Anda di halaman 1dari 4

POLICY BRIEF

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM PENYUSUN : HALISA FEBRI.H

Penanggung Pelayanan
Kekerasan terhadap
Perempuan
dan Anak

ABSTRAK
2010) penanganan aduan, pelayanan kesehatan,
Tujuan penulisan dari policy brief yang berjudul rehabilitasi sosial, penegakan dan bantuan
"Penanggung Pelayanan Kekerasan Terhadap hukum, serta pemulangan dan reintegrasi sosial.
Perempuan dan Anak" adalah untuk memberikan Berdasarkan Prosedur Standar Operasional SPM,
rekomendasi kebijakan kepada para pembuat pelayanan dan penanganan korban kekerasan
kebijakan dan stakeholder terkait dalam tidak dapat dilepaskan dari lembaga-lembaga
mengatasi masalah kekerasan terhadap lintas sektoral yang berkompeten menangani
perempuan dan anak. Dokumen ini bertujuan kasus terkait. Lembaga-lembaga yang dimaksud
untuk meningkatkan kesadaran tentang isu adalah lembaga hukum, lembaga kesehatan,
kekerasan, memberikan solusi praktis dan efektif lembaga sosial, dan kementerian negara.
untuk mengurangi angka kekerasan, serta Lembaga hukum terdiri atas kepolisian,
memberikan perlindungan dan dukungan bagi kejaksaan, dan pengadilan. Dalam rangka
korban kekerasan. Dengan demikian, diharapkan mengatasi masalah kekerasan terhadap
dapat tercipta lingkungan yang lebih aman dan perempuan dan anak, diperlukan kebijakan yang
terhindar dari kekerasan bagi perempuan dan efektif dan terintegrasi. Salah satu kebijakan
anak. yang dapat dilakukan adalah dengan
menetapkan penanggung pelayanan kekerasan
FONDASI MASALAH terhadap perempuan dan anak. Pentingnya
menetapkan penanggung pelayanan kekerasan
Kekerasan terhadap perempuan dan anak
terhadap perempuan dan anak sebagai bagian
merupakan masalah serius yang masih menjadi
dari kebijakan untuk mengatasi masalah
perhatian utama di banyak negara, termasuk
kekerasan tersebut. Masalah yang dihadapi adalah
Indonesia. Kekerasan ini dapat terjadi di
masih tingginya angka kekerasan terhadap
berbagai bentuk, seperti fisik, seksual,
perempuan dan anak di Indonesia, yang
psikologis, dan ekonomi. Pemerintah
membutuhkan upaya yang lebih serius dan
menerbitkan PSO (Prosedur Standar
komprehensif untuk mengatasinya. Kebijakan
Operasional) yang tertuang dalam SPM (Standar
yang ada saat ini belum sepenuhnya efektif dalam
Pelayanan Minimal) melalui Peraturan
memberikan perlindungan dan layanan kepada
Pemerintah No. 1 Tahun 2010. Prosedur Standar
korban kekerasan tersebut. Oleh karena itu,
Operasional tersebut meliputi (Kementerian
diperlukan penanganan yang lebih sistematis dan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindung Anak,
terkoordinasi melalui penanggung pelayanan kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak yang kekerasan
efektif. terhadap
perempuan dan
DESKRIPSI MASALAH
anak.

1) Tingginya Kekerasan tersebut


angka dapat berupa fisik, 4) Lemahnya Beberapa kasus
kekerasan seksual, psikologis, implementasi kekerasan seringkali
terhadap dan ekonomi. hukum dan tidak ditindaklanjuti
perempuan dan Menurut data dari kebijakan dengan tegas oleh
anak di Kementerian terkait pihak berwenang,
Indonesia. Pemberdayaan perlindungan sehingga pelaku
Perempuan dan perempuan dan kekerasan tidak
Perlindungan Anak, anak dari mendapatkan
pada tahun 2020 kekerasan. hukuman yang
terdapat 406.178 seharusnya.
kasus kekerasan
terhadap perempuan
dan anak yang
dilaporkan ke pihak
berwenang. Namun,
angka tersebut masih
dapat dianggap
rendah mengingat
banyaknya kasus
kekerasan yang tidak
dilaporkan.
2) Kurangnya Hal ini seringkali
kesadaran dan membuat korban
pemahaman kekerasan enggan
masyarakat melaporkan kasus
tentang yang mereka alami,
pentingnya karena takut dicap REKOMENDASI KEBIJAKAN
melindungi sebagai pelaku atau 1. Meningkatkan aksesibilitas layanan bagi
perempuan dan merasa malu. korban kekerasan, terutama di daerah
anak dari terpencil dan sulit dijangkau.
kekerasan. 2. Memperkuat koordinasi antara lembaga
pemerintah dan non-pemerintah dalam
3) Kurangnya Banyak korban memberikan layanan dan perlindungan
akses terhadap kekerasan yang tidak bagi korban kekerasan.
layanan mendapatkan akses 3. Meningkatkan kapasitas dan keterampilan
kesehatan, ke layanan tersebut petugas penegak hukum, seperti polisi,
hukum, dan karena faktor jaksa, dan hakim, dalam menangani kasus
psikososial juga finansial, jarak yang kekerasan terhadap perempuan dan anak.
menjadi jauh, atau kurangnya 4. Mengembangkan program pendidikan dan
masalah dalam pengetahuan tentang sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran
penanganan layanan yang tersedia. masyarakat tentang pentingnya
menghormati hak-hak perempuan dan
anak serta mencegah kekerasan terhadap Anak (PPPA) mencatat, sebanyak 25.050
mereka. perempuan menjadi korban kekerasan di
5. Meningkatkan ketersediaan data dan Indonesia sepanjang 2022. Jumlah tersebut
informasi tentang kekerasan terhadap meningkat 15,2% dari tahun sebelumnya
perempuan dan anak untuk mendukung sebanyak 21.753 kasus. Jika pada kasus kekerasan
pengambilan keputusan kebijakan yang anak, ada 21.241 anak yang menjadi korban
lebih tepat. kekerasan di dalam negeri pada 2022. Berbagai
6. Memperkuat perlindungan hukum bagi kekerasan tersebut tak hanya secara fisik, tapi
korban kekerasan, termasuk melalui juga psikis, seksual, penelantaran, perdagangan
penegakan hukum yang tegas dan adil orang, hingga eksploitasi.
terhadap pelaku kekerasan.
7. Mendorong partisipasi aktif perempuan Menurut usianya, 30,3% perempuan yang menjadi
dan anak dalam proses pengambilan korban kekerasan berusia 25-44 tahun. Ada pula
keputusan yang berkaitan dengan hak-hak 30% perempuan yang menjadi korban kekerasan
mereka, baik di tingkat keluarga, berusia 13-17 tahun. Dilihat dari tempat kejadian,
komunitas, maupun nasional 58,1% kekerasan terhadap perempuan terjadi di
lingkup rumah tangga. Kemudian, 24,9%
kekerasan terhadap perempuan terjadi di tempat
lainnya.

Sebanyak 4.162 anak menjadi korban kekerasan


psikis sepanjang tahun lalu. Kemudian, 3.746 anak
menjadi korban kekerasan fisik. Ada pula 1.269
anak yang menjadi korban penelantaran. Anak
yang menjadi korban tindak pidana perdagangan
orang (TPPO) di Indonesia sebanyak 219 orang.
Lalu, 216 anak menjadi korban eksploitasi pada
2022. Sementara, 2.041 anak menjadi korban
kekerasan dalam bentuk lainnya sepanjang tahun
lalu.

Meningkatnya kekerasan yang terjadi pada


perempuan dan anak ini menyebabkan pelayanan
kekerasan pada perempuan dan anak semakin
menurun akan perhatian dari pemerintah,
dikarenakan ego sektoral di pemerintah pusat,
lemahnya koordinasi penanganan kasus
perempuan dan anak oleh pemerintah daerah,
terdapatnya tumpang tindih kewenangan dalam
internal maupun eksternal lembaga
penyelenggara perlindungan perempuan dan anak
di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
belum teringrasikannya data antara para
pemangku kepentingan perlindungan perempuan
dan anak, serta ketersediaan dukungan anggaran
masih belum optimal dan belum menjadi
prioritas.
Menurut data yang diambil dari Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Dalam rangka mengatasi masalah kekerasan
terhadap perempuan dan anak, diperlukan REFERENSI
kebijakan yang efektif dan terintegrasi. Salah satu Hanita, Margaretha. 2015. Alur
kebijakan yang dapat dilakukan adalah dengan Penanganan Kasus Kekerasan
menetapkan penanggung pelayanan kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.
terhadap perempuan dan anak. Penanggung Materi Training Enumerator Studi
pelayanan ini akan bertanggung jawab untuk Pembiayaan Pelayanan Korban
memberikan layanan dan perlindungan kepada Kekerasan Perempuan dan Anak.
korban kekerasan perempuan dan anak. Tugas Jakarta
penanggung pelayanan meliputi: Kementerian Pemberdayaan Perempuan
1. Memberikan informasi dan konseling dan Perlindungan Anak. 2010.
kepada korban kekerasan perempuan dan Standar Pembiayaan Pelaksanaan
anak. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
2. Menyediakan layanan medis dan psikologis Pelayanan Terpadu bagi Perempuan
bagi korban kekerasan perempuan dan dan Anak Korban
anak. Kekerasan. Jakarta.
3. Membantu korban kekerasan perempuan
dan anak dalam melaporkan kasus
kekerasan kepada pihak berwenang.
4. Mengkoordinasikan dengan lembaga-
lembaga terkait untuk memberikan
perlindungan dan bantuan kepada korban
kekerasan perempuan dan anak.
5. Melakukan pendampingan dan advokasi
untuk korban kekerasan perempuan dan
anak dalam proses hukum.

Penanggung pelayanan kekerasan


terhadap perempuan dan anak harus
memiliki kemampuan yang memadai
dalam memberikan layanan dan
perlindungan kepada korban kekerasan.
Oleh karena itu, diperlukan pelatihan dan
pengembangan kapasitas bagi penanggung
pelayanan ini. Selain itu, penanggung
pelayanan kekerasan terhadap perempuan
dan anak juga harus bekerja sama dengan
berbagai lembaga dan organisasi yang
terkait dalam memberikan layanan dan
perlindungan kepada korban kekerasan.
Kerjasama antar lembaga dan organisasi
ini akan memperkuat upaya
penanggulangan kekerasan terhadap
perempuan dan anak.

Anda mungkin juga menyukai