Anda di halaman 1dari 11

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Di Susun Untuk Melengkapi Tugas Mata kuliah Prinsip Epidemiologi

Di susun oleh :
Andestalia Handelima 0615011311
Diyah Ayu Lestari 0615011331
M. El Mutawaqil 0615011341
Nurul Hikmah 0615011351
Fatma Dwi Aryanti 0615011
Nihayatul Khusna 0615011
Andi Kurniawan 0615011

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2016
Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Definisi
Demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan
nyamuk. Dengan gejala klinis demam, nyeri otot, dan nyeri sendi yang
disertai leukopenia (rendahnya jumlah total sel darah putih dibanding
dengan nilai normal yaitu 5.000-10.000 per millimeter kubik). Pada
penyakit demam berdarah dengue terjadi pembesaran plasma yang
ditandai oleh peningkatan tekanan darah.
Pada tahun 2014 di kabupaten Pekalongan, jumlah penderita DBD
yang dilaporkan sebanyak 179 kasus dengan jumlah kematian 5 orang.
Jika dibandingkan dengan tahun 2013 kasus DBD di kabupaten
Pekalongan mengalami penurunan, dimana pada tahun tersebut kasus
DBD sebanyak 179. Kabupaten Pekalongan dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan DBD dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat
untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (3M+).
Pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan
penanganannya dirumah tangga. Kegiatan lain yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Pekalongan melalui program Pemberantasan
Penyakit Menular adalah kegiatan Fogging fokus selama tahun 2014.
2. Penyebab Penyakit
a. Agent
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan
oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dai familia
Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30
nanometer yang terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan
berat molekul 4x10.
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (didaerah
perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan).
Cirri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah:
1) Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris putih.
2) Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah, seperti:
a) Bak mandi.
b) WC.
c) Tempayan.
d) Barang-barang yang dapat menampung air seperti kaleng,
ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan
lain-lain.
3) Nyamuk betina bersifat “multiple biters” (mengigit beberapa orang
karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat.
4) Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi.
b. Host
1) perilaku
a) Pekarangan yang tidak bersih.
b) Bak mandi yang jarang dikuras.
c) Genangan air yang terdapat pada batok kelapa, ban bekas,
potongan bambu, kaleng-kaleng bekas, dan botol-botol
yang dapat menampung air dalam jangka waktu yang lama.
2) Usia
Semua usia bisa terjangkit penyakit DBD.
3) Jenis kelamin
Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan untuk
terjangkit penyakit DBD ini hanya tergantung pada masing-masing
sistem imun pejamu.
c. Environment
1) Lingkungan fisik
a) Kelembaban udara antara 62-84%.
b) Suhu udara berkisar 25-30C.
c) Ketinggian tempat tinggal kurang dari 1000 meter di atas
permukaan laut.
d) Imunitas pejamu.
e) Curah hujan.
4) Lingkungan non fisik
a) Morbilitas masyarakat yang semakin meningkat.
b) Urbanisasi yang tidak terkontrol.
c) Biasanya terjadi mulai bulan Januari sampai bulan April
dan Mei.
3. Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit
a. Prepathogenesis
Virus Dengue berkembang dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti
selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk
ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama
air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang
selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam
berdarah dengue. Virus dengue ini memperbanyak diri dalam tubuh
manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak
semuanya akan sakit DBD. Ada yang mengalami demam ringan dan
sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa
gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue
selama satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di
berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya.
b. Pathogenesis
1) Tahap inkubasi
Masa inkubasi di dalam tubuh sekitar 4-6 hari. Infeksi virus
terjadi melalui gigitan nyamuk, virus memasuki aliran darah
manusia untuk kemudian bereplikasi (memperbanyak diri).
Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibody, selanjutnya
akan terentuk kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi
sebagai antigennya.
2) Tahap penyakit dini
Timbul gejala demam 2-7 hari biasanya timbul nyeri
kepala, nyeri tulang belakang, perasaan lelah, ruam kulit, dan lain-
lain.
3) Tahap penyakit lanjutan
Kompleks antigen-antibodi akan melepaskan zat-zat yang
merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut dengan proses
autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas
(kemampuan suatu membrane untuk dapat dilewati oleh suatu zat)
kapiler meningkat yang salah satunya ditunjukkan dengan
melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler. Hal tersebut akan
mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit
(kepingan darah) dan eritrosit (sel darah merah). Akibatnya, tubuh
akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan
hebat pada kulit, saluran pencernaan (muntah darah dan bercak
darah), saluran pernapasan (mimisan dan batuk darah), dan organ
vital (jantung, hati dan ginjal) yang sering mengakibatkan
kematian.
c. Pascapathogenesis
Fase penyembuhan, kecacatan, atau kematian
1) Sembuh sempurna
Tahap pemulihan bergantung pada penderita dalam
melewati fase kritisnya. Tahap pemulihan dapat dilakukan dengan
pemberian infus atau transfer trombosit. Bila penderita dapat
melewati masa kritisnya maka pada hari keenam dan ketujuh
penderita akan berangsur membaik dan kembali normal pada hari
ketujuh dan kedelapan.
2) Sembuh dengan cacat
Dampak dari penyakit DBD yang tidak segera diatasi maka
akan menimbukan kecacatan, antara lain:
a) Paru-paru basah
Hal ini bisa terjadi karena cairan plasma merembes
keluar dari pembuluh, ruang-ruang tubuh, seperti di
antara selaput paru (pleura) juga terjadi penumpukan.
Pada anak-anak sering terjadi bendungan cairan pada
selubung paru-parunya (pleural effusion).
b) Komplikasi pada mata, otak, dan buah zakar
Pada mata dapat terjadi kelumpuhan saraf bola mata,
sehingga mungkin nantinya akan terjadi kejulingan atau
bisa juga terjadi peradangan pada tirai mata (iris) kalau
bukan pada kornea yang berakhir dengan gangguan
penglihatan. Peradangan pada otak bisa menyisakan
kelumpuhan atau gangguan saraf lainnya (Nadesul,
2007).

Umumnya penyakit DBD berlangsung tidak lebih dari satu


minggu. Oleh karena itu, sebagian besar penderita DBD tidak
menunjukkan gejala sisa. Komplikasi pada penderita DBD
misalnya perdarahan paru dan sepsis. Jika virus dengue menyerang
otak, dan tergolong ganas serta daya tahan tubuh penderita rendah,
kerusakan daerah otak cukup luas. Oleh karena itu, mungkin dapat
meninggalkan gejala sisa. Namun, keadaan ini jarang terjadi
(Satari, 2004). Selain itu, jika keadaan penderita bertambah parah
atau akibat jumlah cairan yang masuk tidak memadai maka
penderita akan memasuki fase syok. Perdarahan yang tak
terkontrol dari berbgaai organ tubuh yang sulit dihentikan juga
dapat terjadi sebagai akibat terjadinya gangguan pembekuan darah
secara menyeluruh. Ketika sudah mengalami perdarahan
menunjukkan bahwa kegawatan penyakitnya sudah masuk dalam
derajat II yang merupakan satu tingkat di bawah fase DDS
(Dengue Shock Syndrome). Fase DDS merupakan kondisi paling
parah atau stadium akhir dari infeksi virus dengue ini. Jika seorang
penderita DBD sudah masuk dalam fase ini, maka risiko kematian
yang mengancamnya menjadi cukup besar. Bahkan, kalaupun
penderita berhasil lolos dari fase ini, besar kemungkinan pula ia
akan mengalami kecacatan akibat kegagalan salah satu atau
beberapa fungsi organnya, mulai dari otak, ginjal, hingga hati.

3) Meninggal
Fase DDS merupakan kondisi paling parah atau stadium
akhir dari infeksi virus dengue ini. Jika seorang penderita DBD
sudah masuk dalam fase ini, maka risiko kematian yang
mengancamnya menjadi cukup besar. Fase DDS adalah fase kritis
seorang penderita DBD namun apabila penderita tidak dapat
melewati masa kritisnya maka akan menimbulkan kematian
(Lestari, 2007).
4. Pencegahan penyakit
a. Pencegahan Primer
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit
belum mulai (pada periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak
terjadi proses penyakit.
1) Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut
antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSM),
Pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia,
dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
a) Menguras Bak Mandi/ penampungan air, sekurang-
kurangnya sekali seminggu
b) Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum
burung seminggu sekali
c) Menutup dengan rapat tempat penampungan air
d) Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas, dan ban
bekas di sekiter rumah, dsb.
2) Biologis
Pengendalian Biologis antara lain dengan menggunakan
ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) dan bakteri (Bt.H-
14).
3) Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan: Pengasapan
(dengan menggunakan Malathion dan Vention), berguna untuk
mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu
tertentu. Memberikan bubuk abate (Temetphos) pada tempat-
tempat penampungan air seperti, Gentong air, vas bunga,
kolam, dsb. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit
DBD adalah dengan Mengkombinasikan cara-cara diatas, yang
disebut dengan ‘3M Plus’, yaitu menutup, menguras,
menimbun. Selain itu, juga melakukan beberapa plus seperti
memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,
menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa,
menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent,
memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dan lain-
lain sesuai dengan kondisi setempat.
b. Pencegahan Sekunder
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit
berlangsung namun belum timbul tanda atau gejala sakit (Patogenesis
awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut.
1) Diagnosis dini dan pengobatan segera
Diagnosa Demam Berdarah Dengue adalah Diagnosa
ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah :
a) Trombositopeni, jumlah trombosit kurang dari 100.000
sel/ mm3
b) Hemokonsentrasi, jumlah hematokrit meningkat paling
sedikit 20% diatas rata-rata.

Penatalaksanaan demam berdarah adalah Diagnosa ditegakkan dari


gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah :

a) Trombositopeni, jumlah trombosit kurang dari 100.000


sel/ mm3
b) Hemokonsentrasi, jumlah hematokrit meningkat paling
sedikit 20% diatas rata-rata Pengobatan penderita
demam berdarah adalah dengan cara :
 Pengantian cairan tubuh
 Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter
sampai 2 liter dalam 24 jam.
 Gastroenteritis oral solution atau kristal diare
yaitu garam elektrolid(oralit kalau perlu 1
sendok makan setiap 3 sampai 5 menit)
c. Pencegahan Tersier

Adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah


lanjut (akhir periode patogenesis) dengan tuuan untuk mencegah cacat
dan mengembalikan penderita ke status sehat.

1) Pengobatan
Pengobatan penderita demam berdarah adalah dengan cara :
a) Penggantian cairan tubuh
 Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter
sampai 2 liter dalam 24 jam.
 Gastroenteritis oral solution atau kristal diare
yaitu garam elektrolid (oralit kalau perlu 1
sendok makan setiap 3 sampai 5 menit)
b) Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit diperlukan
untuk mencegah terjadinya syok yang dapat terjadi
secara tepat.
c) Pemasangan infus NaCl atau Ringer melihat
keperluannya dapat ditambahkan, Plasma atau Plasma
expander atau preparat hemasel.
d) Antibiotik diberikan bila ada dugaan infeksi sekunder
DAFTAR PUSTAKA

Widoyono.2005.PenyakitTropis.Jakarta:Erlangga.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_K
OTA_2014/3326_Jateng_Kab_Pekalongan_2014.pdf
https://luluhatta.wordpress.com/2012/11/25/terapan-riwayat-alamiah-
penyakit-demam-berdarah-dengue-dan-tahap-pencegahannya/

Anda mungkin juga menyukai