Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM AGROINFORMATIKA WEATHER DATA EDITING

PROGRAM (WEATHERMAN)

Nama : Septina Indi R.

NPM : 20025010073

Gol : B2

TINJAUAN PUSTAKA

Decision Support System for Agrotechnology Transfer (DSSAT)

Decision Support System (DSS) merupakan sebuah sistem informasi berbasis komputer
untuk membantu pengguna dalam mengambil sebuah keputusan atau kebijakan. Decision
Support System for Agrotechnology Transfer (DSSAT) adalah sebuah perangkat lunak yang
digunakan untuk mensimulasikan pertumbuhan berbagai varitas tanaman sekaligus
memprediksi sejumlah variabel yang berkaitan dengan produktivitas tanaman. Beberapa
variabel tersebut antara lain : jumlah daun per batang, Leaf Area Index (LAI), berat hasil
panen (grain weight), berat kanopi (canopy weight), tinggi kanopi (canopy height), tekanan
air (water stress), berat akar (root weight), dan masih banyak lagi variable lain. Keluaran
yang dihasilkan oleh DSSAT dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan
keputusan, misal apakah suatu lahan pertanian membutuhkan irigasi yang cukup, sedang,
atau banyak, apakah pupuk yang digunakan telah sesuai dengan jenis tanaman, apakah
kadarnya terlalu berlebih atau kurang, dan sebagainya. DSSAT dapat menggabungkan
beberapa data minimal seperti data tanah, data iklim, data tanaman (crop phenotype) dan data
pengaturan penanaman (Nasriyati, 2011).

Perangkat lunak DSSAT atau Decision Support Systems for Agrotechnology Transfer
merupakan sebuah perangkat lunak yang diproduksi oleh ICASA (Internatinal Consortium
for Agricultural Systems Applications) dari Amerika Serikat. ICASA merupakan organisasi
yang bertujuan untuk memajukan penelitian di bidang sistem pertanian melalui
pengembangan dan penerapan analisa sistem peralatan dan metodologi yang kompatibeldan
lengkap. DSSAT juga digunakan untuk menstimulasikan pertumbuhan berbagai varietas
tanaman sekaligus memprediksi sejumlah nilai variabel yang berkaitan dengan produktivitas
tanaman (Nasriyati, 2011).

DSSAT v4.0 merupakan peningkatan dari sistem DSSAT v3.5 yang dirilis pada tahun
1999. Salah satu perubahan dan peningkatan utama dalam DSSAT v4 adalah ia telah
sepenuhnya didesain ulang dan sekarang berbasis MS Windows. Semua shell, program
aplikasi dan entri data serta alat analisis telah ditulis ulang agar kompatibel dengan standar
Windows terbaru. Selain itu, semua model tanaman digabungkan menjadi Cropping System
Model (CSM) yang didasarkan pada pendekatan pemodelan modular. Model tanaman
DSSAT v3.5 disertakan dalam DSSAT v4.0 sebagai model lama untuk perbandingan dan
analisis pengguna. (Tsuji, 2014).

Cuaca dan Iklim

Besarnya dampak perubahan iklim terhadap pertanian sangat bergantung pada tingkat
dan laju perubahan iklim di satu sisi serta sifat dan kelenturan sumber daya dan sistem
produksi pertanian di sisi lain. Untuk itu, diperlukan berbagai penelitian dan pengkajian
tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap sektor pertanian, baik sumber daya,
infrastruktur, maupun sistem usaha tani/agribisnis dan ketahanan pangan nasional (Surmaini
et al, 2015).

Curah Hujan

Hujan terjadi karena adanya penguapan air terutama air dari permukaan laut yang naik
ke atmosfer lalu mendingin, kemudian menyuling dan jatuh sebagian di atas laut dan
sebagian di atas daratan. Air hujan yang jatuh di atas daratan sebagian meresap ke dalam
tanah (infiltrasi), sebagian ditahan tumbuh -tumbuhan (intersepsi), sebagian menguap
kembali (evaporasi) dan sebagian menjadi lembab. Curah hujan merupakan ketinggian air
hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak
mengalir. Curah hujan juga didefinisikan sebagai tinggi air (mm) yang diterima permukaan
sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan ke dalam tanah. Curah hujan
memegang peran penting untuk mendukung ketersediaan air di lahan pertanian terutama
lahan tadah hujan (Mardawilis, 2016).

Suhu

Suhu udara adalah keadaan panas udara yang di sebabkan oleh panas matahari.
Faktorfaktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya panas matahari yang di terima oleh
bumi adalah keadaan awan, keadaan bidang permukaan, sudut sinar datang, dan lamanya
penyinaran matahari. Panas permukaan bumi oleh penyinaran matahari mempengaruhi panas
udara. Suhu udara di permukaan bumi bervariasi karena sinar matahari menyebar tidak
merata di permukaan bumi. Suhu udara juga bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke
waktu di permukaan bumi. Menurut tempat suhu udara bervariasi secara vertical dan
horizontal dan menurut waktu dari jam ke jam dalam sehari, dan menurut bulanan dalam
setahun (Ramli Rahim dkk., 2016).

Kelembapan Udara

Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Semua uap air
dalam udara itu berasal dari penguapan sedangkan penguapan itu sendiri adalah perubahan
pase cair menjadi fase uap air yang ringan dan akan naik ke atmosfir. Dalam atmosfir
senantiasa terdapat uap air dan kadar uap air ini selalu berubah-ubah tergantung pada
temperatur udara setempat. Meskipun uap air hanya merupakan sebagian kecil saja dari
semua atmosfir kira-kira 2% dari masa seluruhnya tetapi merupakan komponen udara yang
penting dari segi cuaca dan iklim. Data klimatologi untuk kelembaban udara yang umum
dilaporkan adalah kelembaban relative (RH) (Rizky, 2014).

Lama Penyinaran Matahari

Lama penyinaran matahari merupakan salah satu dari beberapa unsurklimatologi, dan
didefinisikan sebagai kekuatan matahari yang melebihi 120 W/m2. Tulisan ini disusun
sebagai upaya memperkenalkan besaran lama penyinaranmatahari kepada masyarakat
umum. Dari beberapa jenis alat ukur yang ada maka Campbell Stokes Recorder merupakan
alat pengukur lama penyinaran matahari yangsecara resmi digunakan oleh Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (Saipul, 2015).

Kecepatan Angin

Angin merupakan besaran vektor yang mempunyai arah dan kecepatan. Angin adalah
gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Kecepatan angin adalah cepat lambatnya
angin bertiup pada suatu tempat. Sirkulasi umum atmosfer adalah gerak rata-rata dari angin
di permukaan bumi. Daerah sekitar equator yang tekanannya rendah, angin akan memusat
dan naik, dan angin permukaan akan menjadi lemah atau berubah. Gaya gradien tekanan
berarah dari tekanan tinggi subtropis menuju daerah konvergensi intertropis, angin
dibelokkan oleh rotasi bumi sehingga angin membuat sudut pada waktu mendekati equator.
Pergantian udara jenuh dengan uap air dan udara yang lebih kering sangat bergantung pada
kecepatan angin. Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan atas antara permukaan tanah
dan udara menjadi jenuh oleh penguapan air sehingga proses penguapan akan terhenti. Agar
proses dapat berjalan terus, maka lapisan jenuh harus diganti dengan udara kering. Pergantian
tersebut hanya mungkin jika ada angin yang menggeser uap air. Jadi kecepatan angin
memegang peranan penting dalam proses evapotranspirasi. Laju evapotranspirasi sebanding
dengan kecepatan angin. Pengukuran kecepatan angin dapat dilakukan dengan Anemometer.
(Nurhayati, 2011).

Radiasi Matahari

Radiasi matahari yang tiba di permukaan bumi per satuan luas dan waktu dikenal sebagai
insolasi (berasal dari insolation = incoming solar radiation), atau kadang-kadang disebut
sebagai radiasi global, yaitu radiasi langsung dari matahari dan radiasi yang tidak langsung
(dari langit) yang disebabkan oleh hamburan dari partikel atmosfer. nsolasi memainkan
peranan penting dalam menjaga kelangsungan kehidupan di muka bumi ini dan sangat
bergantung pada tempat dan waktu. Tempat merepresentasikan perbedaan lintang serta
keadaan atmosfer terutama awan. Insolasi biasanya dinyatakan dalam satuan Watt/m2-s yang
mengandung makna intensitas atau kekuatan. Dalam bentuk yang lain, insolasi juga diukur
dalam satuan jam/hari, yaitu lamanya matahari menyinari bumi dalam periode satu hari
(Saipul, 2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Suhu Maksimum dan Minimum

Gambar 1. Grafik Temperatur Maksimum dan Minimum Daerah Bato Porong,


Bangkalan.

Suhu atau temperatur permukaan merupakan data yang dicatat berdasarkan skala
thermometer bola kering yang terpasang salam sangkar meteorologi dengan tinggi
±1.2 meter. Suhu udara ini merupakan salah satu data mentah untuk menentukan
perkiraan maupun analisa cuaca. Series data suhu permukaan yang panjang
merupakan suatu deret angka yang jika diinput pada grafikmaka akan membentuk
pola berulang. Dari pola-pola itulah sebenarnya baik observer maupun forecaster bisa
memperkirakan atau menganalisa suatu kejadian cuaca (Fadholi, 2012).

Grafik temperatur atau suhu diatas menurut data Stasiun Meteorologi Perak I
daerah Bato Porong, Bangkalan menunjukkan bahwa temperatur maksimum ditandai
dengan adanya grafik warna biru dengan titik terendah pada bulan September dengan
temperatur 25℃ dan titik tertinggi pada bulan November dengan temperatur 37℃.
Dan pada grafik diatas juga menunjukkan temperatur minum ditandai dengan grafik
warna hijau dengan titik terendah pada bulan Agustus dengan temperatur 21℃ dan
titik tertinggi pada bulan November dengan temperatur 28℃.

2. Curah Hujan

Gambar 2. Grafik Curah Hujan Daerah Bato Porong, Bangkalan.

Menurut (Ariffin et al, 2011) Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada
permukaan tanah selama periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh proses
evaporasi, pengaliran, dan peresapan, yang diukur dalam satuan tinggi. Keadaan
curah hujan yang tidak stabil seperti menurunnya dan meningkatnya curah hujan
dapat mengakibatkan hasil panen yang tidak bagus. Tinggi rendahnya curah hujan
pada suatu wilayah akan dipengaruhi beberapa faktor tertentu seperti topografi
tempat tersebut, arah angin, arah lereng medan.
Grafik diatas adalah curah hujan menurut data Stasiun Meteorologi Perak I dari
data tersebut menunjukkan bahwa tingkatan curah hujan tertinggi pada tahun 2019
jatuh pada bulan Januari dengan curah hujan mencapai 120 mm yang dapat diartikan
bahwa curah hujan dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
menampung air 120 mm. Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa curah hujan
mengalami penurunan pada bulan Januari hingga bulan Juli. Kemudian dapat dilihat
juga bahwa kembali terjadinya hujan pada bulan September akan tetapi pada bulan
november mengalami penurunan curah hujan. Dan kembali mengalami peningkatan
pada bulan nobvember hingga desember. Curah hujan berpengaruh pada tanaman,
Curah hujan menurut (Wirayoga, 2013) adalah volume air hujan yang turun ke bumi
pada tempat tadah hujan yang tidak meresap atau mengalir, sehingga dapat dihitung
volume dari air hujan tersebut. Tidak semua tanaman memerlukan air dalam jumlah
yang banyak atau sedikit. Curah hujan yang tinggi bisa menjadi keuntungan dan
kerugian pada petani. Keuntungannya dapat diperoleh dengan membuat bendungan
tadah hujan sebagai keperluan irigasi dan cadangan pada musim kemarau. Sedangkan
kerugiannya terdapat pada busuknya tanaman budidaya yang tidak membutuhkan
banyak air.

3. Kelembaban Udara

Gambar 3. Grafik Kelembaban Udara Daerah Bato Porong, Bangkalan.


Kelembaban udara adalah jumlah air yang dikandung oleh udara. Alat untuk
mengukur kelembaban dinamakan dengan higrometer. Kelembaban dibedakan
menjadi 2 yaitu kelembaban relatif dan kelembaban mutlak. Kelembaban relatif
dinyatakan dengan %, sedangkan kelembaban mutlak dingatakan dengan gram/𝑚3 .
Menurut Ismangil (2014) kelembaban mutlak adalah kandungan air/satuan volume
atau masa uap air/volume atau tekanan uap air/volume (g/𝑚3 ). Kelembaban nisbi
adalah perbandingan antara jumlah uap air yang ada di udara (aktual) dan jumlah
maksimum uap air yang dikandung (keadaan jenuh) pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelembaban spesifik adalah perbandingan antara masa uap air yang ada di udara dan
satuan masa udara.
Grafik kelembapan udara diatas menurut data Stasiun Meteorologi Perak I daerah
Bato Porong, Bangkalan menunjukkan bahwa data kembapan terendah didapatkan
pada bulan September dengan presentase 58%, sedangkan data kelembapan tertinggi
didapatkan pada bulan Januari dan Desember dengan presentase 88%, dan pada
bulan Februari didapatkan presentase sebesar 87%, serta pada bulan Maret
mengalami naik turun kelembapan udara dari yang tertinggi dengan presentase 86%,
sedangkan terendah 70%. Pada bulan Mei mengalami turun naik dengan presentase
62% hingga 77%. Pada bulan Juni juga mengalami naik turun dengan presentase
78% hingga 63%. Pada bulan Juli mengalami naik turun dengan presentasi 74%
hingga 60%.
4. Kecepatan Angin

Gambar 4. Grafik Kecepatan Angin Daerah Bato Porong, Bangkalan.


Angin merupakan aliran udara dalam jumlah besar yang diakibatkan adanya
rotasi bumi dan juga di karenakan adanya perbedaan tekanan udara. Angin biasanya
bergerak dari tempat yang bertekanan udara tinngi ke tempat yang bertekanan udara
rendah. Menurut (Alam, 2011) Angin adalah udara yang bergerak dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah yang mempunyai besaran dan
arah. Besaran yang dimaksud adalah kecepatannya sedang arahnya adalah darimana
datangnya angin. Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara
horizontal pada ketinggian dua meter diatas tanah. Perbedaan tekanan udara antara
asal dan tujuan angin merupakan faktor yang menentukan kecepatan angin.
Grafik kecepatan angin memperlihatkan bahwa kecepatan angin pada daerah
Menganti, Gresik lebih cenderung stabil dengan kisaran di angka 260 km/h. Dengan
titik tertinggi 340 km/h pada akhir bulan September. Kecepatan angin dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya yaitu tinggi suatu tempat dengan korelasi
berbanding lurus, jika ketinggian tempat semakin tinggi maka kecepatan angin juga
semakin tinggi karena semakin tinggi permukaan akan menimbulkan tekanan udara
yang tinggi pula begitu halnya jika semakin rendah ketinggian suatu tempat maka
kecepatan angin pada tempat tersebut juga rendah.
5. Radiasi Matahari dan Lama Penyinaran

Gambar 5. Grafik Radiasi Matahari Daerah Bato Porong, Bangkalan.


Gambar 6. Grafik Lama Penyinaran Daerah Bato Porong, Bangkalan.
Lama penyinaran matahari akan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup,
yaitu pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Penyinaran yang lebih lama
akan memberi kesempatan yang lebih besar pada tumbuhan untuk memanfaatkannya
melalui proses fotosintesis (Triajie, et al. 2012). Intensitas cahaya matahari sangat
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Lama penyinaran
juga sangat mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman, terutama pada proses
fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan
makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Grafik kecepatan angin diatas menurut data Stasiun Meteorologi Perak I daerah
Bato Porong, Bangkalan menunjukkan bahwa radiasi tertinggi terjadi pada bulan
November yaitu 45 mj/m2 / hari dengan lama penyinaran 40 jam dan radiasi matahari
terendah ada pada bulan Februari yaitu 5 mj/𝑚2 /hari dengan lama penyinaran
sebesar kurang dari 5 jam. cahaya merupakan faktor penting terhadap
berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi
kunci dapatberlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman.
KESIMPULAN

1. Temperatur suhu maksimum daerah Bato Porong, Bangkalan ditandai dengan


adanya grafik warna biru dengan titik terendah pada bulan September dengan
temperatur 25℃ dan titik tertinggi pada bulan November dengan temperatur 37℃,
temperatur minum ditandai dengan grafik warna hijau dengan titik terendah pada
bulan Agustus dengan temperatur 21℃ dan titik tertinggi pada bulan November
dengan temperatur 28℃.
2. Curah hujan daerah Bato Porong, Bangkalan tertinggi pada tahun 2019 jatuh pada
bulan Januari dengan curah hujan mencapai 120 mm yang dapat diartikan bahwa
curah hujan dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar menampung air
120 mm. Dan yang terendah pada bulan September mencapai 0 mm.
3. Kelembapan terendah daerah Bato Porong, Bangkalan didapatkan pada bulan
September dengan presentase 58%, sedangkan data kelembapan tertinggi didapatkan
pada bulan Januari dan Desember dengan presentase 88%.
4. Kecepatan angin daerah Bato Porong, Bangkalan pada bulan Januari sampai dengan
bulan November memiliki rata-rata kecepatan angin berkisar 90 sampai 260 km/h,
akan tetapi pada bulan September kecepatan angin tertinggi didapatkan sebesar 340
km/h dan pada bulan Desember didapatkan kecepatan angin terendah berkisar 0
hingga 80 km/h.
5. Radiasi dan lama penyinaran matahari di daerah Bato Porong, Bangkalan pada bulan
November yaitu 45 mj/m2 / hari dengan lama penyinaran 40 jam dan radiasi matahari
terendah ada pada bulan Februari yaitu 5 mj/𝑚2 /hari dengan lama penyinaran
sebesar kurang dari 5 jam.
DAFTAR PUSTAKA

Alam. 2011. Pengertian Angin. Jakarta: Bumi Aksara.

Ariffin, dkk. 2010. Modul Praktikum Klimatologi. Fakultas Pertanian Universitas


Brawijaya. Malang.

Fadholi, Akhmad 2012. Analisa Kondisi Atmosfer pada Kejadian Cuaca Ekstrem Hujan
Es (Hail). Jurnal Ilmu Fisika Indonesia Vol. 1 No. 2.

Ismangil. 2014. Suhu, Tekanan, Kelembaban Udara dan Pengaruhnya terhadap


Tanaman. Tim dosen pengampu mata kuliah Agroklimatologi: Universitas UNSOED

Mardawilis. 2016. Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produksi Tanaman Pangan.


Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. Palembang.

Nasriyati. 2011. Memprediksi Produktivitas Padi dengan DSSAT sebagai Validasi


Model Perhitungan Produktivitas dengan Data Hyperspektral. Indonesian Journal of
Geoscience and Technology Vol 1, No 3.

Rahim, R., Asniawaty, Triyatni Martosenjoyo, Samsuddin Amin, Rahma Hiromi. 2016.
Karakteristik Data Temperatur Udara dan Kenyamanan Termal di Makassar. Temu
Ilmiah IPLBI.

Rizky. 2014. Kelembaban Udara. Universitas Hasanuddin: Makassar.

Saipul, Hamdi. 2014. Mengenal Lama Penyinaran Matahari Sebagai Salah Satu
Parameter Klimatologi. Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer. Vol.15 No. 1.

Surmaini, E., Runtunuwu, E., & Las, I. (2015). Upaya sektor pertanian dalam
menghadapi perubahan iklim. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 30(1), 1-
7.
Suwarti, S., et al. 2017. Pembuatan Monitoring Kecepatan Angin dan Arah Angin
Menggunakan Mikrokontroler Arduino. In Prosiding Seminar Nasional dan
Internasional.

Triajie, H., Yudhita, P., dan Mahfud Efendy. 2012. Lama Pencahayaan Matahari
terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma Cottonii dengan Metode Rakit Apung.
Dipresentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012. Fakultas
Pertanian. Universitas Trunojoyo Madura.

Wirayoga, M. A. (2013). Hubungan kejadian demam berdarah dengue dengan Iklim di


Kota Semarang tahun 2006-2011 (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Anda mungkin juga menyukai