Anda di halaman 1dari 11

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DENGAN

PEMBERIAN PROBIOTIK PADA SISTEM HETEROTROFIK

GROWTH AND SURVIVAL RATES OF AFRICAN CATFISH (Clarias gariepinus) IN


HETEROTROPHIC POND SYSTEM USING PROBIOTIC

Eko Fredy Sutrisno, Sri Marnani, Hamdan Syakuri


Program Studi Budidaya Perairan, FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Jenderal Soedirman

Jalan Dr. Soeparno Karangwangkal, Purwokerto (0281) 642360/7607433


Email: ekofredysutrisno@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh probiotik dengan dosis yang berbeda pada
tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup lele dumbo (Clarias gariepimus). Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode eksperimen berdasarkan Rancang Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 kali
sampling ikan sebagai ulangan. Lima perlakuan tersebut adalah tanpa probiotik dan empat dosis probiotik yang
berbeda (25 mL/m3, dosis 50 mL/m3, dosis 75 mL/m3, dan dosis 100 mL/m3). Berat badan awal ikan 14,05±0,03
g/ekor. Ikan dipelihara dalam kolam bundar dengan diameter 2 m, tinggi 1 m, dan kepadatan 1000 ekor/kolam
selama 30 hari. Laju pertumbuhan harian berkisar 0,53-0,87 g/hari, laju pertumbuhan spesifik berkisar 2,54-3,50
%/hari, efisiensi pakan berkisar 63,02-98,32 %, dan sintasan berkisar 78,30-94,60 %. Kualitas air meliputi suhu
berkisar 28,01-29,520C; pH berkisar 6,07-6,45; oksigen terlarut 3,64-4,87 mg/L; dan amoniak berkisar 0,065-
60,1 mg/L. Budidaya lele dumbo dengan probiotik menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih rendah, namun
nilai efisiensi pakan dan tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi dibandingkan budidaya ikan tanpa probiotik.

Kata kunci : Probiotik, pertumbuhan, sintasan, lele, heterotrofik.

ABSTRACT
The aim of this study was to evaluate effect of probiotic in different doses in fish culture media on
growth and survival rates of African catfish (Clarias gariepinus). This work was done by using experimental
method based on Completely Randomized Design (CRD) with five treatments and four sampling times as
replicates. These five treatments were without probiotic, 25 mL/m3, 50 mL/m3, 75 mL/m3, and 100 mL/m3 of
probiotic. Initial body weight of fish was 14.05±0.03 gram. Fish was reared in circular pond with diameter of 2
m, height 1 of m, and a density of 1000 fish / pond for 30 days. The results showed that daily growth rate ranged
from 0.53-0.87 g / day, the specific growth rate ranged from 2.54-3.50% / day, feed efficiency ranged from
63.02-98.32%, and survival rate ranged from 78.30-94.60%. Water quality parameters ranged 28,01-29,520C of
temperature; 6.07-6.45 of pH; 3.64-4.87 mg/L of dissolved oxygen; and 0.065-60.1 mg/L of total ammonia.
African catfish culture with probiotic showed lower growth rate, however it performed higher feed efficiency
and survival rate than fish cultivation without probiotic.

Keywords: Probiotic, growth, survival, catfish, heterotrophic.


PENDAHULUAN akan dikeluarkan dalam bentuk NH3 dan 15% akan
Produk perikanan di Indonesia khususnya ikan dikeluarkan bersama feses. Secara ringkas menurut
konsumsi secara nasional setiap tahunnya semakin meningkat. Avnimelech et al. (1989), dapat dikatakan potensi
Peningkatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pasokan amoniak ke dalam air budidaya ikan adalah
adanya peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya pola sebesar 75% dari kadar nitrogen dalam pakan dan
makan produk perikanan yang menjadikan permintaan akumulasi kandungan amoniak total (TAN) dalam
semakin meningkat. Seiring meningkatnya pola makan produk media pemeliharaan bisa mencapai 90%.
perikanan, maka kebutuhan akan ikan konsumsi semakin Meningkatnya produk metabolit pada
meningkat. Salah satu komoditas perikanan yang mengalami akhirnya menghasilkan senyawa amoniak dalam
peningkatan dan cukup populer di masyarakat adalah lele perairan. Keberadaan senyawa ammonia di perairan
dumbo (Clarias gariepinus). sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan karena
Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik mereduksi masukan oksigen. Menurut Suprapto dan
Indonesia (2014), menginformasikan bahwa perkembangan Legisan (2013), jika produk metabolit yang terlarut di
produksi ikan lele secara nasional pada lima tahun terakhir dalam air terlalu tinggi, maka sebagian akan
terus meningkat dengan rata – rata sebesar 35 persen setiap terendapkan di dasar kolam. Pengendapan produk
tahunnya. Pada tahun 2009 produksi nasional ikan lele dumbo metabolit di dasar kolam mengakibatkan kondisi
sebesar 144.755 ton, 2010 sebesar 270.600 ton, tahun 2011 menjadi anaerob sehingga menyebabkan proses
sebesar 366.000 ton, lalu tahun 2012 meningkat menjadi perombakan terjadi tanpa adanya oksigen dan hasilnya
495.000 ton terus meningkat tahun 2013 menjadi 670.000 ton. merupakan senyawa – senyawa yang bersifat racun
Target tahun 2014, angka sementara yang dipublikasikan dari seperti amoniak, nitrit, asam sulfide maupun metana.
perkembangan produksi budidaya ikan lele dumbo sebesar Penanganan limbah hasil budidaya ikan secara intensif
900.000 ton. Data tersebut menunjukan bahwa usaha budidaya perlu dilakukan, sehingga limbah budidaya tidak
lele dumbo memiliki prospek dikembangkan secara intensif menjadi toksik, tidak menyebabkan kematian pada
karena hasil produksinya masih dapat diserap oleh pasar lokal ikan, meningkatkan sintasan ikan, dan pertumbuhan
maupun pasar nasional. menjadi optimal. Salah satu penanganan limbah
Salah satu pemeliharaan intensif yaitu dengan budidaya ikan dengan menggunakan sistem
menggunakan kolam terpal bundar. Menurut Suprapto dan heterotrofik.
Legisan (2013), wadah budidaya ikan lele terdapat berbagai Sistem heterotrofik merupakan sistem
jenis konstruksi kolam, salah satunya menggunakan kolam budidaya ikan yang menggunakan bakteri heterotrof
terpal. Keuntungan kolam plastik/terpal ini adalah biaya (Beristain, 2005). Bakteri heterotrof merupakan
pembuatannya yang relatif murah, mudah dibuat, persiapan bakteri yang hidupnya dengan memperoleh makanan
kolam lebih cepat, serta proses panennya cepat. Kekurangan berupa zat organik dari lingkungannya. Bakteri ini
kolam terpal, bila konstruksinya tidak benar kolam akan menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat
mudah bocor sehingga pengelolaan kualitas air pada media anorganik, yaitu CO2, H2O, energi dan mineral
budidaya relatif kurang stabil dibandingkan kolam semen. (Lenny, 2014). Sistem ini didasarkan pada konversi
Penggunaan kolam terpal bundar diharapkan mampu nitrogen anorganik terutama ammonia dengan bantuan
menciptakan lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan lele energi oleh bakteri heterotrof menjadi biomassa
sehingga pertumbuhannya dapat optimal selama peliharaan, mikroba yang kemudian dapat dikonsumsi oleh
serta dengan pemeliharaan di kolam terpal bundar kita lebih organisme budidaya. Selain itu, proses mikroba dapat
mudah mengawasi kondisi atau perkembangan ikan lele dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas air dan
dumbo. Adapun perlakuan sebelum kolam terpal dipergunakan mengurangi beban pencemaran limbah budidaya ikan
adalah dengan pencucian, pengeringan, pengisian air, ke dalam perairan. Kandungan amoniak di dalam air
pemupukan dengan probiotik, dan pengapuran. kolam pada prinsipnya, dapat dimanfaatkan untuk
Budidaya ikan lele saat ini banyak dilakukan dengan perkembangan alga atau bakteri sebagai pakan alami
sistem intensif. Sistem budidaya ikan secara intensif sangat bagi ikan (Ekasari, 2009). Penerapan sistem
berkaitan dengan bagaimana menghasilkan produk perikanan heterotrofik dalam budidaya ikan memerlukan
yang efisien. Dua faktor pembatas penting dalam sistem penggunaan bakteri, salah satunya dengan
budidaya intensif adalah kualitas air dan aspek pakan. penambahan probiotik. Menurut Suprapto dan Legisan
Budidaya ikan secara intensif yaitu dicirikan dengan adanya (2013), probiotik dalam budidaya ikan dapat
peningkatan kepadatan ikan dan pakan tambahan. Kemudian didefinisikan sebagai mikroba (jasad renik) yang
masalah nyata yang selalu muncul pada budidaya sistem sengaja diberikan melalui makanan maupun media
intensif, yaitu terjadinya penurunan kualitas air pada media (lingkungan) dan bersifat menguntungkan bagi
budidaya yang diakibatkan oleh meningkatnya bahan organik makhluk hidup atau hewan budidaya. Probiotik bisa
yang meliputi produk metabolit, sisa pakan, dan senyawa berupa mikroba hidup seperti fungi, bakteri ataupun
nitrogen (Hepher dan Prugnin, 1990). Produk metabolit tidak mikroalgae. Fungsi dan manfaat pemberian probiotik
dapat dihindari karena ikan memanfaatkan hanya 20% - 30% diantaranya mengurai bahan organik menjadi senyawa
nutrien dari pakan, sisanya menetap sebagai limbah di dalam anorganik yang sangat bermanfaat bagi kestabilan
air (Crab et al. 2007 dan De Schryver et al. 2008). Menurut plankton, sebagai penyediaan makanan alami bagi
Brune et al. (2003), dari seluruh nitrogen yang terkandung ikan, menghilangkan senyawa beracun, menekan
dalam pakan, 25% akan digunakan ikan untuk tumbuh, 60% pertumbuhan bakteri patogen, lingkungan budidaya
menjadi stabil, serta memperbaiki sistem pencernaan, Bacillus licheniformis, Bacillus megaterium,
sehingga pertumbuhan dan sintasan ikan budidaya menjadi Sacharomyces, enzim proteinase, enzim amylase,
baik. Menurut Iqbal (2011), bahwa Inokulasi probiotik enzim cellulase, dan carrier. Persiapan media
komersial dengan kepadatan bakteri heterotrof sebesar 106 digunakan yaitu dengan dosis 0 mL/m3, 25 mL/m3, 50
CFU/20 mL dilakukan satu kali bersamaan dengan pemberian ml/m3, 75 ml/m3, dan 100 mL/m3, kapur dolomit 150
pakan pertama. Hasil penerapan bakteri heterotrof dapat g/m3, garam 100 g/m3, dan molase 150 mL/m3.
meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele (Clarias sp) pada Pengukuran amoniak yang digunakan adalah sampel
budidaya intensif sebesar 80% - 90%, menurunkan konsentrasi air kolam pemeliharaan, larutan fenol, larutan
amonia sampai 0,98 mg/L, nitrit sebesar 1,06 mg/L dan nitrat nitroprussida, dan larutan oksida.
0,33 mg/L, dan nilai volatile suspended solid tertinggi Metode Penelitian
didapatkan pada sistem heterotrofik sebesar 0,90 mg/L. Rancangan Percobaan
Penerapan sistem heterotrofik sangat menguntungkan bagi Metode penelitian adalah metode
budidaya ikan secara intensif karena dapat meningkatkan eksperimental, dengan rancangan penelitian
kualitas air. Penelitian masalah dosis probiotik yang tepat perlu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan
dilakukan untuk menunjang keberhasilan penggunaan dan 4 ulangan. Pengumpulan data dengan teknik
probiotik pada sistem heterotrofik, sehingga tercipta sistem sampling pada ikan yang digunakan sebagai ulangan
dan teknologi yang efektif, efisien dan berkelanjutan. sebanyak 4 x 25 ekor setiap perlakuan. Perlakuan
Perumusan Masalah yang diujikan sebagai berikut :
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat P1 : kontrol (tidak menggunakan probiotik)
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : P2 : probiotik dengan dosis 25 mL/m3
1. Apakah pemberian dosis probiotik yang berbeda P3 : probiotik dengan dosis 50 mL/m3
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan lele P4 : probiotik dengan dosis 75 mL/m3
dumbo (Clarias gariepinus) pada sistem heterotrofik? P5 : probiotik dengan dosis 100 mL/m3
2. Berapakah dosis probiotik yang baik untuk pertumbuhan, Variabel dan Parameter Penelitian
dan sintasan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada Variabel utama penelitian meliputi
sistem heterotrofik? pertumbuhan, dan sintasan pada ikan lele dumbo
Tujuan (Clarias gariepinus). Variabel pendukung yaitu rasio
Tujuan dari penelitian ini adalah : efisiensi pakan dan kualitas air yaitu berupa suhu,
1. Mengetahui pengaruh pemberian dosis probiotik yang oksigen terlarut, pH, dan amoniak. Parameter yang
berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan lele diukur berat ikan di awal dan di akhir penelitian,
dumbo (Clarias gariepinus) pada sistem heterotrofik. jumlah ikan yang hidup diawal dan diakhir penelitian.
2. Mengetahui dosis probiotik yang tepat untuk pertumbuhan Parameter kualitas air suhu, oksigen terlarut, pH, dan
dan sintasan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang amoniak.
baik pada sistem heterotrofik. Prosedur Penelitian
Manfaat Persiapan Kolam Pemeliharaan
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan Penelitian yang akan dilakukan
informasi ilmiah tentang penerapan dosis probiotik yang tepat menggunakan kolam terpal bundar dengan diameter
pada budidaya lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan sistem 200 cm dan tinggi 100 cm. Kolam diisi air dengan
heterotrofik agar lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan. ketinggian 40 cm dan diberi garam sebanyak 125 g
dari total volume air kolam, kemudian diamkan air
MATERI DAN METODE kolam selama 24 jam dan diberi aerasi. Selanjutnya
Materi Penelitian pemberian probiotik pembentuk biomasa bakteri
Alat heterotrof dimasukkan pada media pemeliharaan.
Alat yang digunakan dalam pemeliharaan benih ikan Probiotik yang digunakan adalah probiotik Boster
lele berupa 5 kolam terpal bundar dengan diameter 200 cm Aquaenzyme dari PT. INDOSCO, Surabaya. Probiotik
serta tinggi 100 cm, Hi-Blower, selang, batu aerasi dan seser. yang akan digunakan terlebih dahulu disiapkan
Alat yang digunakan untuk pengamatan dan proses dengan mencampurkan bahan - bahan dengan
pengukuran data berupa, nampan, timbangan digital CAMRY perbandingan antara probiotik; dedak ; dan air yaitu
EK5350 kapasitas 5 kg, kamera digital, seser dan alat tulis. 0,5 g; 100 g; dan 1 liter, kemudian diamkan selama 24
Alat pengukur kualitas air yang digunakan yaitu pH meter, jam. Pemberian probiotik pada media pemeliharaan
Water quality checker, gelas ukur 500 mL, botol 1,5 L, kertas sesuai dosis probiotik yang akan diterapkan yaitu
saring, pipet tetes, tabung reaksi, selang, dan sebagai berikut: perlakuan 0 mL/m³, 25mL/m³,
Spektrofotometer. 50mL/m³, 75mL/m³, 100mL/m³. Probiotik masing –
Bahan masing perlakuan kemudian dicampur molases
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 150 mL/m³, selanjutnya dimasukan pada
adalah benih ikan lele ukuran 9 – 12 cm dengan berat rata-rata masing – masing media pemeliharaan. Setelah
14,0 ± 0,03 g dengan jumlah 1000 ekor/kolam. Pakan yang pemberian probiotik, dan molasses, selanjutnya media
digunakan adalah pakan komersial kelas premium Hi-Pro Vite pemeliharaan dikondisikan selama tujuh hari dengan
781-2 dan 781. Probiotik yang digunakan adalah Probiotik diberi aerasi. Hal tersebut dilakukan agar bakteri
Boster Aquaenzyms dengan komposisi Bacillus subtilis, heterotrof penghasil biomasa mikroba dapat
berkembang dengan baik di dalam wadah budidaya. Setelah sekali. Rumus-rumus untuk menghitung variabel
enam hari masukan kapur dolomit 150 g/m³ untuk menjaga pertumbuhan adalah:
kesetabilan pH media pemeliharaan. Hari ketujuh 1. Pertumbuhan
tambahankan media pemeliharaan hingga volumenya a) Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
mencapai ketinggian 80 cm dengan aliran air yang deras
sebelum benih ikan lele ditebar, hal itu bertujuan agar DO Pengukuran pertumbuhan harian diukur dari
media menjadi meningkat. barat ikan atau udang (g/hari) yang dipelihara.
Persiapan Benih Ikan lele (Clarias gariepinus) Menurut Sukardi dan Yuwono (2010), perhitungan
Ikan yang digunakan dalam penelitian adalah benih laju pertumbuhan harian adalah :
ikan lele dengan berat rata-rata 14,0 ± 0,03 g, didapat dari hasil LPH =
pemijahan Pokdakan Mina Lancar di Desa Gembong,
Keterangan:
Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga. Benih ikan
LPH = Laju petumbuhan harian (g/hari)
lele yang akan ditebar ditimbang berat awalnya dengan
Wt = Berat rata-rata ikan akhir (g)
menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 5 Kg.
Wo = Berat rata-rata ikan awal (g)
Benih ikan yang ditebar masing – masing kolam
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)
perlakuan sebanyak 1000 ekor dengan berat berat rata-rata 3,5
± 0,5 g dan diambil untuk ditimbang sebanyak 100 ekor
perkolam. Penimbangan ini dilakukan sebagai sampel ikan dan b) Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS/SGR)
sebagai berat ikan/ekor. Pada saat akan tebar benih ikan Pertumbuhan spesifik merupakan rata – rata
diaklimatisasi terlebih dahulu selama satu hari, hal ini pertumbuhan harian yang dinyatakan dengan
bertujuan agar ikan bisa beradaptasi terlebih dahulu terhadap persentase berat awal. Pertumbuhan spesifik dapat
media dan wadah budidaya yang baru. Selama aklimatisasi, diketahui dengan menggunakan rumus (Sukardi dan
ikan tidak diberi pakan komersial selama satu hari. Pemberian Yuwono, 2010) :
pakan mulai dilakukan pada hari ke dua dari penebaran benih.
Pemberian Pakan
Keterangan:
Pemberian pakan pada benih ikan lele dumbo menjadi
LPS = Laju Pertumbuhan Spesifik (%/hari)
dua tahap, tahap pertama dengan dosis pemberian pakan
t = jumlah hari pemberian pakan
sebesar 5% dari total berat biomassa ikan selama 10 hari,
Po = berat pada waktu awal pemberian pakan
kemudian tahap kedua 3% dari total bobot biomassa ikan
Pt = berat pada waktu tertentu
selama 20 hari atau sampai akhir penelitian. Pakan yang
digunakan berupa pakan komersial kelas premium (protein ±
2. Efisiensi Pakan (EP)
32%). Pemberian pakan dilakukan setiap hari selama 30 hari
dengan frekuensi pakan sebanyak 2 kali yaitu pagi, dan malam Menurut Sukardi dan Yuwono (2010),
sekitar pukul 07.00, dan 19.00 WIB. Pakan yang diberikan 5% efisiensi pakan umumnya digunakan untuk
dan 3% dari total biomassa ikan serta total pemberian pakan mengetahui pemanfaatan pakan selama pemeliharaan.
akan selalu mengikuti pertumbuhan ikan. Biomassa ikan akan Efisiensi pemanfaatan pakan selama pemeliharaan
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
diukur setiap tujuh hari sekali, sehingga jumlah pakan yang
akan diberikan berubah setiap tujuh hari sekali seiring dengan Berat akhir – Berat awal
kenaikan total bobot dari biomasa ikannya. (EP) = x 100
Jumlah total pakan yang berikan
Pemeliharaan Ikan lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Benih ikan lele dipelihara selama 30 hari, untuk 3. Sintasan (SR)
mengontrol kualitas air pada wadah pemeliharaan benih ikan Sintasan dihitung menggunakan rumus
lele dilakukan pengukuran suhu, (DO) dan pH setiap hari (Effendie, 1979) sebagai berikut :
sampai akhir masa pemeliharaan. Pengukuran suhu dilakukan
2 kali sehari pada waktu pagi, dan sore hari sekitar jam 07.00,
16.00 WIB. Sedangkan pengamatan Amoniak dilakukan satu
Keterangan : SR = Derajat sintasan (%)
minggu sekali pada waktu pagi, dan sore hari sekitar jam
Nt = Jumlah individu ikan uji pada
07.00, 16.00 WIB. Pengamatan ada tidaknya benih ikan lele
akhir penelitian (ekor)
yang mati dilakukan setiap hari sedangkan pengambilan
No = Jumlah individu ikan uji pada
sempel dilakukan setiap 7 hari sekali selama 30 hari. Pada
awal penelitian (ekor)
akhir penelitian sisa benih ikan lele yang masih hidup dihitung
untuk menentukan sintasannya.
Parameter Kualitas Air
Pengumpulan Data
a) Pengukuran Suhu, DO, dan pH
Pengumpulan data didapatkan dari awal sampai akhir
Pengukuran Suhu, DO, dan pH dilakukan
pemeliharaan benih ikan lele dalam penelitian. Data yang
setiap hari dari hari ke – 1 sampai hari ke – 30
diperlukan untuk dibahas adalah pertumbuhan, sintasan, dan
penelitian dengan menggunakan Water Quality
rasio efisiensi pakan. Untuk data parameter kualitas air seperti
Checker untuk (Suhu dan DO), dan pH meter.
suhu, oksigen terlarut, dan pH dilakukan setiap hari sampai
Pengukuran dilakukan setiap pagi dan sore hari sekitar
selesai penelitian sedangkan amoniak dilakukan seminggu
jam 07.00 dan 16.00 WIB. Pengukuran dilakukan
sebelum pemberian molase ataupun pemberian pakan pada Table 1. Hasil pengamatan dan perhitungan
masing – masing perlakuan. pertumbuhan harian (LPH), laju
b) Pengukuran Amoniak pertumbuhan spesifik (LPS), sintasan, dan
Pengamatan Amoniak dilakukan setiap satu minggu efisiensi pakan ikan Lele Dumbo.
sekali sampai akhir penelitian yaitu pada waktu pagi hari
sekitar jam 10.00 WIB. Pengukuran dilakukan sebelum Perlakuan
Parameter
pemberian molase ataupun pemberian pakan pada masing – P1 P2 P3 P4 P5
masing perlakuan. Pengukuran amoniak dilakukan dengan LPH
0,87±0,03 a
0,71±0,02 b
0,71±0,05 b
0,64±0,02 c
0,53±0,03d
mengambil air kolam sebanyak 250 ml dengan botol winkler (g/hari)
LPS
pada masing – masing perlakuan, kemudian ambil 5 ml pada (%/hari)
3,50±0,18a 3,09±0,13a 3,09±0,11a 2,87±0,08b 2,54±0,12b
masing – masing botol sebagai sampel. Saring sampel dengan EP (%) 92,30 91,01 98,43 63,29 79,77
menggunakan kertas saring dan hasilnya dimasukan kedalam Sintasan
78,5 90,1 94,5 78,3 94,6
tabung reaksi lalu ditambahkan 0,2 ml larutan fenol, 0,2 ml (%)
larutan nitroprussida, dan 0,5 ml larutan oksidan. dibiarkan 1) Huruf superskrip yang sama pada garis yang
warna terbentuk pada suhu ruang (22-27ºC), kocok dan sama menunjukan pengaruh yang tidak beda
dibiarkan selama satu jam. Analisa dengan spektrofotometer nyata antar perlakuan.
pada 2) Nilai yang tertera merupakan rata – rata dan ±
Waktu dan Tempat simpangan baku.
Penelitian dilaksanakan selama 30 hari di Pokdakan 3) P1 : perlakuan dosis probiotik 0 mL, P2 :
Mina Lancar Desa Gembong, Kecamatan Bojongsari, perlakuan dosis probiotik 25 mL, P3 : perlakuan
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. dosis probiotik 50 mL, P4 : perlakuan dosis
Analisis Data probiotik 75 mL, dan P5 : perlakuan dosis
Data hasil pengamatan yang diperoleh disusun dalam probiotik 100 mL.
tabel-tabel. Data LPH dan khusus LPS ditransformasi
menggunakan Arcsin, selanjutnya dianalisis menggunakan Table 2. Hasil rata-rata perhitungan jumlah koloni
ANOVA dengan Microsoft Excel. Jika hasil analisis data bakteri yang diinkubasi selama 24 jam.
berbeda nyata, maka akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
Terkecil (BNT). Data sintasan, efisiensi pemanfaatan pakan, Rata-rata jumlah koloni
No. Sampel
dan kualitas air dianalisis secara deskriptif. (CFU/mL)
1. Probiotik cair 7,2 x 107
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. P1 7,37 x 105
3. P2 1,69 x 107
Hasil penelitian dari 4 jenis perlakuan dosis probiotik 4. P3 8,4 x 107
terhadap ikan lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang telah 5. P4 3,4 x 106
dipelihara selama 30 hari, diperoleh data mengenai 6. P5 1,5 x 106
pertumbuhan, efisiensi pakan, dan sintasan seperti yang tersaji
pada Tabel 2. Proses fermentasi pada media pemeliharaan Pertumbuhan
dilakukan selama tujuh hari yang mengakibatkan adanya Pertumbuhan yang diamati selama
perubahan warna media pemeliharan yang semula berwarna penelitian yaitu laju pertumbuhan harian (LPH), dan
coklat jernih berubah menjadi berwarna coklat kekeruhan pada laju pertumbuhan spesifik (LPS). Data masing –
semua perlakuan kecuali perlakuan P1 (tanpa probiotik) masing perlakuan disajikan dalam bentuk grafik
berubah menjadi berwarna kehijauan. Rata-rata perhitungan batang serta perhitungan secara lengkap dapat dilihat
jumlah koloni bakteri tiap perlakuan seperti yang tersaji pada pada lampiran 1 sampai 3.
Tabel 3. Tabel 3 terlihat bahwa jumlah perkembangan bakteri 1. Laju Pertumbuhan Harian
setelah diaktifkan dari probiotik serbuk berjumlah 7,2 x 10 7 a
CFU/mL dan setelah probiotik cair masuk ke media 1,00 b
b
c
Laju Pertumbuhan

pemeliharaan selama 17 hari perkembangan bakteri pada d


kisaran 1,5 x 106 CFU/mL sampai 8,4 x 107 CFU/mL,
Harian (g)

0,50
sedangkan pada kontrol tumbuh bakteri sebanyak 7,37 x 10 5
CFU/mL. Pada kontrol tumbuh bakteri karena semua media
pemeliharaan tidak steril 100% dan diberi molases. Molases 0,00
merupakan sumber energi untuk tumbuh bagi organisme. P1 P2 P3 P4 P5
Menurut Avnimelech, (1999) bahwa bakteri dan Perlakuan
mikroorganisme lain menggunakan karbohidrat (gula, pati dan
selulosa) sebagai makanan untuk menghasilkan energi dan
tumbuh melalui pembentukan protein dan sel-sel baru. Gambar 1. Grafik laju pertumbuhan harian (LPH)
ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
selama pemeliharaan.
Keterangan : 2. Laju Pertumbuhan Spesifik
P1 : perlakuan dosis probiotik 0 mL, P2 : perlakuan dosis
4,00 a
probiotik 25 mL, P3 : perlakuan dosis probiotik 50 mL, P4 : a a b

Laju Pertumbuhan
perlakuan dosis probiotik 75 mL, dan P5 : perlakuan dosis 3,00 b

SPesifik (%)
probiotik 100 mL. Huruf superskrip yang sama menunjukan
pengaruh yang tidak beda nyata antar perlakuan. 2,00
1,00
Hasil analisis variansi (ANOVA) menunjukan bahwa 0,00
kenaikan dosis probiotik setiap perlakuan pada media
P1 P2 P3 P4 P5
pemeliharaan memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata terhadap rendahnya nila laju pertumbuhan harian ikan Perlakuan
lele dumbo (Fhit > Ftab; Lampiran 2), maka dilanjutkan
dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil laju Gambar 2. Grafik laju pertumbuhan spesifik (LPS)
pertumbuhan harian dari yang terendah sampai yang tertinggi ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
secara berurutan diperoleh pada perlakuan dosis probiotik 100 selama pemeliharaan.
mL (P5) sebesar 0,53 g/hari, perlakuan dosis probiotik 75 mL Keterangan :
(P4) sebesar 0,64 g/hari, perlakuan dosis probiotik 50 mL (P3)
dan 25 mL (P2) sebesar 0,71 g/hari, perlakuan 0 mL/kontrol P1 : perlakuan dosis probiotik 0 mL, P2 : perlakuan
(P1) sebesar 0,87 g/hari (Gambar 1.). Hasil Uji BNT pada laju dosis probiotik 25 mL, P3 : perlakuan dosis probiotik
pertumbuhan harian ikan lele dumbo disetiap perlakuan selama 50 mL, P4 : perlakuan dosis probiotik 75 mL, dan P5 :
30 hari tersaji pada Lampiran 2, menunjukan bahwa perlakuan perlakuan dosis probiotik 100 mL. Huruf superskrip
P1 berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P2, yang sama menunjukan pengaruh yang tidak beda
P3, P4, P5. Perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan nyata antar perlakuan.
perlakuan P3, namun berbeda sangat nyata dengan perlakuan
P1, P4, P5. Perlakuan P3 tidak berbeda nyata dengan Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)
perlakuan P2, namun berbeda sangat nyata dengan perlakuan menunjukan bahwa kenaikan dosis probiotik setiap
P1, P4, P5. P4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P1, perlakuan pada media pemeliharaan memberikan
P2, P3, P5. P5 berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan P1, P2, P3, dan P4. rendahnya nilai laju pertumbuhan spesifik ikan lele
Hasil laju pertumbuhan harian pada gambar 1 dumbo (Fhit > Ftab; Lampiran 3), maka dilanjutkan
menunjukan bahwa penambahan dosis probiotik pada media dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil
pemeliharaan di masing – masing perlakuan memberikan laju pertumbuhan spesifik dari yang terendah sampai
pengaruh yang relatif rendah dibandingkan kontrol. Hasil yang tertinggi secara berurutan diperoleh pada
terbaik pada P1 ini, dikarenakan sintasan pada kontrol 78,5% perlakuan dosis probiotik 100 mL (P5) sebesar 2,54
(Tabel 2 dan Gambar 4), menyebabkan kepadatan ikan %/hari, perlakuan dosis probiotik 75 mL (P4) sebesar
menjadi turun. Turunnya kepadatan serta jumlah ikan yang 2,87 %/hari, perlakuan dosis probiotik 25 mL (P2)
hidup dalam kolam mengakibatkan pertumbuhannya menjadi sebesar 3,09 %/hari, perlakuan dosis probiotik 50 mL
tinggi. Pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi oleh beberapa (P3) sebesar 3,09 %/hari, dan kontrol (P1) sebesar
faktor, salah satunya dipengaruhi oleh kepadatan. Hal ini 3,50 %/hari (Gambar 2). Hasil Uji BNT menunjukan
sesuai dengan pendapat Handajani (2002), yang menjelaskan bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata
bahwa semakin tinggi kepadatan ikan maka akan dibandingkan perlakuan P4, P5 namun tidak berbeda
mempengaruhi tingkah laku dan fisiologi ikan terhadap ruang terhadap perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 berbeda
gerak yang menyebabkan pertumbuhan, pemanfaatan makanan sangat nyata dengan perlakuan P4, P5 namun tidak
dan kelulushidupan mengalami penurunan. Hal tersebut sesuai berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P3. Perlakuan
dengan penelitian Hermawan et al., (2014) menjelaskan bahwa P3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4, P5
perbedaan padat penebaran 500-1500 ekor/m3 dengan bobot namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan
rata-rata individu sebesar 1,24±0,1 g menyebabkan P2. P4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P1,
pertumbuhan semakin menurun, penurunanan nilai P3, dan berbeda nyata terhadap perlakuan P2 namun
pertumbuhan dikarenakan tingginya kepadatan ikan maka tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P5. P5
ruang gerak akan semakin sempit dan kesempatan untuk berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P1, P2, P3
memperoleh makanan juga semakin kecil, sehingga laju namun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P4.
pertumbuhan menurun seiring dengan bertambahnya padat Menurut Cortez-Jacianto et al., (2005) bahwa
penebaran. Abidin (2009) menjelaskan bahwa stres yang laju pertumbuhan spesifik sangat erat kaitannya
muncul akibat dari padat penebaran yang semakin tinggi dengan laju pertumbuhan harian dan pertumbuhan
meningkatkan energi pemeliharaan, hal tersebut akan mutlak yang berasal dari pakan yang di konsumsinya.
mengurangi energi yang seharusnya untuk pertumbuhan. Allen Penambahan probiotik pada media pemeliharaan ikan
(1974), menjelaskan bahwa secara umum peningkatan lele membuat kemungkinan besar keberadaan bakteri
kepadatan selain akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan probiotik pada salauran pencernaan mampu
kelangsungan hidup ikan juga akan mempengaruhi terhadap meningkatkan laju pertumbuhan, namun hasil analisis
efisiensi pemanfaatan pakan. sidik ragam dari penambahan probiotik dengan dosis
yang berbeda menghasilkan nilai yang relatif rendah
dibandingkan kontrol. Hasil ini, tidak sesuai dengan pendapat 150,00

Efisiensi Pakan (%)


Irianto (2003) dalam Dardiani (2009) menjelaskan bahwa
salah satu faktor yang memperngaruhi keberhasilan produk 100,00
probiotik dalam mengoptimalkan laju pertumbuhan dan
efisiensi pakan pada ikan yaitu dengan keberadaan bakteri 50,00
probiotik pada saluran pencernaan.
Huet, (1971) menjelaskan bahwa pertumbuhan ikan 0,00
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor – faktor P1 P2 P3 P4 P5
yang mempengaruhi Spesific Growth Rate ikan yaitu; faktor Perlakuan
internal merupakan faktor – faktor yang berhubungan dengan
ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang
meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan Gambar 3. Grafik efisiensi pakan ikan Lele
makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal Dumbo (Clarias gariepinus) selama
merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat pemeliharaan.
hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang Keterangan :
gerak, dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan P1 : perlakuan dosis probiotik 0 mL.
kuantitasnya. Salah satu faktor eksternal yang diamati dalam P2 : perlakuan dosis probiotik 25 mL.
penelitian ini adalah sifat fisika dan kimia air yang meliputi; P3 : perlakuan dosis probiotik 50 mL.
oksigen terlarut (DO), suhu, pH, dan amoniak. Hasil P4 : perlakuan dosis probiotik 75 mL.
pengukuran oksigen terlarut yang relatif, suhu yang cenderung P5 : perlakuan dosis probiotik 100 mL.
naik antara pagi dan sore, nilai pH relatif rendah, dan nilai
amoniak sangat tinggi. Kandungan oksigen terlarut di dalam Hasil perhitungan efisiensi pakan diperoleh
suatu perairan merupakan parameter kualitas air yang paling nilai dari yang terendah sampai yang tertinggi secara
kritis, sebab dapat mempengaruhi pertumbuhan dan berurutan diperoleh pada perlakuan dosis probiotik 75
kelangsungan hidup ikan yang dipelihara. Menurut Effendi mL (P4) sebesar 63,02%, perlakuan dosis probiotik
(2003), bahwa tingginya temperatur suatu perairan dapat 100 mL (P5) sebesar 79,61%, perlakuan dosis
menyebabkan kelarutan oksigen dalam air akan cepat jenuh probiotik 25 mL (P2) sebesar 91,56%, perlakuan dosis
sehingga kandungan CO2 cepat meninggkat. Apabila probiotik 0 mL/kontrol (P1) sebesar 91,93%,
konsentrasi CO2 tinggi maka nilai pH akan turun demikian perlakuan dosis probiotik 50 mL (P3) sebesar 98,33%
juga sebaliknya, apabila konsentrasi CO 2 rendah maka nilai pH yang tersaji pada (Lampiran 4). Rerata nilai efisiensi
akan naik. Hal ini disebabkan karena karbondioksida pakan pada masing – masing perlakuan diperoleh nilai
merupakan senyawa yang bersifat asam, dan biasanya berasal efisiensi pakan terbaik adalah perlakuan P3 dengan
dari hasil respirasi makhluk hidup serta dari pengurai senyawa dosis 50 ml/m3 sebesar 98,33%. Hal tersebut sesuai
karbonat. Wahyuningsih (1999), menjelaskan bahwa pada penelitian Ahmadi et al., (2012) bahwa penambahan
perairan yang pHnya tinggi, ammonium berada dalam bentuk probiotik dengan dosis 108 sel/mL mampu
tidak terionisasi (NH3+) yang bersifat toksik, sedangkan pada memberikan nilai efisiensi pakan sebesar 43,93%.
perairan yang pHnya rendah, senyawa ammonium berada pada Penambahan probiotik pada media pemeliharaan
bentuk terionisasi (NH4) yang kurang toksik. Amonium mampu meningkatkan kualitas air dan memperbaiki
merupakan bentuk predominan dari nitrogen yang ada dalam saluran pencernaan ikan lele dumbo, sehingga pakan
sistem budidaya. Sehingga akumulasi dari nitrogen pada lebih baik terserap pada tubuh ikan. Hal tersebut,
sistem budidaya dalam bentuk (NH3+) dapat mempengaruhi sesuai dengan pernyataan Irianto (2003), bahwa
pertumbuhan dan bahkan dapat menyebabkan kematian hawan bakteri yang berada dalam saluran pencernaan ikan
budidaya. dapat mensekresikan enzim – enzim pencernaan
4.2. Efisiensi Pakan seperti protease dan amylase dapat membantu laju
Efisiensi pemanfaatan pakan didapatkan dari hasil metabolism ikan. Sedangkan Santoso dan Veroka
perbandingan antara penambahan berat tubuh dengan jumlah (2011), menjelaskan bahwa nilai efisiensi pakan
pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan. Efisiensi berbanding terbalik dengan nilai konversi pakan dan
pemanfaatan pakan sangat berkaitan erat dengan laju berbanding lurus dengan pertambahan berat tubuh
pertumbuhan, semakin besar penambahan berat tubuh ikan ikan, sehingga semakin tinggi nilai efisiensi pakan
maka semakin tinggi pula nilai efisiensi pemanfaatan pakan, maka nilai konversi pakan semakin rendah sehingga
karena semakin ikan dapat memanfaatkan pakan dengan baik ikan semakin efisien memanfaatkan pakan yang
maka semakin baik pula laju pertumbuhan ikan tersebut. dikonsumsi untuk pertumbuhan.
Efisiensi pemanfaatan pakan menggambarkan persentase Seoharsono (1997) dalam Khasani (2007) yang
pakan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi untuk menjelaskan bahwa, beberapa fungsi probiotik
pertumbuhan ikan seperti yang tersaji pada Gambar 3. diantaranya dapat meningkatkan kemampuan ikan
dalam mencerna, menyimpan dan memanfaatkan
protein yang dimakannya yang akan digunakan untuk
aktifitas enzim secara optimal oleh bakteri Bacillus sp.
dan Lactobacillus sp. yang berada dalam saluran
pencernaan ikan. Menurut Ferdianz (1992) dalam Arief et. al., (2009), menyatakan bahwa semakin tinggi inokulum
(2008) menjelaskan bahwa Bacillus merupakan bakteri Lactobacillus plantarum yang diberikan, maka akan
proteolitik yang dapat mengurai protein menjadi asam amino. semakin tinggi jumlah ikan patin yang tidak dapat
Asam amino inilah yang digunkan oleh bakteri untuk melangsungkan kehidupannya. Hal tersebut
memperbanyak diri. Bacillus juga merupakan bakteri disebabakan oleh menurunnya kualitas air media
pektinolitik yang dapat menghasilkan pektin yaitu karbohidrat pemeliharaan akibat sedikitnya bakteri yang pengurai
kompleks, sifat bakteri Bacillus. Sementara menurut Arief et bahan organik. Perubahan lingkungan yang secara
al., (2008) Lactobacillus memiliki kemampuan menjaga ekstrim akan menyebabkan ikan mudah stress
keseimbangan mikoba pada saluran pencernaan sehingga dapat sehingga tidak dapat melangsungkan hidupnya. Hal
meningkatkan daya cerna ikan. Menurut Susanto et al., (2005) tersebut diperkuat dengan pendapat Ferdiaz, 1992
bahwa, probiotik dalam media budidaya ikan berfungsi sebagai dalam Atira (2009) yang menjelaskan bahwa
pengatur kondisi mikroorganisme di air, membantu perubahan derajat keasaman pada suatu perairan, baik
memperbaiki kualitas air, meningkatkan keragaman kearah alkali maupun kearah asam akan mengganggu
mikroorganisme dalam air serta meningkatkan kesehatan ikan kehidupan ikan. Sedangkan rendahnya nilai sintasan
dengan menghambat bakteri patogen. pada perlakuan kontrol diakibatkan tidak
4.3. Sintasan ditambahkannya probiotik pada media
Tingkat sintasan ikan adalah hal yang sangat pemeliharaanya, sehingga populasi bakteri
penting dalam usaha akuakultur. Sintasan merupakan pendegradasi bahan organik menjadi sedikit. Dengan
perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir sedikitnya bakteri pengurai bahan organik,
pemeliharaan dengan jumlah individu yang hidup pada awal meningkatnya bahan organik yang berasal dari feses
pemeliharaan. Sintasan dapat digunakan untuk mengetahui maupun sisa pakan akan mengakibatkan terjadinya
toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup. Nilai sintasan ikan akumulasi bahan organik di dasar kolam. Akumulasi
lele yang dipelihara selama 30 hari pada penelitian, dapat bahan organik yang tinggi serta kurangnya pasokan
dilihat pada Gambar 4 berikut. oksigen terlarut akan terbentuknya senyawa –
senyawa beracun seperti senyawa amoniak pada
100,00 media pemeliharaan. Akibatnya ikan akan mengalami
stress, kurangnya nafsu makan, dan memicu
Sintasan (%)

80,00
timbulnya gangguan penyakit. Sesuai dengan
60,00
pendapat Boyd (1990), bahwa meningkatnya hasil
40,00 buangan metabolisme ikan akhirnya dapat
20,00 meningkatkan kadar amoniak dalam air. Keberadaan
0,00 amoniak dalam air dapat mempengaruhi pertumbuhan
P1 P2 P3 P4 P5 dan sintasan ikan karena mereduksi masukan oksigen
akibat rusaknya insang, menambah energi untuk
Perlakuan detoksifikasi, mengganggu osmoregulasi, dan
mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan tubuh.
Gambar 4. Grafik sintasan ikan Lele Dumbo (Clarias Selain itu, nilai sintasan ikan menurut Djarijah (2001),
gariepinus) selama pemeliharaan. juga dipengaruhi oleh kompetisi mencari makan, yaitu
Keterangan : ikan yang relatif besar memiliki peluang mendapatkan
P1 : perlakuan dosis probiotik 0 mL. makanan yang lebih banyak dibandingkan yang kecil.
P2 : perlakuan dosis probiotik 25 mL. Kompetisi ini mengakibatkan terjadinya perbedaan
P3 : perlakuan dosis probiotik 50 mL. ukuran tubuh antar ikan dan adanya tingkat
P4 : perlakuan dosis probiotik 75 mL. kanibalisme. Hal ini diperkuat dengan sifat ikan lele
P5 : perlakuan dosis probiotik 100 mL. yang cenderung ganas dan suka menyerang ikan lain
Gambar 3 menunjukan bahwa pemberian probiotik yang lemah dan ukurannya relatif lebih kecil.
pada media pemeliharaan benih ikan lele dapat meningkatkan Nilai persentase sintasan ikan lele dumbo
sintasan ikan. Hasil perhitungan sintasan diperoleh nilai (Clarias gariepinus) masih cukup baik pada perlakuan
sintasan dari yang terendah sampai yang tertinggi secara P2, P3, P5, dan tidak pada perlakuan P1 dan P4. Hal
berurutan diperoleh pada perlakuan dosis probiotik 75 mL (P4) ini sesuai dengan SNI NO:01-6484.2-2000, sintasan
sebesar 78,3%, perlakuan dosis probiotik 0 mL/kontrol (P1) untuk ikan lele dumbo optimal sebesar 80%. Menurut
sebesar 78,5%, perlakuan dosis probiotik 25 mL/kontrol (P2) Sunarma (2004), sintasan ikan lele dapat dipengaruhi
sebesar 90,1%, perlakuan dosis probiotik 50 mL (P3) sebesar oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
94,5%, perlakuan dosis probiotik 100 ml/kontrol (P5) sebesar Faktor internal yang mempengaruhi seperti;
94,6% seperti yang tersaji pada (Lampiran 5). Hasil tersebut kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan, tingkat
sesuai dengan penelitian Iqbal (2011), bahwa inokulasi stress, umur, dan keturunan. Sedangkan faktor
probiotik dengan kepadatan bakteri heterotrof sebesar 106 eksternal yang memperngaruhi terdiri dari faktor
CFU / 20 mL dapat meningkatkan sintasan ikan lele pada fisika seperti suhu, kecerahan, kedalaman, dan warna
budidaya itensif sebesar 80%-90%. air, dan faktor kimia seperti oksigen terlarut, karbon
Irianto (2003) yang menyatakan bahwa, pemberian dioksida bebas, dan pH air. Salah satu faktor eksternal
probiotik dapat meningkatkan derajat sintasan ikan. Atira yang diamati dalam penelitian adalah kualitas air.
Kualitas air merupakan faktor pendukung bagi kehidupan menurunkan pertumbuhan sebesar 50%, sedangkan
organisme air. Hasil pengukuran dari beberapa parameter pada konsentrasi 0,97 mg/L pertumbuhan akan
kualitas air seperti pH, suhu, oksigen terlarut, dan amoniak terhambat.
dapat dilihat pada Tabel 4.

Table 4. Hasil Rata - Rata Pengukuran Kualitas Air


PH SUHU DO AMONIAK TOTAL (TAN)
PERLAKUAN
PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE Rata2±S.Dev Nilai kisaran
P1 6,42±0,48 6,37±0,52 28,01±0,70 29,24±0,79 4,82±2,31 4,38±2,25 28,72±20,74 1,124 - 55,2
P2 6,29±0,53 6,30±0,53 28,28±0,63 29,51±0,88 4,87±5,12 3,64±1,97 23,08± 14,73 1,728 - 33,8
P3 6,38±0,54 6,45±0,67 28,35±0,60 29,52±0,78 4,18±2,47 3,65±2,36 23,66±22,28 1,136 - 60,1
P4 6,07±0,78 6,10±0,86 28,25±0,55 29,46±0,79 4,38±2,57 3,88±2,48 23,30±20,42 0,065 - 55,4
P5 6,22±0,63 6,21±0,68 28,09±0,57 29,14±0,66 4,11±2,24 3,68±2,01 21,50±20,98 1,481 - 57,1
Keterangan :

1) Nilai yang tertera merupakan rata – rata dan ± simpangan KESIMPULAN DAN SARAN
baku.
2) P1 : perlakuan dosis probiotik 0 mL, P2 : perlakuan dosis Kesimpulan
probiotik 25 mL, P3 : perlakuan dosis probiotik 50 mL, P4 1. Budidaya ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
: perlakuan dosis probiotik 75 mL, dan P5 : perlakuan dosis yang diberi probiotik mempunyai pertumbuhan
probiotik 100 mL. yang lebih rendah tetapi mempunyai sintasan
yang lebih tinggi dibandingkan budidaya ikan
Hasil pengukuran kualitas air secara umum di setiap tanpa probiotik.
perlakuan untuk parameter derajat keasaman (pH) menunjukan 2. Dosis probiotik yang baik untuk sintasan ikan
sedikit di bawah batas optimum untuk pemeliharaan ikan lele lele dumbo (Clarias gariepinus) pada kisaran 25-
dumbo, suhu menunjukan pada kisaran yang optimum, oksigen 50 mL/m3.
terlarut (DO) menunjukan pada kisaran optimum pada pagi Saran
hari, namun pada sore hari hanya P1 yang masih pada kisaran Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk
optimum, sedangkan parameter amoniak (NH 3) menujukan mengetahui pengaruh probiotik pada buidaya ikan
jauh diatas dari batas optimum dari SNI No;01-6484.2-2000. lele dumbo (Clarias gariepinus), khususnya pada
Menurut SNI No;01-6484.2-2000, nilai kualitas air yang dosis berkisar 25-50 mL/m3 dengan menggunakan
optimum adalah pH berkisar 6,5-8,5; suhu berkisar 25-300C; ukuran ikan yang lebih seragam.
Oksigen terlarut > 4 mg/L, dan amonik < 0,01 mg/L.
DAFTAR PUSTAKA
Menurut Supriyanto (2010), salah satu faktor pembatas
dalam budidaya ikan adalah suhu, apabila suhu pemeliharaan Abidin, Z. 2009. Kinerja Produksi Benih Gurame
melebihi kisaran yang optimum dapat membahayakan (Osphronemus gouramy) Lac. Ukuran 8
kehidupan ikan lele, sedangkan kurang dari kisaran optimum cm dengan Padat Penebaran 3, 6 dan 9
dapat mengakibatkan aktifitas ikan lele menjadi rendah dan Ekor/L pada Sistem Resirkulasi. Skripsi.
nafsu makan berkurang, serta akan mengakibatkan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
pertumbuhan ikan lele menjadi lambat. Supratno dan Kasnadi
(2003), menjelaskan bahwa kandungan oksigen terlarut di Ahmadi, H., Iskandar,. Kurniawati, N. 2012.
dalam suatu perairan merupakan parameter kualitas air yang Pemberian Probiotik Dalam Pakan
paling kritis, sebab sangat dibutuhkan dalam proses respirasi, Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele
baik oleh tanaman air, ikan, maupun organisme lain yang Sangkuriang (Clarias gariepinus) pada
hidup di dalam air. Mackereth et al., (1989) dalam Effendi pendederan II. Jurnal Perikanan dan
(2003), bahwa nilai pH berkaitan erat dengan karbondioksida Kelautan, Vol. 3, No. 4.
dan alkalinitas. Jika nilai konsentrasi karbondioksida tinggi
maka nilai pH perairan akan turun demikian juga sebaliknya, Allen, K.O. 1974. Effect of stocking density and water
jika nilai konsentrasi karbondioksida rendah maka nilai pH exchange rate on growth and survival of
perairan akan naik. Wahyuningsih (1999), menjelaskan bahwa chanel catfish Ictalurus punctatus
pada perairan yang pHnya tinggi, ammonium berada dalam (Rafinesque) in circular tanks.
bentuk tidak terionisasi (NH3+) yang bersifat toksik, sedangkan Aquaculture, 4: 29-39.
pada perairan yang pHnya rendah, senyawa ammonium berada
pada bentuk terionisasi (NH4) yang kurang toksik. Menurut Arief, M., Mufidah, dan Kusriningrum. 2008.
Boyd, (1982) dalam Dardiani, (2009), menjelaskan bahwa Pengaruh Penambahan Probiotik Pada
kandungan NH3+ lebih dari 0,1 mg/l dapat menurunkan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan
pertumbuhan dan menyebabkan kerusakan insang bahkan Rasio Konversi Pakan Ikan Nila Gift
kematian pada Channel catfish, konsentrasi 0,52 mg/L (Oreochromis niloticus). Jurnal Berkala
Ilmiah Perikanan. 3(2): 53-58.
Atira. 2009. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Inokulum Handajani, H. dan S.D. Hastuti. 2002. Budidaya
Lactobacillus plantarum terhadap Kelangsungan Perairan. UMM Press. Malang.
Hidup Ikan Patin (Pangasius hipophthalmus
sauvage). Jurnal Aqrolnd 16 (2): 98-102. Hepher dan Prugnin, 1990. Nutrition of Pond Fishes.
University Press. Cambrige.
Avnimelech, Y. 1999. Carbon / Nitrogen ratio as a control
element in aquaculture systems. Aquaculture, 176: Hermawan TESA.. Sudaryono A., Prayitno S.B. 2014.
227 – 235. Pengaruh Padat Tebar Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih
Avnimelech, Y., Mokady, S., Schroeder, G.L., 1989. Lele (Clarias gariepinus) dalam media
Circulated ponds as efficient bioreactors for Bioflok. Program Studi Budidaya
single-cell protein production. Israeli. Journal of Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas
Aquaculture-Bamidgeh, 41 (2), 58–66. Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro. Semarang.
Beristain, B. T. 2005. Organic Matter Decomposition In
Simulated Aquaculture Ponds. PhD. Tesis. Fish Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture: Breeding
Culture and Fisheries Group, Wageningen. Institut and Cultivation of Fish. Two edition.
of Animal Sciences. Wageningen University, The Fishing News Books Ltd. London.
Netherlands. 138 pp.
Iqbal, M. 2011. Kelangsungan Hidup Ikan Lele
Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds of Aquaculture. (Clarias gariepinus) pada Budidaya
Auburn University Alabama. 482. Intensif Sistem Heterotrofik. Skripsi.
Program Studi Biologi. Fakultas Sains
Brune, D. E., G. Schwartz, A. G. Eversol, J. A. Collier, dan T. dan Teknologi. Universitas Islam Negeri
E. Schwedler. 2003. Intensification Of Pond syarif Hidayatullah. Jakarta
Aquaculture And High Rate Photosynthetic
Systems. Aquaculture Engineering, 28: 65-86. Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Cortez-Jacianto, E., H. Villarreal-Colmenares, L., E. Cruz-
Suarez, R. Civera-Cerecedo, H. Nolasco-Soria., A. Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. 2014. Data
Hernandez-Llamas. 2005. Effect Of Different Hasil Produksi Budidaya Ikan lele.
Dietary Protein and Lipid Levels On Growth and BPSKP. Jakarta.
Survival Of Juvenile Australian Redelaw Crayfish,
Cherax quyardricarinatus (Von Martens). Khairuman dan Amri, K. 2005. Budidaya Lele Dumbo
Blackwell Publishing. Aquaculture Nutrition secara Intensif. Agromedia Pustaka.
11;283-29. Jakarta.

Crab, R., Y. Avnimelech, T. Defoirdt, P. Bossier, and W. Khasani, I. 2007. Aplikasi Probiotik Menuju Sistem
Verstraete. 2007. Nitrogen Removal Techniques Budidaya Perikanan Berkelanjutan.
in Aquaculture for Sustainable Production. Media Akuakultur. 2 (2) : 86-90.
Aquaculture, 270: 1-14.
Lenny H. H. 2014. Mengenal Target Pest Karantina
Dardiani. 2009. Pengaruh Probiotik Em4 Terhadap Tumbuhan Golongan Bakteri. POPT Ahli
Kelangsungan Hidup Benih Lele Dumbo (Clarias Muda pada Balai Besar Karantina
gariepinus). Tesis. Pascasarjana Program Studi Pertanian Belawan. Belawan.
Biosains. USM. Semarang.
SNI:01-6484.1-2000. Induk Ikan Lele Dumbo (Clarias
De Schryver, P., R. Crab, T. Defoirdt, N. Boon, and W. gariepinus x C. fuscus) Kelas Induk
Verstraete. 2008. The Basics of Bio-Flocs Pokok (Parent Stock). Badan Standarisasi
Technology: The Added Value for Aquaculture. Nasional. Jakarta.
Aquaculture, 277: 125–137.
SNI:01-6484.2-2000. Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias
Djarijah, AS. 2001. Budidaya Ikan Lele. Kanisius: Yogyakarta. gariepinus x C. fuscus) Kelas Benih
30-58 hal. Sebar. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolahan
Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Fakultas Sukardi, P., Yuwono, E. 2010. Nutrisi Ikan. Cetakan
Perikanan dan Ilmu Kelautan.IPB. Bogor. Pertama UPT. Percetakan dan Penerbitan,
Universitas Jenderal Soedirman.
Ekasari, J. 2009. Teknologi Bioflok : Teori dan Aplikasi dalam Purwokerto.
Perikanan Budidaya Sistem Intensif. Jurnal
Akuakultur Indonesia, 8(2): 9-19 (2009).
Sunarma, A. 2004. Peningkatan Usaha Lele Sangkuriang
(Clarias p.). Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi:
Jawa Barat.

Suprapto NS. dan Legisan S.S, 2013. Biofloc-165 Rahasia


Sukses Teknologi Budidaya. AGRO 165, Depok-
Jawa Barat.

Supriyanto. 2010. Pengaruh Pemberian Probiotik Dalam Pellet


Terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang. Fakultas
Mipa. Universitas Negeri Semarang. 1 (8): 17-25.

Susanto, B., Setiyadi. I., Syahidah. D., Murzuqi. M., dan


Rusdi. I. 2005. Penggunaan Bakteri Probiotik
Sebagai Kontrol Biologi Dalam Produksi Massal
Benih Rajungan (Portunus pelagicus). J. Pen.Perik.
Indonesia. 11 (1):15-23

Wahyuningsih, H. 1999. Kelimpahan Bakteri Aeromonas


Dalam Tambak Udang dan Pertumbuhannya Secara
in vitro Pada Tingkat pH dan Salinitas yang
Berbeda. Tesis Magister. ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai