Anda di halaman 1dari 2

 Kawasan karst memiliki sifat yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan, sehingga

meskipun mutu lingkungan akhirnya dapat diperbaiki, kawasan karst yang sudah terlanjut rusak
akan sulit untuk dikembalikan pada keadaan aslinya.
 Karst adalah bentangalam yang berkembang pada batuan karbonat yang dibentuk dan
dipengaruhi oleh proses pelarutan kimiawi yang dipercepat oleh CO2 baik berasal dari atmosfer
mauoun yang berada di bawah permukaan sebagai hasil dari pembusukan sisa-sisa tumbuhan.
Kadar CO2 asal biogenic umumnya tinggi.
 Jumlah CO2 di permukaan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor: penguapan akar tumbuhan,
aktivitas mikroba, dan banyak sedikitnya fauna invertebrate yang hidup di permukaan tanah.
 CO2 (berasal dari air hujan) membentuk H2CO2 yang sangat reaktif terhadap batugamping atau
batuan karbonat lainnya (CaCO3).
 Reaksi kimia:
H2O + CO2  H2CO3
H2CO3  HCO3 + H+
H2CO3 + CaO  CaCO3 + H2O
CaCO3 + H2O + CO2  Ca(HCO3)2
 Kawasan batuan karbonat yang mengalami karstifikasi dicirikan dengan bentukan-bentukan
morfologi, baik yang ada di permukaan (eksokars) maupun di bawah permukaan (endokars).
 Tata air di kawasan karst sebagian besar dikuasai oleh sistem aliran bawah permukaan yang
membentuk jaringan/saluran/sungai bawah tanah.
 Di daerah tropika lembab, proses pembentukan lapisan tanah (terra rossa) setebal 1m
diperlukan pelarutan pada lapisan batugamping setebal 25m selama 250-750 tahun (Yuan,
1983).
 Besar nilai denudasi dan kecepatan karstifikasi akan berbeda di setiap tempat, tergantung dari
sifat fisik batugamping, proses eksogen, dan endogen yang mempengaruhinya.
 Ketersediaan ait tanah yang dihasilkan batuan karbonat umumnya melebihi jumlah yang dapat
disediakan oleh akuifer jenis lain, hal ini disebabkan porositas pada batugamping merupakan
porositas sekunder sebagai hasil pelarutan dan membentuk saluran-saluran dengan diameter
rongga cukup besar sehingga dapat mengalirkan air dalam volume besar dengan kecepatan
tinggi.
 Menurut Sir MacDonald & Partners (1979) dan Zabier (1983), 40-60% curah hujan yang jatuh di
karst Gunungsewu akan langsung meresap ke dalam tanah, tinggi peresapan ini disebabkan
oleh besarnya permeabilitas batuan sehingga air di daerah sana lebih banyak berada di bawah
permukaan.
 Batugamping mudah larut dalam air yang bersifat asam (mengandung banyak CO2), maka
pembentukan topografi karst, proses eksogen bekerja lebih dominan dibanding proses
endogen. Proses eksogen yang berperan dalam pembentukan topografi karst: pelarutan,
pengikisan oleh air, pengendapan.
 Relief negatif di kawasan karst terbentuk karena adanya erosi atau pelarutan batugamping oleh
air, relief positif merupakan deposisi atau sisa denudasi.
 Setiap morfologi depresi tertutup di lahan karst memiliki tiga komponen:
1. Sistem pengeringan, berupa jaringan porositas terintegrasi dengan permeabilitas tinggi
sehingga setiap aliran yang masuk ke dalam depresi akan meresap ke bawah permukaan.
2. Zona pelarutan, di bawah permukaan.
3. Lapisan penutup/soil, dapat berupa koluvium, endapan glasial/moraina, abu vulkanik, atau
material tidak terkonsolidasi lainnya. Di Gunungsewu, lapisan penutup paling umum
dijumpai adalah terra-rosa.
 dsd

Anda mungkin juga menyukai