Anda di halaman 1dari 15

i-ISSN: 2597-4033

Vol. 4, No. 4, Agustus 2020

KESESUAIAN LAHAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN


BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN DAERAH HANTARA DAN
SEKITARNYA, KECAMATAN HANTARA, KABUPATEN KUNINGAN,
PROVINSI JAWA BARAT

Muhammad Salman Alfarizi*, Bombom Rachmat Suganda, Muhammad Nursiyam Barkah,


Ciria Humanis Brilian
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
Korespondensi: muhsalmannn@gmail.com

ABSTRAK
Pertambahan penduduk di daerah Hantara dan sekitarnya setiap tahunnya
mengalami peningkatan dan daerah penelitian berada di dataran tinggi sehingga
membutuhkan pengembangan wilayah permukiman dan tingkat kesesuaian lahan yang
tepat agar tidak merusak lingkungan pada daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan rekomendasi dalam pengembangan permukiman di daerah Hantara
dan sekitarnya. Data penelitian yang digunakan mengacu pada data primer dan data
sekunder dengan terlebih dahulu melakukan pengumpulan informasi mengenai
wilayah penelitian. Metode penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan melakukan
analisis statistik, metode pembobotan dan skoring berdasarkan klasifikasi (Howard
dan Remson, 1978) untuk menganalisis kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, daerah penelitian terbagi menjadi 3
wilayah, yaitu wilayah kemungkinan, wilayah kendala, dan wilayah limitasi.
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan skor kesesuaian lahan 93 – 101
dikategorikan sebagai wilayah kemungkinan dengan kesesuaian lahan tinggi sehingga
sangat baik jika dijadikan kawasan permukiman. Kemudian skor 86 – 93
dikategorikan sebagai wilayah kendala dengan kesesuaian lahan sedang sehingga
dapat dijadikan untuk wilayah permukiman, namun dibutuhkan bantuan rekayasa
teknik. Skor <78 dan 78 – 86 dikategorikan sebagai wilayah limitasi dengan
kesesuaian lahan rendah – sangat rendah yang tidak layak untuk dijadikan wilayah
permukiman, namun dapat dijadikan kawasan lindung.

Kata Kunci: Hantara, pengembangan wilayah permukiman, kemampuan lahan ,


kesesuaian lahan.

ABSTRACT

Population increase in the Hantara and surrounding areas each year has
increased, and the research area is in the highlands. Therefore,it requires the
development of residential areas and the appropriate level of land suitability so as not
to damage the environment in the area. This study aimed to provide recommendations
in the development of settlements in the Hantara and surrounding areas The data that
had been used in this study referred primary data and secondary data by first collecting
information about the research area. This research method is a quantitative method by
conducting statistical analysis, weighting and scoring methods based on classification

307
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 4, No. 4, Agustus 2020: 307-321

(Howard and Remson, 1978) to analyze land capability and land suitability. Based on
the results of the land suitability analysis, the study area is divided into 3 regions,
namely the possibility area, the constraint area, and the limitation area. Based on the
results of data processing, the land suitability score of 93 - 101 is categorized as a
possible area with a high land suitability so that it is very good if used as a residential
area. Then the score 86-93 is categorized as a constraint area with moderate land
suitability so that it can be used as a residential area, but requires engineering
assistance. Scores <78 and 78 - 86 are categorized as areas of limitation with low land
suitability - very low that are not suitable for residential areas, but can be used as
protected areas.

Keywords: Hantara, development of residential areas, land capability, land suitability

1. PENDAHULUAN berikan kepada suatu lahan agar


menjadi layak juga dapat
Peningkatan jumlah diminimalkan jika memang
penduduk di daerah penelitian penempatan wilayah tersebut
dari tahun ke tahun terus sudah sesuai dengan daya
mengalami peningkatan yang dukung lingkungannya.
akan berakibat kepada Dalam Peraturan Daerah
meningkatnya kepadatan Kabupaten Kuningan Nomor 26
penduduk yang di ikuti juga Tahun 2011 tentang Rencana
dengan peningkatan Tata Ruang Wilayah Kabupaten
pertumbuhan permukiman di Kuningan Tahun 2011 – 2031,
sektor permukiman yang di di jelaskan bahwa Kecamatan
perlukan oleh penduduk dan Hantara atau daerah penelitian
daerah penelitian berada di termasuk ke dalam kawasan
dataran tinggi sehingga peruntukan permukiman
membutuhkan pemanfaatan perdesaan karena mengacu
ruang dan tingkat kesesuaian kepada luas kecamatan yang
lahan yang tepat agar tidak kurang lebih 15.879 hektar.
merusak lingkungan pada Berdasarkan uraian diatas,
daerah tersebut. maka dilakukan penelitian
Pemanfaatan ruang yang dalam rangka penyusunan
tidak sesuai dengan daya skripsi dengan judul:
dukung lingkungannya dapat “Kesesuaian Lahan Dalam
mengakibatkan kerusakan Rangka Pengembangan
kawasan yang sangat rentan Permukiman Berdasarkan Aspek
keberadaannya pada sebuah Geologi Lingkungan pada
wilayah seperti daerah resapan Daerah Hantara dan Sekitarnya,
air, kawasan hutan lindung Kecamatan Hantara, Kabupaten
maupun daerah rawan erosi. Kuningan, Provinsi Jawa Barat.“
Mengingat lahan adalah
sumberdaya yang terbatas, maka 2. TINJAUAN PUSTAKA
diperlukan perencanaan ruang
sesuai dengan daya dukung Penelitian ini menggunakan
lingkungannya agar 7 komponen dengan komponen
ketersediaannya dapat di sumber daya geologi dan
maksimalkan dengan efektif dan komponen bahaya geologi
efisien. Perlakuan yang di sebagai dasar untuk penentuan

308
Kesesuaian Lahan Dalam Rangka Pengembangan Permukiman Berdasarkan Aspek Geologi
Lingkungan Daerah Hantara dan Sekitarnya, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan, Provinsi
Jawa Barat (Salman)

zona kemampuan lahan dan perlu diketahui untuk


zona kesesuaian lahan. 7 merencanakan fondasi yang
komponen tersebut adalah: dapat menahan beban
a. Potensi Air Tanah: Analisis bangunan yang akan dibuat.
mengenai potensi air Karakteristik fisik batuan di
permukaan berupa aliran lihat dari kekerasan dan
sungai dan analisis akuifer potensi sebagai akuifer.
untuk mengetahui potensi air Semakin keras dan semakin
tanah di daerah tersebut. berpotensi sebagai akuifer,
Untuk mengetahui data maka tinggi nilai dan
tersebut dapat dilihat dari semakin baik kelas
Peta Hidrogeologi daerah kemampuan lahannya.
penelitian. Dengan d. Gempabumi: Gempa Bumi
mengetahui lokasi daerah adalah akibat dari lepasnya
yang memiliki potensi air energi secara tiba-tiba dalam
tanah sedang-tinggi, kerak bumi yang
pengembangan suatu wilayah menimbulkan gelombang
untuk pemukiman ynag lebih seismik. Gempa Bumi dicatat
baik juga dapat dilakukan, dengan seismograf. Intensitas
karena air merupakan salah atau getarannya diukur
satu hal yang paling utama dengan skala MMI (Modified
dalam pengembangan suatu Mercalli Intensity). Besarnya
wilayah. Potensi air tanah gelombang dari suatu Gempa
ini dilihat dari suatu Bumi secara konvensional
produktivitas akuifernya, dilaporkan yang paling
semakin baik produktivitas sering dicatat menggunakan
akuifernya maka semakin Skala Richter. Jika suatu
tinggi nilai dan semakin baik daerah memiliki potensi
kelas kemampuan lahannya. bencana gempabumi rendah
b. Kemiringan Lereng: maka akan semakin tinggi
Kemiringan lereng suatu nilai dan semakin baik kelas
daerah termasuk ke dalam kemampuan lahannya.
aspek dasar pengembangan e. Kerentanan Gerakan Tanah:
wilayah karena dari Berdasarkan informasi dari
kemiringan lereng dapat Pusat Vulkanologi dan
ditentukan kecocokan dari Mitigasi Bencana Geologi,
kesesuaian daerah tersebut. Gerakan tanah akan terjadi
Kemiringan lereng juga apabila di daerah memiliki
berpengaruh terhadap nilai curah hujan yang tinggi dan
guna lahan, karena semakin erosi yang kuat. Jika suatu
kecil sudut kemiringan daerah memiliki potensi
lereng maka semakin tinggi kerentanan gerakan tanah
nilainya dan semakin baik yang rendah maka akan
kelasnya di karenakan semakin tinggi nilai dan
potensi bencana yang semakin baik kelas
semakin kecil dan dalam kemampuan lahannya.
pembuatan kontruksi f. Drainase: Drainase
bangunan akan lebih aman. merupakan faktor yang
c. Karakteristik Fisik Batuan: penting bagi kawasan
Karakteristik fisik batuan budidaya permukiman

309
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 4, No. 4, Agustus 2020: 307-321

karena diharapkan air hujan


dapat teralirkan menuju arah
hilir dengan kecepatan yang
relatif lambat sehingga tidak
terjadi erosi dan mempunyai
kesempatan meresap serta
tidak menimbulkan genangan
ataupun banjir. Jika suatu
daerah memiliki drainase
yang baik maka akan
semakin tinggi nilai dan
semakin baik kelas 3. METODE
kemampuan lahannya.
g. Curah Hujan: Curah hujan Dalam melaksanakan
merupakan faktor yang penelitian, tahapan yang
penting bagi kawasan dilaksanan adalah tahapan
budidaya permukiman persiapan dan kajian data
karena diharapkan suplai air sekunder.
yang meresap ke dalam tanah
dan batuan serta yang a. Tahap Persiapan dan Kajian
tertampung mengisi sungai Data Sekunder
dan danau agar dapat Dalam kegiatan ini yang
terpenuhi suplai air sebanyak dilakukan adalah tahap
mungkin. Jika suatu daerah persiapan, dilakukan kegiatan
memiliki curah hujan yang yang meliputi pembuatan surat
tinggi maka akan semakin izin, penyusunan rencana kerja.
tinggi nilai dan semakin baik Dalam tahapan kajian data
kelas kemampuan lahannya. sekunder dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang
Tabel 2.1 Parameter Komponen mendukung penelitian. Data-
Sumber Daya Geologi data tersebut diantaranya adalah
peta-peta, laporan penelitian
sebelumnya yang terkait dengan
penelitian.
Analisis ini dilakukan
untuk memperoleh gambaran
tingkat kemampuan lahan untuk
dikembangkan sebagai
permukiman berdasarkan data
sekunder, sebagai acuan bagi
arahan-arahan kesesuaian lahan
pada tahap analisis berikutnya.
Data-data yang dibutuhkan
Tabel 2.2 Parameter Komponen meliputi data geologi, data
Bahaya Geologi hidrogeologi, kerentanan
gerakan tanah, drainase, curah
hujan, kemiringan lereng, dan
aktivitas gempa.
Dalam penentuan daerah
rekomendasi penggunaan lahan
untuk permukiman ini

310
Kesesuaian Lahan Dalam Rangka Pengembangan Permukiman Berdasarkan Aspek Geologi
Lingkungan Daerah Hantara dan Sekitarnya, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan, Provinsi
Jawa Barat (Salman)

digunakan metode tumpang 1. Total skor rata-rata ( ̅


susun (overlay) peta-peta ), dihitung dari total
tematik dari parameter yang skor keseluruhan
digunakan dengan terlebih dibagi dengan
dahulu memberikan bobot dan banyaknya skor, yang
nilai serta skoring pada masing- digunakan rumus :
masing parameter yang
digunakan sesuai dengan ∑
tingkatan pengaruhnya. ̅
Besarnya bobot dan nilai
ditentukan oleh tingkat Dengan ̅ = Total
kepentingan masing-masing skor rata-rata
parameter terhadap tujuan ∑ = Total skor
kesesuaian lahan. Skor adalah n = Jumlah data
hasil perkalian antara bobot dan
nilai. Hasil perkalian antara 2. Standar Deviasi
nilai kemampuan dan bobot
akan menghasilkan nilai
tingkatan kemampuan suatu ∑ ̅

lahan, sebagai contoh dengan
kisaran skor rendah b. Analisis Kesesuaian Lahan
mencerminkan kemampuan Analisis ini bertujuan
lahan yang buruk, sedangkan
menilai tingkat kesesuaian
kisaran skor tinggi
lahan terhadap penggunaan
mencerminkan kemampuan
tertentu dengan tingkat
lahan yang baik.
pengelolaan yang wajar.
Lahan yang teridentifikasi
Tabel 3.1 Penilaian berdasarkan tingkat
sebagai lahan dengan 40
kecocokan lahannya
actor pembatas sedikit lalu
dianalisis berdasarkan
Tingkat Kecocokan Nilai
kriteria tertentu agar
Lahan
diketahui kesesuaian
Sangat Tinggi 5 penggunaannya. Pada peta
Tinggi 4 kesesuaian lahan terbagi
Sedang 3 menjadi 3,yaitu :
Rendah 2 1) Wilayah Kemungkinan, yaitu
Sangat Rendah 1 wilayah dengan tingkat
Tidak Cocok 0 kesesuaian lahan yang baik
untuk dikembangkan sebagai
Dari semua unsur dalam kawasan budidaya
perencanaan suatu lahan permukiman.
dilakukan metoda superimposed 2) Wilayah kendala, yaitu
sehingga dapat diketahui nilai wilayah dengan tingkat
kemampuan lahan di wilayah kesesuaian lahan yang
penelitian. Pada klasifikasi sedang untuk dikembangkan
kemampuan lahan digunakan sebagai kawasan budidaya
metoda statistik, yaitu: Total permukiman karena ada
skor ( ∑ ), dihitung dari beberapa kendala fisik dasar
penjumlahan skor total secara akan tetapi masih dapat
keseluruhan.

311
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 4, No. 4, Agustus 2020: 307-321

ditanggulangi dengan memiliki keterusan sedang,


rekayasa teknologi. dengan penyebaran luas, akuifer
3) Wilayah limitasi, yaitu dengan aliran melalui celahan
wilayah dengan tingkat dan ruang antar butir, akuifer ini
kesesuaian lahan yang buruk memiliki litologi lava. (Skor 20)
untuk dikembangkan sebagai b. Akuifer dengan
kawasan budidaya Produktivitas Kecil (Nilai 2)
permukiman karena memiliki Akuifer jenis ini menempati 35%
potensi bahaya bencana alam daerah penelitian, berada pada
yang tinggi serta merupakan bagian timur hingga timur laut
kawasan resapan air. dan bagian bawah (selatan)
c. Tahap Penyusunan Laporan daerah penelitian. Secara
Setelah seluruh data administratif akuifer jenis ini
yang didapatkan dilakukan diantaranya berada pada Desa
analisis, hasil-hasil analisis Margabakti, Desa Kaliwon, Desa
tersebut disusun dalam Tarikolot. Akuifer ini memiliki
bentuk laporan yang keterusan rendah, dengan
didalamnya termasuk penyebaran setempat berarti,
lampiran peta-peta, baik peta akuifer bercelah atau sarang,
tematik, dan peta kesesuaian akuifer memiliki litologi
lahan. Selain dilampirkan batupasir. (Skor 10)
peta-peta hasil analisis, di c. Akuifer dengan
dalam laporan juga dituliskan Produktivitas Langka (Nilai 1)
rekomendasi untuk Akuifer jenis ini menempati 35%
pengembangan wilayah daerah penelitian, berada pada
permukiman daerah bagian barat daya hingga timur
penelitian. daerah penelitian. Secara
administratif akuifer jenis ini
4. HASIL DAN diantaranya berada pada Desa
PEMBAHASAN Bunigeulis, Desa Babakan, Desa
Tundagan, Desa Cidukuh, Desa
4.1 Potensi Air Tanah Jamburea, Desa Hantara, Desa
Berdasarkan Peta Cikondang, Desa Harjamukti,
Hidrogeologi Regional Desa Tarikolot bawah, Desa
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat Cipeteuy, Desa Pakapasan
keterdapatan sumber daya Girang, Desa Cibodas. Akuifer
airtanah dan produktivitas akuifer jenis ini memiliki keterusan
pada daerah penelitian terdiri umumnya langka, penyebaran tak
atas: berarti, akuifer ini memiliki
a. Akuifer dengan Produktif litologi batuan sedimen
Sedang (Nilai 4) campuran. (Skor 5)
Akuifer jenis ini menempati 30%
daerah penelitian, berada pada 4.2 Kemiringan Lereng
bagian barat hingga barat laut Berdasarkan Peta yang diolah
daerah penelitian. Secara menggunakan software daerah
administratif akuifer jenis ini penelitian dibagi menjadi tiga
berada pada Desa Kertayuga, kelas yaitu:
Desa Puhun, Desa Sindangjawa, a. Perbukitan Sedimen
Desa Margabakti, dan Desa Landai (Nilai 4)
Pahing. Akuifer jenis ini

312
Kesesuaian Lahan Dalam Rangka Pengembangan Permukiman Berdasarkan Aspek Geologi
Lingkungan Daerah Hantara dan Sekitarnya, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan, Provinsi
Jawa Barat (Salman)

Daerah ini memiliki kemiringan Desa Kaliwon, Desa Margabakti,


lereng dengan nilai 2-7%. Daerah Desa Puhun, Desa Pahing, Desa
ini mengisi 25% dari seluruh Sindangjawa, dan Desa Tarikolot.
kavling. Secara administratif Daerah dengan besar nilai
daerah yang memiliki kemiringan kemiringan lereng ini berada
lereng dengan nilai ini pada bagian utara daerah
diantaranya berada pada Desa penelitian. Pada kemiringan
Bunigeulis, Bunigeulis Satu, lereng ini berpotensi tinggi
Bunigeulis Dua, Desa Cidukuh, terjadinya longsor yang
Desa Hantara, Desa Harjamukti, mempunyai litologi sedimen.
Desa Tarikolot. Daerah dengan (Skor 5)
besar nilai kemiringan lereng ini
tersebar pada bagian barat daya 4.3 Karakteristik Fisik Batuan
hingga timur daerah penelitian. Berdasarkan Peta yang
Pada kemiringan lereng ini diolah menggunakan software
berpotensi rendah terjadinya daerah penelitian dibagi menjadi
pelapukan dan erosi pada litologi tiga kelas yaitu:
di daerah tersebut. (Skor 20) a. Lava Andesit (Nilai 5)
b. Perbukitan Sedimen Lava andesit ini menempati 35%
Bergelombang (Nilai 3) daerah penelitian, berada pada
Daerah ini memiliki kemiringan bagian barat hingga utara daerah
lereng dengan nilai 8 - 16%. penelitian. Lava bersifat andesitis
Daerah ini mengisi 25% dari mempunyai kekerasan yang
seluruh kavling. Secara sangat keras dan mempunyai sifat
administratif daerah yang yang meluluskan air yang sangat baik
memiliki kemiringan lereng karena memiliki rekahan. Secara
dengan nilai ini diantaranya administratif akuifer jenis ini
berada pada Desa Babakan, Desa berada pada Desa Kertayuga,
Tundagan, Desa Cibodas, Desa Desa Puhun, Desa Sindangjawa,
Pakapasan Girang, dan Desa Desa Margabakti, dan Desa
Cipeteuy. Daerah dengan besar Pahing, Desa Kaliwon, Desa
nilai kemiringan lereng ini berada Tarikolot, Desa Pakapasan
pada tengah dan bawah bagian Girang. (Skor 25)
barat sampai timur daerah b. Batupasir (Nilai 3)
penelitian. Pada kemiringan Batupasir ini menempati 15%
lereng ini berpotensi sedang daerah penelitian, berada pada
terjadinya pelapukan dan erosi bagian bawah (selatan) daerah
pada litologi yang menyebabkan penelitian. Batupasir perselingan
longsor di daerah tersebut. (Skor batulempung mempunyai tingkat
15) kekerasan yang agak keras dan
c. Perbukitan Vulkanik mempunyai sifat meluluskan air
Curam (Nilai 1) yang baik karena mempunyai
Daerah ini memiliki kemiringan ruang antar butir. Secara
lereng dengan nilai >40%. administratif akuifer jenis ini
Daerah ini mengisi 50% dari berada pada daerah Tundagan.
seluruh kavling. Secara (Skor 15)
administratif daerah yang c. Batulempung (Nilai 2)
memiliki kemiringan lereng Batulempung ini menempati 50%
dengan nilai ini diantaranya daerah penelitian, berada pada
berada pada Desa Kertayuga, bagian tengah (timur – barat)
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 4, No. 4, Agustus 2020: 307-321

daerah penelitian. Batulempung tumpukan barang, dan monumen


perselingan batupasir ini dapat rubuh. Daerah penelitian ini
mempunyai tingkat kekerasan mempunyai jarak yang jauh dari
yang getas – agak keras dan pusat gempabumi dan daerah
mempunyai sifat meluluskan air penelitian ini terletak pada utara
yang agak baik karena pada pusat gempabumi. Berdasarkan
perselingan batulempung dengan parameter tersebut, seluruh
batupasir, batupasirnya masih daerah penelitian memiliki nilai 3
bisa meluluskan air dikarenakan dengan skor 15. (Nilai 3) (Skor
mempunyai ruang antar butir . 15)
Secara administratif akuifer jenis
ini berada pada Desa Hantara, 4.5 Kerentanan Gerakan
Desa Bunigeulis, Desa Tanah
Bunigeulis 1, Desa Cidukuh, Berdasarkan Peta Zona
Desa Cibodas, Desa Pakapasan Kerentanan Gerakan Tanah
Girang, Desa Jamburea, Desa Kabupaten Kuningan, Provinsi
Tundagan, Desa Cikondang, Desa Jawa Barat (Pusat Vulkanologi
Tarikolot dan Desa Harjamukti. dan Mitigasi Bencana Geologi,
(Skor 10) 2009), daerah penelitian terbagi
menjadi 3 kelas yaitu :
4.4 Gempabumi a. Zona Kerentanan Gerakan
Berdasarkan Peta Daerah Tanah Rendah (Nilai 4)
Kawasan Rawan Bencana Daerah ini mempunyai tingkat
Gempabumi Jawa Barat (Pusat kerentanan gerakan tanah rendah
Vulkanologi dan Mitigasi untuk terkena gerakan tanah.
Bencana Geologi, 2014), maka Umumnya pada zona ini jarang
seluruh daerah penelitian terjadi gerakan tanah jika tidak
termasuk dalam Kawasan Rawan mengalami gangguan pada
Bencana Gempabumi Menengah. lereng, dan jika terdapat gerakan
Kawasan ini berpotensi terlanda tanah lama, lereng telah mantap
goncangan gempabumi dengan kembali. Gerakan Tanah
skala intensitas berkisar antara berdimensi kecil mungkin dapat
VII-VIII MMI (Modified terjadi, terutama pada tebing
Mercally Intensity). Berpotensi lembah (alur) sungai. Kisaran
terjadi retakan tanah, pelulukan, kemiringan lereng mulai dari
longsoran pada perbukitan terjal landai (5 - 15%) sampat sangat
atau curam dalam dimensi kecil terjal (50 – 70%), tergantung
masih mungkin terjadi. pada kondisi sifat fisik dan
Bangungan dengan desain dan keteknikan batuan dan tanah
konstruksi yang baik tidak pembentukk lereng. Pada lereng
mengalami kerusakan atau hanya terjal umumnya dibentuk oleh
mengalami kerusakan ringan. tanah pelapukan yang tipis dan
Bangunan dengan struktur biasa vegetasi penutup baik, umumnya
yang dibangun dengan baik berupa hutan atau perkebunan.
mengalami kerusakan ringan Secara administratif, berada pada
hingga menengah. Bangunan Desa Hantara, Desa Cidukuh,
yang dibangun secara tidak baik Desa Harjamukti, Desa
dengan struktur yang buruk dapat Cikondang, Desa Jamburea, Desa
mengalami kerusakan berat. Bunigeulis 1 dan Desa Tundagan.
Dinding pagar, cerobong asap, (Skor 20)
Kesesuaian Lahan Dalam Rangka Pengembangan Permukiman Berdasarkan Aspek Geologi
Lingkungan Daerah Hantara dan Sekitarnya, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan, Provinsi
Jawa Barat (Salman)

b. Zona Kerentanan Gerakan


Tanah Menengah (Nilai 3) 4.6 Drainase
Daerah ini mempunyai tingat Berdasarkan Peta yang diolah
kerentanan menengah untuk menggunakan software daerah
terkena gerakan tanah. Pada zona penelitian dibagi menjadi tiga
ini dapat terjadi gerakan tanah kelas yaitu:
terutama pada daerah yang a. Drainase Baik (Nilai 4)
berbatasan dengan lembah Daerah ini memiliki drainase
sungai, gawir, tebing jalan atau yang baik yang mempunyai nilai
jika lereng mengalami gangguan. kemiringan lereng 2-7% dan
Gerakan tanah lama dapat aktif memiliki litologi batulempung
314 kembali akibat curah hujan yang sehingga sulit menyerap air
tinggi dan erosi kuat. Kisaran hujan. Daerah ini mengisi 25%
kemiringan lereng mulai dari dari seluruh kavling. Secara
landai (5 - 15%) sampai curam administratif daerah yang
hingga hampir tegak (> 70%) memiliki dranasi baik dengan
tergantung pada kondisi sifat fisik nilai ini diantaranya berada pada
dan keteknikan batuan dan tanah Desa Bunigeulis, Bunigeulis
pelapukan pembentuk lereng. Satu, Bunigeulis Dua, Desa
Kondisi penutup vegetasi Cidukuh, Desa Hantara, Desa
umumnya kurang sampai sangat Harjamukti, Desa Tarikolot.
jarang. Secara administratif, (Skor 20)
berada pada Desa Kertayuga, b. Drainase Sedang (Nilai 3)
Desa Sindangjawa, Desa Pahing, Daerah ini memiliki drainase
Desa Puhun, Desa Margabakti, yang sedang yang mempunyai
Desa Kaliwon, Desa Bunigeulis, nilai kemiringan lereng 8-16%
Desa Pakapasan Girang, Disa dan memiliki litologi batupasir
Tarikolot, Desa Cipeteuy, Desa sehingga mudah menyerap air
Tarikolot, dan Desa Walahan. hujan. Daerah ini mengisi 25%
(Skor 15) dari seluruh kavling. Secara
c. Zona Kerentanan Gerakan administratif daerah yang
Tanah Tinggi (Nilai 2) memiliki dranasi sedang dengan
Daerah ini mempunyai tingat nilai ini diantaranya berada pada
kerentanan tinggi untuk terkena Desa Babakan, Desa Tundagan,
gerakan tanah. Pada zona sering Desa Cibodas, Desa Pakapasan
terjadi gerakan tanah, sedangkan Girang, dan Desa Cipeteuy.
gerakan tanah lama dan tanah (Skor 15)
baru masih aktif bergerak akibat c. Drainase Buruk (Nilai 2)
curah hujan yang tinggi dan erosi Daerah ini memiliki drainase
yang kuat. Kisaran kemiringan yang sedang yang mempunyai
lereng mulai dari agak terjal (30 – nilai kemiringan lereng >40%
50%) hingga hampir tegak dan memiliki litologi lava
(>70%) tergantung pada kondisi andesitic yang mempunyai
sifat fisik dan keteknikan batuan rekahan sehingga mudah
dan tanah pelapukan pembentuk menyerap air hujan. Daerah ini
lereng. Kondisi vegetasi penutup mengisi 50% dari seluruh
umumnya sangat kurang. Secara kavling. Secara administratif
administratif, berada pada Desa daerah yang memiliki dranasi
Desa Kertayuga, Desa Pakapasan buruk dengan nilai ini
Girang, Desa Cibodas. (Skor 10) diantaranya berada pada Desa
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 4, No. 4, Agustus 2020: 307-321

Kertayuga, Desa Kaliwon, Desa statistik, yaitu penentuan skor


Margabakti, Desa Puhun, Desa total, skor rata-rata keseluruhan
Pahing, Desa Sindangjawa, dan kemampuan data, dan standar
Desa Tarikolot. (Skor 10) deviasi untuk menentukan
rentang klasifikasi kesesuaian
lahan. Berdasarkan perthitungan
4.7 Curah Hujan yang didapatkan, pembagian
Berdasarkan Data Curah kelas kemampuan lahan adalah
Hujan yang didapat dari kisaran sebagai berikut :
curah hujan pada daerah 1. Nilai skor total > 101,3,
penelitian terdiri atas seluruh termasuk kedalam wilayah
daerah penelitian memiliki dengan tingkat kemampuan
tingkat curah hujan dengan lahan sangat tinggi.
jumlah 2046 - 2451 mm/tahun. 2. Nilai skor total pada rentang
Dengan curah hujan yang 93,5 – 101,3 termasuk 315
tergolong sedikit dalam setahun kedalam wilayah dengan
akan mengurangi resiko bencana tingkat kemampuan lahan
tanah longsor dan wilayah tinggi.
penelitian pun akan dapat 3. Nilai skor total pada rentang
memasok air hujan untuk 85,7 – 93,5 termasuk
cadangan ketersediaan airtanah kedalam wilayah dengan
yang dibutuhkan untuk tingkat kemampuan lahan
keseharian masyarakat di daerah sedang.
Hantara dan sekitarnya. (Nilai 1) 4. Nilai skor total pada rentang
(Skor 4) 77,9 – 85,7 termasuk
kedalam wilayah dengan
4.8 Analisis Kemampuan tingkat kemampuan lahan
Lahan rendah.
Penentuan klasifikasi Nilai skor total < 77,9 termasuk
kesesuaian lahan dilakukan kedalam wilayah dengan tingkat
dengan menggunakan metoda kemampuan lahan sangat rendah
Kesesuaian Lahan Dalam Rangka Pengembangan Permukiman Berdasarkan Aspek Geologi
Lingkungan Daerah Hantara dan Sekitarnya, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan, Provinsi
Jawa Barat (Salman)

Gambar 4.1 Peta Kemampuan Lahan

4.9 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah ini menempati 30%


Pada peta kesesuaian lahan daerah penelitian. Secara
terbagi menjadi tiga wilayah, administratif, berada pada Desa
wilayah kemungkinan, wilayah Tarikolot, Desa Pasir Walahar,
kendala, dan wilayah limitasi. Desa Cipeteuy, Desa Kaliwon,
1. Wilayah Kemungkinan Desa Bunigeulis, dan Bunigeulis
Wilayah ini menempati 40% Satu. Wilayah ini tersebar pada
316 daerah penelitian. Secara bagian tengah, timur laut, selatan,
administratif, berada pada Desa tenggara, dan barat daya daerah
Kertayuga, Desa Puhun, Desa penelitian. Wilayah ini memiliki
Margabakti, Desa Pahing, Desa potensi air tanah dengan
Sindangjawa, Desa Cidukuh, produktivitas akuifer langka –
Desa Jamburea, Desa Hantara, kecil, dengan zona kerentanan
Desa Cikondang, Desa tanah kelas menengah, daya
Harjamukti, dan Desa dukung tanah rendah – sedang,
Tarikolot.Wilayah ini berada dan kemiringan lereng perbukitan
pada bagian barat hingga timur landai – bergelombang, drainase 317
laut dan ditengah – tengah daerah yang buruk – baik. Wilayah ini
penelitian. Wilayah ini memiliki merupakan wilayah yang
potensi air tanah dengan termasuk dalam zona kawasan
produktivitas akuifer sedang- bencana gempabumi kelas
baik, dengan zona kerentanan menengah. Wilayah ini
tanah kelas rendah – sedang , merupakan wilayah yang dapat
daya dukung tanah yang tinggi, dijadikan untuk wilayah
dan kemiringan lereng permukiman, namun dibutuhkan
perbukitan landai – curam, bantuan rekayasa teknologi.
drainase baik dan memiliki curah Wilayah ini memiliki komponen
hujan yang rendah. Wilayah ini sumber daya yang sedang dan
merupakan wilayah yang merupakan daerah yang relatif
termasuk dalam zona kawasan cukup aman dari bahaya bencana
bencana gempabumi kelas gempabumi. Berdasarkan
menengah. Wilayah ini klasifikasi pembobotan (Howard
merupakan wilayah yang dan Remson,1978) serta hasil
direkomendasikan untuk analisis kesuasaian lahan
dijadikan sebagai wilayah (Bombom Rachmat
permukiman dikarenakan Suganda,2017) zona ini termasuk
memiliki komponen sumber daya kedalam klasifikasi Sedang.
yang cukup baik dan merupakan 3. Wilayah Limitasi
daerah yang relatif cukup aman Wilayah ini menempati 30%
dari bahaya bencana gempabumi. daerah penelitian. Secara
Berdasarkan klasifikasi administratif, berada pada Desa
pembobotan (Howard dan Babakan, Desa Tundagan, Desa
Remson,1978) serta hasil analisis Pakapasan Girang, Desa Cibodas.
kesuasaian lahan (Bombom Wilayah ini berada pada bagian
Rachmat Suganda,2017) zona ini timur – timurlaut yang
termasuk kedalam klasifikasi memanjang ke arah barat dan
Sangat Tinggi dan Tinggi. tersebar di daerah bawah
2. Wilayah Kendala penelitian. Wilayah ini memiliki
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 4, No. 4, Agustus 2020: 307-321

potensi air tanah dengan serta pencerdasan terhadap


produktivitas akuifer daerah air masyarakat oleh pemerintah agar
tanah langka,masuk ke dalam tidak melakukan pengembangan
zona kerentanan tanah kelas permukiman dan yang sudah jadi
tinggi, daya dukung tanah rendah, permukiman harus diberi
dan kemiringan lereng perbukitan pengetahuan tentang bahaya
landai - curam. Wilayah ini bencana alam yang bisa melanda
merupakan wilayah yang di wilayah ini. Berdasarkan
termasuk dalam zona kawasan klasifikasi pembobotan (Howard
bencana gempabumi kelas dan Remson,1978) serta hasil
menengah. Kawasan hutan dan analisis kesuasaian lahan
perbukitan yang berada di (Bombom Rachmat
wilayah menjadi wilayah limitasi Suganda,2017) zona ini termasuk
yang tidak di sarankan untuk kedalam klasifikasi Sangat
pengembangan permukiman, Rendah dan Rendah.
sehingga dibutuhkan pengawasan

Gambar 4.2 Peta Kesesuaian Lahan

5. KESIMPULAN DAN (3) wilayah kesesuaian lahan


SARAN dengan skor sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil pengolahan
5.1 Kesimpulan data didapatkan skor
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan 93 – 101
geologi dan perhitungan dengan dikategorikan sebagai wilayah
menggunakan analisis statistik kemungkinan dengan
terhadap kemampuan lahan kesesuaian lahan tinggi
dalam pengembangan kawasan sehingga sangat baik jika
permukiman, maka daerah dijadikan kawasan
318 penelitian dibagi ke dalam tiga permukiman, meskipun ada
Kesesuaian Lahan Dalam Rangka Pengembangan Permukiman Berdasarkan Aspek Geologi
Lingkungan Daerah Hantara dan Sekitarnya, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan, Provinsi
Jawa Barat (Salman)

beberapa daerah yang tanah longsor dan gempabumi.


memiliki kendala pada Wilayah ini menempati 30%
kemiringan lerengnya curam, daerah penelitian.
berada pada zona kerentanan
gerakan menengah dan 5.2 Saran
gempabumi menengah. Daerah penelitian memiliki
Wilayah ini menempati 40% karakteristik yang beragam, baik
daerah penelitian. dari aspek karakteristik fisik
b. Berdasarkan hasil pengolahan batuan yang mendukung daya
data didapatkan skor dukung tanah, kemiringan lereng,
kesesuaian lahan 86 – 93 ketersediaan air tanah, zona
dikategorikan sebagai wilayah kerentanan gerakan tanah,
kendala dengan kesesuaian drainase, dan factor kebancanaan
sedang yang memiliki kendala yang mengancam. Untuk
pada daya dukung tanah, kawasan curam yang tidak
kerentanan gerakan tanah mempunyai daya dukung tanah
menengah, potensi air tanah yang baik, ketersediaan air tanah
kecil serta berada pada yang kecil – langka dan masuk ke
kawasan rawan bencana tanah dalam kawasan zona kerentanan
longsor dan gempa bumi gerakan tanah menengah – tinggi
menengah. Sehingga sebaiknya tidak dijadikan
dibutuhkan rekayasa teknik kawasan permukiman dan bisa
agar dapat dijadikan kawasan dijadikan kawasan konservasi
permukiman. Wilayah ini hutan lindung.
menempati 30% daerah Daerah penelitian termasuk ke
penelitian. dalam kawasan rawan bencana
c. Berdasarkan hasil pengolahan gempabumi menengah. Hal
data didapatkan skor tersebut tentunya akan
kesesuaian lahan <78 dan 78 – berdampak pada kekuatan
86 dikategorikan sebagai infrastruktur serta sarana prasana
wilayah limitasi dengan yang ada di daerah penelitian.
kesesuaian lahan rendah – Salah satu cara untuk
sangat rendah yang kurang menanggulangi hal tersebut
layak untuk di jadikan adalah dengan membangun
kawasan permukiman bangunan dengan konsep tahan
dikarenakan wilayah ini gempa. Untuk membangun
mempunyai kendala pada daya bangunan tahan gempa
dukung tanah yang kurang seharusnya digunakan bahan
kuat, potensi air tanah langka, material yang ringan sehingga
kemiringan lereng yang agak tidak terlalu membahayakan jika
terjal, gerakan tanah runtuh dan juga tidak terlalu
menengah – tinggi, serta membebani struktur yang ada.
berada pada kawasan bencana
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 4, No. 4, Agustus 2020: 307-321

Gambar 5.1 Peta Overlay Kesesuaian Lahan dan Penggunaan Lahan Permukiman

Jika dilihat dari peta overlay Geologi Tata Lingkungan.


kesesuaian lahan dengan penggunaan Kabupaten Kuningan. Peta Hidrogeologi,
lahan pemukiman maka sebagian besar Bersumber dari Peta
wilayah pemukiman yang sudah Hidrogeologi. Tasikmalaya.
dibangun pada daerah penelitian itu Indonesia Lembar. berskala
1:100.000.
sudah tepat karena termasuk ke dalam
Kabupaten Kuningan. 2011-2031. Peta
zona wilayah kemungkinan pada peta Rencana Pola Ruang.
kesesuaian lahan, tetapi ada juga BAPPEDA Kabupaten Kuningan
beberapa permukiman yang sudah Karsyno, Faisal, 2008. Kerangka
dibangun pada wilayah limitasi. Untuk Perencanaan Tata Guna Lahan
permukiman yang sudah terlanjur dan Pengelolaan Lahan
dibangun di wilayah yang termasuk Pertanian. Bogor: Institut
kepada wilayah limitasi, sebaiknya Pertanian Bogor.
pemerintah melakukan penyuluhan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan
tentang kurangnya potensi geologi, ada Nomor 26 Tahun 2011 Tentang
potensi bencana apa saja, mitigasi Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kuningan 2011 –
bencana, evakuasi warga apabila terjadi
2031
bencana alam pada wilayah limitasi dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
agar dimasa yang akan datang tidak Geologi. Peta Zona Kerentanan
melakukan pembangunan pada wilayah Gerakan Tanah, bersumber dari
limitasi tersebut. Peta Zona Kerentanan Gerakan
Tanah Kabupaten Kuningan
DAFTAR PUSTAKA S, Martodjojo., 2003. Evolusi Cekungan
Bogor Jawa Barat Tesis Doktor,
Bakosurtanal, 2000, Peta Rupabumi Pasca Sarjana. ITB Bandung.
Indonesia 1: 25.000 lembar 199-215h.
Kadugede No. 1308 – 444, Badan Satria,Mitra, dan Rahayu,Sri. 2013. Evaluasi
Koordinasi Survey dan Pemetaan Kesesuaian Lahan Pemukiman di
Nasional, Bogor. kota Semarang Bagian Selatan.
Data Curah Hujan Kabupaten Kuningan, Jurnal Teknik PWK Vol 2
Berdasarkan Pusat Air Tanah dan
320
Kesesuaian Lahan Dalam Rangka Pengembangan Permukiman Berdasarkan Aspek Geologi
Lingkungan Daerah Hantara dan Sekitarnya, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan, Provinsi
Jawa Barat (Salman)

Suganda, Bombom, R. 2017. Undang – Undang Republik Indonesia


Pengembangan Kawasan nomor 26, 2007, Penataan
Permukiman dan Kawasan Ruang, Jakarta.
Industri Berdasarkan Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of
Kemampuan Lahan Serta Fasies Indonesia (Vol 1A) : General
Vulkanik Kuarter. Bandung: Geology, Martinus Nijhof, The
Fakultas Teknik Geologi Haque.
Universitas Padjadjaran. Van Zuidam, R. A. (1985). Aerial Photo-
Sulaeman, Cecep dan Omang, Amalfi 2014. Interpretation in Terrain
Peta Kawasan Rawan Bencana Analysis and Geomorphologic
Gempabumi, bersumber dari Mapping. Enschede: Smith
Peta Kawasan Rawan Bencana Publishers.
Gempabumi, Provinsi Jawa Wirosoedarmo,Ruslan, Widiatmono,
Barat berskala 1:500.000, Pusat Jhohanes Bambang Rahadi,
Vulkanologi dan Mitigasi Widyoseno,Yoni., 2014.
Bencana Geologi. Rencana Tata Ruang Wilayah
T Budhitrisna., 1986. Peta Geologi Lembar (RTRW) Berdasarkan Daya
Tasikmalaya, Jawa Barat. Skala Dukung Lingkungan Berbasis
1 : 100.000. Dit. P3G, Dit. Kemampuan Lahan . Agritech,
Geologi dan Sumberdaya Vol. 34, No. 4, November 2.
Mineral, Bandung.

321

Anda mungkin juga menyukai