, namun juga pembakaran bahan bakar untuk pembangkit listrik yang
digunakan bangunan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan fisik manusia di
dalamnya.

Arsitek merubah kawasan hutan, pertanian, rawa dan ruang hijau lain menjadi
perumahan dan kota. Dari tangan arsitek ditentukan apakah kota dan bangunan yang
dirancang akan hemat enegi atau sebaliknya, konsumtif terhadap pemakaian BBM dan
mengemisi banyak CO2 serta menyebabkan pemanasan bumi?. Dari tangan arsitek, kota
dirancang minim jalur pedestrian. Kota disterilkan dari pejalan kaki dan hanya memberi
ruang maksimal bagi kendaraan bermotor, berkonsekuensi terhadap melonjaknya
konsumsi BBM. Dari tangan arsitek pula, sejumlah kota menjadi miskin vegetasi. Kota
dipenuhi oleh hamparan aspal dan beton, menaikkan suhu udara kota. Karena tangan
arsiteklah kota menjadi panas. Di sisi lain vegetasi berfungsi sebagai penyerap CO2 di
udara. Udara kota yang panas memaksa arsitek mulai merancang bangunan dengan
mesin pendingin (AC). Konsumsi listrik melonjak, pembakaran minyak melonjak.
Emisi CO2 tidak terbendung lagi. Dan sekali lagi, memanaskan bumi.

Arsitek, sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pengukiran kulit bumi,
dan bertanggung jawab terhadap penyediaan lingkungan buatan yang nyaman, harus
mampu mangantisipasi kenaikan suhu udara luar rata-rata dan menyediakan tempat
tinggal yang layak serta nyaman bagi manusia. Bagaimana kenaikan suhu luar rata-rata
dapat diantisipasi dan dimodifikasi melalui rancangan bangunan yang tepat sehingga
manghasilkan suhu di dalam bangunan yang nyaman – sesuai dengan kebutuhan

6
manusia - tanpa harus menguras sumber energi tidak terbarukan. Bagaimana rancangan
kota mampu mengantisipasi kenaikan suhu udara luar rata-rata sehingga suhu udara
kota masih tetap berada dalam batas-batas yang dapat ditolerir oleh kemampuan fisik
manusia.

D. Peran Arsitek Untuk Meminimakan Pemanasan Bumi

 Penghijauan Kota dan Kawasan


Taman dan jalur hijau kota umumnya diinterpretasikan sebagai lahan kota di mana
tumbuhan berada. Meskipun wujud fisik dari taman atau jalur hijau kota tidak
seluruhnya berupa tumbuhan, namun peran tumbuhan pada taman dan jalur hijau
terhadap kota sangat penting. Bagi kota tropis seperti di Indonesia tumbuhan atau
pohon yang ditanam pada taman dan jalur hijau berfungsi paling tidak untuk
mengurangi pencemaran dan pemanasan udara kota. Dalam proses fotosintesis:
6CO2 + 6H2O + katalis (5 kWh/kg radiasi matahari + khlorofil) = C6H12O6 + 6O2
terlihat bagaimana CO2 diikat air dengan bantuan radiasi matahari dan khlorofil
sebagai katalis. Sementara O2 dihasilkan sebagai produk ikutan yang bermanfat
bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan digunakannya radiasi matahari dalam
jumlah tertentu dalam proses fotosintesis tersebut, secara langsung tumbuhan
berfungsi menyerap sebagian panas matahari yang jatuh ke permukaan bumi.
Artinya tumbuhan akan menurunkan suhu udara di sekitarnya. Di sisi lain, dalam
proses fotosintesis tersebut diserap pula sejumlah gas CO2, yang berarti tumbuhan
akan mereduksi sejumlah CO2 sebagai polutan udara kota. Dengan kata lain
tumbuhan akan membantu 'membersihkan' udara kota.

Peneliti Norwegia memperlihatkan, dalam satu musim pertumbuhan, pohon


dengan diameter 14 m dengan luas permukaan daun sekitar 1.600 m2 menyerap
sejumlah CO2 dan SO2 di udara untuk menghasilkan sejumlah O2 yang cukup bagi
keperluan bernafas satu orang dalam satu tahun. Pohon yang sama akan memfilter
satu ton debu per tahun, mengurangi kotornya udara kota. Sementara itu pada kasus
lain, dengan perkiraan sebuah mobil menempuh perjalanan rata-rata 1600 km per
tahun di dalam kota diperlukan 200 batang pohon untuk menyerap CO2, maka kota
baru hemat energi Milton Keynes, 65 km utara London, ditanami sejuta pohon

7
untuk mengantisipasi CO2 yang dihembuskan oleh 5 ribu kendaraan bermotor di
kota itu.

 Meminimalkan Efek ‘Heat Urban Island’


Matahari memancarkan panasnya melalui radiasi ke permukaan bumi. Implikasi
radiasi matahari ke permukaan bumi berbeda sesuai dengan perbedaan karakter
permukaan tanah. Material keras menyerap panas banyak namun pada saatnya
dipancarkan kembali. Warna permukaan juga menentukan jumlah penyerapan
panas, warna gelap lebih banyak menyerap sementara warna terang lebih banyak
memantulkan panas radiasi tersebut. Akibat tertutupnya permukaan tanah oleh
beton - baik berupa bangunan, parkir atau jalan di kawasan kota, radiasi matahari
yang jatuh pada kawasan itu sebagian besar diserap dan kemudian dilepaskan
kembali ke udara di sekitarnya. Karena sebagian besar area kota tertutup material
keras, suhu udara kota menjadi lebih tinggi dibanding kawasan rural di
sekelilingnya. Fenomena ini disebut heat urban island, dimana area fisik kota seolah
menjadi sebuah pulau yang memancarkan panas di tengah hamparan kehijauan
kawasan rural. Bagaimana agar fenomena ini berkurang, dalam arti suhu udara kota
tidak jauh berbeda dengan suhu udara kawasan rural atau desa sekitarnya.
 Menggunakan Sumber Energi non BBM bagi Bangunan
Sumber energi lain di luar minyak bumi yang digunakan sebagai pembangkit listrik
adalah energi nuklir. Sumber energi ini sebetulnya relatif bersih dengan harga yang
cukup bersaing setelah digunakan beberapa waktu, namun yang menjadi kendala
adalah sampah radioaktif yang dihasilkan dari reaksi fusi Uranium (U235 dan
U238) pada reaktor pembangkit. Teknologi pembuangan limbah radioaktif ini
(yang umumnya ditanam dalam tanah hingga kedalaman 600 meter) masih menjadi
perdebatan para ilmuwan, politisi dan wakil rakyat di banyak negara, karena limbah
buangan ini diperkirakan tetap akan bersifat radioaktif selamanya. Alternatif
pembuangan di dasar laut bahkan di ruang angkasa kiranya masih sulit diterima
oleh berbagai kalangan karena tetap akan membahayakan kelangsungan hidup
manusia.
Sumber energi alternatif yang dianggap paling aman adalah energi matahari atau
tenaga surya. Tenaga (energi) surya adalah tenaga yang berasal langsung dari
radiasi matahari, seperti halnya panas matahari, energi listrik yang dibangkitkan
photovoltaic, serta jenis tenaga yang terbentuk sebagai akibat (efek) langsung atau

8
tidak langsung dalam jangka yang relatif pendek dari radiasi matahari, seperti
halnya angin. Konversi dari tenaga surya menjadi tenaga listrik tidak akan
menghasilkan polutan ataupun limbah.

9
BAB IV
PENUTUP

Tidak ada yang menyangkal bahwa pemanasan bumi tengah berlangsung. Pemanasan bumi
mengakibatkan perubahan cuaca global. Para ilmuan sepakat bahwa penyebab utama
pemanasan bumi adalah emisi berlebihan dari karbondioksida (CO2) ke atmosfir. Karbon
dioksida sebagian besar diemisikan dari hasil pembakaran minyak bagi kebutuhan aktifitas
manusia. Pembangkit listrik, kendaraan bermotor, industri, dan beberapa sektor lain merupakan
penyumbang CO2 terbanyak di udara. Beberapa konsekuensi dari pemanasan bumi adalah
terjadinya perubahan cuaca yang tidak beraturan, badai panas, badai tropis, gelombang pasang
laut, mencairnya lapisan es di kutub utara dan selatan, kenaikan ketinggian muka air laut, dan
menyebarnya berbagai macam penyakit.

Arsitek, sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam pengukiran kulit bumi,
merupakan sosok yang turut bertangung jawab terhadap pemanasan bumi. Dari tangan
arsiteklah lingkungan alamiah yang berupa hutan, rawa, daerah pertanian di rubah menjadi
bangunan, kumpulan bangunan, jalan, dan kota. Aktifitas manusia kota lebih bergantung
kepada teknologi yang digerakan oleh listrik dan bahan bakar minyak (BBM) disbanding
aktifitas manusia di hutan atau desa. Rancangan kota dan bangunan sangat mempengaruhi
besar sedikitnya energi yang digunakan oleh setiap individu dan sangat mempengaruhi jumlah
pelepasan atau emisi CO2 ke udara yang menyebabkan pemanasan bumi. Arsitek harus
bertanggung jawab terhadap setiap garis yang ditorehkan di atas kertas. Garis-garis tersebut
akan sangat menentukan besar kecilnya emisi ketika ia mulai diwujudkan menjadi bangunan
aatu kota. Garis-garis yang dibuat tanpa pengetahuan atau tanpa kesadaran terhadap
konsekuensi penggunaan energi dan akhirnya konsekuensi terhadap emisi CO2 akan menjadi
awal bencana pemanasan bumi ketika garis-garis tersebut sudah mulai diwujudkan menjadi
bangunan atau kota.

Arsitek masa kini dan masa depan adalah arsitek yang memahami dan menguasai strategi
perancangan bangunan dan kota yang mampu meminimalkan penggunaan energi BBM, dan
otomatis meminimalkan emisi CO2 ke udara, sehingga membantu memperlambat atau
meniadakan proses pemanasan bumi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Kabupaten Buleleng. 2019. “Pemanasan Global”. Diakses pada tanggal 26


November 2021 dari
https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pemanasan-global-global-
warming-76
Pemerintah Kabupaten Pati. 2014. “Perubahan Iklim dan Arsitek”. Diakses pada
tanggal 29 November 2021 dari
https://www.patikab.go.id/v2/id/2010/07/26/perubahan-iklim-dan-peran-arsitek/

Holmes Damian. 2019. “Bergerak Maju Dalam Perubahan Iklim”. Diakses pada
tanggal 30 November 2021 dari https://worldlandscapearchitect.com/bergerak-maju-
dalam-perubahan-iklim/

11

Anda mungkin juga menyukai