Anda di halaman 1dari 16

Kajian Moral dan Kewarganegaraan.

Volume 10 Nomor 4 Tahun 2022, 1022 - 1037

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM


LINGKUP RUMAH TANGGA

Nurma Arianty Siregar


(S1-PPKn, FISH UNESA) nurmaaryanti2@gmail.com
Listyaningsih
(PPKn, FISH UNESA) listyaningsih@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap
perempuan dan anak dalam lingkup rumah tangga oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kota Madiun tahun 2019-2020. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori penanggulangan
kejahatan yang dikemukakan oleh G.F Hoefnagels, bahwa dalam penanggulangan kejahatan terdapat 3 langkah
yang dapat diimplementasikan yaitu : (a) Menerapkan hukum pidana; (b) Mencegah tanpa pidana; (c)
Memengaruhi pandangan masyarakat yang berkenaan dengan kejahatan dan memidanakan dalam media massa.
Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Pengumpulan data dengan
melakukan wawancara mendalam pada para informan, pengamatan, penelusuran secara langsung dan data
pendukung berupa buku tahunan tentang kasus kekerasan pada perempuan dan anak dari Dinas Sosial
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Madiun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap perempuan dan anak menjadi masalah yang sejauh ini belum
ditemukan penyelesainnya. Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Madiun
menerapkan sejumlah langkah pencegahan dengan melakukan sosialisasi terhadap kelompok dewasa dan anak.
Tujuan sosialisasi adalah untuk memberikan gambaran mengenai bahaya dari kekerasan dalam rumah tangga,
sehingga diharapkan korban ataupun masyarakat dapat lebih meningkatkan kesadaran untuk melaporkan adanya
tindak kekerasan dalam rumah tangga. Bentuk penanganan kekerasan yang dilakukan pasca kekerasan terjadi
ialah dengan membentuk Pusat Pelayanan Terpadu yang secara khusus menangani pengaduan kekerasan dalam
rumah tangga terhadap perempuan dan anak yang dilakukan melalui : (1) pengaduan langsung; (2) pengaduan
tidak langsung; (3) penjangkauan; (4) rujukan sebagai tindak lanjut penanganan korban; (5) dan pemantauan
korban yang dirujuk.
Kata Kunci: pencegahan, penanganan, kekerasan perempuan, anak.

Abstract
This study aims to describe how the efforts to prevent and handle violence against women and children in the
household sphere by the Social Service for Women's Empowerment and Child Protection in Madiun City in 2019-
2020. The theory used in this study is the theory of crime prevention proposed by G.F Hoefnagels., that to solve
criminal ini this case is domestic violence, there are three ways; (1) Applying law; (2) Prevention without law;
(3) Inflluence society’s sight about domestic violence and using mass media. This research applies a qualitative
approach with the type of case study research. Collecting data by conducting in depth interviews with informants
observing, direct tracing and supporting data in the form of an annual book on cases of violence against women
and children from the Sosial Service for Women’s Empowerment and Child Protection in Madiun City. The results
of this study indicate that domestic violence (KDRT) against women and children is a problem that so far has not
found a solution. The Social Service for Women’s Empowerment and Child Protection in Madiun City has
implemented a number of preventive measure by conducting outreach to groups of adults and children. The
purpose of socialization is to provide an overview of danger of domestic violence, so it is hoped that victims or
the community can increase their awareness to report acts of domestict violence. The handling way to against
domestic violence did by establishing an Integrated Service Center which specifically handles complaints of
domestic violence against women and children, through : (1) direct complaints; (2) indirect complaints; (3)
outreach; (4) referrals as follow-up handling victims; (5) and monitoring of referred victims.
Keywords : prevention, treatment, violence against women, children.

memprioritaskan HAM agar dapat dijunjung dengan


PENDAHULUAN
setinggi-tingginya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan
Sila yang mewajibkan agar manuis berlaku secara adil dan khususnya penghargaan terhadap harkat dan martabat
beradab merupakan wujud dari penghargaan terhadap Hak perempuan serta anak. Isu yang sampai saat ini masih
Asasi Manusia (HAM). Hal ini dikarenakan HAM adalah belum terselesaikan adalah adanya isu kekerasan terhadap
hak yang tidak dapat dipangkas oleh siapapun. Namun perempuan dan anak yang kerap dijumpai dalam cakupan
seiring dengan berjalannya waktu, cita-cita untuk rumah tangga, di mana kasus ini diibaratkan dalam
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak

berbagai media massa hanya sebagian kecil dari jumlah tangga, dan/ atau; (c) orang yang bekerja membantu rumah
kasus yang sesungguhnya terjadi di lapangan (Hanifah, tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.
2007 : 49). Hal demikian terjadi karena dipengaruhi oleh Madiun yang merupakan salah satu kota di Jawa Timur
budaya patriarki yang masih mengakar pada masyarakat dan kembali memperoleh penghargaan sebagai Kota
Indonesia. Sistem patriarki adalah sebuah sistem dimana Layak Anak (KLA) pun tidak terlepas dari adanya kasus
perempuan diletakkan pada kedudukan yang lebih rendah kekerasan yang berhubungan dengan perempuan maupun
daripada pria. Budaya patriarki tersebut menimbulkan anak dalam lingkup rumah tangga. Data yang didapatkan
permasalahan sosial berupa timbulnya kekerasan dalam Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Lingkup rumah tangga dengan korban perempuan dan Anak (Dinsos P3A) menyebutkan bahwa kasus yang
anak. Dalam jurnal “Menyoroti Budaya Patriarki di berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan dalam
Indonesia”, masalah sosial yang timbul akibat rumah tangga berjumlah 11 kasus dan dijumpai adanya
mengakarnya budaya patriarki adalah kekerasan dalam satu kasus kekerasan dengan korban anak dalam lingkup
linkgkup rumah tangga, pelecehan seksual, praktik rumah tangga pada tahun 2019. Selanjutnya, terdapat satu
pernikahan dini, dan stigma perihal perceraian (Sakina dan kasus kekerasan terhadap perempuan dalam lingkup
Siti, 2017 : 72). rumah tangga pada tahun 2020, namun tidak ditemukan
Timbulnya KDRT merupakan konstruksi sosial di kasus kekerasan terhadap anak. Kondisi ini
mana kedudukan wanita diposisikan lebih rendah daripada mengindikasikan bahwa kasus kekerasan dengan korban
pria, sehingga hubungan yang timbul khususnya antara perempuan dan anak menurun sepanjang tahun 2019
perempuan dan laki-laki merupakan hubungan subordinasi hingga 2020.
dimana laki-laki berperan sebagai pihak pelaksana
perintah dari laki-laki (Huriyani, 2008 : 77). Tahun 2020, Tabel 1.Data KDRT Perempuan dan Anak
Komnas Perempuan mencatat bahwa dari 134.266.400 Tahun Anak Dewasa Total
2019 1 11 12
jiwa terdapat 299.911 kasus kekerasan terhadap 2020 0 1 1
perempuan (Komnas Perempuan, 2020). Atmasasmita TOTAL 1 12 13
(2005 : 67) menggolongkan kekerasan dalam beberapa Sumber : Data Dinsos P3A Kota Madiun Tahun 2019-2020
bentuk yaitu : (1) Kekerasan individual, dalam Polres Madiun Kota juga mendokumentasikan data
pengertiannya diartikan sebagai kekerasan yang meliputi jumlah kekerasan dalam rumah tangga pada tahun 2019-
bentuk kekerasan tertentu, contohnya pembunuhan, 2020 dengan korban perempuan dan anak sebagai berikut:
pemerkosaan penganiyaan berat, perampokan dengan Tabel 2. Data KDRT Polres Madiun Kota
senjata, dan penculikan; (2) Kekerasan kolektif yaitu aksi Tahun Jumlah Kasus
kekerasan yang pelakunya berjumlah melebihi satu orang. 2019 7
Kekerasan kolektif ini kemudian dibagi lagi menjadi 2020 14
kekerasan kolektif primitif, kekerasan koektif reaksional, Sumber : Polres Madiun Kota
dan kekerasan kolektif modern. Kondisi yang berbeda terlihat pada data kekerasan
Pengertian kekerasan dalam lingkup rumah tangga dalam rumah tangga yang dihimpun oleh Polres Madiun
dijelaskan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun sebagai berikut : (1) Tanggal 20 Desember 2020, Dedi (28
2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah tahun) melakukan pemukulan terhadap istrinya Nunung
Tangga atau singkatnya disebut dengan UUKDRT (25 tahun) hingga memar dan terluka. Pemicu Dedi
disebutkan bahwa : melakukan penganiayaan tersebut karena tidak diberi uang
oleh sang istri untuk menambalkan motornya. Dedi
“Kekerasan dalam rumah tangga merupakan setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan melakukan tindak kekerasan itu di saat Nunung sedang
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau melakukan shalat dzuhur yaitu dengan menarik mukena
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/ Nunung, menonjok mukena Nunung hingga memar dan
atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman terluka tidak hanya bagian muka saja namun bagian
untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau punggung juga dipukul oleh Dedi hingga memar dan biru-
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum biru; (2) Tanggal 10 Oktober 2020, Cantika (30 tahun)
dalam lingkup rumah tangga.”
mencubit anak kandungnya Naya (4 tahun). Naya (4
Pasal 2 Undang-Undang KDRT menjelaskan bahwa
tahun) kabur dari rumah karena tidak sanggup dengan
cakupan rumah tangga adalah: (a) suami, istri, dan anak;
tindak kekerasan yang dilakukan oleh ibunya, karena sang
(b) orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga
ibu melakukan kekerasan tersebut hampir setiap hari.
dengan orang sebagaimana disebutkan dalam poin a
Tidak hanya mencubit namun juga memukul bagian
karena hubungan darah, perkawinan, persusuan,
tangan dan punggungnya. Pemicu ibu kandung
pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah
melakukan kekerasan tersebut karena Naya sering

1023
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 10 Nomor 4 Tahun 2022, 1022 - 1037

meminta uang jajan dan Cantika (30 tahun) juga berwenang dengan kembali memperhatikan baik konvensi
mempunyai masalah dengan sang suami yang kurang internasional maupun peraturan perundang-undangan
harmonis. Naya (4 tahun) tidak sengaja ditemukan oleh dalam skala nasional. Masing-masing peraturan tersebut
warga sekitar dan ketua RT di pos kampling dengan telah memberikan amanat kepada setiap negara khususnya
keadaan luka memar di bagian pipi dan tangan biru-biru Indonesia untuk menghapuskan segala bentuk
akibat dipukul oleh ibu kandung; (3) Tanggal 21 Oktober diskriminasi terhadap perempuan dan anak dengan
2020, Yuni (27 tahun) dipukul oleh sang suami Ridho (30 menghilangkan budaya superioritas laki-laki atas
tahun) hingga memar dan terluka. Kejadian tersebut perempuan dan anak.
terjadidi hari Minggu pukul 23.00 waktu Indonesa bagian Penelitian ini menjadi penting karena KDRT
barat di depan hotel Dinar Kota Madiun. Pemicu merupakan kasus pidana yang masuk dalam ranah privat
timbulnya pemukulan akibat sang istri selingkuh dengan sehingga pengungkapan kasus KDRT lebih sulit
seorang pria, hingga sang istri menginap di hotel tersebut; dibandingkan kasus pidana lainnya. Ditambah lagi
(4)Tanggal 20 Febuari 2020, Ema (24 tahun) dipukul dan dampak yang dirasakan oleh perempuan dan anak sebagai
ditendang oleh sang suami Rizki (30 tahun) hingga terluka korban kasus kekerasan dalam rumah tangga cukup besar
dan memar. Rizki melakukan kekerasan tersebut karena karena dapat mengakibatkan trauma berkepanjangan baik
sang istri malas untuk menyelesaikan pekerjaan tangga bagi perempuan maupun anak. Jumlah kasus kekerasan
seperti memasak dan tidak mengurus anak dengan baik. terhadap perempuan dan anak dalam lingkup rumah
Kondisi tersebut bertentangan dengan fakta bahwa tangga di Kota Madiun dari tahun 2019 hingga tahun 2020
Indonesia telah mengadopsi beberapa instrumen merupakan kondisi yang menarik perhatian mengingat
Internasional yang bertujuan untuk memberikan bahwa kekerasan yang dilakukan baik terhadap
perlindungan terhadap perempuan dan anak seperti perempuan maupun anak di kalangan rumah tangga hingga
CEDAW dan Konvensi Hak-hak Anak. Poin penting yang saat ini dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan
menjadi sorotan dalam konvensi CEDAW adalah adanya : cenderung ditutup-tutupi dengan alasan malu atau
“Kewajiban negara peserta untuk mengubah pola kekerasan tersebut terjadi karena kesalahan dari korban
tingkah laku sosial dan budaya laki-laki dan sendiri.
perempuan dengan maksud untuk mencapai Berdasarkan kondisi tersebut dalam penelitian ini akan
penghapusan prasangka-prasangka, kebiasaan- dianalisa lebih lanjut langkah-langkah apa saja yang telah
kebiasaan, dan segala praktek lainnya yang dilakukan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
berdasarkan atas inferioritas atau superioritas salah Perlindungan Anak sebagai institusi yang memiliki tugas
satu jenis kelamin atau berdasar peranan stereotip
dan fungsi untuk mencegah serta menangani kekerasan
bagi laki-laki dan perempuan. Namun dalam
praktiknya perempuan tetap mendapatkan terhadap perempuan dan anak secara non litigasi.
diskriminasi dalam berbagai aspek, salah satunya Berdasarkan dasar pemikiran tersebut maka terdapat dua
adalah perempuan sebagai korban kekerasan yang rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1)
terjadi dalam rumah tangga “. Bagaimana upaya pencegahan kekerasan perempuan dan
Indonesia juga telah meratifikasi Konvensi Hak-hak anak dalam lingkup rumah tangga yang dilakukan oleh
Anak yang kemudian tertuang dalam beberapa Pasal Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Anak Kota Madiun pada tahun 2019-2020; (2) Bagaimana
Perlindungan Anak. Hak-hak anak menurut Konvensi upaya penanganan kekerasan perempuan dan anak dalam
Hak-hak Anak yaitu antara lain: (1) Hak keberlangsungan lingkup rumah tangga yang dilakukan oleh Dinas Sosial
hidup, hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota
dan hak memperoleh standar kesehatan tertinggi dan Madiun pada tahun 2019-2020.
perawatan yang sebaik-baiknya; (2) Hak perlindungan,
perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi, kekerasan dan METODE
keterlantaran; (3) Hak tumbuh kembang, hak memperoleh Desain yang digunakan pada penelitian ialah dengan
pendidikan dan hak mencapai standar hidup yang layak menggunakan studi kasus dengan berpedoman pada
bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan pendapat Robert K.Yin yang menyebutkan bahwasanya
sosial; (4) Hak berpartisipasi, hak untuk menyatakan studi kasus merupakan sebuah pendekatan kualitatif yang
pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak. tepat apabila pokok pertanyaan penelitiannya tentang
Sekalipun Madiun adalah kota kecil dengan jumlah “bagaimana” dan “mengapa”, memiliki pengaruh yang
penduduk yang tidak begitu banyak dan jumlah kasus sedikit atau peristiwa yang diteliti, serta fokus
KDRT yang terjadi di Kota Madiun tidak mendominasi penelitiannya ini adalah fenomena kontemporer dalam
data kasus KDRT dalam skala Nasional, hal ini tentunya beberapa konteks nyata (Yin, 2003 : 1). Argumentasi
harus tetap menjadi perhatian khususnya bagi aparat yang karena ruang lingkup yang dibahas meliputi pencegahan
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak

dan penanganan Dinas Sosial Pemberdayaan Perlindungan dalam penelitian ini diarahkan untuk menjawab seluruh
Perempuan dan Perlindungan Anak dalam mengurangi rumusan permasalahan.
kasus tindak kekerasan perempuan dan anak dalam rumah
tangga di Kota Madiun. HASIL DAN PEMBAHASAN
Narasumber dalam penelitian ini adalah korban Hasil Penelitian
kekerasan perempuan dan anak yaitu sebanyak 3 orang, Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah
Ketua RT dan Ketua RW sebagai tokoh masyarakat yang salah satu kasus yang menjadi perhatian khususnya bagi
mengetahui korban kekerasan yang sedang dianiaya oleh kelompok pemerhati perempuan dan anak. Hal tersebut
pelaku. Berdasarkan kriteria informan penelitian korban terjadi bukan tanpa alasan, sebab sekalipun jumlahnya
kekerasan terhadap anak yaitu korban bernama Bobi (10 belum terungkap seluruhnya beberapa kasus yang akhirnya
tahun) dan Deni (12 tahun) mengalami luka memar diungkap ke masyarakat luas mengindikasikan bahwa
dibagian punggung akibat dilempar pisau oleh ibu praktik KDRT masih kerapmuncul. Sebagai contoh, dalam
kandungnya. Terjadinya tindakan kekerasan ini pada 10 berita nasional dijumpai adanya kasus kekerasan terhadap
Oktober 2020 pukul 15.00 di Desa Pilangbango balita yang pelakunya adalah ibu kandungnya sendiri
Kecamatan Kartoharjo RT 2 RT 1. Sedangkan korban dengan alasan sang ibu mengalami depresi pasca
kekerasan dalam rumah tangga yaitu korban bernama Dina melahirkan. Ada juga kasus Angeline yang disiksa oleh ibu
(25 tahun) mengalami memar dan biru-biru bagian muka tirinya dan berujung pada kematian Angeline. Di sisi lain
dan punggung,kaki. Terjadinya tindakan kekerasan pada kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri pun tak
12 Januari 2019 pukul 12.00 WIB di Desa Tawangrejo, terhitung jumlahnya. Hampir di setiap pemberitaan
Kecamatan Kartoharjo . nasional dijumpai berita kekerasan hingga pembunuhan
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui sejumlah yang dilakukan oleh suami terhadap istri dengan alasan
langkah yang dilakukan oleh Dinsos P3A, yaitu: (a) upaya sang suami cemburu pada istrinya. Ironisnya, kasus KDRT
pencegahan berupa pendekatan kepada masyarakat dan tersebut baru menjadi perhatian saat si korban sudah
koordinasi antar lembaga dan instansi berwenang; (b) meninggal atau pada saat korban sudah mengalami luka
upaya penanganan berupa penindakan pelaku dan parah. Kesenjangan yang muncul antara laki-laki dengan
pemberian hukuman sanksi. perempuan dan anak dalam sistem sosial di Indonesia
Menurut Robert (2014 : 46) desain penelitian tersebut menjadi pemicu timbulnya KDRT. Bahkan seolah-olah
dapat menetapkan ranah kemungkinan generalisasi kasus tersebut dibiarkan terjadi. Karena dianggap menjadi
terhadap suatu populasi yang lebih besar atau situasi- ranah privat (Nisa, 2018 : 78).
situasi yang berbeda. Sehingga diinterpretasikan sebagai Pada tahun 2019 jumlah laporan adanya kasus KDRT
suatu penelitian dimana suatu kasus dalam kegiatan yang dijumpai di Kota Madiun adalah sebanyak 12 kasus
tertentu (contoh : program/event, kelompok sosial, dengan komposisi 11 kasus kekerasan terhadap korban
institusi) akan digali secara secara intensif dilanjut dewasa dan satu kasus kekerasan terhadap anak dengan
dengan menghimpun informasi dengan sedetail mungkin rincian berikut: (1) Lima kasus kekerasan fisik terhadap
melalui jumlah prosedur khusus harus diterapkan dalam dewasa; (2) Satu kasus kekerasan fisik terhadap anak; (3)
mengumpulkan data, dan kegiatan tersebut berlangsung Satu kasus penelantaran terhadap dewasa, dan; (4) Lima
selama periode tertentu (Wahyuningsih, 2013 : 10). kasus kekerasan fisik terhadap dewasa.
Teknik analisa yang digunakan adalah pendekatan Berdasarkan rekapitulasi informasi yang diperoleh dari
analisis dengan menggunakan model Miles dan Huberman Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
yang meliputi: (1) Data reduction (reduksi data), yakni Anak, jumlah korban kekerasan dalam rumah tangga dari
merangkum, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan kalangan perempuan dan anak tergolong rendah bahkan
pada hal-hal penting dari sejumlah data lapangan telah cenderung mengalami penurunan dari tahun 2019 hingga
diperoleh dan mencari polanya; (2) Data display (penyajian tahun 2020. Inne selaku psikolog pada Dinas Sosial
data), yakni menampilkan data yang telah direduksi yang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
sifatnya sudah terorganisir dan mudah dipahami. Data menyebutkan bahwa angka yang diperoleh Dinas Sosial
dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk deskripsi kata- Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota
kata dari kutipan wawancara dan gambar dengan maksud Madiun tersebut diperoleh dari orang terdekat korban
menjaga keorisinalitas data; (3) Conclution drawing / bukan korban secara langsung apalagi korban yang berasal
verification (kesimpulan), yakni akumulasi dari dari kalangan anak sehingg terdapat kemungkinan terjadi
kesimpulan awal yang disertai dengan bukti-bukti valid penurunan jumlah kasus KDRT. Penurunan jumlah KDRT
dan konsisten (kredibel), sehingga kesimpulan dihasilkan tersebut didukung oleh keterangan Ibu Sri Hastutik yang
menyatakan bahwa:

1025
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 10 Nomor 4 Tahun 2022, 1022 - 1037

“...Masih sangat sedikit korban kekerasan dalam Berdasarkan contoh kasus tersebut maka sangat
rumah tangga yang bersedia untuk melaporkan beralasan apabila jumlah laporan yang diterima oleh Dinas
adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
kepada Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
di Kota Madiun sangat rendah. Hal ini sesuai dengan
Perlindungan Anak di Kota Madiun. Dinas Sosial
sifatnya pasif, menunggu adanya laporan adanya pernyataan Ibu Inne selaku psikolog yang menyatakan
kasus KDRT...” (Wawancara 10 Juli 2021). bahwa tidak ada laporan yang diungkapkan oleh korban
KDRT. Dijelaskan pula oleh Ibu Inne bahwa: “...Sejauh ini
Badan Pusat Statistik Kota Madiun menunjukkan
peran Dinas Sosial sebatas menjalankan tugas yang berupa
bahwa pada tahun 2019 jumlah perempuan dewasa adalah
menerima laporan saja, bukannya andil secara aktif dalam
66.816 jiwa sedangkan jumlah anak baik perempuan
pencarian dan menginvestigasi kasus KDRT...”
maupun laki-laki adalah 54.338 jiwa. Artinya, pada tahun
(Wawancara 12 Juli 2021).
2019 jumlah korban KDRT dari kalangan perempuan
Kendatipun kasus KDRT dengan korbannya adalah
hanya sebanyak 0,00016 % (11 kasus) dari keseluruhan
perempuan dan anak tampak menurun pada tahun 2019
jumlah perempuan di Kota Madiun. Sedangkan jumlah
hingga 2020, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
korban KDRT dari kalangan anak adalah 0,000018 % (satu
Perlindungan Anak Kota Madiun tentunya masih
kasus). Kemudian pada tahun 2020 jumlah korban
mengupayakan langkah preventif dan penanggulangan
kekerasan dalam rumah tangga dari kalangan perempuan
kasus tersebut. Upaya tersebut melibatkan beberapa
dewasa adalah sebanyak 0,000018% (satu kasus).
instansi terkait. Hal ini dilakukan agar masyarakat sadar
Penurunan jumlah ini menurut Seksi Perlindungan
akan realitas bahwa kekerasan dalam rumah tangga
Perempuan dan Anak disebabkan karena sangat sedikit
merupakan isu sosial yang solusinya tidak sekadar
korban KDRT yang berkenan atau tidak keberatan untuk
direalisasikan oleh Dinas Sosial saja, tetapi juga instansi
melapor kepada Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan
lain yang terkait.
dan Perlindungan Anak di Kota Madiun perihal kasus
Peran Dinas Sosial dalam Pencegahan Kasus
yang menimpa korban.
Kekerasan dalam Rumah Tangga di Kota Madiun
Salah satu contoh kasus KDRT yang menunjukkan
Pencegahan untuk meminimalisir munculnya kasus
kondisi tersebut terjadi pada tahun 2019. Pada KDRT
kekerasan dalam rumah tangga merupakan sebuah upaya
tersebut yang menjadi korban adalah anak. Dalam kasus
penanggulangan kejahatan secara preventif. Pada bidang
tersebut anak X dan Y dicubit dan dilempar pisau oleh
hukum, pencegahan termasuk dalam kebijakan non penal
ibunya yang mengakibatkan anak mengalami luka dan
yang pelaksanaannya dijalankan lewat jalur di luar hukum
memar di bagian punggung. Alasan sang ibu melakukan
pidana. Upaya tersebut ditekankan pada sejumlah tindakan
kekerasan tersebut adalah karena anak X dan Y bolos dan
preventif yang dapat diupayakan sebelum timbulnya
tidak mau berangkat ke masjid. Kasus tersebut di atas dapat
kejahatan. Kebijakan non penal diinterpretasikan sebagai
digunakan sebagai salah satu contoh yang menunjukkan
kebijakan yang ditargetkan untuk menanggulangi
bahwa masyarakat di Indonesia pada umumnya
kejahatan dengan memanfaatkan sarana di luar hukum
beranggapan bahwa melakukan kekerasan terhadap anak
pidana di mana hal ini dapat diimplementasikan dalam
dengan tujuan pendidikan merupakan hal wajar. Padahal
sejumlah kegiatan, di antaranya yaitu: (1) Penyantunan dan
seyogianya hal tersebut bukanlah hal yang dibenarkan
edukasi sosial dalam upaya mengembangkan kewajiban
karena akan menimbulkan trauma yang berkepanjangan
sosial warga masyarakat; (2) Peningkatan kualitas
bagi si anak. kesehatan jiwa masyarakat yang diterapkan melalui
Bahkan kelak apabila si anak sudah beranjak dewasa ia edukasi moral, agama, dan semacamnya; dan (3) Upaya
akan beranggapan bahwa kekerasan adalah hal yang meningkatkan keselamatan anak dan remaja, termasuk
diperbolehkan baik oleh hukum maupun masyarakat. kegiatan patrol dan pemantauan secara kontinu yang
Akibat dari pandangan masyarakat Indonesia yang secara dilaksanakan oleh polisi dan apparat kemanan yang lain.
turun temurun melegalkan tindak kekerasan dalam rumah Kebijakan tanpa hukum pidana memiliki tujuan utama
tangga dalam lingkup rumah tangga menjadikan KDRT untuk membenahi berbagai situasi sosial dan diharapkan
dianggap sebagai tindakan wajar dan merupakan ranah dapat
pribadi masing-masing rumah tangga sehingga tidak perlu
pihak ketiga dalam proses penyelesainnya.
meminimalisir munculnya kejahatan. Maka dari itu, upaya Pencegahan kejahatan termasuk di dalamnya
pencegahan dengan cara non penal sesungguhnya kekerasan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu
mempunyai peran yang cukup krusial sehingga kegiatan (Dirdjosisworo, 1984 : 9) : (1) Berupaya mengidentifikasi
ini harus lebih dioptimalkan dengan seefektif dan atau menemukan sejumlah faktor yang dapat menjadi
seintensif mungkin. pemicu munculnya kejahatan, yang selanjutnya dilanjut
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak

dengan penyusunan program penanggulangannya. beberapa media lain untuk mendukung sosialisasi tersebut.
Programpenanggulangan tersebut ditujukan secara khusus Media-media yang digunakan oleh Dinas Sosial
kepada orang yang melakukan kejahatan dan secara umum Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota
kepada masyarakat luas, dan (2)Menumbuhkan stabilitas Madiun antara lain radio, leaflet, poster, banner, dan
pembinaan hukum dan aparatur penegak hukum dalam media sosial instagram madiun today.
rangka law enforcement yaitu sebuah usaha yang Sosialisasi yang berkenaan dengan kekerasan dalam
disasarkan untuk menjaga dan membina hukum yang rumah tangga bertujuan untuk mengembangkan tanggung
diberlakukan dalam masyarakat, termasuk upaya jawab sosial masyarakat. Tanggung jawab sosial dalam hal
menaikkan tingkat kompetensi dan kemantapan aparatur ini adalah adanya kesadaran bagi setiap individu bahwa
penegak hukum yang nantinya bertugas dalam penegakan induvidu sebagai bagian dari masyarakat memiliki peran
hukum yang diberlakukan dalam masyarakat. Pencegahan dalam meminimalisir munculnya KDRT. Tiap-tiap
kejahatan menurut Kaiser dalam buku Prevention anggota masyarakat sepatutnya mempunyai kesadaran
Strategies in Europe And North America (Lopa, 1996 : bahwa kendatipun kekerasan dalam rumah tangga
220) dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: merupakan ranah pribadi hal tersebut harus menjadi
(1) Strategi pencegahan kejahatan yang primer, bahwa perhatian sosial karena akibat yang ditimbulkan tidak
pencegahan kejahatan ini dilakukan melalui pendekatan hanya mengakibatkan penderitaan secara fisik tetapi juga
sosial, ekonomi, dan area lainnya yang berhubungan psikis bagi korbannya. Masyarakat harus menyadari
dengan kebijakan publik; (2) Pencegahan kejahatan secara bahwa KDRT serupa dengan tindak pidana lain,
sekunder adalah melalui kebijakan kriminal; dan (3) contohnya aksi pencurian, pembunuhan, penggelapan dan
Pencegahan kejahatan tersier mengacu pada sejumlah sebagainya. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini
langkah konkret di mana polisi menerapkan langkah kepekaan sosial masyarakat terhadap korban KDRT dapat
tersebut untuk meminimalkan potensi munculnya ditingkatkan.
kejahatan, termasuk aksi yang barangkali dilakukan oleh Sasaran pencegahan suatu tindak pidana adalah
penjahat kambuhan. masyarakat itu sendiri. Pencegahan suatu tindak pidana
Bentuk pencegahan tindak kekerasan dalam rumah dijalankan melalui upaya menghapuskan faktor-faktor
tangga oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan yang menjadi pemicu munculnya tindak pidana yang ada
Perlindungan Anak Kota Madiun adalah dengan dalam masyarakat. Dalam hal tindak pidana kekerasan
melakukan sosialisasi ke SMP, SMA, dan Kelurahan. dalam rumah tangga, faktor yang memicu aksi tersebut di
Adapun sasaran sosialisasi ini tidak terbatas pada antaranya ialah adanya pandangan bahwa KDRT
perempuan saja tetapi termasuk juga laki-laki. Sosialisasi merupakan hal yang lazim atau biasa. Maka dari itu,
dilakukan secara berkala setiap tahunnya karena melalui sosialisasi secara rutin Dinas Sosial
merupakan agenda rutin yang harus diselenggarakan oleh Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan bermaksud untuk mengubah pandangan masyarakat yang
Anak Kota Madiun. Sosialisasi dilakukan dengan semula beranggapan bahwa KDRT adalah hal yang wajar
melibatkan sejumlah instansi terkait seperti: (1) Polres menjadi pandangan bahwa kekerasan dalam rumah tangga
Madiun Kota; (2) Kejaksaan; (3) Pengadilan Agama; (4) adalah sesuatu yang tidak wajar sehingga harus menjadi
Dinas Kependudukan dan Catatan Kota Sipil; (5) Satuan perhatian bersama.
Polisi Pamong Praja; (6) Dinas Pendidikan dan Adanya pandangan bahwa KDRT merupakan proses
Kebudayaan Kota Madiun; (7) Lembaga Swadaya pemberian edukasi yang diperkenankan untuk diterapkan
Masyarakat Madiun Woman Center; dan (8) Pengadilan oleh anggota keluarga terhadap anggota lain di
Negeri. keluarganya tentunya telah melewati tahap yang cukup
Keterlibatan instansi-instansi tersebut sesuai dengan panjang dan lama sehingga muncul pandangan yang
Pasal 13 huruf f Peraturan Walikota Nomor 64 Peraturan demikian. Oleh karena itu, untuk mengganti pandangan
Walikota Nomor 64 Tahun 2020 tentang Kedudukan, tersebut pun pastinya harus diupayakan secara
Susunan Organisasi, Rincian Tugas dan Fungsi Serta Tata berkelanjutan. Strategi Dinas Sosial Pemberdayaan
Kerja Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perempuan dan Perlindungan Anak yang menjadikan anak
Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa dalam proses usia SMP dan SMA sebagai sasaran sosialisasi merupakan
pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak cara yang tepat sebab pada usia-usia tersebut anak sudah
diperlukan keterlibatan para pihak dalam rangka mampu menilai perbuatan apa saja yang tergolong baik
pelaksanaan perlindungan perempuan dan anak. dan apa saja yang tergolong tidak baik. Untuk itu, melalui
Pelaksanaan sosialisasi tidak hanya dilakukan secara sosialisasi perihal bahaya dari tindak kekerasan dalam
langsung, tetapi Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan rumah tangga sejak usia dini diharapkan dapat membentuk
dan Perlindungan Anak Kota Madiun juga memanfaatkan

1027
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 10 Nomor 4 Tahun 2022, 1022 - 1037

pandangan khususnya kepada para remaja untuk tidak dengan mengisolasi diri dari lingkungan; (g) munculnya
melakukan kekerasan dalam rumah tangga di kemudian phobia; (h) terjadi kenakalan remaja; (i) terganggunya
hari. Melalui sosialisasi ini pun diharapkan para remaja perilaku seksual; (j) terganggunya sistem ingatan; (k)
untuk secara aktif melaporkan kepada Dinas Sosial mood dan emosi cenderung menjadi negatif; (l) merasa
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota kesulitan ketika berusaha menumbuhkan relasi yang baik
Madiun jika dijumpai adanya KDRT. dan juga tidak mudah memercayai orang lain; (m)
Materi yang dipaparkan saat pelaksanaan sosialisasi meningkatnya rasa cemas, kegelisahan, dan ketakutan pun
kekerasan dalam rumah tangga memuat materi-materi tiba-tiba timbul tanpa adanya alasan jelas; (n) psikomatis
yang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat mengenai menjadi terganggu; (o) memandang rendah dan tidak
bahaya KDRT dan masyarakat pun mempunyai peran mengapresiasi diri sendiri; (p) bergantung pada obat-
esensial dalam membantu meminimalisir timbulnya obatan; (q) amarah yang muncul tanpa henti; (r) terkena
KDRT. Ada sejumlah poin yang harus diperhatikan dalam insomnia; (s) merasa depresi dan ingin mengakhiri hidup.
sosialisasi sebagaimana yang disebutkan oleh Dinas Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Perlindungan Anak Kota Madiun pun mengungkapkan
Madiun, di antaranya yaitu: (a) definisi kekerasan rumah bahwa atensi yang diperlihatkan masyarakat terkait
tangga (KDRT); (b) lingkup rumah tangga; (c) bentuk dengan kasus KDRT masih terbilang rendah. Kepedulian
KDRT; (d) hak yang dimiliki korban KDRT; (e) dampak mereka pun masih tergolong minim. Keadaan tersebut
yang ditimbulkan oleh kekerasan terhadap perempuan. akhirnya menjadi bagian dari faktor yang memicu
Berkenaan dengan pemaparan materi tersebut, Dinas munculnya kasus KDRT selain sejumlah faktor lainnya,
Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yaitu: (1) terdapatnya ekspektasi mengenai munculnya
Kota Madiun menyampaikan bahwa akibat terjadinya perubahan yang barangkali akan ada di kemudian hari; (2)
kekerasan dalam rumah tangga baik bagi perempuan dan korban berkeinginan untuk melepaskan diri, tetapi di sisi
anak dapat mengalami gangguan kesakitan fisik non lain mustahil baginya untuk menyangkal fakta bahwa ia
reproduksi, gangguan jiwa, gangguan kesehatan masih bagian dari anggota keluarga; (3) munculnya
reproduksi hingga kematian atau bunuh diri. konflik relasi antara pelaku dan korbannya; (4) minimnya
Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan dukungan eksternal, yang akhirnya korban pun terpaksa
Perlindungan Anak Kota Madiun menyebutkan sejumlah kembali ke keluarganya.
hak yang dimiliki korban kekerasan dalam rumah tangga, Dari materi sosialisasi yang dipaparkan oleh Dinas
di antaranya yaitu: (1) memperoleh suaka dari keluarga, Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, lembaga Kota Madiun, para peserta yang menghadiri program
sosial, masyarakat, pemerintah daerah dan/atau pihak tersebut diharapkan mampu menghayati nilai-nilai
lainnya; (2) mendapatkan fasilitas kesehatan dan berikut: (a) bahwa kekerasan dalam lingkup rumah tangga
psikologis sesuai kebutuhan medis; (3) mendapatkan merupakan hal yang tidak dibenarkan; (b) bahwa
penanganan secara khusus yang berkaitan dengan tetap kekerasan dalam lingkup rumah tangga tergolong masalah
menjaga rahasia korban; (4) mendapatkan pendampingan sosial, di mana masyarakat sepatutnya turut andil dalam
dari pekerja sosial ataupun advokasi pada tiap proses menanggulangi masalah tersebut atau setidaknya ikut serta
jalannya pemeriksaan sebagaimana ketentuan yang tertera dalam meminimalisir munculnya masalah tersebut; (c)
dalam undang-undang; dan (5) mendapatkan pengarahan bahwa korban KDRT secara khusus harus aktif
yang bersifat rohani. mengungkapkan kasus yang menimpanya serta tidak perlu
Penyampaian materi tersebut dilakukan oleh Dinas malu akan hal tersebut. Karena sikap diam dari korban
Sosial Pemberdayaan Perempuan dengan tujuan untuk dikhawatirkan akan menimbulkan akibat yang lebih besar
menyajikan penggambaran bagi masyarakat bahwa bagi korban kekerasan dalam rumah tangga.
terdapat dampak yang serius yang dimunculkan oleh Sosialisasi yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial
KDRT di mana hal tersebut tidak boleh dipandang remeh. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Ekspektasinya adalah melalui materi yang dipaparkan dijalankan dengan diperantarai oleh agen sosialisasi, di
tersebut, nantinya masyarakat akan menyadari bahwa antaranya yaitu sekolah, keluarga, kelompok sepantaran,
KDRT merupakan kasus yang serius. Selain itu juga dan media massa. Sosialisasi tersebut secara tidak
disampaikan dampak kekerasan terhadap anak antara lain: langsung telah menyasar beberapa agen sosialisasi
(a) akan timbul persepsi yang kacau; (b) keterlambatan sekaligus dalam setiap proses sosialisasi. Misalnya pada
perkembangan berpikir; (c) terganggunya konsentrasi; (d) sosialisasi yang dilakukan di kelurahan dengan peserta
emosi yang mudah terpancing; (e) berperilaku agresif; (f) dari berbagai rumah tangga telah menyasar agen
pergaulannya menjadi terhambat, yaitu diperlihatkan sosialisasi keluarga, kelompok sebaya. Kemudian pada
sosialisasi yang dilakukan di SMP dan SMA menyasar
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak

sekolah sebagai agen sosialisasi. Dan terakhir sosialisasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
yang dilakukan melalui leaflet, radio maupun instagram Kekerasan dalam Rumah Tangga secara eksplisit
merupakan salah satu bentuk melalui media massa. menjelaskan bahwa sanksi pidana akan dikenakan bagi
Sosialisasi sebagai sebuah proses pembelajaran tidak pelaku KDRT, di mana penjatuhan sanksi tersebut
akan mencapai tujuannya hanya dalam sekali pelaksanaan, disesuaikan dengan jenis perbuatan yang dilakukan pelaku
melainkan sosialisasi tersebut harus dilakukan secara dan akibat yang ditimbulkannya. Namun, sanksi yang
berkesinambungan dan massif. Tujuannya adalah untuk demikian hanya dapat ditegakkan oleh aparat penegak
memberikan pemahaman sekaligus untuk menanamkan hukum yang dilimpahi wewenang oleh undang-undang di
nilai-nilai positif dalam kehidupan masyarakat. Selain atas. Kemudian, terdapat pertanyaan mengenai bagaimana
penyampaian mengenai kekerasan dalam rumah tangga, peran Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
dalam sosialisasi oleh yang diadakan Dinas Sosial Perlindungan Anak Kota Madiun selaku instansi yang
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota berkewajiban dalam melindungi korban KDRT. Peraturan
Madiun juga diinformasikan perihal adanya Pusat Walikota Nomor 64 Tahun 2020 tentang Kedudukan,
Pelayanan Terpadu (PPT) Tindak kekerasan terhadap Susunan Organisasi, Rincian Tugas dan Fungsi Serta Tata
perempuan dan anak yang berkedudukan sebagai bagian Kerja Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan
yang mempunyai keterkaitan dengan Dinas Sosial. PPT Perlindungan Anak menjelaskan bahwa dalam upaya
difungsikan untuk menjalankan langkah penanganan melindungi hak perempuan dan anak, terdapat bidang
korban kekerasan terhadap perempuan dan anak, di perlindungan perempuan dan pemenuhan hak anak yang
antaranya mencakip pendampingan hukum, medis dan di dalamnya terdapat seksi perlindungan perempuan dan
psikososial. anak serta seksi pemenuhan hak anak. Berkenaan dengan
Sosialisasi sebagai upaya penanggulangan dalam upaya yang diterapkan dalam menangani kekerasan dalam
meminimalisir timbulnya kekerasan dalam rumah tangga rumah tangga, ada sejumlah tugas yang diemban oleh seksi
dianggap sebagai langkah yang tepat guna karena perlindungan perempuan dan anak, di antaranya yaitu : (1)
sosialisasi ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat melakukan konsultasi, memfasilitasi, mengoordinasi, dan
mengenai bahaya kekerasan dalam rumah tangga dan menjalankan sinkronisasi dalam upaya menyediakan
pentingnya peranan masyarakat dalam pemberantasan perlindungan bagi perempuan dan anak; (2) melakukan
tindak kekerasan dalam rumah tangga. advokasi kebijakan dan pendampingan layanan
Peran Dinas Sosial dalam Penanganan Kasus perlindungan perempuan dalam rangka
Kekerasan dalam Rumah Tangga di Kota Madiun. mengimplementasikan perlindungan perempuan dan anak;
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap (3) menyediakan layanan rujukan lanjutan yang
perempuan dan anak menjadi masalah sosial yang sejauh dikhususkan bagi perempuan korban kekerasan yang
ini belum mampu ditanggulangi dengan optimal. Hal ini membutuhkan koordinasi, sebagai upaya dalam
tejadi lantaran banyaknya faktor yang memengaruhi hal memberikan perlindungan bagi perempuan dan anak; (4)
tersebut. Maka dari itu, Dinas Sosial Pemberdayaan menyediakan layanan pengaduan masyarakat bagi
Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Madiun perempuan korban kekerasan, sebagai upaya mewujudkan
senantiasa mengoptimalkan upayanya dalam menangani perlindungan perempuan dan anak; (5) menguatkan dan
kekerasan dalam rumah tangga. Bentuk dari upaya mengembangkan lembaga penyedia layanan perlindungan
tersebut di antaranya adalah melalui penanganan pasca perempuan dalam upaya merealisasikan perlindungan
munculnya KDRT. perempuan dan anak; (6) menyediakan kebutuhan spesifik
Kata ‘penanganan’ tindak pidana secara umum bagi perempuan ketika dijumpai adanya emergency dan
dimaknai sebagai sejumlah upaya yang dapat diterapkan kondisi tertentu dalam upaya mewujudkan perlindungan
oleh pemerintah dalam menangani suatu tindak pidana perempuan dan anak; (7) menyediakan layanan bagi anak
dengan menggunakan jalur hukum. Dalam konteks yang membutuhkan proteksi khusus yang memerlukan
hukum, penanganan terhadap tindak pidana yang pengoordinasian dalam upaya mewujudkan perlindungan
menggunakan jalur hukum dikenal dengan istilah perempuan dan anak; dan (8) menyediakan layanan
kebijakan penal, yang menekankan pada sifat represif pengaduan masyarakat bagi anak yang membutuhkan
(penindasan/ pemberantasan/ penumpasan) usai terjadinya perlindungan khusus dalam upaya melaksanakan
tindak pidana. Sarana penal pada prinsipnya dijelaskan perlindungan perempuan dan anak.
sebagai bagian dari upaya dalam menegakkan hukum, Berdasarkan pemaparan yang diulas di atas, maka
yang oleh sebab itu, kebijakan hukum pidana berkategori dapat dikemukakan bahwa bentuk penanganan KDRT
sebagai bagian dari kebijakan penegak hukum (Law hanya akan mampu dijalankan oleh Dinas Sosial
Enforcement) (Arief, 2011 : 85). Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota

1029
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 10 Nomor 4 Tahun 2022, 1022 - 1037

Madiun sesudah adanya laporan yang diungkapkan korban penanganan pelaku KDRT, melainkan hanya melakukan
KDRT. Hal tersebut searah dengan apa yang dituturkan koordinasi dengan aparat penegak hukum. Berikut adalah
Ibu Sri Hastutik selaku seksi perlindungan perempuan dan beberapa bentuk penanganan KDRT yang dilakukan oleh
anak pada Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan DinsosP3A di Kota Madiun yaitu: (1) pengaduan langsung;
Perlindungan Anak Kota Madiun yang menyampaikan (2) pengaduan tidak langsung; (3) penjangkauan; (4)
bahwa: rujukan sebagai tindak lanjut penanganan korban; (5) dan
“…dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga, pemantauan korban yang dirujuk.
Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Pengaduan Langsung, penanganan jenis ini dapat
Perlindungan Anak Kota Madiun bersifat dilakukan dalam hal korban atau keluarga korban KDRT
menunggu.Penanganan terhadap korban kekerasan datang secara langsung dan mengadukan kasus yang
dalam rumah tangga baru dapat dilaksanakan menimpa mereka ke Dinas Sosial Pemberdayaan
apabila ada laporan dari korban kekerasan dalam Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Madiun (Dinsos
rumah tangga...” (Wawancara 10 Juli 2021)
P3A, 2020). Usai laporan diterima, maka pelapor akan
Advokasi sebagaimana disebutkan dalam angka 2 diminta untuk menyampaikan tindak kekerasan yang
(dua) berkaitan dengan korban kekerasan dalam rumah dialami. Selanjutnya pelapor akan diminta untuk
tangga yang khususnya mengalami kekerasan secara fisik. menandatangani informed consent sebelum proses
Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan wawancara.Petugas unit terpadu (Dinsos P3A) selanjutnya
Anak akan mendampingi dan memberikan pengarahan akan mendiskusikan dengan korban atau pendamping
terkait tindakan yang harus dilakukan oleh korban korban kekerasan layanan lanjutan perihal apa yang korban
kekerasan dalam rumah tangga selama proses butuhkan, contohnya berkenaan dengan layanan kesehatan,
penyelidikan, penyidikan hingga peradilan jika mereka rehabilitasi sosial, penegakan dan bantuan hukum atau
melaporkan tindak kekerasan tersebut kepada pihak yang pemulangan dan reintegrasi. Apabila korban tersebut
berwajib. Pihak Dinas Sosial juga akan melakukan masih anak-anak, maka petugas diwajibkan untuk
pendampingan bagi korban selama proses penyelidikan, melaporkannya kepada polisi tanpa memperhitungkan
penyidikan hingga peradilan tersebut. Sebagaimana yang persetujuan yang diungkapkan anak. Hasil diskusi
dipaparkan oleh Ibu Merly selaku konselor dari Dinas kemudian dipergunakan sebagai landasan dalam
Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memberikan pelayanan berikutnya. Jika korban sudah
Kota Madiun yaitu: dirujuk ke instansi yang berwenang maka akan dilakukan
“...Apabila ada korban kekerasan dalam rumah pengawasan oleh petugas unit terpadu minimal 3 (tiga)
tangga yang melapor kepada Dinas Sosial, langkah bulan sekali.
yang selanjutnya dilakukan adalah melakukan Penanganan yang dilakukan oleh Dinsos P3A hanya
analisa terhadap korban tersebut. Apabila trauma
dapat dilakukan atas persetujuan korban. Kecuali dalam
yang dialami oleh korban merupakan trauma
berat,maka Dinas Sosial akan memberikan rujukan hal korban adalah anak, maka Dinsos P3A memiliki
kepada instansi yang memiliki kemampuan untuk kewenangan untuk berkoordinasi dengan aparat penegak
menangani trauma tersebut...” (Wawancara 10 Juli hukum dalam proses penyelesaiannya.
2021)
Kasus KDRT baru dapat ditangani oleh Dinas Sosial Pengaduan Pengaduan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
sesudah dijumpai adanya laporan dari korban ataupun
Pelapor diarahkan Pelapor diarahkan
masyarakat yang melaporkan kasus tersebut. Oleh karena ke petugas unit ke petugas unit
itu dibentuk unit Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) yang terpadu terpadu
secara khusus menangani kasus KDRT terhadap
Pelapor menjelaskan Pelapor
perempuan dan anak. Tujuan pembentukan PPT adalah
secara singkat apa menjelaskan secara
untuk mengoptimalkan penanggulangan kasus KDRT. singkat apa yang
yang dialami
Sebelumnya telah dibahas bahwa bentuk penanganan dialami
KDRT yang dilakukan oleh Dinas Sosial Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (DinsosP3A) Kota Penandatanganan
informed consent Petugas Terpadu
Madiun adalah dengan melakukan koordinasi dengan
melaporkan kepada
aparat penegak hukum apabila dibutuhkan. Hal ini berbeda polisi mengenai
dengan pengertian penanganan kejahatan dalam konteks tindak kekerasan
Wawancara
hukum karena Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan yang dialami oleh
Perlindungan Anak tidak terlibat langsung dalam anak
Diskusi dengan
korban/ pendamping
Diskusi dengan
korban untuk
korban/ pendamping
menentukan layanan
korban untuk
rujukan
menentukan layanan
rujukan
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak

tidak bersedia menyampaikan identitasnya, maka petugas


tidak dapat memaksa.Petugas harus meyakinkan korban
mengenai prinsip kerahasiaan sehingga korban merasa
tidak khawatir saat menyampaikan permasalahannya.
Petugas akan menggali tindak kekerasan yang dialami
korban dan merumuskan penindaklanjutan dak kesediaan
untuk menemani korban dalam penggalian dan
pengambilan solusi; (b) Media surat, pada dasarnya
pengaduan jenis ini diberikan bagi korban yang belum siap
memberikan identitasnya, namun korban tersebut ingin
mencari penyelesaian masalah dari tindak kekerasan yang
dialaminya.
Tata cara penyampaian pengaduan adalah korban atau
keluarga korban kekerasan mengirimkan surat kepada
Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kota Madiun. Berikutnya, Dinas Sosial akan
menanggapi surat pengaduan tersebut. Surat disusun
rangkap 2 (dua), satu untuk korban dan satu untuk arsip.
a. Korban Perempuan b.Korban Anak Namun, dalam praktiknya pengaduanmelalui media surat
Bagan 1. Penanganan Pengaduan Langsung tidak dapat dilaksanakan secara cepat karena sebelum
identifikasi dilakukan terhadap korban kekerasan, petugas
Sumber : Dinsos P3A, 2020 akan meminta penjelasan mengenai permasalahan yang
Bagan tersebut memberikan gambaran penanganan
dihadapi oleh korban, dan hal tersebut cukup memakan
terjadinya kekerasan dalam hal terdapat pengaduan
waktu; (c) E-mail, pada prinsipnya penanganan pengaduan
langsung. Yang membedakan penanganan pengaduan
bentuk ini sama dengan pengaduan yang dilakukan
langsung antara perempuan dan anak adalah terletak pada
melalui surat. Keduanya sama-sama memiliki kelemahan
ada atau tidaknya persetujuan dari korban yaitu
yaitu terkait dengan waktu penanganannya karena
perempuan atau anak untuk melaporkan terjadinya
pengaduan dilakukan secara tidak langsung (Dinsos P3A,
kekerasan tersebut kepada aparat yang berwajib. Jika
2020).
korban adalah perempuan (dewasa), maka harus ada
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Dinas Sosial
persetujuan dari korban yaitu perempuan atau anak untuk
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah
melaporkan terjadinya kekerasan terhadap aparat yang
sama seperti penanganan pengaduan langsung (Dinsos
berwajib. Jika korban tidak bersedia melaporkan
P3A, 2020). Dalam hal korban adalah perempuan
terjadinya kekerasan, maka Dinas Sosial Pemberdayaan
(dewasa), maka harus ada persetujuan dari korban tersebut
Perempuan dan Perlindungan Anak tidak diperkenalkan
untuk melaporkan terjadinya kekerasan, maka Dinas
melaporkan hal tersebut kepada aparat yang berwajib.
Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Namun, jika korban adalah anak maka Dinas Sosial
tidak diperkenankan melaporkan hal tersebut kepada
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak wajib
aparat yang berwajib. Namun jika korban adalah anak
melaporkan adanya kekerasan tersebut kepada pihak
maka Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
berwajib tanpa adanya persetujuan dari anak.
Perlindungan Anak wajib melaporkan adanya kekerasan
Pengaduan tidak langsung, pengaduan tidak
tersebut kepada pihak yang berwajib tanpa adanya
langsung adalah bentuk pengaduan yang dilakukan oleh
persetujuan dari anak.
korban atau keluarga korban melalui media telepon/
Penjangkauan (Outreach), bentuk penanganan ini
hotline, surat/ email ataupun faxmile (Dinsos P3A, 2020).
dilakukan terhadap korban kekerasan yang harus
Termasuk di dalamnya adalah pengaduan yang dilakukan
mendapatkan penanganan sesegera mungkin namun
oleh masyarakat atau lembaga lain mengenai adanya
korban tidak dapat langsung datang ke instansi terkait.
tindak kekerasan. Penanganan pengaduan tidak langsung
Apabila terdapat kasus yang demikian maka Dinas Sosial
ini berbeda-beda tergantung pada media yang digunakan.
khususnya petugas unit terpadu akan melakukan
Terdapat beberapa meddia yang digunakan dalam
koordinasi dengan lembaga layanan yang relevan dengan
pengaduan tidak langsung yaitu media telepon, media
kondisi korban. Penanganan tersebut ditujukan bagi
surat dan media email. (a) Media telepon/ hotline (call
korban kekerasan yang memerlukan layanan, namun
center 24 jam) antara lain, Petugas akan menanyakan
identitas korban terlebih dahulu. Namun dalam hal korban

1031
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 10 Nomor 4 Tahun 2022, 1022 - 1037

mereka tidak dapat mendatangi unit pelayanan ataupun Berikut adalah mekanisme penanganan pengaduan
rumah sakit (Dinsos P3A, 2020). dari rujukan setelah petugas unit terpadu memperoleh
Penjangkauan (outreach) merupakan salah satu rujukan dari lembaga lain (Dinsos P3A, 2020): (a)
langkah yang diterapkan untuk menindaklanjuti memberitahukan surat pemberitahuan penerimaan rujukan
pengaduan yang disampaikan lewat telepon, surat, atau kepada lembaga pengirim; (b) menyerahkan surat
SMS dari korban atau keluarga korban bahkan dari media pemberitahuan kepada pihak yang mengirim rujukan
massa. Penjangkauan merupakan salah satu bentuk mengenai status dan langkah yang dapat diterapkan; (c)
langkah proaktif dari Dinas Sosial Pemberdayaan petugas nantinya menginformasikan korban perihal
Perempuan dan Perlindungan Anak terhadap korban lembaga yang dapat dijadikan tempat rujukan, termasuk
KDRT. Hal yang benar-benar diperhatikan dalam pelayanan yang disediakannya; (d) petugas akan
penjangkauan adalah keamanan dari korban. Jangan mengontak lembaga yang bertugas menerima rujukan; (e)
sampai dengan adanya penjangkauan korban justru apabila yang menjadi korban adalah anak yang
terjebak pada situasi yang lebih membahayakan. berkebutuhan khusus, maka petugas harus mendampingi
Pada proses awal penjangkauan petugas akan proses rujukan; (f) petugas memastikan bahwa korban
membawakan formulir pengaduan agar nantinya data yang ditangani oleh lembaga yang tepat; (g) petugas bersama
dibutuhkan dapat dilengkapi. Berikut adalah prosedur dengan lembaga rujukan melakukan koordinasi secara
penjangkauan: (a) Petugas memastikan keamanan baik bertahap
keamanan korban maupun dirinya sendiri; (b) Apabila Pemantauan Korban Yang Dirujuk, penanganan ini
diperlukan, petugas dapat meminta bantuan aparat dilaksanakan oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan
keamanan untuk memastikan keamanan korban; (c) dan Perlindungan Anak Kota Madiun untuk memastikan
Membahas perihal aspek keamanan yang perlu bahwa korban kekerasan baik perempuan maupun anak
diperhatikan; (d) Apabila korbannya adalah anak-anak, memperoleh layanan sebagaimana dalam rujukan yang
maka proses penjangkauan dilaksanakan bersama diberikan oleh Dinas Sosial.
keluarga yang mengemban tanggung jawab; (e) Apabila Pada saat menerima pengaduan hingga melakukan
korban tidak menyatakan kesediaannya untuk pendampingan terhadap korban kekerasan petugas terpadu
mendapatkan pendampingan lebih lanjut, maka petugas harus menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut (Dinsos
akan mengajaknya untuk menyusun rencana P3A, 2020) : (1) prinsip responsif gender. Prinsip ini
penyelamatan diri (safety plan) yang cakupannya meliputi merupakan bentuk penghargaan terhadap kesetaraan
cara pelarian diri dari rumah, cara yang dapat membantu gender, terkhusus pada kasus kekerasan terhadap
meraih tujuan penyelamatan, menyimpan dokumen yang perempuan dan anak dimana perempuan sering dipandang
bersifat krusial, dan uang bekal; (f) Petugas akan sebelah mata bahkan kekerasan yang terjadi pada
menginformasikan korban tentang kontak yang dapat perempuan seringkali dianggap terjadi karena sikap
dihubunginya jika suatu ketika korban berubah pikiran dan korban yang tidak baik. Dengan menerapkan prinsip ini
mengubah keputusannya; (g) Apabila korban bersedia petugas penerima pengaduan wajib memperlakukan
untuk menerima pendampingan, maka petugas akan perempuan dengan baik dan tidak memandang rendah
melakukan wawancara; (h) Kemudian korban akan diajak perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga; (2)
berdiskusi mengenai apakah korban bersedia menerima prinsip non diskriminasi. Prinsip ini terutama diterapkan
rujukan layanan. Petugas akan meninggalkan kontak yang jika korban adalah anak. Dalam praktiknya seringkali
dapat dihubungi kapan saja dan menginstruksikan korban dijumpai bahwa anak tidak dijadikan prioritas dalam
untuk menyimpannya tempat yang sekiranya dianggap layanan publik. Petugas penanganan pengaduan tidak
aman. boleh membeda-bedakan apakah pelapor sudah dewasa
Rujukan Sebagai Tindak Lanjut Penanganan Korban, ataupun anak. Tidak ada prioritas berdasarkan usia,
bentuk penanganan ini dilakukan ketika korban dirujuk kecuali dalam hal situasi yang sifatnya darurat; (3) prinsip
oleh lembaga-lembaga lain. Apabila memperoleh rujukan hubungan setara dan menghormati, di mana petugas yang
dari lembaga lain, maka rujukan tersebut akan diperiksa menyediakan layanan sepatutnya memperlihatkan
terlebih dahulu. Namun apabila tidak ada surat atau respeknya pada tiap pelapor tanpa mendiskriminasi
rujukan yangdiberikan kepada Dinas Sosial keyakinan, nilai-nilai, ataupun status sosial; (4) prinsip
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota menjaga privasi dan kerahasiaan, di mana pelayanan
Madiun, maka penanganan yang dijalankan oleh Dinas pengaduan harus disediakan di lokasi yang dapat membuat
Sosial tersebut sama dengan penanganan terhadap korban privasi korban tetap terjaga, serta informasi yang
yang melakukan pengaduan secara langsung (Dinsos P3A, dikemukakan korban harus senantiasa dirahasiakan oleh
2020). petugas agar tidak bocor; (5) prinsip memberikan
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak

keamanan dan kenyamanan, yaitu petugas sepatutnya responsive, tidak menunda-nunda penanganan pengaduan;
mampu dalam mewujudkan rasa nyaman bagi korban atau (11) prinsip empati, yaitu prinsip ini mewajibkan petugas
keluarga korban kekerasan agar mau menyampaikan agar mampu memposisikan diri pada posis korban.
kekerasan yang dialaminya; (6) prinsip menghargai Sehingga dengan metode ini diharapkan korban dapat
perbedaan individu, di mana prinsip ini mewajibkan lebih terbuka menceritakan persoalannya; (12) prinsip
petugas penanganan pengaduan untuk tidak memberikan pemenuhan hak anak, di mana prinsip ini didasarkan pada
label kepada korban atau keluarga korban kekerasan Konvensi Hak Anak yaitu hak atas penghormatan dan
berdasarkan latar belakang kehidupannya. Petugas penggunaan hak-haknya seutuhnya agar dapat
penanganan pengaduan tidak diperbolehkan mempertahankan hidup, berkembang, melindungi, dan
membandingkan antara korban yang satu dengan korban berpartisipasi.
lainnya; (7) prinsip tidak menghakimi.Prinsip ini Penanganan pengaduan oleh korban kekerasan baik
mewajibkan petugas untuk menilai segala sesuatu dari sisi anak maupun perempuan pada dasarnya sama, namun
yang objektif tanpa memperhatikan latar belakang korban. dalam kondisi tertentu dengan korban anak terdapat
Prinsip ini berawal dari pemahaman bahwa kekerasan, bentuk penanganan yang lebih khusus yaitu berupa
khususnya KDRT merupakan hal yang tidak dibenarkan pendampingan bagi anak korban kekerasan untuk
sehingga diharapkan petugas tidak menyimpulkan menghilangkan trauma pada korban anak. Bentuk
penyebab korban menjadi korban kekerasan hanya dengan pendampingan tersebut dilakukan antara lain melalui: (1)
melihat latar belakang korban; (8) prinsip menghormati upaya rehabilitasi, yaitu dalam lembaga ataupun di luar
pilihan dan keputusan korban sendiri. Prinsip ini pada lembaga; (2) upaya untuk memberi proteksi dari
dasarnya memberikan kebebasan kepada korban sejak penyebaran indentitas lewat media massa agar labelisasi
awal dilakukan proses pengaduan. Misalnya dalam dapat dihindari; (3) penyediaan jaminan keselamatan bagi
pengaduan secara tidak ada langsung, jika korban tidak korban secara fisik, mental, ataupun sosial; (4)
bersedia memberikan identitasnya maka petugas tidak menyediakan akses untuk memperoleh informasi yang ada
boleh memaksa korban kekerasan untuk memberikan keterkaitannya dengan perkembangan perkara.
identitasnya. Kemudian pada tahap sebelum dilakukan Sri Hastutik selaku Seksi Perlindungan Perempuan dan
wawancara, setiap pelapor akan diminta untuk Anak menyebutkan bahwa penanganan pengaduan
menandatangani informed consent. Jika pelapor tidak kekerasan dalam rumah tangga memerlukan respon yang
bersedia menandatangani informed consent maka petugas tepat guna sehingga untuk memperkuat lembaga tersebut,
tidak boleh memaksa korban. Bahkan dalam hal korban PPT (Pusat Penanganan Terpadu) Tindak Kekerasan
KDRT, perempuan dan korban tersebut tidak bersedia Terhadap Perempuan dan Anak Kota Madiun terdiri dari
membawa kasus kekerasan tersebut ke kepolisian maka berbagai unsur yang memiliki kewenangan untuk
petugas tidak dapat memaksa korban untuk melapor ke menanggulangi kasus kekerasan terhadap perempuan dan
kepolisian. anak seperti dari kepolisian, Pengadilan Agama dan
Tugas Dinas Sosial sekadar menyampaikan pandangan sebagainya.
untuk menemukan penyelesaian masalah yang dapat
diambil korban. Hal ini dilakukan agar kelak korban tidak
menyalahkan pihak lain atas keputusan terhadap pelaku Pembahasan
KDRT. Namun berbeda jika korban adalah anak, Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
sekalipun tidak ada persetujuan dari korban tersebut, upaya menjalankan tugasnya untuk mencegah dan
petugas harus selekasnya menyampaikan pelaporan terkait menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
dengan kasus yang menimpa korban kepada polisi; (9) dan anak, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
prinsip terhadap latar belakang dan kondisi Perlindungan Anak Kota Madiun telah melakukan upaya
korban/penggunaan bahasa yang sesuai dan mudah pencegahan dan penanganan. Upaya pencegahan
dipahami korban. Pada prinsip ini, petugas pengaduan dilakukan dengan melakukan sosialisasi mengenai bahaya
diwajibkan untuk mengungkapkan informasi dengan kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan dan
memakai bahasa yang tidak rumit agar korban dapat anak. Sedangkan upaya penanganan kekerasan dilakukan
memahaminya dengan mudah. Bahkan dalam kondisi dengan membentuk Pusat Penanganan Terpadu (PPT)
khusus misalnya korban mengalami keterbelakangan yang secara khusus diberi tugas untuk melakukan
mental, proses penanaganan pengaduan harus didampingi pendampingan terhadap perempuan dan anak yang
oleh penerjemah yang bisa diambilkan dari guru SLB; (10) menjadi korban KDRT.
prinsip cepat dan sederhana, di mana prinsip ini Upaya pencegahan dan penanganan Kekerasan dalam
mewajibkan petugas pengaduan untuk bertindak secara Rumah Tangga tersebut telah memberikan dampak berupa

1033
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 10 Nomor 4 Tahun 2022, 1022 - 1037

penurunan jumlah kasus KDRT di Kota Madiun. Pada janda sehingga istri cenderung mempertahankan rumah
tahun 2019 jumlah kasus KDRT adalah 12 kasus, tangganya sekalipun sang suami sering melakukan
sedangkan pada tahun 2020 menurun menjadi satu kasus. kekerasan terhadapnya, dan; (6) Tekanan lingkungan
Sosialisasi yang dijadikan agenda tahunan oleh Dinas untuk senantiasa tegar dan mempertahankan hubungan
Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tersebut dan berasumsi bahwa aksi kekerasan itu
Kota Madiun dalam upaya mencegah terjadinya dikarenakan oleh kesalahan yang ia lakukan.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga sejalan dengan teori G. Praditama dalam Praditama (2016 : 12) menyebutkan
Peter Hoefnagels (Arief, 2010 : 3) yang menyebutkan bahwa timbulnya kekerasan terhadap anak dipicu oleh
bahwa dalam hal penanggulangan kejahatan terdapat 3 sejumlah faktor, diantaranya dijabarkan berikut ini : faktor
(tiga) langkah yang dapat diimplementasikan, yaitu: (a) pertama adalah pewarisan kekerasan antar generasi,
Menerapkan hukum pidana; ( b) Mencegah tanpa pidana; dimana hal ini diakibatkan adanya pendapat bahwa
(c) Memengaruhi pandangan masyarakat yang berkenaan didikan yang keras asalkan anak terdidik dengan baik.
dengan kejahatan dan memidanakan dalam media massa. Kedua, kekerasan dalam rumah tangga sukar untuk
Penanggulangan tindak kejahatan ialah suatu strategi yang diungkapkan di ruang publik. Dalam pandangan
diterapkan untuk menghindarkan individu dari masyarakat Indonesia hingga saat ini selama kekerasan
keterlibatan tindak kejahatan dan berupaya tersebut masih dalam batas wajar belum mengarah pada
merehabilitasinya sehingga kejahatan tersebut tidak kekerasan yang membahayakan seperti pembunuhan maka
tertuang kembali (Dermawan, 2001 : 34). Barda Nawawi kekerasan terhadap anak yang demikian dapat dimaklumi.
Arief mengemukakan bahwa upaya yang ditujukan untuk Ketiga, latar belakang budaya meletakkan anak dalam
menangani pidana berupa pencegahan melalui jalur di luar posisi terbawah. Baik dalam ajaran agama maupun dalam
hukum pidana dapat disebutk juga langkah non penal. hal budaya patuh kepada orang tua.
Langkah ini diterapkan sebagai usaha pencegahan yang Pandangan masyarakat yang masih menjadikan
memfokuskan pada sifat preventif. Artinya, suatu tindakan kekerasan sebagai hal yang wajar dalam proses berumah
pencegahan yang diupayakan dan diimplementasikan tangga merupakan persepsi yang perlahan harus digeser
sebelum munculnya kejahatan. Target utama upaya dengan persepsi yang sebaliknya, bahwa kekerasan dalam
penanggulangan non penal ialah penanganan sejumlah proses berumah tangga yang dilakukan terhadap
faktor kondusif yang menjadi pemicu timbulnya perempuan maupun anak bukanlah hal yang dibenarkan.
kejahatan, seperti masalah sosial yang dapat Karena akibat yang ditimbulkan dari KDRT tersebut
memunculkan aksi kejahatan baik secara langsung sangatlah serius. Bahkan bisa menimbulkan trauma
maupun tidak langsung (Arief, 2011 : 246). Sosialisasi berkepanjangan bagi program. Hal ini semakin diperparah
yang dilakukan oleh Dinas Sosial Pemberdayaan dengan anggapan bahwa terjadinya kekerasan dalam
Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Madiun tersebut rumah tangga merupakan aib yang tidak seharusnya
memenuhi 2 cara mencegah terjadinya tindak pidana yaitu disampaikan kepada publik. Oleh karenanya para korban
mencegah tanpa melibatkan aparat hukum ataupun norma baik perempuan maupun anak cenderung memilih untuk
hukum yang berlaku serta dengan membentuk persepsi tidak melaporkan hal tersebut kepada pihak berwajib.
masyarakat tentang KDRT tersebut sendiri. Berdasarkan kondisi tersebut, Dinas Sosial
Huriyani (2008 : 72) menyebutkan bahwa munculnya Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota
KDRT terutama pada perempuan dan anak dipicu oleh Madiun dalam melakukan sosialisasi mengenai bahaya
sejumlah faktor diantaranya yaitu : (1) Sebagian kekerasan dalam rumah tangga selalu melibatkan unsur-
masyarakat menganggap bahwa tindakan kekerasan unsur terkait seperti kepolisian dan pengadilan. Langkah
merupakan salah satu langkah untuk mendidik bagi tersebut dilakukan untuk mendorong serta memberikan
seorang suami kepada istrinya ataupun orang tua kepada motivasi bagi para korban atau calon korban agar tidak
anaknya sehingga masyarakat cenderung menilai bahwa takut untuk melaporkan terjadinya KDRT. Dan untuk
KDRT sebagai hal yang lazim atau biasa; (2) Adanya pelaku maupun calon pelaku agar berpikir ulang jika akan
harapan bahwa kekerasan tersebut akan berhenti dimana melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak
harapan tersebut didasarkan rasa cinta; (3) Adanya karena terdapat sanksi yang akan diberikan kepada pelaku
ketergantungan ekonomi sehingga suami cenderung KDRT. Disebutkan dalam Puspo Nugroho (2018 : 3)
merasa lebih berkuasa atas perempuan atau anaknya; (4) bahwa sosialisasi digunakan sebagai sebuah proses
Alasan anak, dengan alasan bahwa demi pengorbanan transfer nilai, tata aturan, kebiasaan bahkan kebudayaan
untuk anak, istri cenderung mengabaikan kekerasan yang dari satu generasi ke generasi lainnya . Herabudin (2015 :
terjadi kepadanya; (5) Rasa lemah dan muncul 18) menyebutkan bahwa sosialisasi selalu diarahkan pada
ketidakperdayaan diri akibat adanya stigma buruk tentang konstruksi sosial dan proses atau dinamika sosial.
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak

Tujuan sosialisasi adalah untuk memberikan edukasi Madiun dengan membentuk unit khusus yang disebut
kepada warga bahwa kekerasan tidak selalu berbentuk dengan Pusat Penanganan Terpadu (PPT) yang secara
fisik seperti menampar, memukul atau menendang. Tetapi khusus diberi otoritas untuk memberikan pendampingan
termasuk juga kekerasan terhadap psikologi perempuan terhadap korban kasus kekerasan dalam rumah tangga.
dan anak seperti membentak, memaki-maki hingga Penanganan yang dilakukan oleh PPT sebagaimana telah
merendahkan korban dalam hal ini yaitu perempuan dan disebutkan di atas merupakan respon Dinas Sosial
anak. Sebab, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam undang-undang Madiun terhadap adanya laporan terjadinya kekerasan
tidak sekadar berkenaan dengan kekerasan fisik yang dalam rumah tangga. Penanganan yang dilakukan oleh
akibatnya dapat dilihat secara langsung. Namun juga PPT Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
termasuk kekerasan verbal berupa makian yang dilakukan Perlindungan Anak Kota Madiun pada dasarnya tidak
oleh pelaku kepada korban. Adorno dalam Wiwid (2016 : melibatkan aparat penegak hukum. Namun dalam hal
54) menyebutkan bahwa kekerasan merupakan suatu tertentu yaitu apabila dianggap dapat menimbulkan
bentuk hubungan sosial yang menunjukkan kualitas bahaya jiwa bagi korban, maka PPT dapat bekerjasama
hubungan interpersonal antara suami dan istri ataupun dengan aparat penegak hukum terkait, dalam hal ini ialah
antara orang dewasa dan anak yang merupakan ancaman kepolisian. Penanganan kekerasan dengan melibatkan
permanen yang mengakibatkan penindasan, pembatalan aparat penegak hukum, menurut teori pencegahan
bahkan kematian (dalam Wiwid, 2016 : 54). Atmasasmita kekerasan oleh G.F Hoefnagels merupakan penanganan
(2005 : 67) menggolongkan kekerasan dalam beberapa kejahatan dengan pidana yaitu dengan melibatkan aparat
bentuk yaitu: (1) Kekerasan individual, dalam penegak hukum serta norma hukum terkait.
pengertiannya diartikan sebagai kekerasan yang meliputi Pendampingan terhadap korban yang dilakukan oleh
bentuk kekerasan tertentu, contohnya pembunuhan, PPT Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
pemerkosaan, penganiayaan berat, perampokan dengan Perlindungan Anak Kota Madiun seperti yang telah
menggunakan senjata dan penculikan; dan (2) Kekerasan disebutkan sebelumnya terbagi dalam 5 bentuk yaitu
kolektif yaitu kekerasan yang dijalankan oleh sejumlah penanganan terhadap pengaduan langsung, penanganan
orang, dimana kekerasan kolektif ini kemudian terhadap pengaduan tidak langsung, penjangkauan
diklasifikasi menjadi kekerasan kolektif primitif, (outreach), rujukan sebagai tindak lanjut dari penanganan
kekerasan kolektif reaksional, dan kekerasan kolektif korban serta pemantauan korban yang dirujuk.
modern. Sebagaimana yang disebutkan oleh Achie (2010 : Pendampingan terhadap korban kekerasan dalam
11) bentuk kekerasan dapat dikategorikan menjadi 5 (lima) rumah tangga yang dilakukan oleh PPT Dinas Sosial
bentuk yaitu: (1) Kekerasan fisik misalnya mencubit; (2) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada
Kekerasan psikologis seperti mengancam; (3) Kekerasan dasarnya merupakan pendampingan secara psikologis
seksual; (4) Kekerasan berdimensi finansial, contohnya terhadap korban KDRT. Penanganan kekerasan yang
menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan dilakukan oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan
finansial; dan (5) Kekerasan yang berkaitan dengan dan Perlindungan Anak Kota Madiun baru dapat
kepercayaan seseorang, contohnya yaitu memandang dilaksanakan apabila ada pengaduan baik dari korban,
rendah kepercayaan yang diyakini korban. keluarga korban maupun masyarakat. Adapun tindakan
Proses sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas lanjutan baik berupa pendampingan korban maupun
Sosialisasi dalam prosesnya tidak menemui hambatan rujukan lanjutan juga dilaksanakan atas izin korban.
karena sosialisasi dilakukan dengan melakukan kerjasama Bahkan dalam kondisi penjangkauan (outreach)
dengan pihak-pihak yang memiliki pengaruh terhadap sekalipun, jika korban menolak untuk dibantu, petugas
kelompok tertentu. Misalnya kelurahan yang memiliki unit terpadu tidak dapat memaksa korban agar bersedia
pengaruh untuk menggerakkan warganya untuk mengikuti dibantu menyelesaikan masalahnya. Namun penanganan
sosialisasi atau sekolah yang memiliki pengaruh atau yang sedikit berbeda terjadi apabila korban kekerasan
kekuasaan untuk mengarahkan peserta didiknya untuk adalah anak, karena tanpa persetujuan korban sekalipun
mengikuti sosialisasi bahaya kekerasan dalam rumah apabila korban kekerasan adalah anak maka petugas unit
tangga yang dilakukan oleh Dinas Sosial Pemberdayaan terpadu harus segera melaporkannya kepada kepolisian
Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Madiun. untuk penanganan lebih lanjut.
Penanganan kekerasan yang dilakukan oleh Dinas Ibu Sri Hastutik selaku Seksi Perlindungan terhadap
Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak pasca Perempuan dan Anak menyebutkan bahwa peran aktif dari
terjadinya kekerasan dilakukan oleh Dinas Sosial korban kekerasan dalam rumah tangga untuk melaporkan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota adanya tindak kekerasan yang ia alami merupakan

1035
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 10 Nomor 4 Tahun 2022, 1022 - 1037

hambatan dalam proses penanganan kekerasan dalam pelaku akan berubah di kemudian hari. Kekerasan sendiri
rumah tangga. Pemicu kondisi tersebut antara lain: (1) merupakan kejahatan yang oleh G.F Hoefnagels dapat
Laki-laki dari segi fisik lebih kuat daripada perempuan; (2) ditanggulangi melalui 3 langkah yaitu dengan menerapkan
Adanya tradisi lama yang memandang bahwa laki-laki hukum pidana, mencegah tanpa pidana dan memengaruhi
yang dianggap lebih mendominasi dibanding perempuan, pandangan masyarakat yang berkenaan dengan kejahatan
serta toleransi pemanfaatan kekuatan oleh laki-laki; (3) dan memidanakan dalam media massa.
Realitas ekonomi yang memaksakan perempuan mendapat Pencegahan terhadap kekerasan dalam rumah tangga,
penganiyaan dari seseorang yang menjadi tempatnya oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
bergantung (Praditama dkk, 2016 : 12-14). Di lain sisi, Perlindungan Anak Kota Madiun dilakukan melalui
anak selaku korban kekerasan dalam rumah tangga juga sosialisasi setahun sekali serta melibatkan lembaga terkait
jarang yang bersedia untuk melaporkan hal tersebut ke seperti kepolisian, Pengadilan Agama, Pengadilan Negeri,
Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan LSM woman center dan sebagainya. Sasarannya adalah
Anak. Sebab, dalam pandangan masyarakat Indonesia kelompok dewasa dan anak usia sekolah (SMP dan SMA).
hingga saat ini selama kekerasan tersebut masih dalam Tujuan dari diadakannya sosialisasi ini ialah agar dapat
batas wajar belum mengarah pada kekerasan yang memberi penggambaran tentang bahaya KDRT berserta
membahayakan seperti pembunuhan maka kekerasan dampak yang dimunculkannya terhadap perempuan
terhadap anak yang demikian dapat dimaklumi. Hal ini ataupun anak. Pengadaan sosialisasi tersebut pun
menjadikan pengungkapan kekerasan terhadap anak disasarkan untuk menaikkan tingkat kesadaran korban dan
semakin sulit dikarenakan korban tidak mau melaporkan masyarakat agar mereka sesegera mungkin melaporkan
tindak kekerasan yang terjadi. Selain itu, latar belakang pada pihak berwajib jika kebetulan dijumpai adanya kasus
budaya masyarakat Indonesia yang meletakkan anak KDRT di lingkungannya.
dalam posisi terbawah menyebabkan anak sebagai korban Sedangkan penanganan kekerasan dilakukan dengan
kekerasan semakin enggan untuk melaporkan adanya membentuk unit khusus bernama Pusat Penanganan
tindak kekerasan. Terpadu (PPT) yang bertanggung jawab untuk merespon
Penanganan kekerasan dalam rumah tangga pada segala bentuk pengaduan dari korban, keluarga korban
dasarnya ada pada korban dan masyarakat itu sendiri. maupun masyarakat. Semua bentuk penanganan pasca
Pandangan masyarakat yang masih menempatkan laki-laki laporan adanya tindak kekerasan dilaksanakan atas
pada posisi yang lebih tinggi dari perempuan dan anak, persetujuan korban dengan memperhatikan aspek
oleh sebagian oknum akan dijadikan cara untuk kerahasiaan dan keamanan korban.
membenarkan tindak kekerasan yang mereka lakukan
terhadap perempuan dan anak. Korban kekerasan dalam
rumah tangga pun hanya akan bertindak jika Saran
lingkungannya mampu memberikan dorongan untuk Salah satu kelemahan dari penanganan kekerasan dalam
mengungkap adanya tindak kekerasan dalam rumah rumah tangga adalah harus ada persetujuan dari korban
tangga. Apabila lingkungan dalam hal ini masyarakat tidak kekerasan sekalipun kondisi korban sudah dalam kondisi
mampu memberikan dorongan positif bagi perempuan dan buruk. Maka dari itu, saran yang dapat disampaikan
anak selaku korban kekerasan dalam rumah tangga, maka kepada Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
kasus kekerasan dalam rumah tangga akan tetap menjadi Perlindungan Anak Kota Madiun adalah dengan
fenomena gunung es. memaksimalkan peningkatan intensitas sosialisasi yang
berkenaan dengan bahaya yang ditimbulkan kekerasan
PENUTUP dalam rumah tangga. Dinas Sosial juga dapat melakukan
Simpulan sosialisasi secara lebih massif melalui media sosial seperti
instagram dan youtube dengan konten yang menarik.
Kekerasan dalam rumah tangga dengan korban perempuan
Sehingga diharapkan melalui sosialisasi yang dilakukan
dan anak merupakan isu yang hingga saat ini masih terus
secara intens, masyarakat dapat mengetahui bahaya
terjadi. Data tahun 2019 hingga 2020 pada Dinas Sosial
kekerasan dalam rumah tangga dan dapat lebih berani
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota
melaporkan adanya kekerasan yang terjadi pada dirinya
Madiun menunjukkan terjadinya penurunan jumlah kasus
maupun pada lingkungannya.
kekerasan karena tidak ada laporan kepada Dinas Sosial
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota
DAFTAR PUSTAKA
Madiun. Pemicunya adalah karena mayoritas korban
KDRT beranggapan bahwa hal tersebut merupakan aib. Abintoro Prakoso. 2013. Krimonologi dan Hukum Pidana,
Sehingga para Korban memilih diam dengan harapan Yogyakarta : Laksbang Grafika.
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak

Ade Irma Sakina, D. H. 2017. Menyoroti Budaya Patriarki Wiwid, Noor Rakhmad. 2016. “Kekerasan Terhadap Anak
di Indonesia. Social Work Jurnal, hal. 72-80. Dalam Konstruksi Koran Tempo”. Jurnal Ilmu Sosial,
Vol.15 (1) : hal 53-62.
Arief, B. N. 2010. Bunga Rampai Kebijakan Hukum
Pidana, Semarang : Fajar Interpratama Yin, Robert K. (2014). Studi Kasus Desain & Metode,
Jakarta: Rajawali Pers.
Arief, B. N. 2010. Bunga Rampai Kebijakan Hukum
Pidana Perkembangan Penysunan Konsep Konsep
KUHP Baru. Jakarta: Genta Publishing.
Atmasasmita, R. 2005. Teori dan Kapita Selekta
Kriminologi. Bandung : Refika Aditama.
Dermawan, M. 2001. Pencegahan Kejahatan : Dari Sebab-
Sebab Kejahatan Menuju Pada Konteks Kejahatan.
Jurnal Kriminologi Indonesia. Vol 1 (3) : hal. 34.
Dirdjosisworo, S. 1984. Amalan Ilmu-Ilmu Sosial dalam
Studi Kejahatan. Bandung: Sinar Baru.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan .2014. Metodologi
Penelitian Kualitatif . Bandung : Alfabeta.
Hanifah, A. 2007. Permasalahan Kekerasan dalam Rumah
Tangga dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial,
hal.49.
Huriyani, Y. 2008. Kekerasan dalam Rumah Tangga
(KDRT) : Persoalan Privat Yang Jadi Persoalan
Publik. Jurnal Legislasi Indonesia .Vol. 5 (3) : hal. 77.
Komnas Perempuan. 2021. CATAHU 2020 Komnas
Perempuan: Lembar Fakta dan Poin Kunci (2020,
Juni Rabu). Komnas Perempuan. 5 Maret 2021.
Lopa, B. 1996. Mencegah Kejahatan, Anatomi Kejahatan
di Indonesia. Bandung : Granesia.
Luhulia, Achie Sudiarti. 2010. Pemahaman bentuk-bentuk
tindak kekerasan terhadap perempuan dan alternatif
pemecahannya. Jakarta: Kelompok Kerja "Convention
Watch" Pusat Kajian Wanita dan Jender Universitas
Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2013 . Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nisa, H. 2018. Gambaran Bentuk Kekerasan dalam
Rumah Tangga Yang Dialami Perempuan Penyintas.
International Journal Of Child and Gender Studies,
Vol. 5 (2) hal : 57-66.
S. Nasution. 2015. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan;
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta
Sandhi Praditama, N. A. 2016. Kekerasan Terhadap Anak
dalam Keluarga dalam Persepktif Fakta Sosial.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Wahyuningsih, S. 2013. Metode Penelitian Studi Kasus :
Konsep, Teori Pendekatan Psikologi Komunikasi, dan
Contoh Penelitiannya. UTM PRESS Bangkalan-
Madura,119

1037

Anda mungkin juga menyukai