Anda di halaman 1dari 11

Volume 3 No 2, Tahun 2018: Hal. 22-31.

Copyright © 2019 Jurnal Fokus Penelitian Budaya : Masalah-Masalah


Kebudayaan dan Masyarakat.
Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi
Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

JARINGAN SOSIAL ORANG BAJO DI DESA RANOOHA RAYA,


KECAMATAN MORAMO, KABUPATEN KONAWE SELATAN

1) Jasman, 2) Wa Ode Sifatu, 3) Bahtiar


Program Studi Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo, Kendari
Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo, Kendari
Jurusan Sosiolologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Halu Oleo, Kendari
bahtiar.unhalu@yahoo.co.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai jaringan sosial
sesama orang Bajo (sama) dengan orang luar Bajo (Bagai), serta dampaknya
terhadap kehidupan sosialnya. Teori untuk membaca data adalah pemikiran
Fukuyama (1996) tentang modal sosial dan pemikiran Geertz, C. (1970) tentang
native point of viewe, dengan metode etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa jaringan sosial bagi sama disebut kalaki. Sedangkan jaringan sosial bagi
bagai disebut „sabea‟. Keduanya berdampak positif dan negatif terhadap
kehidupan sosial budaya mereka. Kesimpulan: orang Bajo memelihara jaringan
sosialnya disebut „sijagaan dahisi sala‟ (seperti memelihara telur: kuningnya
adalah kalaki, putihnya adalah sabea). Fukuyama membahas jaringan sosial
anggota komunitas perusahaan, sedangkan penelitian ini menemukan jaringan
sosial di dalam dan luar komunitas Bajo.Pemerintah dan LSM kesulitan
membangun orang Bajo jika tidak melalui jaringan sosialnya.Jika pemerintah dan
LSM membangun orang Bajo seharusnya memahami jaringan sosialnya.
Kata Kunci: Jaringan sosial, orangBajo, Kalaki, Sabea

Abstract
The objective of this study is to inform the reader about the social networks of the
same ethnic of Bajo (same) and the people from other ethnic (Bagai) and their
impact on their social life . The theory for reading data is Fukuyama (1996) 's
thinking about social capital and Geertz, C. (1970)' s thinking about native point
of viewe, with ethnographic methods. The results of the study showed that social
networks for the same ethnic of Bajo are called kalaki. Whereas social networks
from other ethnic (Bagai) are called Sabea. Both have positive and negative
impacts on their socio-cultural life. Conclusion: Bajo ethnic maintain their social
network called 'secure dala sala' (such as raising eggs: yellow is kalaki, white is
sabea). Fukuyama discusses the social network of members of the corporate
community, while this research found that social networks inside and outside of
Bajo community. The government and NGOs find it difficult to build Bajo people
if not through their social networks. If the government and NGOs build Bajo
people should understand their social networks.
Key words: Social network, Bajo ethnic, Kalaki, Sabea

22
Volume 3 No 2, Tahun 2018: Hal. 22-31.
Copyright © 2019 Jurnal Fokus Penelitian Budaya : Masalah-Masalah
Kebudayaan dan Masyarakat.
Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi
Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

PENDAHULUAN yakni hubungan-hubungan sosial itu


Manusia merupakan mahluk sendiri menjadi tujuan dan tindakan
sosial yang saling berinteraksi dan sosial.Struktur yang dibentuk oleh
membangun jaringan dalam rangka hubungan-hubungan perasaan ini
memenuhi kebutuhan hidup mereka. cenderung mantap dan
Jaringan tersebut dibangun dengan permanen.Hubungan sosial yang
membentuk pola-pola hubungan yang terwujud biasanya cenderung menjadi
dilandasi oleh saling percaya, tidak hubungan dekat dan kontinyu.Di antara
individualistik, dan bertanggungjawab. para pelaku cenderung menyukai atau
Pada fase ini kedua individu atau tidak menyukai pelaku-pelaku lain
kelompok dituntut untuk dapat dalam jaringan sosial.
membangun komitmen bersama Jaringan sosial merupakan
sehingga hubungan ini akan menjadi milik kebanyakan orang-orang yang
langgeng. Biasanya hubungan akan ada didunia ini dan membentuk pola
terbangun dan menjadi lenggang itu mereka sendiri-sendiri serta
disebabkan kelompok atau individu mempunyai ciri khas masing-masing.
tersebut mempunyai kepentingan atau Seperti halnya orang Bajo yang
tujuan yang sama. terdiriatas sekelompok individu yang
Biasanya tujuan hubungan hidup di atas perahu dan mendiami
sosial yang membentuk jaringan sosial, kawasan laut sertamenggantungkan
dapat kita bedakan menjadi tiga jenis. hidup mereka dari hasil laut. Bajo
Pertama, jaringan kekuasaan (power), menguasai wilayah laut di hampir
merupakan hubungan-hubungan sosial setiap negara di dunia khususnya
yang membentuknya bermuatan negara yang memiliki laut. Mereka
kekuasaan.Dalam jaringan kekuasaan, mendiami pesisir pantai negara-negara
konfigurasi saling keterkaitan di dunia antara lain negara Malaysia,
antarpelaku di dalamnya disengaja atau Filipina, Jepang, Cina, Australia,
diatur.Tipe jaringan ini muncul bila bahkan Amerika. Orang ini mempunyai
pencapaian tujuan-tujuan yang telah keunikan tersendiri yaitu mereka
ditargetkan membutuhkan tindakan memiliki bahasa yang sama sekalipun
kolektif dan konfigurasi yang saling hidup di negara yang berbeda.
keterhubungan antarpelaku biasanya Orang Bajo atau orang sering
bersifat permanen.Kedua, jaringan menyebut dengan orang laut dan orang
kepentingan (interest), merupakan mempunyai profesi yang sama atau
jaringan ketika hubungan-hubungan sama-sama nelayan mereka menyebut
sosial yang membentuknya bermuatan (sama) yang sangat banyak
kepentingan.Jaringan kepentingan ini persebarannya di wilayah Sulawesi
terbentuk oleh hubungan-hubungan Tenggara yang terdiri atas berbagai
yang bermakna pada tujuan-tujuan gugus pulau-pulau. Selain itu, wilayah
tertentu atau khusus.Struktur yang ini juga memiliki garis pantai atau laut
muncul dari tipe jaringan sosial tipe ini yang terbentang di sepanjang
adalah sebentar dan berubah- kabupaten. Orang Bajo yang bermukim
ubah.Ketiga, jaringan perasaan di wilayah ini mempunyai tipikal sama
(sentiment), merupakan jaringan yang dalam membangun jaringan sosial baik,
terbentuk atas dasar muatan perasaan, jaringan berbasis kekerabatan maupun

23
Volume 3 No 2, Tahun 2018: Hal. 22-31.
Copyright © 2019 Jurnal Fokus Penelitian Budaya : Masalah-Masalah
Kebudayaan dan Masyarakat.
Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi
Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

pertemanan, memiliki ikatan jaringan pembicaraan informan, dan tidak


sosial yang kuat baik sesama mereka menanyakan makna tetapi
maupun orang laur mereka. Kondisi gunanya.Pengamatan berpartisipasi
tersebut juga terjadi pada orang Bajo di dipilih untuk untuk menjalin hubungan
Desa Ranooha Raya, Kecamatan baik dengan informan.Dalam hal ini,
Moramo, Kabupaten Konawe Selatan peneliti melakukan pengamatan
yang mayoritas penduduknya adalah berpartisipasi pada saat orang Bajo
orang Bajo. melakukan aktivitas. Pada saat itu,
Meskipun mereka sebagai Peneliti akan ikut melakukan,
seorang pelaut atau nelayan tentunya khususnya dalam proses mereka
mereka telah membangun jaringan melaksanakan interaksi orang Bajo
sosial dalam rangka menciptakan pola dengan sesama Bajo dan dengan bagai
hubungan yang baik. Orang Bajo atau orang luar (darat).
seringkali dalam membangun jaringan
sosialnya terutama dengan orang luar PEMBAHASAN
melakukan ketidakjujuran demi Konsep Jaringan Sosial dan Orang
melindungi kelompok atau komunitas Bajo
mereka. Hal itu didukung oleh hasil Jaringan sosial terbentuk
penelitiannya La Ode M. Aslan, dkk dalam masyarakat karena pada
dalam Wa Ode Sifatu (2016 : 2) yang dasarnya manusia tidak dapat
menyatakan bahwa masyarakat pesisir berhubungan dengan semua manusia
berhasil dalam budi daya rumput laut, yang ada; hubungan selalu terbatas
tetapi orang Bajo tidak dapat pada sejumlah orang tertentu. Setiap
memperbaiki kondisi ekonomi seperti orang belajar dari pengalamannya
petani rumput laut orang lain di Sultra. untuk masing-masing memilih dan
Penyebabnya: (a) tidak amanah; (b) mengembangkan hubungan-hubungan
boros; dan (c) individualistik.Berangkat sosial yang terbatas jumlahnya
dari fenomena tersebut, penelitian dibandingkan dengan jumlah rangkaian
tentang jaringan sosial milik orang hubungan sosial yang tersedia,
Bajo, penting untuk segera dilakukan. disesuaikan dengan kebutuhan-
kebutuhan yang ada pada individu yang
METODE PENELIIAN bersangkutan sehingga dalam usaha
Metode yang digunakan peningkatan taraf hidup juga tidak
Etnografi Greet‟s (1974, 20:45) bahwa menggunakan semua hubungan sosial
orang Bajo menggunakan konsep yang dimilikinya (Agusyanto, 1991:
pengalaman-dekat spontan, tanpa 14).
sadar, karena itu merupakan aktivitas Jaringan sosial pertama kali
hidup keseharian. Bagi mereka itu hal digunakan oleh Barnes di dalam
yang biasa tapi bagi peneliti merupakan studinya mengenai umat gereja yang
sebuah “konsep” yang berharga.Itulah menempati sebuah pulau di
yang menjadi pengalaman mereka Norwegia.Konsep yang digunakannya
berupa ide dan realitas mereka kemudian dikembangkan oleh Bott
menginformasikan secara dalam studinya mengenai peranan
alami.Peneliti berusaha menyimpan suami-istri yang terdapat pada
pembicaraan informan, membuat keluarga-keluarga di London.
penjelasan berulang, menegaskan Keduanya melihat jaringan sosial

23
Volume 3 No 2, Tahun 2018: Hal. 22-31.
Copyright © 2019 Jurnal Fokus Penelitian Budaya : Masalah-Masalah
Kebudayaan dan Masyarakat.
Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi
Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

sebagai rangkaian hubungan-hubungan Tiap-tiap individu dapat


yang dibuat oleh seorang individu di dilihat sebagai bintang, tempat awal
sekitar dan berpusat pada dirinya garis-garis hubungan sosial menyebar
sendiri berdasarkan atas pribadinya kepada individu-individu lain.
(Mitchell, 1969: 8). Boissevain menyebutkan bahwa daerah
Pada saat Barnes meneliti jaringan utama (primary network zone)
masyarakat nelayan di Bremnes, merupakan daerah tempat individu
Norwegia, ia merasakan bahwa analisis pertama melakukan hubungan langsung
struktural fungsional pada masa itu dengan individu-individu kedua.
(tahun 50-an) yang sudah umum Namun, individu-individu kedua ini
digunakan oleh kalangan ahli juga melakukan kontak dengan
antropologi Inggris untuk meneliti individu-individu ketiga yang mungkin
suatu kebudayaan masyarakat, kurang sekali tidak dikenal oleh individu
memadai. Sebelumnya, studi-studi pertama. Individu pertama dapat
klasik di bidang antropologi telah melakukan kontak dengan individu
memanfaatkan analisis struktural ketiga melalui individu kedua. Inilah
fungsional untuk memahami pentingnya teman dari teman. Dengan
kebudayaan suatu masyarakat tribal demikian, dalam kenyatannya semua
atau masyarakat sederhana berskala masyarakat dapat dilihat sebagai
kecil.Kesulitan yang dihadapi Barnes sebuah jaringan dan melalui jaringan
adalah bahwa kondisi masyarakat itu seorang individu dapat berhubungan
Bremnes tidak dapat lagi disebut dengan semua orang (Boissevain,
sebagai masyarakat sederhana, 1974: 24-25).
sehingga untuk memahami susunan Orang Bajo adalah salah satu
hubungan-hubungan sosial yang pelaut nomaden yang terkenal dan
terdapat di masyarakat setempat, tersebar disegala penjuru Indonesia.
penerapan secara konvensional analisis Beberapa penanaman yang mirip (Bajo,
struktural fungsionalisme dirasakan Bajau, Baju, Waju, atau Bajoo)
kurang memadai lagi.Atas dasar itu, digunakandi berbagai tempat
analisis jaringan sosial diusulkan untuk menunjukkan persebarannya meluas
mengatasi kekurangan analisis diseluruh Nusantara. Menurut
struktural fungsionalisme (Mitchell, sejarahwan A.B. Lapian dalam Munsi
1969:8). Lampe (2011), asal-usul orang Bajo
Jaringan sosial adalah sebagai dimungkinkan dari Zulu (Filifina),
suatu pengelompokan yang terdiri atas Johor (Malaysia), atau daerah Sabah.
sejumlah orang, paling sedikit terdiri (Munsi Lampe 2011 : 107-126).
atas tiga orang yang masing-masing Maknasama dan bagai dalam
mempunyai identitas tersendiri dan tataran konsep kewilayahan mengalami
masing-masing dihubungkan antara pergeseran. Konsep sama dapu di lao
satu dengan yang lainnya melalui yang berarti milik orang bajo, dan
hubungan-hubungan sosial yang ada, bagai dapu’ma di lao yang berarti pula
sehingga melalui hubungan sosial darat milik orang bagai tidak lagi
tersebut mereka dapat dikelompokkan manjadi penting. Batasan wilayah
sebagai suatu kesatuan sosial sebagai hak ulayatnya adalah laut, kini
(Suparlan, 1982: 35). berangsur-angsur ke makna yang lebih
luas. Lingkungan darat terutama

24
Volume 3 No 2, Tahun 2018: Hal. 22-31.
Copyright © 2019 Jurnal Fokus Penelitian Budaya : Masalah-Masalah
Kebudayaan dan Masyarakat.
Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi
Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

pemukiman dan lahan perkebunan yang Jaringan sosial terbentuk dalam


diberikan oleh pemerintah kini menjadi masyarakat karena pada dasarnya
penting, meskipun lahan tersebut tidak manusia tidak dapat berhubungan
diolah dengan baik. Intensifnya dengan semua manusia yang ada;
program-program pemerintah yang hubungan selalu terbatas pada sejumlah
menyertai Proyek Pembinaan orang tertentu (Agusyanto, 1991: 14).
Kesejahteraan Sosial Masyarakat Orang Bajo yang berada di Resa
Terasing (PKSMT), mengakibatkan Ranooha Raya memiliki prinsip bahwa
kelompok masyarakat Bajo semakin setiap orang yang berprofesi sebagai
membuka diri. Oleh karena itu, pelaut adalah keluarga atau sama
semakin kuat kecenderungannya untuk dengan mereka yang berprofesi sebagai
mengadopsi sistem budaya orang pelaut. Orang Bajo dalam membina
Bugis,baik secara parsial terutama hubungan tidak melihat siapa tetapi
melalui bahasa dan sistem teknologi mereka lebih mengutamakan sesama
maupun secara totalis berupa adat yang mempunyai kepentingan.
istiadat orang Bugis yang berimplikasi Kepentingan yang mereka maksudkan
pada tingkat kehidupan yang lebih disemua sisi kehidupan mereka mulai
baik. (H. Nasruddin Sayuti, 2011 : 42- dari permasalahan kelahiran sampai
43). pada urusan kematian.
Konsep samayang terdapat
Jaringan Sosial Orang Bajo di Desa pada orang Bajo adalah sebuah konsep
Ranooha Kecamatan Moramo wilayah atau ulayat tempat mereka
Desa Ranooha Raya adalah mencari nafkah. Orang Bajo mengklain
desa pemekaran dari desa Moramo laut sebagai milik mereka dikarenakan
(sebagai Induk).Padatnya jumlah oleh seluruh komunitas mereka
penduduk dan kemudahan akses menggantungkan hidup pada hasil laut.
pelayanan terhadap masyarakat, maka Orang Bajo sangat menggantungkan
para tokoh masyarakat, tokoh agama, hidupnya di laut, serta laut telah
tokoh pemuda berkumpul mengadakan menjadi identitas. Laut tidak
musyawarah dengan salah satu terpisahkan dari kehidupan orang Bajo
kesepakatannya yaitu dianggap desa diseluruh matarantai kehidupan
Moramo layak dan perlu dimekarkan mereka. Orang Bajo menggangap laut
untuk menjadi desa yang definitif. Di sebagai sumber dari segala kehidupan
dalam perjalanannya, desa pada awal mereka. Laut bagi orang Bajo, bukan
persiapan pemekaran dinamakan desa saja sebagai tempat mencari nafkah,
“Mario Raya”.Kemudian pada saat tempat tinggal tetapi juga mereka juga
menjadi desa definitif baru dinamakan digunakan sebagai sarana pengobatan.
Desa Ranooha Raya.Desa Ranooha ini Orang Bajo dalam
merupakan salah desa yang mempunyai mempertahankan hidup mereka adalah
penduduk mayoritas orang Bajo dan dengan membangun jaringan. Jaringan
menjadi sentra penghasil ikan untuk yang dimaksudkan diantaranya
wilayah kecamatan Moramo. jaringan kekerabatan, pertemanan.
Orang Bajo memiliki cara sendiri
Jaringan Sosial Orang Bajo dengan dalam menjalin jaringan kekerabatan.
sesama pelaut atau sama. Karena bagi mereka pelaut adalah
saudara. Orang Bajo tidak mau hidup

25
Volume 3 No 2, Tahun 2018: Hal. 22-31.
Copyright © 2019 Jurnal Fokus Penelitian Budaya : Masalah-Masalah
Kebudayaan dan Masyarakat.
Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi
Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

sendiri dan ingin selalu bersama Setiap suku atau etnik


terutama dalam mencari nafkah. Disini mempunyai jaringan sosial dengan
juga terdapat saling percaya sehingga orang luar. Orang bajo membangun
dibutuhkan orang yang dituakan dan jaringan sosialnya dengan orang luar
memiliki pengaruh yang kuat untuk dalam rangka untuk mempertahankan
menyatukan sesama orang Bajo. Orang hidup. Orang Bajo tidak dapat
Bajo dalam mempertahankan hidup, terpisahkan dengan kehidupan orang
mereka sangat tergantung dengan daratan. Orang Bajo menyebut orang
sesama. Orang Bajo memiliki saudara darat atau dengan istilah lain „Bagai’.
dilaut yang sama-sama Hal ini sesuai dengan konsep yang
menggantungkan hidup dihasil laut. dikemukakan oleh Nasruddin Suyuti,
Jaringan sosial bagi orang Bajo mereka 2011 ialah maknaSama dan Bagai
artikan sebagai suatu hubungan dalam tataran konsep kewilayahan
persaudaraan yang sangat erat. Orang mengalami pergeseran. Konsep Sama
Bajo sangat menjujung tinggi namanya dapu di lao yang berarti milik orang
persaudaraan sesama pelaut. Bajo, dan Bagai dapu’ma di lao yang
Persaudaraan itu ditunjukkan dengan berarti pula darat milik orang bagai
siap mengorbankan apa saja demi tidak lagi manjadi penting. Batasan
membantu teman dengan berpegang wilayah sebagai hak ulayatnya adalah
teguh pada prinsif bahwa suatu hari laut, kini berangsur-angsur ke makna
saya akan dibantu juga. yang lebih luas.
Salah satu kelebihan orang Bajo Orang Bajo memiliki identitas
mudah percaya kepada Sama atau dilaut sehingga kalau ada orang Bajo
pelaut sehingga mudah untuk dibodohi. yang hidup di darat, orang Bajo
Orang sangat percaya kepada tersebut tidak akan lagi diakui
sesamanya, sebab meyakini bahwa dikomunitas mereka tetapi sudah
sesama akan lebih memahami dianggap orang luar. Hubungan orang
kebutuhan mereka. Orang Bajo dalam Bajo dengan orang luar seperti dua sisi
menjaling hubungan persaudaran baik mata uang yang saling membutuhkan.
dalam hal ekonomi mereka selalu Orang Bajo mengklaim laut merupakan
menjunjung tinggi saling percaya dan hidup mereka tetapi juga mereka tidak
saling hormati. Di laut, orang Bajo dapat dipisahkan dengan daratan. Hal
tidak pernah berkomplik dengan ini dikarenakan di darat merupakan
siapapun. Orang pada dasarnya pernah pasar tempat mereka dapat memperoleh
terlihat perselihan batasan wilayah atau kebutuhan hidupnya. Orang Bajo
ulayat laut mereka menganut prinsif mempunyai orang yang sangat
saling menghargai dan menghormati. dihormati baik disesama orang Bajo
Saling menghormati dapat kita lihat maupun orang Bagai atau orang darat.
dari cara mereka membina hubungan Orang Bagai atau orang darat
jual-beli di antara mereka seperti dihormati dikarenakan mereka
sistem „langganan’. memiliki hubungan yang erat. Orang
Bajo membangun hubungan dengan
orang Bagai dimulai dari pertemanan
Jaringan Sosial Orang Bajo dengan yaitu mereka saling memberi dan
orang luar atau bagai. menghormati apa yang diberikan tanpa
memprotes. Setiap orang Bajo

26
Volume 3 No 2, Tahun 2018: Hal. 22-31.
Copyright © 2019 Jurnal Fokus Penelitian Budaya : Masalah-Masalah
Kebudayaan dan Masyarakat.
Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi
Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

mempunyai sahabat di darat yang percaya dengan saling memberikan


disebut Sabea. Sabea memiliki arti barang yang baik. Hubungan tersebut
yang mendalam bagi kedua belah pihak dapat bertahan karena adanya saling
dan persahabatan sangat dihormati dan percaya antara kedua belah pihak.
dihargai. Penolakan tidak disampaikan secara
Orang Bajo tidak dapat langsung tetapi disampaikan dengan
dipisahkan dengan orang Bagai yang perbuatan yaitu dengan tidak
sejak lama mereka bina. Bagi mereka berhubungan lagi dengan orang
persahabatan dengan orang darat harus tersebut. dalam membangun jaringan
dilakukan dan wajib. Orang bajo dalam sosial kepercayaan sangat dibutuhkan
menjelajahi laut mereka hanya dan menjadi modal wajib agar
mengikuti orang-orang pendahulu hubungan dapat berlangsung lama.
mereka. Sehingga orang bajo diseluruh Hubungan yang terbangun akan
pantai didunia mempunyai saudara atau berlangsung lama ketika kedua belah
sahabat yang akan selalu menantikan pihak masih saling percaya dan saling
kedatangan mereka. orang bajo dalam hormat. Modal ini yang digunakan oleh
berlayar di laut sudah mempunyai orang Bajo dalam menyusuri jalur-jalur
jalur-jalur tertentu. Jalur-jalur tersebut dagang mereka yang sudah sejak lama
diperoleh dari leluhur mereka yang ada. Jalur-jalur itu dapat digunakan
sejak awal telah menaklukkan laut. oleh orang Bajo sekarang karena
Jaringan sosial orang bajo yang adanya pengetahuan dan pengalaman
terbentuk dengan orang darat yang miliki oleh orang Bajo terdahulu,
didasarkan saling membutuhkan dan yang telah diturunkan kepada generasi
saling menghormati. orang bajo sangat sekarang ini.
berkomitmen untuk membina Jaringan sosial Bajo terbangun
hubungan baik dengan sahabatnya di karena tuntutan alam yang
darat. Komitmen itu ditunjukkan mengharuskan mereka harus
dengan cara memberikan pelayanan mempunyai jaringan persahabatan.
yang baik dibandingkan dengan orang Jaringan persahabatan itu terbentuk
yang bukan sahabat. Hubungan yang karena adanya kepentingan yang sama
terjalin antara orang bajo dengan orang dan saling menguntungkan. Jaringan
darat sangat unik karena mereka sudah sosial ini dibangun dalam rangka
saling akrab tetapi mereka tidak saling menjaga jalur-jalur pelayaran orang
kenal nama. Dalam rangka memperat Bajo agar tetap aman. Orang Bajo
hubungan itu mereka saling menyapa menggunakan pendekatan persabahatan
dengan sebutan „Sabea’. agar mereka ketika sandar di suatu
Jaringan sosial yang dibangun pantai dapat diterima dengan baik.
dengan orang darat sangat kuat. Jaringan sosial orang Bajo melalui
Hubungan itu dibentuk hanya dengan ikatan persahatan atau pertemanan itu
kenal wajah tidak membutuhkan nama dilandasi pemenuhan kebutuhan dasar
atau kontrak secara formal. Jaringan sandang dan pangan. Orang Bajo juga
sosial ini terbentuk hanya dengan menggunakan jaringan ini untuk
saling percaya dan mempunyai menjual hasil tangkapannya yang dari
kepentingan yang sama. Jaringan sosial laut. Selanjutnya hasil penjualan dari
yang dibentuk orang Bajo dengan hasil tangkapan dibelanjakan kembali
orang darat itu didasarkan pada saling untuk memenuhi kebutuhan di laut.

27
Volume 3 No 2, Tahun 2018: Hal. 22-31.
Copyright © 2019 Jurnal Fokus Penelitian Budaya : Masalah-Masalah
Kebudayaan dan Masyarakat.
Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi
Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

Orang Bajo dapat diterima oleh sama ini akan membentuk ikatan
komunitas mana saja didarat itu emosional diantara keduanya. Ikatan
disebabkan, orang Bajo memiliki emosional yang terbangun dapat kita
jaringan pertemanan. Jaringan contohkan seperti adanya perbedaan
pertemanan yang ada merupakan modal harga ikan. Sabea akan selalu diberikan
sosial orang Bajo dan mereka dapat tempat yang khusus dan perlakuan
berteman dengan komunitas mana saja berbeda dengan orang luar lainnya.
di dunia. Orang Bajo membutuhkan Jaringan sosial terbentuk
jaringan persabahatan agar dengan adanya interaksi kedua belah
bersosialisasi dengan penduduk tempat pihak dan kedua belah pihak merasa
mereka singgah. Selain itu orang Bajo puas. Selanjutnya hubungan ini akan
dapat merasakan rasa aman ketika selalu ada ketika didasari dengan saling
mereka mendatangi suatu pasar yang percaya dan kedua masih saling
berada di sekitar pantai. Sabea terjalin membutuhkan. Orang Bajo akan selalu
antara orang Bajo dengan orang darat membutuhkan orang darat untuk
dan tidak melihat secara gender. memenuhi kebutuhannya, dan
Jaringan Sabea diperankan oleh kaum sebaliknya orang darat akan selalu
perempuan dan laki-laki tanpa ada membutuhkan orang Bajo untuk
perbedaan. Orang Bajo yang banyak memenuhi kebutuhan ikan. Orang Bajo
melakukan hubungan persahabatan dapat mempunyai ikatan kekerabatan
atau Sabea adalah perempuan. melalui pernikahan itu diawali dengan
Perempuan lebih banyak mengambil hubungan Sabea.Sabea merupakan
peran dalam hubungan Sabea hubungan yang memberikan
dikarenakan setelah pada laki-laki Bajo kesempatan kepada keduanya untuk
mencari ikan biasanya mereka saling mengenal lebih jauh.
menyerahkan penjualan ke pihak
perempuan. Seperti halnya juga yang DampakSosial Budaya Terhadap
paling banyak membeli ikan ke pasar Jaringan Sosial Milik Orang Bajo
paling mayoritas kaum perempuan Setiap individu membutuhkan
karena sangat paham kebutuhan rumah jaringan-jaringan sosial dalam rangka
tangga. mempertahankan hidup. Jaringan-
Masyarakat orang Bajo jaringan tersebut mempunyai dampak
mempunyai pembagian tugas.Kaum baik secara positif maupun negatif bagi
laki-laki mencari nafkah dan kaum individu penggunanya. Orang Bajo
perempuan mengatur hasil tangkapan memiliki jaringan-jaringan sosial baik
suami yang selanjutnya harus dijual sesama orang Bajo maupun orang
dan ditukarkan dengan kebutuhan diluar mereka yang memberikan
rumah tangga. Orang Bajo biasanya manfaat secara positif serta negatif.
dalam membina hubungan pertemanan Orang Bajo mempunyai jaringan-
dengan orang luar mereka tetap jaringan sosial dengan pemerintah,
berkomunikasi dengan pasangannya. LSM, dan pemilik modal. Jaringan-
Proses terbentuknya hubungan jaringan tersebut memberikan manfaat
persahabatan orang Bajo dengan orang kepada orang seperti banyak program
luar itu terjadi karena adanya transaksi pemerintah yang turun di Desa
lebih dari satu kali. Transaksi berulang Ranooha Raya, khusunya bantuan
kali dilakukan dengan individu yang nelayan Bajo. Selain pemerintah yang

28
Volume 3 No 2, Tahun 2018: Hal. 22-31.
Copyright © 2019 Jurnal Fokus Penelitian Budaya : Masalah-Masalah
Kebudayaan dan Masyarakat.
Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi
Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

hadir, LSM juga datang ketempat ini pendapatan bagi keluarga. Program
untuk menawarkan program yang harus diberikan kepada mereka
pemberdayaan kepada orang Bajo harus benar-benar sesuai dengan
disini. keahlian dan keterampilan serta harus
Orang Bajo memiliki manfaat ada pendamping secara terus menerus.
dengan jaringan-jaringan yang mereka Pendampingannya harus berasal dari
miliki. Selain itu jaringan-jaringan mereka sendiri agar ada rasa saling
sosial tersebut terbentuk secara alami memiliki dan menghormati. Dengan
oleh orang Bajo yang ada di Desa adanya saling menghormati dan
Ranooha Raya. Manfaat dari jaringan- memiliki akan membuat program apa
jaringan tersebut ada yang bersifat saja yang diberikan kepada mereka
positif ada juga yang bersifat negatif. dapat berhasil dengan baik. Dampak
Manfaat yang bersifat negatif dari jaringan sosial orang Bajo secara
diantaranya oarng Bajo di tempatini positif itu dapat kita lihat pada proses
hanya dijadikan sebagai objek suatu jual beli hasil laut.Disini jaringan sosial
program untuk keuntungan sepihak. sangat berfungsi dengan baik. Tetapi
Program yang diberikan oleh pada program-program pemerintah
pemerintah, baik pemerintah pusat tidak berjalan dengan baik.Itu
maupun pemerintah daerah tapi tidak disebabkan orang Bajo belum
tidak ada program lanjutnya untuk mempercayai pemerintah, khususnya
membimbing. Orang Bajo ditempat pemerintah desa.
butuh pembimbingan dan arahan Ada ketidak terbukaan
setelah mereka diberikan bantuan pemerintah khusunya pemerintah desa
sehingga bantuan yang diberikan dapat tentang program pemerintah. Pelibatan
memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat dalam merancang
mereka. Permasahan ini sudah sering pembangunan desa, orang Bajo kurang
disampaikan masyarakat desa Ranooha dilibatkan. Hanya orang-orang tentu
Raya kepetugas kecamatan termasuk saja yang akan selalu diundang. Akibat
LSM. Lembaga Swadaya Masyarakat dari kurangnya pelibatan mereka, maka
(LSM) ada juga yang datang untuk kebutuhan yang seharusnya tidak dapat
membantu mencari solusi tetapi diadakan dan pembangunan tidak tepat
terkandang mereka memanfaatkan sasaran. Keterlibatan orang Bajo dalam
situasi untuk mengambil keuntungan. pembangunan khususnya didesa masih
Orang Bajo di Desa Ranooha kurang. Padahal mereka mempunyai
Raya sangat membutuhkan sahabat potensi keahlian untuk mengelola laut
yang dapat memberikan solusi dari tetapi mereka kurang dilibatkan.
semua yang dihadapi. Padahal tidak Dampak sosial budaya yang dirasakan
semua program yang berikan kepada orang Bajo dalam jaringan sosial ialah
orang Bajo itu gagal.Ada seseorang di mereka akan terpengaruh terhadap
desan ini memberikan modal secara budaya lokal yang ada di tempat
berkelompok untuk menanam rumput mereka menetap tinggal. Hal ini
laut. Kelompok itu dibentuk sendiri dilakukan dalam rangka proses adaptasi
oleh mereka dan mereka sendiri yang terhadap lingkungan agar dapat
belanja sesuai dengan kebutuhan diterima dengan baik.
mereka. Hal ini dilakukan dan berhasil Orang Bajo memanfaatkan
kelompok ini dapat menghasilkan jaringan-jaringan sosial mereka untuk

29
Volume 3 No 2, Tahun 2018: Hal. 22-31.
Copyright © 2019 Jurnal Fokus Penelitian Budaya : Masalah-Masalah
Kebudayaan dan Masyarakat.
Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi
Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

dapat mengadopsi budaya lokal agar jaringan sosial yang ada ditandai
mereka dapat diterima ditempat mereka dengan adanya sistem langganan yang
menetap. Selain mereka mengadopsi mereka bentuk. Jaringan langganan
budaya lokal yang ada tetapi mereka yang dibentuk berdasar „Sama dapu di
memengaruhi budaya lokal seperti lao’ ini bermodalkan kepercayaan yang
bahasa.Banyak penduduk lokal karena sama-sama mereka jaga sehingga dapat
sering berhubungan dengan orang berlangsung secara turun-temurun.
Bajo, mereka sudah dapat Kedua,jaringan sosial orang
menggunakan bahasa Bajo juga. Bajo dengan orang luar atau Bagai di
Menurut pengakuan orang lokal disana, Desa Ranooha Raya, Kec. Moramo,
mereka belajar bahasa Bajo agar Kabupaten Konawe Selatan, ini sudah
mereka lebih dekat lagi supaya Sabea berlangsung lama. Jaringan sosial yang
atau tali persahabatannya lebih erat didasari dengan „Bagai dapu di lao’ ini
lagi. bermodalkan kepercayaan antara
Dalam sebuah jaringan sahabat orang Bajo yang biasa
membutuhkan alat komunikasi berupa diistilahkan dengan „Sabea’. Selain
bahasa. Bahasa sangat memegang Sabea yang terbentuk dari jaringan
peran penting dalam sebuah interaksi sosial, orang Bajo juga mempunyai
sosial. Jaringan sosial yang normal langganan diluar komunitas mereka.
dapat terbentuk jika unsur-unsurnya Ketiga dampak sosial budaya
dapat terpenuhi seperti bahasa. Bahasa terhadap jaringan sosial milik Orang
terdiri atas dua yang yaitu bahasa lisan Bajo tersebut dapat mereka rasakan
dan bahasa tubuh yang sering berupa adanya rasa percaya diri ketika
digunakan dalam berkomunikasi setiap melakukan hubungan. Dampak lainnya
hari. Bahasa isyarat sangat berguna yang dapat dilihat yakni adanya budaya
dalam melakukan komunikasi, baru yang lahir akibat jaringan sosial
sekalipun bahasa lisan juga digunakan. tersebut. Selain itu, dengan jaringan
Disini dapat dilihat jaringan sosial tersebut memberikan kesadaran kepada
tidak akan terkendala dengan bahasa orang Bajo di desa ini akan pentingnya
tetapi individu akan mencari cara agar pendidikan.
mereka dapat saling memahami.
Jaringan sosial mempunyai dampak
terhadap budaya tempat pemilik
jaringan tersebut berada. Dampak yang
dapat terjadi ketika jaringan tersebut
terjalin yaitu akan melahirkan budaya
baru.

KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas,
dapat disimpulkan beberapa hal. DAFTAR PUSTAKA
Pertama, bahwa Jaringan sosial orang
Bajo dengan sesama pelaut atau Sama Geertz, Clifford. 1974. From the
di Desa Ranooha Raya, Kecamatan Native's Point of View: On the
Moramo, Kabupaten Konawe Selatan Nature of Anthropological
telah berlangsung lama. Jaringan- Understanding, in: Bulletin of

30
Volume 3 No 2, Tahun 2018: Hal. 22-31.
Copyright © 2019 Jurnal Fokus Penelitian Budaya : Masalah-Masalah
Kebudayaan dan Masyarakat.
Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi
Tenggara,
e-ISSN: 2502-3268. Open Access at: ttp://ojs.uho.ac.id/index.php/JPeB

the American Academy of Arts jurnal.upi.edu/penelitian-


and Sciences. pendidikan/key/-the-jaringan.
download: jasman, 2016
Mitchell, J. Clyde. 1969. “The Concept tanggal, 04 Maret jam 12.40
and Use of Social Network” Wita.
dalam Social Networks in
Urban Situation: Analysis of semiotics.pps.unj.ac.id/journal/jpud/arti
Personal Relationships in cle/view/94.diambil oleh
Central Africa jasman pada tanggal 04
Town.Manchester: University januari 2017 Jam 11.23 Wita.
of Manchester Press.
Wolf, Eric. 1978. ”Kinship, Friendship
Suparlan, Parsudi. 1982.“Jaringan and Patron Client
Sosial”, dalam Media Relationship” dalam The
IKA Februari, No. 8/X, hlm. Social Anthropology of
29-47. Jakarta: Ikatan Complex Societies. Michael
Kekerabatan Antropologi Banton (ed.) London:
Fakultas Sastra UI. Tovistock Pub.

31

Anda mungkin juga menyukai