Disusun Oleh:
DINA MALINDA (12120521153)
[Date]
1
Seorang filsuf konfusius Cina mengatakan bahwa dibutuhkan tiga unsur yang
menyatu untuk membentuk sebuah negara yang kuat. Tentara yang kuat, pangan
yang cukup, dan kepercayaan yang kuat. Sekitar tahun 1960-an, Indonesia pernah
mengalami menjadi negara yang kuat di bidang tentara dan kepercayaan rakyat.
Meski minus di bidang pangan, saat itu Indonesia mampu merebut Irian Barat dan
memimpin negara-negara nonblok.
Hari ini, Indonesia mempunyai TNI-Polri yang kuat, pangan yang semakin baik,
namun minus kepercayaan rakyat. Indonesia tengah dilanda krisis kepercayaan.
Salah satunya kepercayaan apakah Pancasila sebagai ideologi, sebagai dasar
negara, adalah yang paling pas dan terbaik untuk bangsa Indonesia. Sebagian
rakyat juga tidak percaya Pancasila mampu menjalani fungsinya sebagai alat
permersatu bangsa.
“Pancasila adalah satu alat mempersatu, yang saya yakin seyakin-yakinnya bangsa
Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke hanyalah dapat bersatu padu di atas
dasar Pancasila itu.”
Pancasila Dasar Negara: Kursus Presiden Soekarno tentang Pancasila. Sebuah
buku yang disusun untuk membangun kembali kepercayaan rakyat, bahwa
Pancasila adalah dasar negara yang pas dan baik bagi Indonesia, dengan ilmu yang
benar. Ilmu yang kita dapatkan dari sumber utama, yaitu Bung Karno. Dengan kita
mempelajari kembali, diharapkan dapat mengembangkan Pancasila sesuai dengan
situasi dan kondisi saat ini dan masa yang akan datang.
Seperti yang diungkapkan Bung Karno dalam Kursus (Pendahuluan) Presiden
tentang Pancasila di Istana Negara, tanggal 26 Mei 1958, ““Kejadian-kejadian
yang akhir-akhir ini, Saudara-saudara, membuktikan sejelas-jelasnya bahwa jikalau
tidak di atas dasar Pancasila kita terpecah belah,
membuktikan dengan jelas bahwa hanya Pancasilalah yang dapat
tetapmengutuhkan negara kita, tetap dapat menyelamatkan negara kita.”
[Date]
2
BAB I
PIDATO LAHIRNYA PANCASIA
‘’Pidato Ir.soekarno pada sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai 1 Juni
1945 ‘’
Ma’af, beribu ma’af! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato
mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan
Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka.Menurut anggapan
saya, yang diminta oleh Paduka tuan ketua yang mulia ialah, dalam bahasa
Belanda: “Philosofische grondslag” dari pada Indonesia merdekaPhilosofische
grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat
yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka
yang kekal dan abadi. Hal ini nanti akan saya kemukakan, Paduka tuan Ketua yang
mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberi tahukan kepada
tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan ‘’merdeka”.
[Date]
3
Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata: Tatkala
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati saya banyak
khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang – saya katakan di dalam bahasa asing,
ma’afkan perkataan ini – zwaarwichtig” akan perkara yang kecil-kecil.
“Zwaarwichtig” sampai -kata orang Jawa “jelimet “Jikalau sudah membicarakan
hal yang kecil-kecil sampai njelimet, barulah mereka berani menyatakan
kemerdekaan.
Alangkah berbedanya isi itu! Jikalau kita berkata: Sebelum Negara merdeka,
maka harus lebih dahulu ini selesai, itu selesai, itu selesai, sampai njelimet, maka
saya bertanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal
80% dari rakyatnya terdiri kaum Badui, yang sama sekali tidak mengerti hal ini
atau itu.
[Date]
4
sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah rakyat Musyik yang
lebih dari pada 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari buku-buku
yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, tuan-tuan mengetahui betapa
keadaan rakyat Soviet Rusia pada waktu Lenin mendirikan negara Soviet itu.
Dan kita sekarang di sini mau mendirikan negara Indonesia merdeka. Terlalu
banyak macam-macam soal kita kemukakan!
Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam satu malam, – in one night
only! -, kata Armstrong di dalam kitabnya. Ibn Saud mendirikan Saudi Arabia
merdeka di satu malam sesudah ia masuk kota Riad dengan 6 orang! Sesudah
“jembatan” itu diletakkan oleh Ibn saud, maka di seberang jembatan, artinya
kemudian daripada itu, Ibn Saud barulah memperbaiki masyarakat Saudi arabia.
Orang tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang yang tadinya
bergelandangan sebagai nomade yaitu orang badui, diberi pelajaran oleh Ibn Saud
[Date]
5
jangan bergelandangan, dikasih tempat untuk bercocok-tanam. Nomade dirubah
oleh Ibn Saud menjadi kaum tani–semuanya di seberang jembatan.
[Date]
6
peringkatkan sekali lagi,Indonesia Merdeka,politieke onafhankelijkheid,tidak lain
dan tidak bukan ialah satu jembatan! Jangan Gentar! Jikalau umpamanya kita pada
saat sekarang ini diberikan kesempatan oleh Dai Nippon untuk merdeka, maka
dengan mudah Gunseikan diganti dengan orang yang benama Tjondro Asmoro,
dan Soomubutyoo diganti dengan orang yang bernama Abdul Halim. Jikalau
umpamanya, Butyoo-Butyoo diganti dengan orang-orang indonesia, pada sekarang
ini sebenarnya kita telah mendapat political independence, politiekelijkheid in one
night, di dalam satu malam!
[Date]
7
itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun
dengan bambu runcing, Saudara-saudara, semua siap-sedia mati, mempertahankan
tanah lahir kita Indonesia adalah siap sedia, masak untuk Merdeka.
Ada orang lain yang berkata, ‘’saya sudah berani kawin kalau saya sudah
mempunyai meja satu, kursi empat, lantas satu zitje, lantas satu tempat tidur’’
Ada orang yang lebih berani lagi dari itu, yaitu Saudara-saudara Marhean!
Kalau dia sudah mempunyai gubug saja dengan satu tikar, dengan satu periuk: dia
kawin Marhean dengan satu tikar, satu gubug: kawin. Sang klerk dengan satu meja,
empat kursi, satu zitje, satu tempat tidur: kawin.
[Date]
8
Saudara-saudara, soalnya adalah demikian: kita ini berani merdeka
atau tidak?? Inilah, saudara-saudara sekalian, Paduka tuan ketua yang mulia,
ukuran saya yang terlebih dulu saya kemukakan sebelum saya bicarakan hal-hal
yang mengenai dasarnya satu negara yang merdeka. Saya mendengar uraian P.T
Soetardjo beberapa hari yang lalu, tatkala menjawab apakah yang dinamakan
merdeka, beliau mengatakan: kalau tiap-tiap orang di dalam hatinya telah merdeka,
itulah kemerdekaanSaudara-saudara, jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 milyun
ini lebih dulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita dapat mencapai
political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita belum dapat
Indonesia merdeka
Saya berkata, kalau inipun harus diselesaikan lebih dulu, 20 tahun lagi kita
belum merdeka. Di dalam Indonesia Merdekaitulah kita menyehatkan rakyat kita,
walaupun misalnya tidak dengan kinine, tetapi kita kerahkan segenap masyarakat
kita untuk menghilangkan penyakit malaria dengan menanam ketepeng kerbau Di
dalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya menjadi kuat, di
dalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baiknya. Inilah maksud
saya dengan perkataan, jembatan”. Di seberang jembatan, jembatan emas, inilah,
[Date]
9
baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat,
kekal dan abadi
Tuan-tuan sekalian!
Kita sekarang menghadapi satu saat yang maha penting. Tidakkah kita
mengetahui, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh pembicara, bahwa
sebenarnya international recht, hukum internasional, menggampangkan pekerjaan
kita? Untuk menyusun, mengadakan, mengakui satu negara yang merdeka, tidak
diadakan syarat yang neko-neko, yang menjelimet, tidak! Syaratnya sekadar bumi,
rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah cukup untuk internationalrecht. Cukup,
saudara-saudara. Asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahnya, kemudian
diakui oleh salah satu negara yang lain, yang merdeka, inilah yang sudah bernama:
merdeka. Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak peduli rakyat hebat
ekonominya atau tidak, tidak peduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum
internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya,
ada buminya dan ada pemerintahnya, – sudahlah ia merdeka.
Paduka tuan Ketua yang mulia! Saya mengerti apakah yang paduka tuan
Ketua kehendaki! Paduka tuan Ketua minta dasar, minta philosophischegrondslag
atau, jikalau kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka tuan Ketua
yang mulia meminta suatu “Weltanschauung“, di atas mana kita mendirikan negara
Indonesia itu
Kita melihat dalam dunia ini, bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka,
dan banyak di antara negeri-negeri yang merdeka itu berdiri di atas suatu
[Date]
10
“Weltanschauung”. Hitler mendirikan Jermania di atas “national-sozialistische
Weltanschauung“, – filsafatnasional-sosialisme telah menjadi dasar negara
Jermania yang didirikan oleh Adolf Hitler itu. Lenin mendirikan negara Soviet di
atas satu “Weltanschauung”, yaitu Marxistische, Historisch-materialistische
Weltanschaung.Nippon mendirikan negara negara dai Nippon di atas satu
“Weltanschauung“, yaitu yang dinamakan “Tennoo Koodoo Seishin“. Diatas
“Tennoo Koodoo Seishin” inilah negara dai Nippon didirikan. Saudi Arabia, Ibn
Saud, mendirikan negara Arabia di atas satu “Weltanschauung”, bahkan diatas satu
dasar agama, yaitu Islam. Demikian itulah yang diminta oleh paduka tuan Ketua
yang mulia: Apakah “Weltanschauung” kita, jikalau kita hendak mendirikan
Indonesia yang merdeka?
Maka oleh karena itu, sebenarnya tidak benar perkataan anggota yang
terhormat Abikusno, bila beliau berkata, bahwa banyak sekali negara-negara
merdeka didirikan dengan isi seadanya saja, menurut keadaan, Tidak! Sebab
misalnya, walaupun menurut perkataan John Reed: di dalam kitabnya: ”Ten days
that shook the world“, “sepuluh hari yang menggoncangkan dunia” -, walaupun
Lenin mendirikan Soviet-Rusia di dalam 10 hari, tetapi “Weltanschauung“nya, dan
di dalam 10 hari itu hanya sekadar direbut kekuasaan, dan ditempatkan negara baru
itu di atas “Weltanschauung” yang sudah ada. Dari 1895 “Weltanschauung” itu
telah disusun. Bahkan dalam revolutie 1905, Weltanschauung itu “dicobakan”, di
“generale-repetitie-kan”
Lenin di dalam revolusi tahun 1905 telah mengerjakan apa yang dikatakan
oleh beliau sendiri “generale-repetitie” dari pada revolusi tahun 1917. Sudah lama
[Date]
11
sebelum 1917, “Weltanschaung” itu disedia-sediakan, bahkan diikhtiar-ikhtiarkan.
Kemudian, hanya dalam 10 hari, sebagai dikatakan oleh John Reed, hanya dalam
10 hari itulah didirikan negara baru, direbut kekuasaan, ditaruhkan kekuasaan itu di
atas “Weltanschauung” yang telah berpuluh-puluh tahun umurnya itu. Tidakkah
pula Hitler demikian?
Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok merdeka,
tetapi “Weltanschauung“nya telah dalam tahun 1885, kalau saya tidak salah,
dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku tahun 1885, kalau saya tidak salah,
dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku “The three people’s principles” San Min
Chu I, – Mintsu, Minchuan, Min Sheng, – nasionalisme, demokrasi, sosialisme-
telah digambarkan oleh doktor Sun Yat Sen Weltanschauungitu, tetapi baru dalam
tahun 1912 beliau mendirikan negara baru di atas “Weltanschauung” San Min Chu
I itu, yang telah disediakan terdahulu berpuluh-puluh tahun.
[Date]
12
Kita hendak mendirikan negara Indonesia merdeka di atas
“Weltanschauung” apa? Nasional-sosialisme-kah? Marxisme-kah? San Min Chu I-
kah? atau “Weltanschauung” apa?
Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik saudara-saudara yang
bernama kaum kebangsaan yang di sini, maupun saudara-saudara yang dinamakan
kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan yang demikian itulah kita
punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”.
Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan
bangsawan, maupun golongan yang kaya, – tetapi “semua buat semua“. Inilah
salah satu dasar pikiran yang nanti akan saya kupas lagi. Maka, yang selalu
mendengung di dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di
[Date]
13
dalam sidang Dokurutu Zyunbi Tyoosakai ini, akan tetapi sejak tahun 1918, 25
tahun yang lebih, ialah: Dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat negara
Indonesia, ialah dasar kebangsaan
Satu Nationale Staat! Hal ini perlu diterangkan lebih dahulu, meski saya di
dalam rapat besar di Taman Raden Saleh sedikit-sedikit telah menerangkannya.
Marilah saya uraikan lebih jelas dengan mengambil tempoh sedikit: Apakah yang
dinamakan bangsa? Apakah syaratnya bangsa?
Menurut Renan syarat bangsa ialah “kehendak akan bersatu”. Perlu orang-
orangnya merasa diri bersatu dan mau bersatu.
: Ernest Renan menyebut syarat bangsa: “le desir d’etre ensemble“, yaitu
kehendak akan bersatu. Menurut definisi Ernest Renan, maka yang menjadi
bangsa, yaitu satu gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya
bersatu
[Date]
14
Kalau kita lihat definisi orang lain, yaitu definisi Otto Bauer, di dalam
bukunya “Die Nationalitatenfrage”, di situ ditanyakan: “Was ist eine Nation?” dan
jawabnya ialah: “Eine Nation ist eine aus chiksals-gemeinschaft erwachsene
Charaktergemeinschaft”. Inilah menurut Otto Bauer satu natie. (Bangsa adalah satu
persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib)
Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat
dari bumi yang ada di bawah kakinya. Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekedar
melihat orangnya. Mereka hanya memikirkan “Gemeinschaft” nya dan perasaan
orangnya, “lame et desir”. Mereka hanya mengingat karakter, tidak mengingat
tempat, tidak mengingat bumi, bumi yang didiami manusia itu, Apakah tempat itu?
Tempat itu yaitu tanah air. Tanah air itu adalah satu kesatuan. Allah S.W.T
membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat peta dunia, kita
dapat menunjukkan dimana “kesatuan-kesatuan” disitu. Seorang anak kecil pun,
jikalau ia melihat peta dunia, ia dapat menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia
merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan satu kesatuan
gerombolan pulau-pulau diantara 2 lautan yang besar, lautan Pacific dan lautan
Hindia, dan diantara 2 benua, yaitu benua Asia dan benua Australia. Seorang anak
kecil dapat mengatakan, bahwa pulau-pulau Jawa, Sumatera, Borneo, Selebes,
[Date]
15
Halmaheira, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan lain-lain pulau kecil
diantaranya, adalah satu kesatuan. Demikian pula tiap-tiap anak kecil dapat melihat
pada peta bumi, bahwa pulau-pulau Nippon yang membentang pada pinggir Timur
benua Asia sebagai “golf breker” atau pengadang gelombang lautan Pacific, adalah
satu kesatuan.
Anak kecilpun dapat melihat, bahwa tanah India adalah satu kesatuan di
Asia Selatan, dibatasi oleh lautan Hindia yang luas dan gunung Himalaya. Seorang
anak kecil pula dapat mengatakan, bahwa kepulauan Inggris adalah satu kesatuan
Maka manakah yang dinamakan tanah tumpah-darah kita, tanah air kita?
Menurut geopolitik, maka Indonesialah tanah air kita. Indonesia yang bulat, bukan
Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau Ambon
saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan uang ditunjuk oleh Allah S.W.T.
menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera, itulah tanah air kita!
Maka, jikalau saya ingat perhubungan antara orang dan tempat, antara rakyat
dan buminya, maka tidak cukuplah definisi yang dikatakan oeh Ernest Renan dan
Otto Bauer itu. Tidak cukup “le desir d’etre ensembles”, tidak cukup definisi Otto
Bauer “aus schiksalsgemeinschaft erwachsene Charaktergemeinschaft” itu. Maaf
saudara-saudara, saya mengambil contoh Minangkabau, diantara bangsa di
Indonesia, yang paling ada “desir d’entre ensemble”, adalah rakyat Minangkabau,
yang banyaknya kira-kira 2,5 milyun. Rakyat ini merasa dirinya satu keluarga.
Tetapi Minangkabau bukan satu kesatuaan, melainkan hanya satu bahagian kecil
dari pada satu kesatuan! Penduduk Yogyapun adalah merasa “le desir d’etre
ensemble”, tetapi Yogyapun hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan. Di
[Date]
16
Jawa Barat rakyat Pasundan sangat merasakan “le desir d’etre ensemble”, tetapi
Sundapun hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan.
Ke sini lah kita semua harus menuju: mendirikan satu Nationale staat, di atas
kesatuan bumi Indonesia dari Ujung Sumatera sampai ke Irian. Saya yakin tidak
ada satu golongan di antara tuan-tuan yang tidak mufakat, baik Islam maupun
golongan yang dinamakan “golongan kebangsaan’’. Ke sini lah kita harus menuju
semuanya
Bukan Pruisen, bukan Beieren, bukan Sakssen adalah nationale staat, tetapi
seluruh Jermanialah satu nationale staat. Bukan bagian kecil-kecil, bukan Venetia,
bukan Lombardia, tetapi seluruh Italialah, yaitu seluruh semenanjung di Laut
Tengah, yang diutara dibatasi pegunungan Alpen, adalah nationale staat. Bukan
Benggala, bukan Punjab, bukan Bihar dan Orissa, tetapi seluruh segi-tiga Indialah
nanti Saudara-saudara, jangan orang mengira bahwa tiap-tiap negara merdeka
adalah satu nationale staat! harus menjadi nationale staat
Demikian pula bukan semua negeri-negeri di tanah air kita yang merdeka di
jaman dahulu, adalah nationale staat. Kita hanya 2 kali mengalami nationale staat,
[Date]
17
yaitu di jaman Sri Wijaya dan di zaman Majapahit.Di luar dari itu kita tidak
mengalaminationale staat. Saya berkata dengan penuh hormat kepada kita punya
raja-raja dahulu, saya berkata dengan beribu-ribu hormat kepada Sultan Agung
Hanyokrokoesoemo, bahwa Mataram, meskipun merdeka, bukan nationale staat.
Dengan perasaan hormat kepada Prabu Siliwangi di Pajajaran, saya berkata, bahwa
kerajaannya bukan nationale staat. Dengan persaan hormat kepada Prabu Sultan
Agung Tirtayasa, berkata, bahwa kerajaannya di Banten, meskipun merdeka,
bukan satu nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Hasanoedin di
Sulawesi yang telah membentuk kerajaan Bugis, saya berkata, bahwa tanah Bugis
yang merdeka itu bukan nationale staat
Nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah berdiri dijaman Sri
Wijaya dan Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama-sama. Karena
itu, jikalau tuan-tuan terima baik, marilah kita mengambil sebagai dasar Negara
yang pertama: Kebangsaan Indonesia.Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan
kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatera, bukan kebangsaan Borneo,
Sulawesi, Bali, atau lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesi, yang bersama-sama
menjadi dasar satu nationale staat. Maaf, Tuan Lim Koen Hian, Tuan tidak mau
akan kebangsaan? Di dalam pidato Tuan, waktu ditanya sekali lagi oleh Paduka
Tuan fuku-Kaityoo, Tuan menjawab: “Saya tidak mau akan kebangsaan
[Date]
18
BAB II
Saudara-saudara,
[Date]
19
Pancasila sebagai dasar negara digunakan untuk mengatur semua tatanan
kehidupan bangsa dan negara Indonesia.Artinya, segala yang berkaitan dengan
penyelenggaraan ketatanegaraan RI harus berlandaskan pada Pancasila. Selain itu,
artinya juga seluruh peraturan yang berlaku di Indonesia harus berlandaskan
Pancasila.
Fungsi Pancasila
Ada beragam fungsi Pancasila yang harus dipahami oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Adapun beberapa fungsi Pancasila adalah:
2.Kepribadian bangsa
3.Sumber hukum
[Date]
20
5.Toleransi antara pemeluk agama terjaga.
Persatuan Indonesia
[Date]
21
3. Anti kekerasan dalam menyelesaikan masalah atau konflik.
4.Negara berpihak pada mayoritas rakyat jelata yang lemah dan melindungi
setiap warga negara untuk mendapat penghidupan yang layak.
[Date]
22
BAB III
Hal itu sudah saya terangkan kepada saudara – saudara pada kursus saya
yang pertama. Dan memang dengan menyelenggarakan persatuan dan segenap
tenaga revolusioner itulah akhirnya kita pada tangal 17 Agustus 1945 dapat
mengadakan proklamasi kita dan jufa dengan persatuan itu kita dapat
mempertahankan proklamsi itu. Hanya di waktu – waktu yang sejarang ini
persatuan itu terganggu sehingga sewajibnya kita berikhtiar lagi untuk
memperbaiki lagi keretakan – keretakan didalam tubuhnya bangsa Indonesia itu.
[Date]
23
perlu dari golongan proletar, tak perlu dari golongan demokrasi formal, tak perlu
dari golongan sosialis- sosialis dalam arti yang luas. Revolusioner adalah tiap –
tiap orang progresif menghantam imperialisme. Revolusioner adalah tiap -tiap
orang yang hendak mengakhiri kolonialisme dan hendak mengadakan
kemerdekaan nasional. Oleh karena itu adalah progresifnya sejarah. Tidak perlu
seoranf proletar, sebab yang bukan proletar bisa juga revolusione. Sebaliknya ada
contoh proletar tidak revolusioner, tidak perlu demokrasi formal. Sebab yang tidak
demokrasi formal bisa revolusioner. Tidak perlu berangan – angan atau dati
golongan sosialis, dalam arti tang luas. Sebab ada yang sosialis tetapi tidak
revolusioner. Ada yang bukan sosialis tapi revolusioner, sosialis dalam arti luas.
Saya sendiri berpendirian bahwa negara itu tak lain tak bukan ialah
sebenarnya satu organisasi. Dan tegasnya satu organisasi kekuasaan. Satu
machtsorganisatie. Kita bisa mengadakan orgabisasi partai. Dan pasrtai itu
dipimpin oleh segolongan manusia yang dinamakan dewan pemimpin. Demikian
pula kita bisa mengadkan organisasi dari seluruh manusia didalam lingkungan
bangsa yang bernama negara. Dan negara ini dipimpin oleh segolongan manusia
yang dinamakan pemerintah.
[Date]
24
Nama Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata,
yaitu 'panca' yang berarti lima dan 'sila' yang berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh
penting pada masa perjuangan kemerdekaan.
Dalam Pancasila, ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui. Kelima
prinsip yang ada dalam Pancasila tersebut kali pertama dicetuskan oleh Presiden
RI, Soekarno, pada 1 Juni 1945
Adapun lima prinsip yang dijadikan sila dalam Pancasila tersebut ialah
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
[Date]
25
Peran Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa adalah untuk
mempersatukan dan memberi petunjuk masyarakat Indonesia yang majemuk
(beraneka ragam) dalam mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan
Satu di antara ciri bangsa Indonesia adalah memiliki satu ide, cita-cita,
tujuan, dan tekad untuk hidup bersama dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Prinsip kebangsaan tersebut berumber dari Pancasila sebagai asas
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
[Date]
26
BAB IV
KEBANGSAAN
KEBANGSAAN
Saya ikut bergembira bahwa saudara – saudara meski malam ini adalah
malam ini minggu dan di beberapa tempat jakarta hujan, Saudara- saudara toh
memerlukan datang kursus ini.
Malam ini hendak saya kupas sila kebangsaan. Urut-urut yang biasa saya
pakai untuk menyebut kelima sila dari pancasila itu ialah: ketuhanan yang maha
esa: kebangsaan nomor dua perikemanusiaan. Nomor tiga: kedaulatan rakyat
nomor empat: keadilan sosial nomor lima. Ini sekedar urut- urutan kebiasaan saja.
Ada kawan – kawan yang mengambil urut – urutan lain yaitu meletakkan
sila prikemanusiaan sebagai sila yang kedua dan sila kebangsaan sebagai sila
ketiga, bagi saya tidak ada keberatan prinsip untuk mengambil urut – urutan itu.
Saya sendiri biasa meyebut sila kebangsaan itu sebagai sila yang kedua dan
prikemanusia sebagai sila yang ketiga.
Saudara – saudara, saya ulangi bahwa pancasila adalah dasar negara. Hal ini
saya landaskan oleh karena kadang – kadang justru memerlukan paham atau
pendirian kebangsaan. Misalnya dikalangan kaum internasional Marxis, yang
menurut anggapan saya: yang kurang mengerti betul tentang Marxisme. Saya
ulangi, diklangan internasional Marxisme yang menurut anggapan saya kurang
mengerti betul akan Marxisme, ada yang berkata,’’ kebangsaan atau paham
kebangsaaan adalah salah, adalah bertentangan demgan pahaam
internasionalisme.’’ Bertentangan dengan ide persaudaraaan umat manusia
[Date]
27
sedunia. Paham kebangsaan adalag salah satu paham yang salah, paham yang telah
membangunkan pertentangan- pertentangan dalam dunia umat manusia, paham
yang kadang- kadanf sampai menjadi sebab dari perperangan – perangaan’’.
Demikianlah maka mereka yang belum dalam di dalam pengertian tentang
Marxisme itu ada yang menentang hal kebangsaan itu.
Saudara-saudara, saya ulangi bahwa pancasila adalah dasar negara. Hal ini
saya tandaskan oleh karena kadang-kadang justru memerlukan paham atau
pendirian kebangsaan. Misalnya dikalangan kaum internasional Marxis. Yang
menurut anggapan saya; yang kurang mengerti betul tentang Marxis. Saya ulangi,
dikalangan internasional Marxisme yang menurut anggapan saya kurang mengerti
betul akan Marxime, ada yang berkata, “kebangsaan atau paham kebangsaan
adalah salah, adalah bertentangan dengan paham internasionalisme, bertentangan
dengan ide persaudaraan umat manusia sedunia. Paham kebangsaan adalah suatu
paham yang salah, paham yang telah membangunkan pertentangan-pertentangan
dalam dunia umat manusia, paham yang kadang-kadang sampai menjadi sebab dari
peperangan-peperangan.” Demikianlah maka mereka yang belum dalam didalam
pengertian tentang Marxisme itu ada yang yang menentang hal kebanggan itu.
[Date]
28
BAB V
PERIKEMANUSIAAN
PERIKEMANUSIAAN
Malam ini hendak saya kupas, insya Allah, dihadapam saudara - saudara,
sila prikemanusiaan sebagai salah satu yang tidak boleh dipisahkan dari sila yang
lain – lain. Sebagaimana yang telah berulang – ukang saya katakan, panca sila
kelima – lima silanya adalah satu kesatuan yang tak boleh dipisah – pisahkan satu
sama lain yang diambil sekedar sebagian dari padanya.
Pancasila yang tergambara dengan pusat bintang cemerlang atas dasar hitam,
sinar cemerlang abadi dari Ketuhana Yang Mahan Esa. Pohon beringin lambang
kebangsaan. Rantai yang terdiri dari gelang – gelang peresegi dan bundar, persegi
dan bundar yang berdsambung satu sama lain dalam sambungan yang tiada
putusnya perikemanusiaan. Banteng Indonesia, lambang kedaulatan Rakyat. Kapas
dan padi, Lambang kecukupan sandang panga, keadilan sosial.
[Date]
29
Lambang yang demikian telah terpaku didalam kalbu menjadi darah daging
rakyat indonesia dala kecintaan kepada republik, sehingga bencana batin akan
aman besarlah jika dasar negara kita diubah, jikalau dasar negara kita tidak
ditetapkan dan ditenggelamkan, pancasila! Sebab, lambang negara sekaran yang
telah dicintai oleh rakyat indonesia sampai ke plosok- plosok desa itu adalah
lambang yang bersendikan kepada pancasila. Sesuatu perubahan dari dasar negara
membawa perubahan dari pada lambang negara.
Merah – putih dasar bendara kita kita bukan saja sekedar merah lambang
keberanian, putih kesucian. Bukan pula pengertian yang kita miliki beribu- rinub
tahun yang lalu tak kala kita masih menganggungkan matahari dan hulan surya dan
cendera yang waktu itu kita kira bahwa matahari adalah sumber sekalian hal,
demekian para istri matahari yang juga sumber sekalian hal, termasuk didalam
pengagungan kita kepada matahari dan bulan itu yang matahari kita lambangkan
dengan warna merah, bulan kita lambangkan dengan warna putih, sehingga sejak
dari zaman dahulu kita telah memuliakan warna merah dan putih, meskipun belim
berbentuk bendera, tetapi telah dalam ingatan kita, perlambangan kita, merah putih
surya dan cedera, asal dari sekalian alam. Demikianlah pengertian kita beribu –
ribu tahun yang lalu sekedar itu saudara – saudara, demikian saya katakan dibuka
umum beberapa kali, bukan hanya surya dan cendera, bukan hanya merah adalah
keberanian, putih adalah pula lambang terjadinya manusia. Maaf jika boleh saya
katakan, merah lambang wanita putih lambang pria.
[Date]
30
tidak terputus- putus. Orang beranak kemudia bercucu kemudia berbuyut, kemudin
ber-udek-udek. Tiada terputusnya ini keten, ini rantai. Bukan sekedar demikian,
tetapi rantai yang kita lukiskan diatas perisai sang garuda Indonesia inin juga
melukiskan hubungan antara bangsa dengan bangsa.
Kita maksudkan bahwa kita dari republik Indonesia merasakan bahwa kita
ini bukanlah satu bangsa yang berdiri sendiri, tetapi adalah satu bangsa dalam
keluarga bangsa- bangsa.
[Date]
31
BAB VI
KEDAULATAN RAKYAT
KEDAULATAN RAKYAT
Ini malam diminta kepada saya untuk memberi kursus tentang sila keempat,
kedaulatan rakyat. Didalam beberapa pidato saya telah pernah saya katakan bahwa
tehnis kedaulatan rakyat atau dalam bahsa asing democratie, sekedar satu alat, alat
untuk mencapai sesuatu tujuan. Teknis tujuannya ialah satu masyarakat yang
berbentuk suatu hal, entah masyarakat kapitalis, kapitalistis, entah masyarakat
sosialistis, entahh masyarakat apa.
Kemudian, jika tujuan ini telah ditentukan maka salah satu alat untuk
mencapai masyarakat itu adalah demokrasi. Jangan lupa, saya sekali lagi berkata,
teknis secara alat. Perkataan teknis berarti penggunaan alat- alat. Bahwa demokrasi
teknis adalah alat mencapai sesuatu tujuan hal itu pernah saya katakan didalam
beberapa pidato saya.
Didalam alam pikirann dan perasaan yang demikian kitu, maka demokrasi,
dus, bagi kita bukan sekedar satu alat teknis saja, tetapi satu geloof, suatu
kepercaayn dalam usaha dalam mencapai bentuk masyarakat sebagai yang kita
[Date]
32
cita- citakan. Bahkan segala perbuatan- perbuatan yang kita mengenal hidup
bersama, dalam sila jawa hidup bebrayan kita selalu hendak berdiri diatas dasar
kekeluargaan, diatas dasar musyawarah, diatas dasar demokrasi, diatas dasar yang
kita namakan kedaulatan rakyat.
Oleh karena itulah bagi kita bangsa indonesia, demokrasi atau kedaulatan
rakyat mempunyai corak nasional, satu corak keperibadian kita, suatu corak yang
dus tidak perlu sama dengan corak demokrasi yang dipergunakan oleh bangsa-
bangsa lain sebagai alat teknis. Artinya demokrasi kita adalah demokrasi
Indonesia, demokrasi yang disebutkan sebagai sila keempat itu adalah demokrasi
yang membawa corak kepribadian bangsa indonesia itu sendiri. Tidak perlu ‘’
identik ‘’ artinya sama dengan demokrasi yang dijalankan oleh bangsa – bangsa
lain.
Behubungan dengan inilah maka didalam waktu yang akhir- akhir ini saya
dengan hati dengan tetap dan yakin, berani mengatakan janganlah demokrasi kita
yaitu demokrasi jiplakan. Janganlah demokrasi kita yang kita jalankan itu
demokrasi jiplakan dari, entah eropa barat, Amerika, entah negara lain. Bahkan
saya dalam waktu yang akhir- akhir berani menegaskan, demokrasi Indonesia
adalah demokrasi terpimpin.
[Date]
33
BAB VII
Tadinya saya menyutujui benar, dan sekarang tetap menyetujui bener adanya
seminar ini, oleh karena pihak penyelenggara,pihak pengambil inisiatif telah
menekan kan kepada saya bahwa didalam sesuatu seminar tidak diperdebatkan
lagi apa yang diseminarkan. Memang demikianlah, sesautu seminar tidak
memperdebatkan lagi apa yang diseminarkan, melainkan sekedar memperdalam
dan memperkaya apa yang diseminarkan itu.
Marilah saya mendongeng terlebih dahulu asal mulanya kita sampai kepada
persoalan penyelenggara demokrasi terpimpin. Saudara – saudara mengetahui
bahwa saya didalam pidato – pidato saya selalu mengemukakakan bahwa revolusi
kita ini bermuka dua- bukan bermuka dua secara palsu, tetapi bermuka dua laksana
sebuah uang- muka sini dan muka sini, yang dua muka itu tak dapat dipisahkan
satu dari yang lain. Muka dua yaitu muka politik dan muka sosial. Muka politik
ialah untuk mencapai satu negara kesatuan Republik Inodenesia yang berwilayah
yang berkekuasaan dari sabang sampai marakuke, berdaulat penuh setus persen.
Muka sosial untuk didalam republik itu mengadak suatu masyarakat adil dan
makmur.
[Date]
35
[Date]
36