net/publication/337823590
CITATIONS READS
0 1,014
2 authors, including:
Ayub Mursalin
State Islamic University of Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia
6 PUBLICATIONS 5 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ayub Mursalin on 08 December 2019.
Bakhtiar Hasan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
Ayub Mursalin
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
A. Pendahuluan
Dalam satu dasawarsa belakangan, konflik komunal berdarah bernu-
ansa etnis dan atau agama telah mengguncang beberapa daerah di
Indonesia. Gelombang konflik dengan kekerasan ini sangat merisau-
dan al-Razi.25
Di sisi lain, mufasir Muktazilah, Zamakhsyari, berpendapat
bahwa Tuhan tidak menerima keimanan melalui paksaan dan keke-
rasan sebagaimana dipercayai Asy’ariyah. Sebaliknya Dia menerima
keimanan dengan memperkuat seseorang dengan fitrah dan pilihan
bebas (al-khiyar). Zamakhsyari kemudian mengutip Q.S. Yunus (10):
99 untuk mendukung pendapatnya. Zamakhsyari berpendapat, jika
Tuhan menghendaki, Dia akan memaksa manusia untuk beriman.
Namun Dia tidak melakukannya dan malah memberikan manusia
pilihan bebas dalam hal keimanan.26
Implikasi ayat “tidak ada paksaan” dari Zamakhsyari itu sesuai
pandangannya yang rasional secara keseluruhan. Tidak hanya ahli
kitab yang tidak boleh dipaksa masuk Islam, dalam hal ini semua
manusia harus memiliki hak dasar untuk menerapkan pilihan bebas-
nya. Ketika seseorang tidak mau memilih Islam atau memilih suatu
keyakinan (doktrin) tertentu, berlaku ketentuan dalam QS. al-Kâfirûn
(109): 6: lakum dînukum wa lîy al-dîn (untukmu agamamu dan untukku
agamaku).27 Namun, begitu agama diformalkan, baik dalam bentuk
pelembagaan doktrin maupun lainnya, ia mudah terjebak sebagai
instrumentalisasi kepentingan baik oleh kepentingan yang mengatas-
namakan “suara Tuhan” sebagai suara kekuasaan maupun berbagai
kepentingan lain yang memanfaatkan agama sebagai legitimasi
untuk sebuah pemaksaan suatu keyakinan.28
Agama “yang bisa hadir” sebagai sumber “konflik” dan “peme-
cah” bukan ada dalam wilayah ilahiyah-nya. Secara normatif agama-
agama menyatakan bahwa ajarannya tidak mengandung unsur
konflik atau unsur pemecah belah. Seruannya adalah damai dan
sejahtera, meskipun sistem-sistem agama secara tradisional mengkla-
im pengabdian absolut. Masing-masing mengklaim dirinya sebagai
pemonopoli daya penyelamatan, walaupun klaim ekslusif semacam
ini terkadang perlu dan dipandang sebagai instrumen alamiah bagi
kepentingan identifikasi diri dari suatu kelompok dalam menentang
klaim kaum lain terhadap kebenaran absolut.29 Atas dasar itu, tidak
banyak yang berani mengangkat (ajaran) agama sebagai faktor pemi-
cu konflik. Tuduhan kemudian dialihkan kepada varian-varian lain
10 29 Juli 2010 Ribuan orm as perang b at u deng an jemaah Ahmadiy ah di D esa Manis
Lor, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kejadian ini
berlangsung setelah polisi meng hadang ribuan massa o rm as yang b erniat
mengusir jem aah Ahmadiy ah. A ksi ini kelanjutan dari tindakan Sat pol
PP yang akhirnya berhasil m enyegel 1 masjid dan 7 musala m ilik
Ahm adiyah.
11 10 A gust us 2010 Ratusan m assa FPI dan Gerakan Um at Islam Bersatu (GUIB) merusak
paksa papan nama j em aah A hmadiyah yang terpasang di Masjid A n-
Nur, Jalan Bubutan G ang 1 No 2, Surabaya.
12 1 O ktob er 2010 Sekitar enam b angunan m ilik jemaah Ahmadiy ah di Desa Kampung
Cisalada, Desa Ciampea Udik, Kecam at an Ciam pea, Bogo r, dib ak ar
massa. Termasuk y ang dib ak ar adalah masjid, surau, dan madrasah serta
rumah. Kerusuhan ini sudah kali ketiga sejak 2008. Pada 2007 k eluar
keputusan bersam a tingk at Kecamatan Ciam pea yang diteken c am at,
Maj elis Ulama Indonesia, Kanto r Urusan Agama, y ang meny atak an t idak
boleh ada aktivitas jamaah A hm adiyah. Keputusan ini diperkuat dengan
SKB tingk at Kabupaten Bogor y ang ditandatangani bupati, kom andan
kodim, dan unsur m uspida lainnya.
13 4 O ktob er 2010 Peng hentian ak tivitas jem aah Ahmadiy ah di Kecam atan Tam pan,
Pekanb aru, oleh Pem erintah Kota Pekanb aru.
14 11 O ktober 2010 Pemerintah Kabupaten G arut, Jawa Barat, m elarang Jemah Ahmadiyah
berada di wilay ahny a. Hal itu diung kapk an setelah pertemuan antara
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah b ersama Badan Koordinasi
Peng awasan Aliran Kepercay aan.
15 29 O ktober 2010 FPI beserta orm as se- Kabupaten Ciam is berupaya m enyeg el m asjid
Ahm adiyah di Jalan Gayam, Ciam is. Rencana penyegelan g ag al set elah
aparat kepolisian m enjaga ketat lok asi m asjid.
16 5-Nov -10 Massa dari Perg uruan Tinggi Dakwah Islam Tanjung Prio k m enuntut
peny egelan Masj id Nuruddin, Jalan Kebon Bawang X , Tanjung Priok ,
Jak arta Utara. Menurut m ereka, masjid tersebut digunak an oleh jemaah
Ahm adiyah. Pengurus masjid m em bantah m asjid tersebut ek sklusif
untuk jemaah Ahmadiy ah.
17 20-Nov-10 Sebanyak 12 kepala keluarga atau sekitar 50 jiwa umat Ahm adiyah di
Ketapang, Lombo k Barat, kemb ali diusir warga setem pat.
18 26-Nov-10 Puluhan rumah dan sat u rumah m ilik warga Ahmadiyah dibakar di
Dusun Ketapang, Lo mbok Barat. Perusakan dilak uk an warg a yang t idak
ingin desanya ditingg ali jem aah Ahm adiyah. Akhirnya, Bupati Lomb ok
Barat, Z aini Arony, memerintahkan warg a Ahm adiyah agar jangan
tingg al di Dusun Ketapang untuk m enghindari hal- hal yang t idak
diing inkan.
19 3 D esember 2010 Sekitar pukul 00.37 WI B, sek elompok orang bersepeda m otor menyerang
dan m erusak sebuah masjid Ahmadiyah di Jalan Ciputat Raya. Tidak ada
korban jiwa dalam peristiwa itu.
20 8 D esember 2010 Hasil rapat koordinasi antara Pem kot Tasik malay a b eserta sejumlah
pimpinan lem baga pem erint ahan Ko ta Tasikm alaya memutuskan untuk
menutup sejumlah sarana milik A hm adiyah di Tasikm alaya. Akhirnya,
secara massif Satpo l PP dan warga m asy arakat b eramai-ram ai m enyegel
masjid yang dianggap m ilik A hm adiyah.
21 10 D esember 2010 Sekitar seribu santri di Sukabum i, Jawa Barat , memb ong kar m asjid
Ahm adiyah di Kampung Panjalu, Desa W arnasari, Kecamatan Sukabumi,
Kabupaten Sukab um i. Pembongk aran dilakukan setelah keluar putusan
Mahkamah A gung yang m enguat kan keputusan Peng adilan Negeri
Cibadak, Suk ab um i, y ang m enyatakan masjid tersebut b uk an m ilik
jem aah Ahmadiyah, melainkan milik warg a sek it ar.
22 27 D esember 2010 Madrasah al-Mahm ud milik Ahmadiyah di Kam pung R awa Ekek , Desa
Suk adana, Kecamatan Campak a, Kab upaten Cianjur, dibakar orang tak
dikenal. Sem inggu sebelum nya, seb uah m usala juga dibakar. Selama ini
madrasah dipergunakan jemaah Ahm adiyah untuk keg iatan pendidikan
keagam aan.
23 29 Januari 2011 Puluhan m assa Front Pembela Islam (FPI) b erunjuk rasa set elah
mengetahui terdapat kegiat an di masjid milik jemaah A hm adiyah di
Mak assar. Mereka memaksa jem aah itu ming gat. Akibatn ya, jemaah
Ahm adiyah diev akuasi ke Masjid an-Nushrat, Jalan Anuang 112,
Mak assar.
24 6 Pebruari 2011 Warga menyerang jam aah Ahmadiy ah di Cikeusik, Kabupaten
Tangerang , Banten. Tercatat tiga o rang dilaporkan tewas dalam insiden
peny erangan tersebut.
25 4-Apr-11 Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, m enyeg el Masjid Murabok m ilik
jem aah Ahmadiy ah cab ang Sindan g Barang, Bog or, di Kecam at an Bogor
Barat. Peny egelan dilak ukan atas desakan ratusan warga setempat.
26 5-Apr-11 Sedikitnya, lima rum ah warg a A hmadiyah, di Kampung Cim angg u II I,
Desa Ciaruteun U dik, Kecamatan Cibungb ulang , Kab upaten Bo gor,
dirusak sek elom pok orang tidak dik enal
27 7-Apr-11 Dua toko h Ahm adiyah di Kampung Tolenjeng, Desa Sukagalih,
Kecamatan Sukaratu, Tasikm alaya, Jawa Barat, bertob at . Keduanya
disaksikan ulam a, Majelis Ulama I ndonesia, serta unsur pimpinan daerah
setempat. Merek a menyatakan diri k em bali ke ajaran Islam y ang benar.
28 19-Apr-11 Puluhan anggota Front Pemb ela Islam (FPI) dan Lask ar Pem bela Islam
(LPI) menyegel sebuah m asjid jemaah Ahm adiyah di Pekanbaru, Riau.
FPI kesal k arena pem erintah set empat lamban menuntask an m asalah
Ahm adiyah sehing ga para pengikutn ya tetap bebas berak tiv itas.
29 6 Mei 2011 Masjid Ahmadiyah di Jalan Cipto Mangunk usumo , Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat, diseg el sek elom pok o ran g tak dikenal. Penyegelan dilakukan
pagi hari ketika beberapa jemaah b erada di masjid. Kendati dem ik ian,
para jemaah t idak terpancing dan m elawan.
30 27 Mei 2011 Ratusan ang gota F ro nt Pemb ela Islam (FPI) Mak assar, Sulawesi Selatan,
mendatangi Kantor Pusat Kegiatan A hmadiyah di Jalan Anuang
Mak assar. F PI meminta jem aah Ahmadiy ah m enghent ik an segala
ak tivitasnya.
31 13 A gust us 2011 Ratusan anggota Front Pem bela I slam (FPI) di Makassar, Sulawesi
Selatan, merusak m arkas Ahmadiy ah. Seo rang anggo ta Ahmadiyah
terluk a.
32 21 A gust us 2011 Masjid m ilik Jem aah A hm adiyah Indo nesia (JAI) di Sukabumi, Jawa
Barat, resmi menjadi m asjid um um . Peng elolaan diserahkan Pengadilan
Negeri Suk ab um i kepada warga Kampung Panjalu, Sukabumi.
33 12-Sep-11 Petugas Satpol PP Kab upaten Pandeglang, Banten, m enyegel Masj id
Baitul Tahir milik jemaah A hm adiyah di Kampung Kadu Kandel, Desa
Cisereh. Peny egelan berdasarkan rekomendasi Badan Koordinasi
Peng awas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bak orpakem) untuk
menghindari k ek erasan terhadap jem aah Ahmadiyah di daerah tersebut.
34 13-Sep-11 Lima angg ota jemaah Ahm adiyah diam ankan polisi di Markas Kepo lisian
Reso r Pandeglang, Banten. Lima warg a dari Kampung Kadu Kandel,
Desa Cisereh, it u terancam diamuk massa karena menolak keluar dari
Ahm adiyah.
35 9-Nov -11 Sadarudin, warga Ahmadiyah di Mataram, Nusa Teng gara Barat,
diserang orang tak dikenal. D aun teling a Sadarudin ny aris putus disabet
senjata tajam. Kulit leher korban pun terkoyak.
36 17-Nov-11 Warga dan sejumlah petugas pengawasan dan k etert ib an bang unan
menyegel seb uah rumah yang dijadik an t em pat ib adah penganut
Ahm adiyah di Jalan Madrasah I , Duren Sawit, Jak arta Timur. Bang unan
itu diduga menyalahi fungsi.
37 27-Nov-11 Ribuan m assa F orum Umat Islam (FUI ) meng gelar pawai akbar untuk
memperingati Tahun Baru Hijriy ah di Mak assar, Sulawesi Selatan. Aksi
digelar sek aligus untuk m enuntut Pemprov Sulsel agat segera
mengeluarkan Perda Pemb ub aran Ahmadiy ah.
F. Penutup
Kekerasan berbasis agama, kendati memiliki legitimasi teologis,
sesungguhnya juga dipahami sebagai fenomena yang memiliki
jalinan degan entitas dan faktor lain, semisal politik atau sejenisnya.
Namun karena ekspresi kekerasan sering kali dibungkus agama, lebih
kental nuansa motif agamanya dibanding motif lain. Ini karena perso-
alan agama menyentuh secara lansung dengan dimensi emosi dan
batiniah setiap pemeluknya. Ketika agama menjadi identitas dan
ideologi, akan mudah tersulut jika simbol-simbolnya disinggung atau
dilecehkan orang lain. Belum lagi ketika agama teralienasi dan tereli-
minasi dari kancah modernitas, identitas agama akan selalu dibang-
kitkan menjadi ideologi alternatif yang mampu menghadirkan
nuansa baru dalam kehidupan modern. Sayangnya, alih-alih berhasil
mengokohkan diri sebagai ideologi alternatif pilihan manusia
Catatan:
1
Dewi Fortuna Anwar, et.al., Konflik Kekerasan Internal, (Jakarta: Yayasan
Obor dan LIPI, 2005); Heru Cahyono, et.al., Konflik Kalbar dan Kalteng: Jalan
Panjang Meretas Perdamaian, (Jakarta: P2P-LIPI, 2008); Robert I. Rotberg
menyebutkan bahwa indikator lemah atau gagalnya suatu negara bisa dilihat
dari beberapa segi, di antaranya gagal dalam ekonomi, politik, dan penegak-
an hukum. Lihat Robert. I. Rotberg (ed.), State Failure and State Weakness in a
Time of Terror, (Washington D.C: Brookings Institute Press, 2003), hlm. 19-22.
Untuk itu, sejak runtuhnya rezim otoritarianisme Orde Baru (1998), Indonesia
belum sampai disebut sebagai negara yang gagal melainkan lemah yang
mengarah pada negara yang gagal. Indikatornya adalah meningkatnya angka
kemiskinan karena krisis ekonomi, lemahnya penegakan hukum, dan
banyaknya konflik vertikal maupun horizontal akibat instabilitas politik.
Michael Malley, “Indonesia: The Erosion of State Capacity”, dalam Rotberg,
State Failure, hlm. 183-218.
2
The Wahid Institute, Laporan Tahunan The Wahid Institute 2010 tentang
Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dan Toleransi di Indonesia, (Jakarta: The Wahid
Institute, 2010).
3
The Wahid Institute, Kebebasan Beragama dan Kehidupan Keagamaan di
Indonesia 2009: Annual Report The Wahid Institute, (Jakarta: The Wahid
Institute, 2008).
4
Setara Institute, Laporan Kondisi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan di
Indonesia 2010, (Jakarta: Setara Institute, 2010).
5
Setiap agama memang memiliki ajaran perang, namun sejatinya
perang bisa dipraktikkan bila dalam keadaan yang dibenarkan (untuk mem-
bela diri). Bruce Lincoln, “Conflict”, dalam Mark C. Taylor (ed.), Critical Terms
for Religious Studies, (Chicago: The University of Chicago Press, 1998), hlm.
65.
6
Di antara dokumen-dokumen terkait pelarangan Ahmadiyah oleh
lembaga-lembaga pemerintahan maupun MUI terangkum dalam M. Amin
Djamaludin, Ahmadiyah Menodai Islam: Kumpulan Fakta dan Data, (Jakarta:
LPPI, 2007); Ahmad Suaedy, et.al., Islam, Konstitusi dan Hak Asasi Manusia:
Problematika Hak Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia, (Jakarta:
The Wahid Institute, 2009).
7
Robert W. Hefner berargumen bahwa Islam adalah kekuatan yang
memfasilitasi transisi Indonesia menuju demokrasi. Sebagian besar pemikir
atau intelektual Muslim Indonesia memiliki kontribusi pemikiran atau teori
untuk memperdebatkan antara Islam dan hak asasi manusia, Islam dan
demokrasi, serta Islam dan hak-hak perempuan. Para intelektual Muslim
Indonesia umumnya tetap mendukung Indonesia sebagai negara sekuler,
dan hanya sebagian kecil yang menuntut untuk mendirikan negara Islam
yang menerapkan syariat Islam. Robert W. Hefner, Civil Islam, (Princeton:
Princeton University Press, 2000).
8
Anas Saidi (ed.), Menekuk Agama, Membangun Tahta, (Depok: Desantara,
2004), hlm. 2.
9
Richard Nelson-Jones, Human Relationship Skill: Cara Membina Hubung-
an Baik dengan Orang Lain, terj. R. Bagio Prihatono, (Jakarta: Bumi Aksara,
cet. ke-2 1996), hlm. 301.
10
Munir al-Ba’labakiy, Qamus al-Mawrid, (Beirut: Dar al-’Ilm Lil Malayin,
1994), hlm. 205.
11
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
cet. ke-2 1989), hlm. 455.
12
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Rajawali, cet. ke-2 1985),
hlm. 99.
13
Peg Pickering, How to Manage Conflict: Kiat Menangani Konflik, terj.
Masri Maris, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. l.
14
Simon Fisher, et.al., Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk
Bertindak, (t.t: The British Council, 2000), hlm. 4.
15
Roxane S. Lulofs Dudley D. Calm, Conflict from Theory to Action, (USA:
Allyn & Bacon, 2000), hlm. 3.
16
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta:
Rajawali Pers, 1992), hlm. 32.
17
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta:
Penerbit Djambatan, 1980), hlm. 44.
18
Mayor Polak, Pengantar Ringkas Sosiologi, (Jakarta: Ikhtisar, 1979), hlm.
226.
19
WA. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1986), hlm. 178.
20
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1984), hlm.
151.
21
M.M. Billah, “Islam dan Politik Pasca-Soeharto”, Tashwirul Afkar, 4,
(1999), hlm. 16.
22
Billah, “Islam dan Politik”, hlm. 17.
23
Kata al-dîn dalam bahasa Arab diterjemahkan sebagai agama. Dari
sudut ajaran, agama memang mengajarkan pentingnya penyerahan diri seca-
ra total kepada Tuhan, sebagaimana salah satu makna kata al-dîn adalah
penyerahan diri. Lihat Ibn Mandzur, Lisan al-‘Arab, (Kairo: Dar al-Hadith,
2003), jilid. 3, hlm. 466-468.
24
Lâ ikrâha fi al-dîn (tidak ada paksaan dalam agama). QS. al-Baqârah
(2): 256.
25
al-Thabari, misalnya, dalam tafsir tradisionalnya, Jamî’ al-Bayân,
mengutip beberapa hadis yang diriwayatkan para sahabat Rasulullah yang
mengesahkan hanya ahli kitab yang tidak boleh dipaksa. al-Thabari berpen-
dapat bahwa walaupun Rasulullah tidak pernah memaksa ahli kitab untuk
33
Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam,
(Jakarta: Paramadina, 1999), hlm. 18.
34
Abdurrahman Wahid, “Dialog Agama dan Masalah Pendangkalan
Agama”, dalam Komaruddin Hidayat dan Agmad Gaus AF. ( eds.), Passing
Over: Melintas Batas Agama, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm.
51-59.
35
Bobby S. Sayyid, A Fundamental Fear: Eurosentrism and the Emergence
of Islamism, (London & New York: Zed Book Ltd., 1997), hlm. 7-10.
36
Armada Riyanto, “Membongkar Eksklusivisme Hidup Beragama”,
dalam Armada Riyanto (ed.), Agama Kekerasan: Membongkar Eksklusivisme,
(Malang: DIOMA-STFT Widyasasana, 2000), hlm. 16-34.
37
Beuken, Wim, dan Kuschel, Karl-Josef et.al., Agama sebagai Sumber
Kekerasan?, terj. Imam Baehaqi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. xiv-
xxv.
38
Selain Ahmadiyah, masih banyak lagi komunitas Muslim minoritas
lainnya yang mendapat klaim penyesatan dari kelompok mayoritas maupun
negara, di antaranya komunitas Lia Eden, komunitas YKNCA Propbolinggo
pimpinan Mohammad Ardi Husein al-Pardi, komunitas Shalat Dwi Bahasa
pimpinan Yusman Roy, dan lainnya. Semua dijerat dengan pasal penodaan
agama.
39
Setara Institute, Negara Harus Bersikap: Tiga Tahun Laporan Kondisi
Kebebasan Beragama/ Berkeyakinan di Indonesia 2007-2009, (Jakarta: Setara
Institute, 2010), hlm. iv.
40
Setara Institute, Negara Menyangkal: Kondisi Kebebasan Beragama/berke-
yakinan di Indonesia 2010, (Jakarta: Setara Institute, 2010), hlm. vii.
41
The Wahid Institute, Annual Report Kebebasan Beragama dan Kehidupan
Keagamaan di Indonesia Tahun 2009, (Jakarta: The Wahid Institute, 2010), hlm.
5.
42
The Wahid Institute, Annual Report, hlm. 6-7.
43
Lihat “Warga Serang Anggota Ahmadiyah Lombok Timur, Tempo
Interaktif, 15 September 2002.
44
Lihat “Belasan Rumah Ahmadiyah Dibakar”, gatra.com, 14 Februari
2003.
45
Lihat “Polres Bogor Tahan 5 Perusak Mesjid Ahmadiyah”, Tempo
Interaktif, 8 Januari 2006.
46
Lihat “Sejumlah Elemen Masyarakat Kecam Serangan ke Ahmad-
iyah”, Tempo Interaktif, 22 September 2005.
47
Lihat “Polisi Tak Menjamin Keamanan Anggota Ahmadiyah”, Tempo
Interaktif, 6 Februari 2006.
48
Cyprianus Anto Saptowalyono, “Dua Mobil dan Satu Rumah Dirusak
Warga”, Kompas, 6 Februari 2011.
49
“Enam Jemaah Ahmadiyah Tewas”, Kompas, 6 Februari 2011.
50
“Enam Jemaah Ahmadiyah Tewas”, Kompas, 6 Februari 2011.
51
“Ahmadiyah: Kenapa Kami Selalu Dipojokkan”, Kompas, 6 Februari
2011.
52
Achmad Yani, “Jamaah Ahmadiyah Diserang Warga Cikeusik”, Lipu-
DAFTAR PUSTAKA
tara, 2004).
Sayyid, Bobby S., A Fundamental Fear: Eurosentrism and the Emergence
of Islamism, (London & New York: Zed Book Ltd., 1997).
Schimmel, Annemarie, “Inklusivitas Kebenaran Agama”, dalam
Andito (ed.), Atas Nama Agama, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1998).
Setara Institute, Laporan Kondisi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan di
Indonesia 2010, (Jakarta: Setara Institute, 2010).
Setara Institute, Negara Harus Bersikap: Tiga Tahun Laporan Kondisi
Kebebasan Beragama/ Berkeyakinan di Indonesia 2007-2009, (Jakarta:
Setara Institute, 2010).
Setara Institute, Negara Menyangkal: Kondisi Kebebasan Beragama/Berke-
yakinan di Indonesia 2010, (Jakarta: Setara Institute, 2010).
Silitonga, Linda T., “Komnas HAM Terus Selidiki Kasus Cikeusik”,
Bisnis Indonesia, 16 Februari 2011.
Soekanto, Soerjono, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Rajawali, cet. ke-2 1985).
Suaedy, Ahmad, et.al., Islam, Konstitusi dan Hak Asasi Manusia:
Problematika Hak Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia,
(Jakarta: The Wahid Institute, 2009).
The Wahid Institute, Annual Report Kebebasan Beragama dan Kehidupan
Keagamaan di Indonesia Tahun 2009, (Jakarta: The Wahid Institute,
2010).
The Wahid Institute, Kebebasan Beragama dan Kehidupan Keagamaan di
Indonesia 2009: Annual Report The Wahid Institute, (Jakarta: The
Wahid Institute, 2008).
The Wahid Institute, Laporan Tahunan The Wahid Institute 2010 tentang
Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dan Toleransi di Indonesia,
(Jakarta: The Wahid Institute, 2010).
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
cet. ke-2 1989).
Wahid, Abdurrahman, “Dialog Agama dan Masalah Pendangkalan
Agama”, dalam Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF.
(eds.), Passing Over: Melintas Batas Agama, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1999).