Anda di halaman 1dari 2

Delicta Graviora, Ank & Pr

becomes an object of violence


Blame the victim based on
gender stereotype
Korban sulit memproses Menilai ini persoalan Privat,
kasusnya coz pandangan --- shg Tabu, Aib, tidak perlu intervensi
kerap kali diarahkan utk tdk luar… ie. Demi anak, demi
menembuskannya ke ranah keutuhan RT
pengadilan
Kondisi korban yg rentan Implikasinya spt kasus Baiq
dipidanakan (double victims) Nuril dikriminalisasi dg pasal
Pencemaran Nama Baik
Dinilai ribet jika berurusan Implikasinya tingkat gugat cerai
dengan Hukum Pidana makanx tinggi.
lebih banyak yang memilih jalan Kasus dihentikan/dibatalkan.
perdata Berhenti di tengah dg
mekanisme jalur kekeluargaan,
sudah memaafkan pelaku,
ketergantungan korban kpd
pelaku, aib, ancaman kpd
korban/kriminalisasi korban ---
(Delik Aduan) shg kesulitan
buat penegak hukum

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1742/perempuan-rentan-jadi-korban-kdrt-
kenali-faktor-penyebabnya
Tahun 2016 membuat Survey Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN)
https://republika.co.id/berita/breaking-news/hukum/09/12/23/97516-uu-pkdrt-masih-banyak-
kelemahan : Abdul Hamim Jauziey, LBH APIK
-Praktek saksi bisa dengan satu orang yaitu korban dan hasil visum, namun banyak polisi yang
menolak laporan tersebut.
-Lembaga konseling utk korban. How dg LKB utk Pelaku?
-UU Pkdrt belum melindungi korban ‘kekerasan’ yang menikah sirri (tidak tercatat secara resmi).
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt542a5a88e1e12/kdrt-masih-dipandang-bukan-
kejahatan/ : Nursyahbani, LBH APIK
-Korban tidak tahu dan tidak memandang itu merupakan tindakan pidana. Dia menilai kurang
SOSIALISASI terhadap UU ini.
-Rentan dikriminalisasi.
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=652:undang-
undang-nomor-23-tahun-2004-suatu-tantangan-menuju-sistem-hukum-yang-responsif-
gender&catid=101&Itemid=181 : Mudjiati S.H
-Asal muasalal terbitnya UU ini karena belum adanya payung hukum terhadap korban KDRT. Di KUHP
ketika itu hanya mengenal istilah ‘Penganiayaan (kekerasan fisik)’, seringkali mengalami kesulitan di
dalam pembuktian hukum terutama masalah terkait non-fisik (psikis).
-Selain problem di lingkup pelaku-korban, juga pada sebagian penegak hukum yang belum memiliki
sensitivitas gender.
-mengenai pencegahan, perlindungan terhadap korban, dan penindakan terhadap pelaku KDRT,
dengan tetap menjaga keutuhan demi keharmonisan keluarga. (((belum ada produk hukum yang
produktif: membangun sistem-gerakan ; asyur- wasilah & rights)))
-“Kekerasan berbasis gender adalah sebuah bentuk diskriminasi yang secara serius menghalangi
kesempatan wanita untuk menikmati hak-hak dan kebebasannya atas dasar persamaan hak dengan
laki-laki”. Rekomendasi CEDAW no. 19 tahun 1993 butir 1
-Nomor: 01 Tahun 2006 tentang Forum Koordinasi Kerja Sama Pencegahan dan Pemulihan Korban
Kekerasan dalam Rumah Tangga (PerMenegPP No.01/2006). (sehingga bisa dibantu dg lembaga2
lain)
-Paradigmax untuk korban:  a) penyediaan ruang pelayanan khusus di kantor kepolisian; b) penyediaan
aparat, tenaga kesehatan, pekerja sosial, dan pembimbing rohani; c) pembuatan dan pengembangan
sistem dan mekanisme kerja sama program pelayanan yang melibatkan pihak yang mudah diakses
oleh korban; dan d) memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga, dan teman korban.
Untuk penyelenggaraan tersebut, pemerintah dan pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan
masyarakat atau lembaga sosial lainnya (Pasal 13 dan Pasal 14 UU-PKDRT)…. Rumah Aman
-Depkes: pengaruh kombinasi dan interaksi dari faktor biologis, psikologis, ekonomi, dan politik seperti
riwayat kekerasan, kemiskinan dan konflik bersenjata. 

Anda mungkin juga menyukai