Disusun Oleh :
Septina Indi R. 20025010073
Gol. B2
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI PERTANIAN
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Peronosclerospora
maydis adalah salah satu
Gambar 1.2
fitopatogen penyebab
Gambar dan Penyebab Sumber : Talanca, A. H.
penyakit bulai (downy
Penyakit (2013). Status penyakit
mildew) yang terutama
bulai pada tanaman jagung
menyerang jagung dan
dan pengendaliannya.
sorgum di daerah tropika.
In Seminar Nasional
Inovasi Teknologi
Pertanian (pp. 76-87).
Varietas dan Umur Penyakit ini menyerang Sumber : Rustiani, U. S.,
Tanaman tanaman jagung khususnya Sinaga, M. S., Hidayat, S.
varietas rentan hama H., & Wiyono, S. (2015).
penyakit serta saat umur Tiga spesies
tanaman jagung masih Peronosclerospora
penyebab penyakit bulai
muda (antara 1-2 minggu jagung di
setelah tanam). Indonesia. Berita
Biologi, 14(1), 29-37.
Sumber : Purwanto, D. S.,
Nirwanto, H., &
Wiyatiningsih, S. (2017).
Model epidemi penyakit
tanaman: hubungan faktor
Faktor Abiotik : curah
lingkungan terhadap laju
Faktor yang hujan, suhu, kecepatan
infeksi dan pola sebaran
Mempengaruhi angin, dan kelembaban.
penyakit bulai
Penyakit Faktor Biotik : tanaman
(Peronosclerospora
inang, inokulum penyakit.
maydis) pada tanaman
jagung di Kabupaten
Jombang. Berkala Ilmiah
Agroteknologi-
PLUMULA, 5(2).
Analisis Penting P. maydis berbentuk bulat, Sumber : Rustiani, U. S.,
namun konidia yang Sinaga, M. S., Hidayat, S.
ditemukan pada studi ini H., & Wiyono, S. (2015).
sesuai dengan yang Tiga spesies
disebutkan oleh White Peronosclerospora
(2012) selain konidia penyebab penyakit bulai
berbentuk spherical (bulat) jagung di
juga dijumpai berbentuk Indonesia. Berita
subspherical (agak bulat). Biologi, 14(1), 29-37.
Kisaran ukuran diameter
cendawan temuan berkisar
12-23 x 25-44 µm sedikit
lebih lebar dari ukuran
studi sebelumnya sekitar
17-23 x 27-39 µm. Bentuk
konidia isolat P. maydis
asal Jawa adalah selalu
globose/spherical ketika
sudah masak.
Pengendalian terhadap
penyakit ini dapat
Sumber : Talanca, A. H.
melakukan beberapa cara
(2013). Status penyakit
yaitu menanam varietas
bulai pada tanaman
tahan penyakit bulai,
jagung dan
Cara Pengelolaan melakukan periode waktu
pengendaliannya.
bebas tanaman jagung
In Seminar Nasional
minimal dua minggu
Inovasi Teknologi
sampai satu bulan,
Pertanian (pp. 76-87).
Penanaman jagung secara
serempak.
Gambar 3.2
Sumber : Hartati, S. Y.
(2013). EFIKASI
FORMULA
FUNGISIDA NABATI
TERHADAP
PENYAKIT BERCAK
DAUN JAHE
Phyllosticta sp. Buletin
Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat, 24(1),
42-48.
Varietas dan Umur Varietas jahe umur 3-4 UPN “Veteran” Jawa
Tanaman bulan. Timur
Faktor Abiotik : Sumber : Nurbailis, dkk.
lingkungan tanah asam, 2015. Penampis
umur tanaman dan jenis Cendawan Antagonis
jahe yang ditanam Indigenos Rizofer Jahe
Faktor yang mempengaruhi kerusakan dan Uji Daya Hambatnya
Mempengaruhi dan daerah tropis serta terhadap Fusarium
Penyakit suhu udara 20°C - 25°C. oxysporum f. sp.
Faktor Biotik : bakteri zingiberi. Jurnal
Phyllosticta sp. Fitopatologi Indonesia.
Vol. 11, No. 1: 9-13.
Universitas Andalas.
Phyllosticta sp. memiliki Sumber : Rohadi, H.,
piknidium kehitaman, Ekowati, N., & Ilyas, M.
berbentuk bulat, diameter (2019). Isolation and
47-93 µm dan Mophological
mempunyai ostiola Identification of
Analisis Penting berbentuk lensa atau Endophytic Fungi from
bulatan kecil. Piknidia Moringa Plant (Moringa
yang belum oleifera
mengeluarkan spora Lam.). BioEksakta:
disebut sklerotia. Jurnal Ilmiah Biologi
Unsoed, 1(2), 123-126.
Cara Pengelolaan Pengendalian penyakit Sumber : Triyono, K.
bercak daun pada (2018). BUDIDAYA
tanaman jahe dapat TANAMAN JAHE DI
dilakukan dengan DESA PLESUNGAN
memberikan sanitasi KECAMATAN
lahan, mengurangi GONDANGREJO KAB.
kelembaban pada lahan, KARANGANYAR
daun – daun yang sudah PROVINSI JAWA
terinfeksi segera TENGAH. Adi Widya:
dipisahkan dengan Jurnal Pengabdian
tanaman yang masih Masyarakat, 2(2), 1- 10.
sehat, serta penggunaan
fungisida.
Tanda :
Hasil pengamatan
penyakit bercak kelabu
yang disebabkan oleh
jamur Pestatolia sp.
tanaman pandan varietas
Gambar 1.10
pandan wangi.
Sumber : Asmaliyah, Illa
Gambar dan Penyebab A, dan Hengki S. 2015.
Penyakit Inventarisasi dan
Deskripsi Penyakit Daun
pada Tanaman Tembesu
di Sumatera Bagian
Selatan. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman. Vol 12
(2). Hal 141-153.
Pandan wangi, umur 150 Jalan gadukan utara va
Varietas dan Umur hst no. 11, Morokrembanga
Tanaman kec. Krembangan, kota
surabaya.
Faktor yang Faktor Abiotik : Sumber : Pasaribu, E. L.
Mempengaruhi lingkungan lembab. P., Sastrahidayat, I. R., &
Penyakit Faktor Biotik : adanya Muhibuddin, A. (2017).
jamur Pestatolia sp. Eksplorasi Jamur
Filoplane Pada Tanaman
Seledri (Apium
Graveolens) Dan Uji
Kemampuan
Antagonisnya Terhadap
Penyakit Antraknosa
(Colletotrichum
Sp.). Jurnal Hama dan
Penyakit
Tumbuhan, 4(1), 1-7.
Pestalotia mempunyai Sumber : Pasaribu, E. L.
konidium bersel 5, P., Sastrahidayat, I. R., &
dengan 3 sel yang Muhibuddin, A. (2017).
ditengah berwarna gelap Eksplorasi Jamur
dan berdinding tebal, Filoplane Pada Tanaman
sedang 2 sel pangkal dan Seledri (Apium
ujung hialin dan Graveolens) Dan Uji
Analisis Penting
berdinding tipis. Sel Kemampuan
ujung mempunyai 2-3 Antagonisnya Terhadap
seta yang panjang. Penyakit Antraknosa
(Colletotrichum
Sp.). Jurnal Hama dan
Penyakit
Tumbuhan, 4(1), 1-7.
Dapat diberikan pupuk Sumber : Permadi, J., &
dengan unsur kalium agar Harjoko, A. (2018).
tanaman tahan terhadap Identifikasi Penyakit
penyakit dan dapat Cabai Berdasarkan
dilakukan penyemprotan Gejala Bercak Daun dan
Cara Pengelolaan
menggunakan fungisida Penampakan Conidia
yang sesuai dengan dosis Menggunakan
anjuran. Probabilistic Neural
Network. SEMNASKIT
2015.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penyakit Bulai pada Tanaman Pangan Jagung
Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan
pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan
pokok. Karena cukup beragamnya kegunaan dan hasil olahan produksi
tanaman jagung tersebut diatas dan dan termasuk sebagai komoditi tanaman
yang penting, maka perlu ditingkatkan produksinya secara kuantitas, kualitas
dan ramah lingkungan serta berkelanjutan. Seperti halnya hama tanaman
pada tanaman jagung, penyakit yang menyerang selama budidaya jagung
juga berpotensi menimbulkan kerugian. Serangan parah penyakit-penyakit
ini jika tidak dikendalikan dapat menurunkan hasil produksi jagung sehingga
berdampak menurunkan pendapatan petani secara langsung.
Penyakit bulai merupakan penyakit utama budidaya jagung. Penyakit ini
menyerang tanaman jagung khususnya varietas rentan hama penyakit serta
saat umur tanaman jagung masih muda (antara 1-2 minggu setelah tanam).
Peronosclerospora maydis adalah salah satu fitopatogen penyebab penyakit
bulai (downy mildew) yang terutama menyerang jagung dan sorgum di
daerah tropika. Jenis ini berasal dari Jawa dan memiliki inang jagung dan
Sorghum plumosum (di Australia) (Ratna. 2019). Kehilangan hasil produksi
akibat penularan penyakit bulai dapat mencapai 100%. Penyakit bulai
menyebabkan gejala sistemik gejalanya meluas ke seluruh bagian tanaman
jagung serta menimbulkan gejala lokal (setempat) (Ratna. 2019). Gejala
sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga
semua daun akan terinfeksi.
Gejala penyakit bulai adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang
daun dengan batas terlihat jelas antara daun sehat. Bagian daun permukaan
atas maupun bawah terdapat warna putih seperti tepung, sangat jelas di pagi
hari, pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan
tongkol buah, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung serta
terpuntir.
Pengendalian terhadap penyakit ini dapat melakukan beberapa cara yaitu
Menanam varietas tahan penyakit bulai, Melakukan periode waktu bebas
tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan, Penanaman jagung
secara serempak, Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya
(Eradikasi tanaman) pada tanaman terserang penyakit bulai, Penggunaan
fungisida metalaksil saat perlakuan benih dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan
aktif)//Kg benih.
4.2.2 Penyakit Layu Fusarium padaTanaman Pangan Ubi Jalar
Ubi jalar ungu merupakan bahan pangan alternatif selain beras, yang
merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Bagian dari ubi jalar ungu yang banyak dimanfaatkan sebagai
bahan pangan adalah umbinya, tetapi ternyata daun dari ubi jalar kandungan
gizinya tidak kalah dengan umbinya sehingga sudah banyak digunakan
sebagai sayuran oleh masyarakat. Salah satu faktor yang dapat menghambat
budi daya ubi jalar adalah penyakit tanaman, yang disebabkan oleh jamur
salah satunya, layu Fusarium. (Saputri, D.D. 2015).
Fusarium oxysporum merupakan salah satu fungi patogen yang sangat
merugikan di bidang pertanian karena menyebabkan penyakit layu pada
beberapa komoditas bahan pangan Indonesia. Gejala awal dari penyakit
yang disebabkan oleh Fusarium yaitu kelayuan dari tangkai daun,
kebanyakan gejala awal adalah menguningnya daun. Koloni jamur Genus
Fusarium mudah berkembang dengan sangat cepat dan dalam empat hari
koloni tersebut dapat berdiameter mencapai 4,5–6,5 cm pada suhu 25°C.
Karakteristik dari jamur Fusarium yaitu miselium yang tumbuh pada media
PDA memiliki warna putih keunguan dan struktur dari miselium halus.
(Alfarobi, et al. 2013). Jamur berbentuk miselium bersekat dan dapat
tumbuh dengan baik pada berbagai macam medium agar.
Pengendalian penyakit pada tanaman ubi jalar yang terkena penyakit
layu Fusarium biasanya dilakukan dengan cara rotasi tanaman dan tumpang
sari, penanaman jenis tanaman yang tahan terhadap penyakit, serta
pemberian pestisida nabati dengan bahan yang berasal dari tumbuhan yang
memiliki senyawa metabolit sekunder dan bersifat bioaktif berpotensi untuk
dapat mengendalikan patogen pada tanaman. (Saputri, D.D. 2015).
4.2.3 Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Obat Jahe
Tanaman Jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang
diperdagangkan di dunia. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan
(Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak
(Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit
(Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas
galanga). Penyakit bercak daun, yang disebabkan oleh Phyllosticta sp,
merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan pada tanaman jahe.
Penyakit bercak daun pada tanaman jahe dapat menular dengan bantuan
angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka. Gejala yang dialami
yaitu daun muda mengalami bercak-bercak kecil berupa busuk basah dengan
ukuran 2-3 mm. Semakin lama bercak ini berubah menjadi abu-abu,
tengahnya terdapat bintik hitam berupa piknidia jamur dan tepinya dikeliling
busuk dengan ukuran 2-3 mm. Tanaman yang mati dapat menjadi sumber
inokulum yang berbahaya bagi tanaman lain. Jamur ini kurang terdapat di
musim kemarau. Penyakit menyebar melalui percikan hujan dan dibawa
angin, serangan berat biasanya terjadi pada lahan terbuka. Cendawan
terutama bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terdapat di tanah.
Perkembangan penyakit dibantu oleh cuaca yang panas dan lembab.
(Triyono, et al. 2018).
Pengendalian penyakit bercak daun pada tanaman jahe dapat dilakukan
dengan memberikan sanitasi lahan, mengurangi kelembaban pada lahan,
daun – daun yang sudah terinfeksi segera dipisahkan dengan tanaman yang
masih sehat, serta penggunaan fungisida (Triyono, et al. 2018).
4.2.4 Penyakit Bercak Kelabu pada Tanaman Rempah Pandan
Tanaman pandan merupakan salah satu tanaman yang dibudidayakan
dan dimanfaatkan sebagai rempah – rempah, tanaman pandan ini cukup
mudah dikembangkan. Hasil pengamatan penyakit penting bercak kelabu
yang disebabkan oleh jamur Pestatolia sp. tanaman pandan varietas pandan
wangi pada lahan jalan Gadukan utara VA no. 11, Morokrembanga.
kecamatan Krembangan, kota Surabaya menunjukkan bahwa tanaman
pandan varietas pandan wangi mudh terserang penyakit bercak kelabu pada
umur 150hst.
Penyakit bercak kelabu pada pandan mudah berkembang ketika kondisi
lingkungan lembab. Penyakit bercak kelabu menjadi penyakit utama pada
tanaman pandan karena menyerang daun pandan secara merata dan
dikelilingi warna tepi coklat tua, sehingga merusak tanaman pandan dan
mengurangi kualitas serta hasil panen.
Menanggulangi penyakit ini dapat dilakukan upaya seperti memberikan
pupuk dengan unsur kalium agar tanaman tahan terhadap penyakit, dapat
dilakukan juga penyemprotan menggunakan fungisida namun harus sesuai
dengan dosis yang dianjurkan dan jarak pemberian fungisida harus tepat
(Illa, A. 2015).
V. KESIMPULAN
Alfarobi, A., Isnawati, I., & Trimulyono, G. (2018). Identifikasi Jamur Penyebab
Penyakit pada Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) dan Sebarannya di Kecamatan
Tutur Kabupaten Pasuruan. LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi, 7(2).
Asmaliyah, Illa, A., dan Hengki, S. 2015. Inventarisasi dan Deskripsi Penyakit Daun
pada Tanaman Tembesu di Sumatera Bagian Selatan. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman. Vol 12 (2).
Permadi, J., & Harjoko, A. (2018). Identifikasi Penyakit Cabai Berdasarkan Gejala
Bercak Daun dan Penampakan Conidia Menggunakan Probabilistic Neural
Network. SEMNASKIT 2015.
Purwanto, D. S., Nirwanto, H., & Wiyatiningsih, S. (2017). Model epidemi penyakit
tanaman: hubungan faktor lingkungan terhadap laju infeksi dan pola sebaran
penyakit bulai (Peronosclerospora maydis) pada tanaman jagung di Kabupaten
Jombang. Berkala Ilmiah Agroteknologi-PLUMULA, 5(2).