Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ANEMIA DAN DHF

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
ANDIKA RANTELINO
NIM.202001001

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA
PALU
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
asuhan keperawatan ini dengan penuh kemudahan.Tanpa pertolongan Dia mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Asuhan keperawatan ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu keperawatan dua tentang pendidikan
“Medikal Bedah I” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Asuhan keperarawatan ini memuat tentang “Makalah tentang Anemia dan


DHF” untuk mempertahankan dan mengisi serta kebersamaan sudah mulai
terlupakan dizaman sekarang ini. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna
tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang


lebih luas kepada pembaca dan penyusun juga atas saran dan kritikannya.

Palu, Oktober 2021

Andika Rantelino

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II............................................................................................................................................. 4
ANEMIA......................................................................................................................................... 4
A. Definisi .................................................................................................................................. 4
B.Etiologi .................................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................... 12
DHF............................................................................................................................................... 12
Dengue Haemoragic Fever ........................................................................................................... 12
A. Definisi ................................................................................................................................. 12
B. Etiologi ................................................................................................................................. 12
C. Patofisiologi .......................................................................................................................... 13
D. Manifestasi Klinik .............................................................................................................. 14
E. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................................... 15
F. Penatalaksanaan ................................................................................................................. 15
G. Asuhan Keperawatan ......................................................................................................... 18
BAB IV ......................................................................................................................................... 22
PENUTUP..................................................................................................................................... 22
A. Kesimpulan........................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya
terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan dua
milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. World Health Organization
(WHO) menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad
modern, kelompok yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak usia
sekolah, dan remaja (WHO, 2016).
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah
daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Penyebab
anemia pada negara dengan prevalensi anemia di atas 20% adalah anemia defisiensi Fe atau
kombinasi defisiensi Fe. Anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi sehingga
pembentukan sel - sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu adalah anemia gizi
besi. Di Indonesia 2 Prevalensi anemia pada kelompok umur 5 –14 tahun adalah 26,4% dan
pada kelompok umur 15 – 24 tahun adalah 18,4%.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus, famili
flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp, aedes aegypti, dan aedes
albopictus merupakan vektor utama penyakit DHF. Penyakit DHF dapat muncul sepanjang
tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Dinkes, 2015).
Prevalensi DBD di Dunia Menurut Word Health Organization (1995) populasi di dunia
diperkirakan berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar terutama yang tinggal di
daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi
dengue yang terjadi diseluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat
100 juta kasus demam dengue (DD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di
rumah sakit, dan 90% penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Data

1
dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertiggi
nomor dua di dunia setelah Thailand (Depkes, 2010).
Prevalensi DBD di Dunia Menurut Word Health Organization (1995) populasi di dunia
diperkirakan berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar terutama yang tinggal di
daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi
dengue yang terjadi diseluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat
100 juta kasus demam dengue (DD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di
rumah sakit, dan 90% penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Data
dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertiggi
nomor dua di dunia setelah Thailand (Depkes, 2010).

B. Rumusan Masalah

adapun rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:


1. Apa definisi Anemia dan DHF ?
2. Apa etiologi Anemia dan DHF?
3. Bagaimana patofisiologi Anemia dan DHF?
4. Apa saja tanda dan gejala dari penyakit Anemia dan DHF?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Anemia dan DHF?
6. Bagaimana proses pengobatan dari Anemia dan DHF?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan penyakit Anemia dan DHF?

C. Tujuan

1. Mengetahui Apa definisi dari Anemia dan DHF


2. Mengetahui Apa etiologi Anemia dan DHF
3. Mengetahui Bagaimana patofisiologi dari Anemia dan DHF
4. Mengetahui Apa tanda dan gejala dari penyakit Anemia dan DHF
5. Mengetahui Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Anemia dan DHF

2
6. Mengetahui Bagaimana pengobatan untuk penyakit Anemia dan DHF
7. Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan yang diberikan untuk penyakit Anemia
dan DHF

3
BAB II
ANEMIA

A. Definisi

Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah yang
sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia adalah suatu kondisi di
mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini mencermin kan kurang
nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya, jumlah oksigen yang di kirim ke
jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari normal anemia
merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi. Akibatnya jumlah
oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukan merupakan
kondisi penyakit khusus melainkan suatu tanda adanya gangguan yang mendasari ( Brunner
& Suddarth, 2015).
Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendah nya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal ( Smeltzer, 2002 ).

B.Etiologi

Menurut ( Sugeng Jitowiyono, 2018 ), Pada dasarnya hanya tiga penyebab anemia
yang ada: kehilangan darah, peningkatan kerusakan sel darah merah (hemolisis), dan
penurunan produksi sel darah merah. Masing – masing penyebab ini mencakup sejumlah
kelainan yang membutuhkan terapi spesifik dan tepat. Etiologi genetik meliputi:
a. Hemoglobinopati
b. Thalasemia
c. Kelainan enzim pada jalur glikolitik
d. Cacat sitoskeleton sel darah merah
e. Anemia persalinan kongenital
f. Penyakit Rh null

4
C. Patofisiologi
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan sum – sum
atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua nya. Kegagalan sum – sum
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses ini, bilirubin
yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL akan
mengakibatkan interik pada sklera.

D. Manifestasi Klinik
Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme
kompensasi, tingakat aktifitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia.
Secara umum gejala anemia adalah :
1. Hb menurun (<10g/dL), thrombosis/trombositopenia, pansitopenia
2. Penurunan BB, kelemahan
3. Takikardi, TD menurun, penurunan kapiler lambat, ekstremitas dingin, palpitasi,
kulit pucat.
4. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk (bayi)
5. Sakit kepala, pusing, kunang C kunang, peka rangsang.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

5
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi
pengkajian pada komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks
erotrosit, (MCV, dan MHCV)
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah (LED),
dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai
keadaan sistem hematopoiesis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengonfirmasi dugaan
diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini :
1.) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferrin, dan ferritin
serum.
2.) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
3.) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb
4.) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia
2. Pemeriksaan Laboratorium nonhematolois: faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal
hati, biakan kuman.
3. Radiologi : torak,, bone survey, USG, atau linfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi mokuler (PCR=polymerase chain raction.FISH=fluorescence in
situ hybridization)

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat dilakukan
pada pasien Anemia adalah sebagai berikut :
a. Transplantasi sel darah merah
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal (bila ada)

6
f. Diet kaya besi yag mengandung daging dan sayuran hijau

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu,
agama, pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1.) Prenatal: apakah selama hamil pernah menderita penyakit berat, pemeriksaan
kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat – obatan dalam jangka waktu
panjang.
2.) Intranatal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang dan
berat badan waktu lahir.
3.) Postnatal: keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post partum
akibat tindakan misalnya vakum dan pemberian asi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1.) Menderita penyakit anemia sebelum nya, riwayat imunisasi.
2.) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3.) Adanya riwayat demam tinggi
4.) Adanya riwayat ISPA
e. Keadaan kesehatan saat ini Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, adanya gejala
gelisah, takikardi, dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1.) Riwayat anemia dalam keluarga
2.) Riwayat penyakit – penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis, DM, asma,
penyakit- penyakit infeksi saluran pernafasan.
g. Pemeriksaan fisik
1.) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
2.) Kesadaran: apakah klien mengalami compos mentis kooperatif sampai terjadi
penurunan tingkat kesadaranapatis, somnolen, spoor, coma.
3.) Tanda – tanda vital 13 Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi
kuat sampai lemah, suhu meningkat atau menurun, pernafasan meningkat
4.) TB dan BB
5.) Kulit: apakah kulit klien teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat,
terdapatperdarahan dibawahkulit.
6.) Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi sklera,
terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, palpebra, dan refleks
cahaya.

7
7.) Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari
hidung atau gangguan fungsi penciuman.
8.) Telinga: apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran
9.) Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah
kering, bibir pecah – pecah, atau perdarahan.
10.) Leher: apakah terrdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid membesar,
dan kondisi distensi vena jugularis.
11.) Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau irama nafas
tidak teratur.
12.) Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias
dibawah normal.
13.) Genetalia: pada laki – laki apakah testis sudah turun kedalam skrotum dan pada
perempuan apakah labia minora tertutun labia mayora.
14.) Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot kurang.
h. Pemeriksaa penunjang
1.) Riwayat sosial Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah
tempat tinggal, orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
perkarangan, pembuangan sampah.
2.) Kebutuhan dasar Meliputi kebutuhan nutrisi klien suhubungan dengan
anoreksia, diet yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan
jika ada.
3.) Pemeriksaan tingkat perkembangan Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik
kasar, halus, kognitif, dan bahasa.
a.) Data psikologis
• Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
• Pengalama sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
• Prosedur medis yang akan dilakukan
• Adanya sistem dukungan
• Kemampuan koping
• Agama, kepercayaan, adat
• Pola komunikasi dalam keluarga

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dimiliki muncul pada penderita anemia adalah sebagai
berikut :
1. Perubahan Perfusi jaringan B/D penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
2. Nyeri b/d kerusakan mukosa usus halus

8
3. Perubahan pola nutrisi b/d intake yang tidak adekuat
4. Intoleran aktifitas B/D Kelemahan Umum
5. Kurang perawatan diri B/D perubahan sirkulasi dan neurologist (anemia), gangguan
mobilitas, defisit nutrisi.
6. Kurang pengetahuan B/D kurang informasi tentang penyakit.

3. Intervensi Keperawatan
Menurut Marilyn E. Dongoes, dkk (1999;569-581), intervensi ataupun perencanaan
yang dapat dilaksanakan pada klien dengan penyakit anemia adalah sebagai berikut :
a) DX 1 : Nyeri b/d kerusakan mukosa usus halus
- Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
- Kriteria hasil : Klien mengatakan nyerinya berkurang, TTV dalam batas
normal, klien tidak cemas, klien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik
relaksasi, wajah pasien rileks, skala nyeri 0 – 3.
Intervensi :
1.) Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2.) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
3.) Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot
serta mengurangi nyeri.
4.) Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5.) Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi
lebih nyaman.
b) DX 2 : Perubahan pola nutrisi b/d intake yang tidak adekuat
- Tujuan : Nutrisi klien terpenuhi
- Kriteria hasil : Klien mengatakan tak mual lagi, nafsu makan klien meningkat
porsi makan di habiskan, pasien mampu mengungkapkan bagaimana cara
mengatasi malas makan, pasien tidak lemas, BB Naik.
9
Intervensi :
1.) Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
Rasional :.Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
2.) Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional :.Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi.
3.) Berikan makan sedikit dan frekuensi sering
Rasional :.Makan sedikit dapat menurun kelemahan dan meningkatkan serta
mencegah distensi gaster.
4.) Berikan dan Bantu personal hygiene mulut sebelum dan sesudah makan
menggunakan sikat gigi halus untuk penyikatan lembut.
Rasional :.Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral menurunkan
pertumbuhan bakteri dan meminimalkan pertumbuhan infeksi.
5.) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan nafsu
makan
c) DX 3 : Intoleran aktifitas B/D Kelemahan Umum
- Tujuan : Aktivitas klien kembali normal
- Kriteria hasil : KU Baik, Klien dapat melakukan aktivitas sendiri, KO dlam
batas normal 5 5 , Klien tidak mengeluh badan terasa lemah.
Intervensi :
1.) Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas/AKS.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi / bantuan
2.) Awasi tekanan darah, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktifitas.
Rasional :.Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
3.) Berikan lingkungan yang tenang, pertahankan tirah baring, pantau dan batasi
pengunjung.
Rasional :.Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
dan menurunkan regangan jantung dan paru.
4.) Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing

10
Rasional :.Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing
berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
5.) Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat
Rasional :.Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada
system jantung dan pernafasan.

4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data
yang baru (Arif Muttaqin, 2009).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien (hasil
yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Menurut (Arif Muttaqin, 2009)

11
BAB II
DHF
Dengue Haemoragic Fever

A. Definisi

Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus,
famili flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp, aedes aegypti, dan
aedes albopictus merupakan vektor utama penyakit DHF. Penyakit DHF dapat muncul
sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Dinkes, 2015).

B. Etiologi

Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk penular
dengue tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang
ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Rahayu & Budi, 2017).
Penyebab penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-
bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus
dan family Flaviviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4 serotipe virus yaitu :
a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.
d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.
Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang
terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan Dengue tipe 3
merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus DHF yang berat (Masriadi,
2017). Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,

12
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
(Wijaya, 2013).

C. Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,
hyperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada system
retikolo endhothelial seperti pembesaran kelenjarkelenjar getah bening, hati dan limpa.
Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe
virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu, akan timbul the secondary heterologous infection
atau the sequential infection of hypothesis
Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang
tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal
sebagai berikut :
a. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat
dilepasnya anafilatoksin C3a dan C3a. C3a menyebabkan meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut,
suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorphosis.
Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh system
retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan
agregasi, trombosit akan melepaskan vasoaktif (histmin dan serotonini) yang bersifat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang
merangsang koagulasi intravascular.
c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) dengan akibat akhir terjadinya
pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan
menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran
fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivas akan
merangsang sistim klinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah (Wijaya, 2013).

13
D. Manifestasi Klinik

Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :


1) Demam. Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak, Demam terjadi secara mendadak
berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah.
Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik
misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan
rasa lemah dapat menyertainya.
2) Perdarahan
Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis, perdarahan massif. Perdarahan
biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan
dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi
vena, petekia ( bintik-bintik merah akibat perdarahan intradermak / submukosa )
purpura ( perdarahan di kulit ), epistaksis ( mimisan ), perdarahan gusi, . Perdarahan
ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis, dan melena ( tinja berwarna hitam karena adanya
perdarahan. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang
hebat.
3) Anoreksia
4) Mual muntah
5) Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
6) Nyeri kepala
7) Nyeri otot dan sendi
8) Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )
9) Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasaanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurng gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomgali dan hati teraba
kenyal harus di perhatikan kemuungkinan akan tejadi renjtan pada penderita.
10) Renjatan (Syok). Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin

14
pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi
pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yg buruk.

E. Pemeriksaan Penunjang

a) Darah
• Trombosit menurun
• Hb Meningkat lebih 20 %
• Ht Meningkat Lebih 20 %
• Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3
• Protein darah rendah
• Ureum PH bias meningkat
• Na dan Cl rendah
b) Rontgen thorax
c) Uji tourniket ( Positif )

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan (Nursalam,2008)
a. Keperawatan
Masaalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi darah, resiko
terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue, ganggan rasa
amman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
➢ Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebcoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan
ekstrovaskular, yang pncaknya terjadi pada saat renjatan akan terliht pada tubh
pasien mnjadi sembab (edema) dan drah menjadi kental. Pengawasan tanda
vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu dilakakan secara kontinu, bila perlu
setiap jam. Pemeriksan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap
4 jam. Perhatikan apakah pasien kencing / tidak.
➢ Risiko terjadi pendarahan

15
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama
pada traktus gastrointestinal. Pendarahan grastointestinal didahului oleh
adanya rasa sakit perut yang hebat atau daerah retrosternal.
Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur. Karena
melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan
dan minum pasien perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang
infus segera dipasang. Formulir permintaan darah disediakan. Perawatan
selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi pendarahan
(melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya
pendarahan. Pasien yang mengalami pendarahan gastrointestinal biasanya
dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.
➢ Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2
sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan
pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka
pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan anti konvulsan. Untuk
membantu penurunan suhu dan mencegah agar tidak meningkat dapat
diberikan kompres dingin, yang perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu
yang mendadak disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan
lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan
nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter.
➢ Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan
akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih
karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb secara periodik (setiap 4 jam) dan
mudah terjadi hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.
Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang, yakinkan
dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematom segera oleskan
trombophub gel / kompres dengan alkohol. Bila pasien datang sudah kolaps
sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena dan

16
meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. Jika sudah musim banyak
pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang telah seteril
(Ngastiyah, 2005).
b. Medis
Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif
➢ DHF tanpa renjatan Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5
sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau
lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang
menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai yang
dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi
perdarahan. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun
75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis
3 mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg,
dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan pada pasien
DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat. Hemtokrit mencerminkan
kebocoran plasma dan biasanya mendahului munculnya secara klinik
perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan
turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh
karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa
hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit
sampai demam telah turun 1 sampai 2 hari. Nilai hematokrit itulah yang
menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.
➢ DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai
penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan

17
bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma
atau plasma ekspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada pasien dengan
renjatan berat diberikan infus harus diguyur dengan cara membuka klem infus.
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar,
tekanan sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 liter/kgBB/jam.
Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48 jam, maka pemberian infus
dipertahankan sampai 1 sampai 2 hari lagi walaupun tanda-tanda vital telah baik.
Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang Central Venous
Pressure (CVP) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau
vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada
pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang perdarahan
gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai hemoglobin dan hematokrit
menurun sedangkan perdarahannya sedikit tidak kelihatan. Dengan
memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka dengan keadaan ini
dianjurkan pemberian darah.

G. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan Pengkajian merupakan pengumpulan informasi
subjektif dan objektif, dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik.
Informasi subjektif, misalnya dengan wawancara pasien/ keluarga. Sedangkan
informasi objektif, misalnya dengan pengukuran tanda-tanda vital dan pemeriksaan
fisik (Herdman, 2015) . Data yang perlu dikaji yaitu :
a. Identitas Pasien Yang perlu dikaji meliputi nama, no rekam medis, umur, jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, status, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF dengan masalah
keperawatan hipertermia adalah pasien mengeluh badannya demam atau panas.
c. Riwayat Kesehatan

18
- Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat kesehatan dahulu meliputi pernah
menderita DHF atau tidak, riwayat kurang gizi, riwayat aktivitas sehari-hari,
pola hidup (life style)
- Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat kesehatan sekarang yang dikaji meliputi
suhu tubuh meningkat, mukosa mulut kering, terdapat ruam pada kulit
(kemerahan).
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF dalam anggota keluarga.
d. Fisiologis
Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor.
Adapun gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :
1) Gejala dan Tanda Mayor Suhu tubuh di atas nilai normal
2) Gejala dan Tanda Minor
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardia
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
actual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).Sesuai dengan
perumusan diagnosa keperawatan melalui PES yaitu : P: Hipertermia, E: Proses
penyakit (infeksi virus dengue/viremia) dan S: suhu tubuh diatas normal, kulit merah,
kejang, takikardia, takipnea. Jadi, diagnosa keperawatan pada penelitian ini adalah
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi virus dengue/viremia)
ditandai dengan suhu tubuh diatas normal, kulit merah, kejang, takikardia, takipnea
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) .

19
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah berbagai perawatan berdasarkan penilaian
klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk meningkatkan
hasil klien/pasien (Herdman, 2015). Berikut adalah intervensi untuk pasien dengan
hipertermia berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang direncanakan dalam rencana
keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015). Perawat melakukan pengawasan terhadap
efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai perkembangan pasien
terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Pelaksanaan atau
implementasi keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yang
merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana t indakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan dan diselesaikan (Perry & Potter, 2005).

20
5. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.

21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah sel
darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2014). Anemia
sebagai keadaan bahwa level hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe
merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Ani,
2016). Pada dasarnya hanya tiga penyebab anemia yang ada: kehilangan darah, peningkatan
kerusakan sel darah merah (hemolisis), dan penurunan produksi sel darah merah.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus, famili flaviviridae.
DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp, aedes aegypti, dan aedes albopictus
merupakan vektor utama penyakit DHF. Penyakit DHF dapat muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan
dan perilaku masyarakat (Dinkes, 2015).

22
DAFTAR PUSTAKA

Ani, LS. 2016. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: EGC

Bakta . 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Jakarta: SalembaMedika

Betz & sowden, 2009. Buku saku keperawatan Edisi 3 Alih Bahasa dr. Jan Tamboyang EGC:

Jakarta

Carpenito & Moyet, 2012. Handbook Of Nursing Diagnosis. Ed USA : Lippincot Williams &

Wilkins Inc.

Corwin. 2009. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta : Salemba Medika

Aini. Kasiati. Rahayu. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang dirawat Inap Di Rumah

Sakit. Jurnal

Pendidikan Kesehatan, Volume , No 2, oktober 2015. Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution.
2012. Buku Pintar Asuhan
Andarmoyo, Sulistyo & Andoko, Sayudi J. 2013. Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang
Penyakit DHF dengan Sikap Keluargadalam Pencegahan Penyakit DHF. Jurnal Florence
Vol. VI No. 2 Juli 2013.

23

Anda mungkin juga menyukai