Anda di halaman 1dari 18

TINJUAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

OLEH ANAK: STUDI KASUS DI LEMBAGA PEMBINAAN


KHUSUS ANAK (LPKA) KLAS I KUPANG
Alfanta Kurniawan Tarigan
Fakultas Hukum/Universitas Nusa Cendana Kupang
e-mail: alfanta371@gmail.com

Pembimbing 1, Nikolas Manu, S.H.,M.H.


Universitas Nusa Cendana Kupang
Jl. Adi Sucipto Penfui, Kota Kupang

Pembimbing 2, Dr.Orpa G. Manuain, S.H.,M.H.


Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang

ABSTRAK
Alfanta Kurniawan Tarigan. Tinjauan Kriminologis Tindak Pidana Pemerkosaan oleh Anak: Studi Kasus di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas I Kupang. Dibimbing oleh: Nikolas Manu sebagai
Pembimbing I, dan Orpa G. Manuain sebagai Pembimbing II.

Anak sebagai pelaku pemerkosaan merupakan fenomena yang saat ini terjadi di wilayah provinsi Nusa
Tenggara Timur. Berdasarkan data pra penelitian tanggal 12 September 2022 menunjukan dari jumlah 21 anak binaan
di LPKA, 5 diantaranya merupakan pelaku pemerkosaan. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah faktor penyebab
anak melakukan tindak pidana pemerkosaan dan upaya pencegahan terhadap anak sebagai pelaku kejahatan
pemerkosaan yang dilakukan oleh Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas I Kupang dan Balai
Pemasyarakatan Kelas II Kupang.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang mengkaji suatu peristiwa hukum yang terjadi
melalui pendekatan kasus. Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara dan studi dokumen. Data-
data yang telah diperoleh kemudian akan disajikan secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Faktor-faktor penyebab anak melakukan tindak pidana pemerkosaan
di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Kupang yakni; faktor psikologis atau kejiwaan anak, kondisi keluarga
kaitannya dengan pengawasan orangtua, pendidikan formal dan informal yang buruk, pergaulan anak, penggunaan
teknologi, penggunaan alkohol dan peranan korban itu sendiri. (2) Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pihak
LPKA dan BAPAS adalah pemberian pembinaan, pembimbingan dan pengawasan yang berdasarkan pada Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan. Oleh karena itu, saran terhadap hasil penelitian ini ialah:
(1) Masyarakat dalam hal ini orangtua, keluarga, atau masyarakat sekitar harus meningkatkan peran aktif dalam
membina anak dan memantau atau mengawasi perilaku anak. (2) Instansi-instansi atau stakeholder terkait harus giat
melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah berkaitan dengan pendidikan seksual, dampak kecanduan video porno,
serta bahaya penggunaan teknologi. (3) Lembaga-lembaga terkait yang mempunyai tanggungjawab secara khusus
dalam hal penanggulangan kejahatan yang dilakukan oleh anak harus lebih adaptif dan responsif terhadap fenomena
yangterjadi.
Kata Kunci: Faktor penyebab, Pemerkosaan, Anak, Upaya penanggulangan

1
sexual violence yang merupakan penyerangan
1. PENDAHULUAN
sexual oleh kekuatan diatas kelemahan
Setiap negara pada umumnya
korban.
memiliki suatu konstitusi atau Undang-
Sepanjang tahun 2021 terdapat 10.247
Undang Dasar, selain tujuannya untuk
kasus kekerasan terhadap perempuan dimana
memberikan batasan-batasan dan
15,2 persen adalah kasus kekerasan seksual
pengawasan terhadap kewenangan
dan kasus kekerasan seksual terhadap anak
pemerintahan, akan tetapi juga untuk
adalah 45,1 persen dari 14.517 kasus
memberikan jaminan atas hak-hak
kekerasan terhadap anak. 1 Sedangkan pada
konstitusional bagi setiap warga Negara
tahun 2022 berdasarkan data dari Kementrian
Indonesia. Misalkan hak yang diatur dalam
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
pasal 28 G ayat 1 dan 2 Undang-Undang
Anak, terdapat 797 anak menjadi korban
Dasar 1945 Republik Indonesia yaitu tentang
kekerasan seksual sepanjang bulan januari
perlindungan atas diri pribadi, keluarga,
tahun 2022. Jumlah tersebut setara dengan
kehormatan, martabat serta berhak atas rasa
9,13 persen dari total anak korban kekerasan
aman, bebas dari penyiksaan atau perlakuan
seksual pada tahun 2021 yang mencapai 8730
yang merendahkan derajat martabat manusia.
kasus.2
Selama pandemi covid-19, begitu
Kejahatan kekerasan seksual
banyak media massa yang memberitakan
terkhususnya pemerkosaan memang
maraknya kasus kejahatan seksual yang
seharusnya digolongkan sebagai kejahatan
terjadi di Indonesia termasuk juga di
yang sangat keji, kejam, amoral, tercela dan
dalamnya kejahatan pemerkosaan. Berbagai
melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) yang
macam bentuk pemerkosaan yang telah
dimana korban yang merupakan perempuan
terjadi seperti; pemerkosaan umum atau
yang sudah dewasa ataupun masih dibawah
pemerkosaan dimana pelaku dan korban yang
umur. Dipandang demikian karena akibat dari
tidak saling mengenal, pemerkosaan dalam
kejahatan pemerkosaan ini korban mengalami
ruang lingkup keluarga seperti suami
penderitaan fisik, psikis, psikologis, dan sosial
memperkosa istri atau biasa disebut marital
dalam kurun waktu yang lama dan bahkan
rape, seorang ayah memperkosa anak, atau
seumur hidup.
bahkan anak laki-laki memperkosa saudara
Pertanggungjawaban pidana oleh
perempuannya dan juga pemerkosaan dalam
pelaku tindak pidana pemerkosaan telah diatur
intimate partner rape atau intimate partner

1 2https://nasional.kompas.com/read/2022/03/04/17062911
https://www.cnnindonesia.com/nasional/2022012003021
9-20-748827/14517-kasus-kekerasan-anak-terjadi- /kemenpppa-797-anak-jadi-korban-kekerasan-seksual-
sepanjang-2021 diakses pada tanggal 12 September 2022. sepanjang-januari-2022 diakses pada tanggal 12 September
2022.
2
didalam Kitab Undang-Undang Hukum NO NAMA UMUR PASAL
Pidana (KUHP) yang memasukkan (INISIAL) UTAMA
pemerkosaan kedalam kejahatan kesusilaan 1. F.H. 16 UU No 17
yaitu pada pasal 285 Kitab Undang-Undang Tahun Tahun
Hukum Pidana yang isinya “Barangsiapa 2016 pasal
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan 81 ayat 1
memaksa seorang perempuan bersetubuh 2. G.B. 15 UU No 17
dengan dia di luar perkawinan diancam Tahun Tahun
karena melakukan perkosaan dengan pidana 2016 pasal
penjara paling lama dua belas tahun.” 3
81 ayat 1
Apabila korban atau pelaku pemerkosaan 3. H.H. 17 UU No 17
merupakan anak dibawah umur maka dapat Tahun Tahun
dikenakan pasal 81 ayat 1 Undang-Undang 2016 pasal
Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan 81 ayat 1
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- 4. N.F. 18 UU No 17
Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Tahun Tahun
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang 2016 pasal
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan 81 ayat 1
Anak Menjadi Undang-Undang Jo pasal 76 D 5. Y.B. 18 UU No 17
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tahun Tahun
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang 2016 pasal
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan 81 ayat 1
Anak. Sumber data : Berdasarkan Pra Penelitian di
Pada jaman modern ini kejahatan LPKA Klas 1 Kupang pada tanggal 12
pemerkosaan bukan lagi hanya dilakukan September 2022
oleh orang-orang yang sudah dewasa, Berdasarkan tabel di atas, dari jumlah
melainkan anak dibawah umur pun sudah 21 penghuni Lembaga Pembinaan Khusus
dapat melakukan tindak pidana pemerkosaan. Anak (LPKA) Klas 1 Kupang terdapat 5 orang
Terbukti dari data yang penulis dapatkan dari yang dikenakan pasal 81 ayat 1 Undang-
lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas 1 Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang
Kupang; Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Tabel 1: Data Anak Pidana yang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016
Melakukan Pemerkosaan. Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

3
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
3
Undang Nomor 23 Tahun 2022 Tentang 3. Hasil dan Pembahasan
Perlindungan Anak Menjadi Undang- Penyebab timbulnya kejahatan yang dilakukan
Undang. Ini menandakan bahwa telah terjadi oleh seorang anak tidak terlepas dari faktor-
penyimpangan-penyimpangan yang begitu faktor psikologis dari dalam dirinya. Konsep
ekstrem terhadap perilaku anak sehingga dasar psikologis dalam hal penyebab
perlu adanya perhatian khusus terhadap hal timbulnya kejahatan yang dilakukan oleh anak
tersebut. mengidentifikasi bahwa adanya masalah pada
Maka dari itu, dari uraian yang telah pikiran atau pikiran yang abnormal, psikis,
disampaikan di atas penulis ingin mengkaji emosi, mental serta kepribadian pelaku
faktor-faktor apa yang menyebabkan kejahatan sehingga mereka terlibat dalam
terjadinya kejahatan pemerkosaan yang suatu tindakan yang melanggar norma atau
dilakukan oleh anak di Lembaga Pembinaan hukum. Menganalisis hasil wawancara dengan
Khusus Anak Klas 1 Kupang (LPKA) dan pelaku anak (G.B), peneliti menilai bahwa
bagaimana upaya penanggulangan yang bisa adanya gejala-gejala psikopatik pada diri
dilakukan. pelaku dimana demi mencapai tujuan dari
2. Metode Penelitian pelaku, dengan tidak ragu menyakiti atau
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian merugikan korban dengan tidak disertai rasa
empiris. Penelitian ini menggunakan bersalah.
pendekatan hukum empiris, dengan Fakta pertama menurut hasil wawancara
memahami persoalan yang berdasarkan pada dengan pelaku G.B, pelaku sempat
lapangan untuk memperoleh pemahaman dari mengeluarkan ancaman kepada korban, “lu
permasalahan yang berdasarkan realitas atau datang sini, atau beta pukul, lempar lu deng
studi kasus. Data Primer yakni data yang batu”. Setelah adanya ancaman itu korban
diperoleh secara langsung dari lokasi menampakan perasaan takut yang sangat
penelitian melalui wawancara dengan pihak- mendalam mengingat korban juga baru
pihak yang berkaitan dengan masalah yang berusia dibawah umur sehingga korban
akan diteliti dan data sekunder yakni Data akhirnya tidak berani memberikan
yang diperoleh peneliti dari sumber yang ada perlawanan. Analisis peneliti bahwa pelaku
seperti buku-buku literatur, jurnal penelitian, tidak memiliki rasa empati terhadap korban
peraturan perundang-undangan, internet, karena hanya untuk memenuhi hawa nafsu
kamus artikel atau surat kabar. atau dorongan seksual semata, pelaku
Teknik pengumpulan data dilakukan secara memaksa korban dengan cara membukakan
langsung dari tempat penelitian yaitu dengan celana dari si korban untuk melakukan
cara wawancara dan studi dokumen. persetubuhan. Fakta kedua bahwa menurut

4
kesaksian pelaku, kejadian pemerkosaan itu esteem) saat remaja beranjak dewasa,
telah dilakukan sebanyak 2 kali dan baru perasaan marah (anger), anak merasa sendiri
diketahui setelah kejadian kedua. “beta waktu (loneliness), malu (shame) karena mereka
pertama kali berbuat, beta sonde rasa kalau berbeda dari anak-anak lain.
itu hal salah dan anggap biasa-biasa sa, tapi Menganalisis terhadap pelaku N.F,
setelah kedua ini ketahuan dan ditangkap pelaku ini memiliki ciri-ciri atau gejala yang
disitu baru beta pikiran terbuka kalau itu hampir sama dengan pelaku G.B. Keluarganya
salah”. Pelaku mengakui bahwa tidak adanya berasal dari keluarga yang broken home. Ayah
rasa bersalah saat dan setelah melakukan. dari pelaku sudah meninggal semenjak pelaku
Sikap egosentris dan asosial yang ditunjukan masih kecil, bahkan berdasarkan hasil
oleh pelaku menandakan bahwa adanya wawancara pelaku hanya mengenal ayah
masalah-masalah atau gangguan kejiwaan kandung dari sebuah foto saja dan ibunya
atau psikis pada diri pelaku sehingga hal itu diketahui sudah menikah sebanyak 3 kali.
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Menurut pelaku, ayah tiri dan ibu kandungnya
kejahatan pemerkosaan. Fakta ketiga bahwa sangat baik bahkan cenderung memanjakan.
pelaku telah kehilangan sosok seorang ayah Didalam rumah tangga tersebut, orangtua
saat pelaku masih duduk dikelas 4 Sekolah cenderung memberi ruang atau kebebasan
dasar (SD), hal tersebut juga menimbulkan bertindak kepada pelaku sehingga pelaku
dampak negatif bagi psikologis anak. Mereka tidak memiliki kontrol diri terhadap perilaku
yang hidup tanpa sosok seorang ayah atau dan tingkah laku. Pada saat usianya 17 tahun,
dengan keluarga yang broken home, pelaku diketahui sudah berulang-kali
cenderung memiiki sifat agresif, depresi, dan melakukan persetubuhan dengan anak berusia
rentan untuk melakukan tindakan kriminal 15 tahun, bahkan berdasarkan hasil
karena kurangnya pengawasan dari orangtua wawancara terdapat pola pikir yang keliru atau
sehingga pelaku mencari kasih sayang diluar menyimpang. Pemikiran pelaku bahwa “beta
lingkungan keluarga namun dengan cara terlahir untuk melakukan itu barang
yang salah, ditambah pelaku hanya tinggal (hubungan intim) sonde pandang umur intinya
bersama ibunya sehingga menambah tekanan kalau su bisa ya buat”. Adanya pola pikir yang
psikis bagi tumbuh kembang anak seperti salah atau pikiran yang abnormal, tidak seperti
kesepian, cemas, stress atau depresi. Hal ini pemikiran pada anak umumnya seusia dengan
sejalan dengan pendapat Sundari, A.R., & pelaku, hal itu juga menandakan bahwa
Herdajani bahwa efek dari kurangnya peran adanya gangguan psikologis yang dipengaruhi
fisik dan psikologis ayah dalam kehidupan dari situasi atau kondisi, kebiasaan, atau
anak adalah rendahnya harga diri (self- pengetahuan yang minim sehinga

5
terbentuknnya pola pikir yang salah tersebut. Tabel 2: Data Pendidikan Terakhir
Diketahui juga terkadang mereka Anak Pidana yang Melakukan
berhubungan intim sembari menonton video Pemerkosaan
porno untuk mencoba berbagai macam
NO Inisial Pendidikan
posisi-posisi seks berdasarkan video yang
Nama Terakhir
ditonton untuk mencapai suatu kenikmatan
1 GB SMA
dari kegiatan seks tersebut. Hal ini sejalan
2 FH SMA
dengan teori penyebab kejahatan teori
3 YB SMK
Psikogenesis yang pada intinya menjelaskan
4 NF SD
bahwa perilaku kriminalitas timbul karena
5 HH SMA
faktor-faktor psikologis seseorang seperti
Sumber data: Berdasarkan Pra Penelitian di
intelektualitas, kepribadian, pengendalian
LPKA Klas I Kupang pada Tanggal 12
emosi, motivasi, rasionalisasi,
September 2022
kecenderungan psikopatologis.
Menurut hasil wawancara dengan Setelah melakukan wawancara dengan
kelima pelaku, diketahui bahwa kelima nya kelima pelaku, menurut analisis peneliti, dari
memiliki keluarga yang tidak sempurna atau kelima pelaku terdapat empat pelaku yang
broken home sehingga berdampak pada sama sekali tidak memiliki pendidikan formal
kurangnya pengawasan atau kontrol sosial yang baik akibat dari beberapa faktor yaitu
yang dilakukan oleh keluarga terkhususnya malas masuk sekolah, membolos saat jam
terhadap pelaku. pelajaran tertentu, motivasi belajar yang
Indikator ketiga yaitu pendidikan. kurang, mata pelajaran yang tidak sesuai
Pendidikan dalam hal ini peneliti dengan minat dan bakat , suasana hati yang
mengelompokkan menjadi dua yaitu buruk dan ekonomi yang susah.
pendidikan formal dan pendidikan informal. Sekolah menjadi wadah kedua setelah
Pendidikan formal adalah pendidikan di rumah untuk mendapatkan pendidikan baik itu
sekolah yang di peroleh secara teratur, pendidikan ilmu pengetahuan maupun
sistematis, bertingkat atau berjenjang, dan pendidikan karakter untuk membimbing dan
dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas mengarahkan anak kepada perilaku yang lebih
sedangkan pendidikan informal adalah baik. Sekolah juga seharunya menjadi tempat
metode pendidikan yang berasal dari yang paling nyaman bagi anak-anak agar
keluarga dan lingkungan tertentu pada manfaat pendidikan yang dirasakan anak
kegiatan belajar individu yang dilaksanakan dapat optimal. Namun dari pengakuan
dengan sikap yang bertanggung jawab. beberapa pelaku, justru sekolah menjadi

6
tempat yang paling tidak menyenangkan hal yang menyimpang dan sesuai dengan teori
sehingga manfaat pendidikan disekolah tidak diferensial asosiasi bahwa terjadinya
tepat sasaran. Pengetahuan dan kecerdasan penyimpangan karena didasari dengan adanya
anak yang diniilai dari hasil skolastik atau pengamatan awal yang dilakukan oleh pelaku
prestasi anak di sekolah serta wawasan sosial terhadap seseorang yang melakukan tindakan
yang rendah mengakibatkan mereka mudah menyimpang kemudian hal tersebut dipelajari
terseret oleh ajakan buruk untuk melakukan melalui interaksi yang intens dari suatu
kejahatan. pergaulan sehingga ketika hal tersebut tidak
Pendidikan seksualitas juga tidak dibatasi maka tindakan tersebut bisa
pernah diajarkan oleh sekolah ataupun berkembang dan berubah menjadi suatu
keluarga. Seluruh hasil wawancara terhadap kejahatan.
kelima pelaku, mereka mengaku bahwa tidak
Kemajuan teknologi yang begitu pesat
pernah mendapatkan pendidikan seksual baik
tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia
itu disekolah maupun di keluarga. Pendidikan
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
seksual sangat penting sebagai edukasi
menciptakan inovasi-inovasi yang positif
kepada anak untuk membangun hubungan
untuk menunjang keberlangsungan hidup tiap-
sosial dan seksual yang baik serta sebagai
tiap individu. Kenyataan yang terjadi adalah
upaya preventif mencegah anak menjadi
sebaliknya dimana alat teknologi yang
pelaku kejahatan seksual.
semakin canggih sudah dipersalahgunakaan
Dari hasil wawancara pada kelima akibat kebebasan dalam mengoperasikannya.
pelaku dapat disimpulkan bahwa kondisi Contoh teknologi saat ini yang hampir
sosial dan lingkungan pergaulan yang dimiliki oleh setiap orang adalah gadget atau
dimiliki oleh tiap pelaku merupakan handphone. Dari hasil wawancara terhadap
lingkungan yang toxic atau dengan kata lain kelima pelaku bahwa salah satu faktor
lingkungan yang hanya membawa seseorang penyebab mereka melakukan kejahatan
kedalam pengaruh yang buruk atau negatif. pemerkosaan adalah akibat dari sering
Hal-hal buruk tersebut tidak hanya menonton video porno. Video porno ini hasil
didapatkan melalui hubungan pertemanan dari kebebasan dalam hal penggunaan atau
saja melainkan dari dalam keluarga sendiri pengoperasian sebuah handphone, dalam arti
pun bisa menjadi sumber pengaruh yang bebas dalam menjelejahi semua informasi
buruk. Jika hal tersebut tidak diimbangi yang begitu luas. Kelima pelaku mengaku
dengan personal kontrol yang kuat oleh mengenal video porno sejak dari SMP akibat
pelaku maka kemungkinan besar anak dalam pengaruh dari teman-temannya yang
hal ini pelaku akan ikut terjerumus kedalam mengajak mereka menonton video porno
7
tersebut dari sebuah handphone. Menurut wawancara terhadap kelima pelaku mereka
pengakuan salah satu pelaku juga dia mengatakan bahwa mereka terpengaruh
tergabung dalam suatu grup wahatsapp yang karena korban yang memakai celana umpan,
didalamnya saling berbagi link atau video korban yang mengajak pelaku untuk
yang berbau pornografi. Disini juga berpelukan, sikap korban yang menyetujui,
dibutuhkannya peran dari orang tua dan korban yang keluar di malam hari sendirian
sekolah terkhususnya untuk menanamkan tanpa ditemani oleh kawan atau keluarga.
dan membimbing anak dalam hal Ketika adanya kesempatan sekaligus consent
penggunaan teknologi yang baik dan benar. yang ditunjukan oleh korban, maka itu
Kecanduaan anak dalam hal bermain menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
game online lewat hp juga dapat menjadi kejahatan pemerkosaan.
faktor penyebab anak melakukan kejahatan. Alkohol juga merupakan salah satu
Kecanduan yang mereka alami dapat pemicu terjadinya tindakan menyimpang ini.
membuat mereka menjauh dari kehidupan- Diketahui dari kelima pelaku yang
kehidupan sosial dan lebih suka seharian diwawancarai mereka mempunyai kebiasaan
hidup dengan game. Menurut pengakuan yaitu merokok dan minum minuman keras,
salah satu pelaku juga mengatakan bahwa bahkan terdapat salah satu pelaku
terkadang pelaku dapat bermain game online pemerkosaan yang melakukan tindakan
dari pagi sampai sore hanya karena merasa pemerkosaan akibat dari pengaruh moke atau
senang dan terhibur. Akibatnya dari game alkohol yang diminum pada saat pesta. Ketika
tersebut pelaku dapat melakukan tindakan melihat korban sedang sendirian dirumah,
kekerasan terhadap lawan bermain. pelaku menurut pengakuannya muncul suatu
Dalam setiap kasus pemerkosaan pikiran yang jahat atau otak dalam hal ini
paling tidak melibatkan tiga hal, yakni : menstimulasi terhadap apa yang dia liat
pelaku, korban dan situasi serta kondisi. sebelumnya, diketahui juga sebelumnya
Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan pelaku sempat menonton video porno
satu sama lain, masing-masing mempunyai sehingga akibat dari pengaruh alkohol dan
andil sendiri-sendiri dan mendorong tontonan video porno sebelumnya dapat
timbulnya suatu tindak pidana perkosaan.4 menstimulasi otak untuk melakukan perbuatan
yang sama untuk memenuhi dorongan seksual
Peranan korban mempunyai
yang begitu tinggi.
kontribusi besar dalam hal terjadinya tindak
kejahatan pemerkosaan ini. Berdasarkan hasil

4 Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Asasi Perempuan, PT Refika Aditama, Bandung, 2001, hlm.
Perlindungan Kekerasan Seksual, Advokasi Atas Hak 66-67
8
Dari tabel diatas, peneliti dapat Penanggulangan kejahatan secara
simpulkan bahwa, faktor yang paling preventif adalah suatu upaya untuk mencegah
mendominasi atau mempunyai andil besar sebelum terjadinya kejahatan. Upaya
anak melakukan pemerkosaan terhadap anak penanggulangan secara preventif terhadap
adalah Keadaan atau kondisi keluarga yang anak yang melakukan kejahatan pemerkosaan
tidak harmonis atau broken home yang merupakan tanggungjawab dari semua pihak
kaitannya dengan lemahnya pengawasan baik itu individu sendiri, masyarakat,
orangtua, pergaulan anak yang tidak dibatasi pemerintah, aparat-aparat penegak hukum
dan kebiasaan anak mengakases video porno termasuk juga didalamnya Lembaga
melalaui gadget akibat dari perkembangan Pembinaan Khusus Anak.
teknologi yang semakiun canggih. Salah satu upaya preventif yang
Upaya penanggulangan kejahatan dilakukan oleh pihak LPKA yaitu bagaimana
secara preventif pada penelitian ini, peneliti menanamkan dan menyadarkan kepada
mengkaitkan pada teori tujuan pemidanaan masyarakat bahwa pentingnya kesadaran
atau teori relatif dimana dalam teori ini dalam mengawasi, membina, menuntun anak
memandang pemidanaan bukan sebagai suatu ke dalam hal yang benar dan masyarakat juga
pembalasan atau nestapa atas kesalahan si sebagai mitra LPKA diminta bekerja sama
pelaku, tetapi sebagai sarana untuk mencapai dalam hal menanggulangi kejahatan
suatu tujuan bermanfaat untuk melindungi pemerkosaan oleh anak. Berdasarkan
masyarakat menuju kesejahteraan. Teori wawancara dengan kasubsi pembimbing
relatif ini dibagi kedalam dua macam yaitu kemasyarakatan bahwa “Upaya yang
teori pencegahan secara umum atau generale sementara dilakukan oleh pelayanan LPKA ini
preventive dan pencegahan secara khusus kita hanya menempatkan kepada masyarakat
atau special preventive. Pada penelitian ini, untuk menghilangkan stigma negatif itu
fokus peneliti yaitu berkaitan dengan upaya melalui media sosial melakukan sosialiasi
pencegahan secara umum atau general bahwa anak binaan didalam LPKA, walaupun
preventive. Pencegahan secara umum yaitu kehidupan mereka jauh dari penjagaan
suatu upaya pencegahan yang ditujukan orangtua atau keluarga, kebutuhan secara
fokus kepada masyarakat, sehingga di dalam lahiriah dan batiniah dapat terpenuhi dengan
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui baik melalui program-program yang sudah
sejauh mana peran Lembaga Pembinaan dijalankan oleh LPKA”. Dari hasil
Khusus Anak Klas I Kupang untuk mencegah wawancara ini, LPKA ingin menekankan
orang lain dalam hal ini anak tidak melakukan bahwa peran masyarakat dalam hal upaya
tindakan kejahatan. penanggulangan kejatahatan oleh anak secara

9
preventif sangatlah penting dengan melihat kandung atau keluarga terkait dalam hal ini
terjadinya kejahatan pemerkosaan oleh anak, bebas menanyakan hal-hal apa saja kepada
akibat kurangnya kepekaan masyarakat wali asuh berkaitan dengan anak tersebut,
dalam hal melakukan suatu tindakan misalkan terkait dengan perkembangan anak
preventif seperti memberi teguran dan nasihat binaan. Dalam hal ini apabila orangtua atau
kepada anak apabila ada indikasi mereka keluarga mempunyai anak atau saudara lain,
melakukan kejahatan, memberikan contoh maka program ini dapat menjadi sarana
perilaku yang baik, menanamkan nilai-nilai informasi yang baik dan efektif
sosial yang benar agar perilaku anak tetap menyampaikan kepada orangtua atau keluarga
terawasi dan kebutuhan secara moral anak bahwa seorang anak memiliki potensi masa
terpenuhi melalui kehadiran masyarakat depan yang bagus dan ternyata anak apabila
setempat sehingga tidak ada stigma negatif dibina dengan baik mereka juga dapat
dari masyarakat bahwa ternyata anak sebagai berperilaku dengan baik pula sejalan dengan
pelaku kejahatan apabila dibina, diawasi, ajaran dan pola pembinaan yang dilakukan
dibimbing dengan baik mereka dapat berubah oleh orangtua atau keluarga terhadap anak,
menjadi pribadi yang baik pula demikian karena rata-rata anak menjadi pelaku
terhadap anak-anak yang belum atau kejahatan disebabkan adanya kesalahan dalam
mempunyai potensi dalam hal melakukan pola asuh.
kejahatan. LPKA juga bekerja sama dengan
LPKA juga sedang merancangkan beberapa stakeholder-stakeholder terkait yang
suatu program yang bernama sharing family. khusus menangani persoalan tentang anak
Secara garis besar tentang program ini adalah seperti PKBI atau Perkumpulan Keluarga
LPKA akan memberikan suatu ruang atau Berencana Indonesia, Dinas Pemberdaya
kesempatan kepada orangtua pelaku untuk Perempuan dan Perlindungan Anak atau
bertemu dengan orangtua asuh anak (pelaku) DP3A, Sinode Gereja Majelas Injili di Timor,
di dalam LPKA. Orangtua asuh ini Kementrian Agama Provinsi NTT. “Ketika
merupakan pegawai dari LPKA yang ada acara kami mengundang mereka dan disitu
berperan selayaknya orang tua di LPKA yang kami mengadakan semacam kegiatan
pada intinya memantau setiap perkembangan workshop dan kita menyampaikan apa yang
anak setelah melewati segala proses sudah kita buat didalam LPKA dan apa yang
pembinanan yang sudah dilakukan di dalam belum kita buat dan bisa dibantu oleh
LPKA. Jadi pelaku selama di LPKA dibawah stakeholder stakeholder membantu proses
asuhan wali asuh. Tiap wali asuh pembinaan, lalu kita menyampaikan bahwa
menanangani 3 orang anak binaan. Orang tua bagaimana anak ini ketika keluar dan juga

10
bagaimana mencegah terhadap perilaku C. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan
menyimpang yang dilakukan oleh anak dan akibat Tindak Pidana, memulihkan
juga kami sering mendapatkan undangan keseimbangan, serta mendatangkan rasa arnan
kegiatan diluar yang dilakukan oleh dinas- dan damai dalam masyarakat; dan
dinas terkait dalam rangka meminimalisir D.Menumbuhkan rasa penyesalan dan
perilaku menyimpang.” membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
Dari apa yang telah disampaikan Oleh karena itu, pada penelitian ini
bahwa LPKA dalam melakukan upaya fokus peneliti tidak mengarah pada bagaimana
preventif tidak hanya berjalan sendiri, tentu proses penindakan atau penegakkan hukum
perlu kerjasama dengan beberapa stakeholder yang telah dilakukan oleh aparat penegakkan
untuk saling berdiskusi dan bertukar pikiran hukum baik itu dari wilayah Kepolisian,
mengenai bagaimana meminimalisir Kejaksaan dan sampai pada tingkat
keterlibatan anak dalam melakukan tindak Pengadilan Negeri, karena dalam hal ini
kejahatan. pelaku telah berada di Lembaga Pembinaan
Menilik pada teori tujuan Khusus Anak (LPKA) yang berarti pelaku
pemidanaan, khususnya terhadap upaya telah melalui segala tahapan proses hukum
preventif ini peneliti mengaitkan pada teori sebagaimana mestinya.
pencegahan secara khusus. Pencegahan Dari penjelasan diatas maka peran
secara khusus yang dimaksudkan adalah Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I
suatu upaya pencegahan secara khusus yang Kupang dan Balai Pemasyarakatan Kelas II
ditujukan kepada diri pelaku kejahatan agar Kupang sangatlah penting bagi upaya
pelaku tersebut tidak mengulangi tindakan penanggulangan atau pencegahan kejahatan
kejahatan. Hal tersebut didukung oleh tujuan secara preventif yang dilakukan terhadap anak
pemidanaan yang secara jelas diatur didalam sebagai pelaku kejahatan dalam hal
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 pendampingan, pembinaan, pembimbingan
tentang Kitab Undang-Undang Hukum dan pengawasan, tujuannya agar anak yang
Pidana pasal 51 bahwa : berkonflik dengan hukum atau yang telah
Pemidanaan bertujuan: mendapatkan vonis hukuman dari hakim
A.Mencegah dilakukannya Tindak Pidana diharapkan tidak melakukan kejahatan
dengan menegakkan norma hukum demi kembali. Hal ini sejalan dengan Undang-
pelindungan dan pengayoman masyarakat; Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang
B.Memasyarakatkan terpidana dengan Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12
mengadakan pembinaan dan pembimbingan Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, di dalam
agar menjadi orang yang baik dan berguna; pasal 2 dijelaskan bahwa Sistem

11
Pemasyarakatan diselenggarakan untuk Salah satu bentuk upaya preventif
tujuan: yang dilakukan oleh Bapas adalah
A. Memberikan jaminan pelindungan pembimbingan. Pembimbingan didalam
terhadap hak tahanan dan Anak; Bapas khususnya terhadap klien anak dibagi
B. Meningkatkan kualitas kepribadian dan menjadi dua, yaitu :
kemandirian Warga Binaan agar menyadari 1) Pembimbingan Kepribadian :
kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak Melakukan bimbingan rohani,
mengulangi tindak pidana, sehingga dapat penyuluhan hukum tentang hak-hak
diterima kembali oleh lingkungan dan kewajibannya sebagai klien
masyarakat, dapat hidup secara wajar sebagai pemasyarakatan, kesadaran berbangsa
warga yang baik, taat hukum, bertanggung dan bernegara.
jawab, dan dapat aktif berperan dalam 2) Pembimbingan Kemandirian :
pembangunan; dan Tujuannya adalah supaya klien
C. Memberikan pelindungan kepada dapat mandiri dalam menghadapi
masyarakat dari pengulangan tindak pidana. kehidupan sehari hari, sesuai dengan
a) Pihak Balai Pemasyarakatan Kelas II minat dan bakat masing-masing.
Kupang Misalkan latarbelakang orangtua
Balai Pemasyarakatan adalah petani dan rumah berada dikampung
lembaga atau tempat yang menjalankan maka anak akan diberikan bimbingan
fungsi Pembimbingan Kemasyarakatan yang hubungannya dengan pertanian
terhadap Klien. Klien yang dimaksudkan atau belajar mencukur rambut. Dalam
adalah seseorang yang berada dalam pelaksanaannya Bapas menggandeng
pembimbingan kemasyarakatan, baik dewasa kelompok masyarakat yaitu POKMAS
maupun anak dan pembimbing LIPAS (kelompok masyarakat peduli
kemasyarakatan yang dimaksud adalah kemasyarakatan).
petugas pemasyarakatan yang melaksanakan Bentuk upaya preventif kedua
Litmas, pendampingan, pembimbingan, dan adalah dalam bentuk pengawasan.
pengawasan terhadap Klien, baik di dalam Menurut hasil wawancara dengan Kasi
maupun di luar proses peradilan pidana. Pembimbing Kemasyarakatan Bapas
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun Kelas II Kupang Hendirk Manubale,
2022 Tentang Pemasyarakatan pasal 55 menjelaskan ” Untuk anak-anak yang
menyatakan bahwa “Pembimbingan sudah menjadi klien kami, kami
kemasyarakatan terhadap klien melakukan pengawasan, ada namanya
diselenggarakan oleh Bapas.” fungsi pengawasan dari bapas,

12
pengawasan yang sudah kami lakukan arah yang lebih baik sehingga tidak
itu adalah misalnya setiap berkala terjadi pengulangan tindak pidana. Hal
kami mendatangi rumahnya kami ini sejalan dengan pendapat dari
lakukan pengawasan dan bimbingan Kepala Balai Pemasyarakatan Kelas II
itu tadi, mendatangi ke pemerintah Kupang bahwa jika anak sudah berada
setempat untuk bagaimana pada areal yang melanggar hukum,
membangun kerja sama , dengan maka kami berupaya semaksimal
polsek setempat, RT/RW atau lurah mungkin untuk menyadarkan anak
setempat untuk bersama-sama bahwa perbuatan yang dlakukan itu
melakukan pengawasan sehingga salah dan juga tantangan yang besar
semaksimal mungkin dicegah adalah bagaimana merubah mindset
pengulangan tindak pidana.” Dalam anak yang sudah salah. Bapas juga
hal pengawasan ini mempunyai pegawai-pegawai yang
diimplementasikan melalui proram fokus di bidang psikologi sehingga
reintegrasi sosial yang meliputi dapat membantu proses pembinaan
asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti terhadap anak terkhususnya secara
bersyarat, maupun cuti menjelang psikis.
bebas. b) LPKA
Berdasar dari kedua hal ini Lembaga Pembinaan Khusus
yaitu pembimbingan dan pengawasan Anak Kelas I Kupang mempunyai
yang dilakukan oleh Balai tugas yang terfokus pada pembinaan
Pemasyarakatan Kelas II Kupang terhadap anak binaan. Dalam hal
sebagai suatu upaya preventif yang memberikan pembinaan diatur
dilakukan dengan tujuan agar klien didalam Undang-Undang Nomor 11
dalam hal ini anak yang berkonflik Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
dengan hukum dapat menyadari Pidana Anak.
segala perbuatannya dan kembali Ada berbagai macam
kepada jalan yang benar, memilik rasa pembinaan yang diberikan kepada
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha anak yaitu:
Esa, sehat secara jasmani dan rohani, 1) Pembinaan pendidikan
mental yang baik, dapat memahami Anak yang telah berurusan
diri sendiri maupun orang lain, dengan hukum otomatis mereka akan
mengembangkan potensi dalam diri, dikeluarkan dari sekolah, namun pihak
sikap dan perilaku yang berubah ke Lembaga Pembinaan Khusus Anak

13
tetap memberikan pendidikan yang masing-masing. Dalam hal kerohanian
bekerja sama dengan Satuan anak binaan diberi kebebasan dalam
Pendidikan Non Formal Sanggar memilih tidak ada paksaan namun
Kegiatan Belajar (SPNF SKB) Kota harus terarah. Terkait dengan
Kupang. Pendidikan yang diberikan kerohanian, Lembaga Pembinaan
berupa paket a, paket b dan paket c. Khusus Anak bekerja sama dengan
2) Pembinaan Keterampilan dan Kementrian Agama provinsi atau kota,
Kemandirian para pendeta, ustad, farter atau para
Pembinaan ini diberikan agar pemimpin agama lain untuk membina
nantinya anak binaan telah selesai mental spiritual mereka dengan baik.
menjalani masa pidananya di LPKA 4) Pembinaan Kesadaran Berbangsa
ketika kembali ke masyaratkat dan Bernegara
mereka punya bekal keterampilan Pembinaan ini ditujukan untuk
yang diasah di LPKA dan bisa hidup meningkatkan kesadaran akan
mandiri. Contoh kegiatan berbangsa dan bernegara,
keterampilan yang dilakukan seperti menumbuhkan jiwa nasionalisme, dan
membuat lukisan, hiasan dinding, menanamkan nilai-nilai yang baik
membuat bingkai foto, penanaman sebagai warga negara Indonesia dan
secara hidroponik. juga mengajarkan bagaimana disiplin,
3) Pembinaan Kerohanian dan mempergunakan segala potensi yang
Konseling ada untuk kebaikan dan kebenaran
Pembinaan ini terkait dengan serta menyadarkan mereka akan
mental dan kerohanian anak binaan. hukum.
Pembinaan konseling yang telah 5) Pembinaan Kesenian dan Olahraga
berlangsung bekerja sama dengan Anak-anak binaan dengan
psikolog dari Fakultas Kesehatan umur yang masih muda mempunyai
Masyarakat Universitas Nusa potensi dan bakat yang harus
Cendana. Konseling dilaksanakan tersalurkan dengan baik. Lembaga
terus menerus untuk meningkatkan Pembinaan Khusus Anak mengetahui
kapasitas diri tiap anak binaan dan minat dan bakat anak berdasarkan
kepercayaan diri saat mengahadapi assesmen awal mereka datang. Setelah
suatu masalah. Dalam hal kerohanian mengetahui hasil nya maka LPKA
diajarkan tentang hal-hal yang baik akan menyediakan sarana dan guru
dan benar sesuai dengan kepercayaan untuk mengajar secara khusus sesuai

14
bidang seperti musik, maka LPKA dapat lebih memahami tentang bahaya
telah menyediakan beberapa alat melakukan seks sejak dini. Anak
musik dan mendatangkan guru binaan juga semakin bertumbuh dalam
pengajar musik. Apabila minat di hal spiritual karena pembinaan
olahraga maka akan dijadwalkan kerohanian yang dilakukan secara
olahraga disetiap hari jumat. Namun rutin.
setiap kegiatan harus di tinjau apakah
kegiatan tersebut ramah anak atau 4. KESIMPULAN DAN SARAN
tidak. Setiap kegiatan tidak dapat KESIMPULAN
dipersamakan seperti kegiatan yang Berdasarkan uraian –uraian yang telah
dilakukan oleh orang yang sudah dikemukakan diatas berdasarkan rumusan
dewasa. masalah yang telah ditetapkan maka penulis
Peneliti menganalisis bahwa mempunyai kesimpulan sebagai berikut :
seluruh upaya pembinaan yang Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
dilakukan oleh Lembaga Pembinaan tindak pidana pemerkosaan yang dilakukan
Khusus Anak sudah terarah sesuai oleh anak di Lembaga Pembinaan Khusus
dengan setiap program yang sudah di Anak Klas 1 Kupang yakni:
rancang. Anak-anak binaan dapat a) Faktor psikologis anak
mengikuti setiap program dengan b) Faktor keluarga kaitannya dengan
baik. Menurut hasil wawancara pengawasan orangtua
kepada anak binaan menyatakan c) Faktor pendidikan
bahwa selama berada di LPKA d) Faktor pergaulan anak
mereka merasakan ada perubahan e) Faktor teknologi
baik dari sikap dan tingkah laku serta f) Faktor minuman alkohol atau miras
mental dan setelah melalui proses g) Faktor dari peranan korban.
pembinaan di LPKA, mereka bisa Upaya penanggulangan terhadap
mengenal lebih banyak keterampilan tindak pidana pemerkosaan yang
seperti bermusik, membuat kerajinan, dilakukan oleh anak :
menanam tanaman dengan cara Upaya Preventif
hidroponik dan hal-hal tersebut tidak a) Melakukan pencegahan terjadinya
bisa didapatkan di luar LPKA. kejahatan pemerkosaan oleh anak
Didalam LPKA juga para anak binaan seperti sosialisasi melalui media
mengaku baru mendapatkan sosial, dan bekerjasama dengan
pendidikan seksual sehingga anak stakeholder-stakeholder terkait.

15
b) Suatu upaya pencegahan secara
khusus terhadap anak yang 5. DAFTAR PUSTAKA
berkonflik dengan hukum seperti
Alam As dan Ilyas, Pengantar Kriminologi,
LPKA dan BAPAS yang
Makassar: Pustaka Refleksi, 2010.
bekerjasama untuk memberi suatu
pembinaan, pembimbingan dan Anwar Yesmil, Kriminologi. Bandung: PT
pengawasan untuk menyadarkan Refika Aditama,2014
anak (pelaku) atas perbuatan Gultom Maidin, Perlindungan
mereka yang salah dan agar anak Hukum Terhadap Anak dalam Sistem
tidak mengulangi kejahatan Peradilan Pidana Anak di Indonesia,
kembali. Bandung: PT Refika Aditama, 2008.
SARAN
Haar Ter. Azas-Azas Hukum Adat. Bandung:
Saran penulis dalam penelitian ini
Armico. 1984
adalah sebagai berikut :
Hadisuprapto Paulus.
a) Masyarakat dalam hal ini
Delikuensi Anak: Pemahaman dan
orangtua, keluarga, atau
Penanggulangannya, Malang:
masyarakat sekitar harus
Bayumedia, 2008.
meningkatkan peran aktif dalam
membina anak dan memantau H Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani,
atau mengawasi perilaku anak Penerapan Teori Hukum Pada
b) Instansi-instansi atau stakeholder Penelitian Tesis dan Disertasi,
terkait harus giat melakukan Cetakan ke-1, Jakarta: Raja Grafindo
sosialisasi ke sekolah-sekolah Persada, 2013.
berkaitan dengan pendidikan
Kusuma Mulyana W, Analisa Kriminologi
seksual, dampak kecanduan video
Tentang Kejahatan Kejahatan
porno, serta bahaya penggunaan
kekerasan, Jakarta: Ghalia Indonesia,
teknologi.
1982.
c) Lembaga-lembaga terkait yang
mempunyai tanggungjawab Kartono, Kartini. (2013). Patologi Sosial jilid
secara khusus dalam hal I. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
penanggulangan kejahatan yang Kusrianto, 2007.
dilakukan oleh anak harus lebih Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia.
adaptif dan responsif terhadap Bandung: PT Refika Aditama, 2009
fenomena yang terjadi.

16
Nasution ,Bahder Johan. Yogyakarta, 1997.
Metode Penelitian Ilmu Hukum, Sulaeman, M. Munandar,
Bandung; Mandar Maju, 2008. Kekerasan terhadap Perempuan,
Bandung: PT Refika Aditama,2010.
PAF, Lamintang&Djisman Samosir. Hukum
Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Sutedjo Wagiati, Hukum Pidana Anak,
Baru, 1983. Bandung: PT Refika Aditama, 2006,
Sahetapy, Parados Kriminologi, Jakarta: Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: PT
Rajawali. 1982 Rineka cipta, 2004
Salim HS, Penerapan Teori Sulistyanta dan Hehanusa Maya, Kriminologi
Hukum pada penelitian Tesis dan dalam Teori dan Solusi
Desertasi, Jakarta: Rajagrafindo, Penanggulangan Kejahatan,
2013. Yogyakarta: Absolute Media, 2016
Supratman Marzuki, Pelecehan Seksual,
Santoso Topo, Kriminologi, Jakarta: PT Raja
Fakultas Hukum Universitas Islam
Grafindo Persada, 2001.
Indonesia, Yogyakarta, 1997;
Sambas Nandang. Pembaruan Sistem
Syamsu Yusuf L.N. Psikologi
Pemidanaan Anak di Indonesia.
Perkembangan Anak dan Remaja.
Graha Ilmu: Yogyakarta. 2010.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000,
Santoso Topo dan Eva Achjani Zulva.
hlm.209.
Kriminologi, Jakarta: Penerbit
Rajawali Pers¸2003. W.A. Bonger, Prof.,Mr, Pengantar Tentang
Sellin Thorsten , A sociological Approach, Kriminologi, A. Koesnoen
dalam MarvinWolfgang (et al), The (Penerjemah), Bogor: Ghalia
Sociology of Crime and Delinquency, Indonesia, 1977.
New York: John Wiley, 1970. Wahid Abdul dan Irfan
Soesilo.R, Kriminologi (Pengetahuan Muhammad, Perlindungan Terhadap
Tentang Sebab-Sebab Kejahatan) Korban Kekerasan Seksual, Bandung:
Bogor: Politeia, 1985. Refika Aditama, 2011.
Soesilo, R. KUHP serta
Komentar Lengkap dengan Pasal
demi Pasal. Bogor: Politeia, 1993.

Soetandyo Wignjosoebroto dalam Suparman


Marzuki, Pelecehan Seksual Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia :

17
18

Anda mungkin juga menyukai