Anda di halaman 1dari 36

Mata kuliah Dosen Pengampu

PANCASILA KOTA RAJA M.Pd

‘’Pancasila Sebagai Dasar Negara’’

Disusun Oleh:
DINA MALINDA (12120521153)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
2021 / 2022

[Date]
1
Seorang filsuf konfusius Cina mengatakan bahwa dibutuhkan tiga unsur yang
menyatu untuk membentuk sebuah negara yang kuat. Tentara yang kuat, pangan
yang cukup, dan kepercayaan yang kuat. Sekitar tahun 1960-an, Indonesia pernah
mengalami menjadi negara yang kuat di bidang tentara dan kepercayaan rakyat.
Meski minus di bidang pangan, saat itu Indonesia mampu merebut Irian Barat dan
memimpin negara-negara nonblok.
Hari ini, Indonesia mempunyai TNI-Polri yang kuat, pangan yang semakin baik,
namun minus kepercayaan rakyat. Indonesia tengah dilanda krisis kepercayaan.
Salah satunya kepercayaan apakah Pancasila sebagai ideologi, sebagai dasar
negara, adalah yang paling pas dan terbaik untuk bangsa Indonesia. Sebagian
rakyat juga tidak percaya Pancasila mampu menjalani fungsinya sebagai alat
permersatu bangsa.
“Pancasila adalah satu alat mempersatu, yang saya yakin seyakin-yakinnya bangsa
Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke hanyalah dapat bersatu padu di atas
dasar Pancasila itu.”
Pancasila Dasar Negara: Kursus Presiden Soekarno tentang Pancasila. Sebuah
buku yang disusun untuk membangun kembali kepercayaan rakyat, bahwa
Pancasila adalah dasar negara yang pas dan baik bagi Indonesia, dengan ilmu yang
benar. Ilmu yang kita dapatkan dari sumber utama, yaitu Bung Karno. Dengan kita
mempelajari kembali, diharapkan dapat mengembangkan Pancasila sesuai dengan
situasi dan kondisi saat ini dan masa yang akan datang.
Seperti yang diungkapkan Bung Karno dalam Kursus (Pendahuluan) Presiden
tentang Pancasila di Istana Negara, tanggal 26 Mei 1958, ““Kejadian-kejadian
yang akhir-akhir ini, Saudara-saudara, membuktikan sejelas-jelasnya bahwa jikalau
tidak di atas dasar Pancasila kita terpecah belah,
membuktikan dengan jelas bahwa hanya Pancasilalah yang dapat
tetapmengutuhkan negara kita, tetap dapat menyelamatkan negara kita.”

[Date]
2
BAB I
PIDATO LAHIRNYA PANCASIA
‘’Pidato Ir.soekarno pada sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai 1 Juni
1945 ‘’

Pidato, 1 Juni 1945

Paduka Tuan Ketua Yang mulia!

Sesudah tiga hari berturut – turut anggota – anggotanya Dokuritsu zyunbi


Tyoosakai mengeluarkan pendapat – pendapatnya, maka sekarang saya
mendapatkan kehormatan dari paduka Tuan yang mulia untuk mengemukakan pula
pendapat saya. Saya akan menetapi permintaan Paduka Tuan Ketua yang mulia.
Apakah permintaaan Paduka? Paduka Tuan Ketua yang minta kepada sidang
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka.
Dasar ini nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.

Ma’af, beribu ma’af! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato
mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan
Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka.Menurut anggapan
saya, yang diminta oleh Paduka tuan ketua yang mulia ialah, dalam bahasa
Belanda: “Philosofische grondslag” dari pada Indonesia merdekaPhilosofische
grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat
yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka
yang kekal dan abadi. Hal ini nanti akan saya kemukakan, Paduka tuan Ketua yang
mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberi tahukan kepada
tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan ‘’merdeka”.

Merdeka buat saya ialah: “political independence, politieke


onafhankelijkheid. Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid?

[Date]
3
Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata: Tatkala
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati saya banyak
khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang – saya katakan di dalam bahasa asing,
ma’afkan perkataan ini – zwaarwichtig” akan perkara yang kecil-kecil.
“Zwaarwichtig” sampai -kata orang Jawa “jelimet “Jikalau sudah membicarakan
hal yang kecil-kecil sampai njelimet, barulah mereka berani menyatakan
kemerdekaan.

Tuan-tuan yang terhormat! Lihatlah di dalam sejarah dunia, lihatlah kepada


perjalanan dunia itu.

Banyak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah


kemerdekaan negara-negara itu satu sama lain! samakah derajatnya negara-negara
yang merdeka itu? Jermania merdeka, Saudi Arabia merdeka, Iran merdeka,
Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika merdeka, Inggris merdeka, Rusia
merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya merdeka, tetapi bandingkanlah
isinya!

Alangkah berbedanya isi itu! Jikalau kita berkata: Sebelum Negara merdeka,
maka harus lebih dahulu ini selesai, itu selesai, itu selesai, sampai njelimet, maka
saya bertanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal
80% dari rakyatnya terdiri kaum Badui, yang sama sekali tidak mengerti hal ini
atau itu.

Bacalah buku Armstrong yang menceriterakan tentang Ibn Saud! Di situ


ternyata, bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia, rakyat
Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil perlu minum bensin.
Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui
di Saudi Arabia itu!! Toch Saudi Arabia merdeka!

Lihatlah pula – jikalau tuan-tuan kehendaki contoh yang lebih hebat –


Soviet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Soviet, adakah rakyat soviet

[Date]
4
sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah rakyat Musyik yang
lebih dari pada 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari buku-buku
yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, tuan-tuan mengetahui betapa
keadaan rakyat Soviet Rusia pada waktu Lenin mendirikan negara Soviet itu.

Dan kita sekarang di sini mau mendirikan negara Indonesia merdeka. Terlalu
banyak macam-macam soal kita kemukakan!

Maaf, P. T. Zimukyokutyoo! Berdirilah saya punya bulu, kalau saya


membaca tuan punya surat, yang minta kepada kita supaya dirancangkan sampai
njelimet hal ini dan itu dahulu semuanya! Kalau benar semua hal ini harus
diselesaikan lebih dulu, sampai njelimet, maka saya tidak akan mengalami
Indonesia Merdeka, tuan tidak akan mengalami Indonesia merdeka, kita semuanya
tidak akan mengalami Indonesia merdeka, – sampai di lobang kubur!

(Tepuk tangan riuh)

Saudara-saudara! Apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun ’33


saya telah menulis satu risalah, Risalah yang bernama, mencapai Indonesia
Merdeka”. Maka di dalam risalah tahun ’33 itu, telah saya katakan, bahwa
kemerdekaan, politieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak
bukan, ialah satu jembatan emas. Saya katakan di dalam kitab itu, bahwa di
seberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat.

Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam satu malam, – in one night
only! -, kata Armstrong di dalam kitabnya. Ibn Saud mendirikan Saudi Arabia
merdeka di satu malam sesudah ia masuk kota Riad dengan 6 orang! Sesudah
“jembatan” itu diletakkan oleh Ibn saud, maka di seberang jembatan, artinya
kemudian daripada itu, Ibn Saud barulah memperbaiki masyarakat Saudi arabia.
Orang tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang yang tadinya
bergelandangan sebagai nomade yaitu orang badui, diberi pelajaran oleh Ibn Saud

[Date]
5
jangan bergelandangan, dikasih tempat untuk bercocok-tanam. Nomade dirubah
oleh Ibn Saud menjadi kaum tani–semuanya di seberang jembatan.

Adakah Lenin ketika dia mendirikan negara Soviet-Rusia Merdeka, telah


mempunyai Djnepprprostoff (suatu kawasan industri di mana terdapat bendungan
raksasa di sungai Dnepr, dan di situ dibangun stasiun pembangkit tenaga listrik
yang merupakan tulang punggung perindustrian Soviet Rusia (ket. – LSSPI), dam
yang maha besar di sungai Dnepr? Apa ia telah mempunyai radio-station, yang
menyundul ke angkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api cukup, untuk
meliputi seluruh negara Rusia? Apakah tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin
mendirikan Soviet Rusia merdeka telah dapat membaca dan menulis? Tidak, tuan-
tuan yang terhormat! Di seberang jembatan emas yang diadakan oleh Lenin itulah,
Lenin baru mengadakan radio- station, baru mengadakan sekolahan, baru
mengadakan Creche, baru mengadakan Djnepprostoff! Maka oleh karena itu saya
minta kepada tuan-tuan sekalian, janganlah tuan-tuan gentar di dalam hati,
janganlah mengingat bahwa ini dan itu lebih dulu harus selesai dengan njelimet,
dan kalau sudah selesai, baru kita dapat merdeka.

(Tepuk tangan riuh)

Saudara-saudara,kenapa kita sebagai pemimpin rakyat yang mengetahui


sejarah,menjadi zwaarwichtig,menjadi gentar,padahal semboyan Indonesia
Merdeka bukan sekarang saja kita sisrkan?Berpuluh puluh tahun yang lalu,kita
telah menyiarkan semboyan Indonesia Merdeka,bahkan sejak tahun 1932 dengan
nyata nyata kita mempunyai semboyan ‘[22.04, 1/10/2021] Karmila: INDONESIA
MERDEKA SEKARANG’’ Bahkan 3 kali sekarang,yaitu Indonesia
Merdeka,sekarang,sekarang,sekarng!

(Tepuk tangan riuh)

Dan sekarang kita menghadapi kesempatan untuk menyusun Indonesia


Merdeka kok lantas kita zwaarwichtig dan gentar hati! Saudara saudara,saya

[Date]
6
peringkatkan sekali lagi,Indonesia Merdeka,politieke onafhankelijkheid,tidak lain
dan tidak bukan ialah satu jembatan! Jangan Gentar! Jikalau umpamanya kita pada
saat sekarang ini diberikan kesempatan oleh Dai Nippon untuk merdeka, maka
dengan mudah Gunseikan diganti dengan orang yang benama Tjondro Asmoro,
dan Soomubutyoo diganti dengan orang yang bernama Abdul Halim. Jikalau
umpamanya, Butyoo-Butyoo diganti dengan orang-orang indonesia, pada sekarang
ini sebenarnya kita telah mendapat political independence, politiekelijkheid in one
night, di dalam satu malam!

Saudara saudara, pemuda-pemuda yang 2 milyun, semuanya semboyan:


Indonesia Merdeka, sekarang! Jikalau umpamanya belententara Dai Nippon
sekarang menyerahkan urusan negara kepada Saudara-saudara, apakah saudara-
saudara akan menolak, serta berkata mangke rumiyin, tunggu dulu, minta ini dan
itu selesai dulu, baru kita berani menerima urusan negara Indonesia Merseka?

(Seruan: Tidak! Tidak!)

Saudara-saudara, kalau umpamanya pada saat sekarang ini balentetara Dai


Nippon menyeraahkan urusan negara kepada kita, maka kita, maka satu menit pun
kita tidak akan menolak, sekarang pun kita menerima urusan itu, sekarang pun kita
mulai dengan negara Indonesia yang Merdeka

(Tepuk tangan menggemparkan)

Saudara-saudara, tadi saya berkata, ada perbedaan antara Sovyet Rusia,


Saudi Arabia, Inggris, Amerika, dan lain lain tentang isinya. Tetapi ada satu yang
sama, yaitu rakyat Saudi Arabia sanggup mempertahankan negaranya. Musyik-
musyik di Rusia sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Amerika sanggup
mempertahankan negaranya. Rakyat Inggris sanggup mempertahankan negaranya.
Inilah yang menjadi minimum-eis. Artinya, kalau ada kecakapan yang lain, tentu
lebih baik, tetapi manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan
negerinya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa

[Date]
7
itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun
dengan bambu runcing, Saudara-saudara, semua siap-sedia mati, mempertahankan
tanah lahir kita Indonesia adalah siap sedia, masak untuk Merdeka.

(Tepuk tangan riuh)

Cobalah pikirkan hal lain ini dengan memperbandingkannya dengan


manusia. Manusia pun demikian, Saudara-saudara! Ibaratnya, kemerdekaan saya
bandingkan dengan perkawinan. Ada yang berani kawin, lekas berani kawin, ada
yang takut kawin, Ada yang berkata, ‘‘Ah saya belum berani kawin, tunggu dulu
gaji f.500. kalau saya sudah mempunyai rumah gedung, Sudah ada permadani,
sudah ada lampu listrik, sudah mempunyai tempat tidur yang mentul-mentul, sudah
mempunyai meja kursi yang selengkap-lengkapnya, sudah mempunyai sendok-
garpu perak satu kase, sudah mempunyai ini dan itu, bahkan sudah mempunyai
kinder-uitzet, barulah saya berani kawin’’.

Ada orang lain yang berkata, ‘’saya sudah berani kawin kalau saya sudah
mempunyai meja satu, kursi empat, lantas satu zitje, lantas satu tempat tidur’’

Ada orang yang lebih berani lagi dari itu, yaitu Saudara-saudara Marhean!
Kalau dia sudah mempunyai gubug saja dengan satu tikar, dengan satu periuk: dia
kawin Marhean dengan satu tikar, satu gubug: kawin. Sang klerk dengan satu meja,
empat kursi, satu zitje, satu tempat tidur: kawin.

Sang Ndoro yang mempunyai rumah gedung, electrische kookplaat, tempat


tidur, uang bertimbun-timbun: kawin. Belum tentu mana yang lebih gelukkig
belum tentu mana yang lebih bahagia, sang ndoro dengan tempat tidurnya yang
mentul-mentul atau sarinem dan saimun yang hanya mempunyai satu tikar dan satu
periuk, saudara-saudara!

(Tepuk tangan, dan tertawa)

[Date]
8
Saudara-saudara, soalnya adalah demikian: kita ini berani merdeka
atau tidak?? Inilah, saudara-saudara sekalian, Paduka tuan ketua yang mulia,
ukuran saya yang terlebih dulu saya kemukakan sebelum saya bicarakan hal-hal
yang mengenai dasarnya satu negara yang merdeka. Saya mendengar uraian P.T

Soetardjo beberapa hari yang lalu, tatkala menjawab apakah yang dinamakan
merdeka, beliau mengatakan: kalau tiap-tiap orang di dalam hatinya telah merdeka,
itulah kemerdekaanSaudara-saudara, jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 milyun
ini lebih dulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita dapat mencapai
political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita belum dapat
Indonesia merdeka

(Tepuk tangan riuh).

Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita!! Di


dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita! Di dalam
Saudi Arabia Merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu persatu. Di
dalam Soviet-Rusia Merdeka Stalin memerdeka–kan hati bangsa Soviet-Rusia satu
persatu

Saudara-saudara! Sebagai juga salah seorang pembicara berkata: kita bangsa


Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak dysenterie, banyak
penyakit hongerudeem, banyak ini banyak itu. Sehatkan dulu bangsa kita, baru
kemudian merdeka

Saya berkata, kalau inipun harus diselesaikan lebih dulu, 20 tahun lagi kita
belum merdeka. Di dalam Indonesia Merdekaitulah kita menyehatkan rakyat kita,
walaupun misalnya tidak dengan kinine, tetapi kita kerahkan segenap masyarakat
kita untuk menghilangkan penyakit malaria dengan menanam ketepeng kerbau Di
dalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya menjadi kuat, di
dalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baiknya. Inilah maksud
saya dengan perkataan, jembatan”. Di seberang jembatan, jembatan emas, inilah,

[Date]
9
baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat,
kekal dan abadi

Tuan-tuan sekalian!

Kita sekarang menghadapi satu saat yang maha penting. Tidakkah kita
mengetahui, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh pembicara, bahwa
sebenarnya international recht, hukum internasional, menggampangkan pekerjaan
kita? Untuk menyusun, mengadakan, mengakui satu negara yang merdeka, tidak
diadakan syarat yang neko-neko, yang menjelimet, tidak! Syaratnya sekadar bumi,
rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah cukup untuk internationalrecht. Cukup,
saudara-saudara. Asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahnya, kemudian
diakui oleh salah satu negara yang lain, yang merdeka, inilah yang sudah bernama:
merdeka. Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak peduli rakyat hebat
ekonominya atau tidak, tidak peduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum
internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya,
ada buminya dan ada pemerintahnya, – sudahlah ia merdeka.

Janganlah kita gentar, zwaarwichtig, lantas mau menyelesaikan lebih dulu


1001 soal yang bukan-bukan! Sekali lagi saya bertanya: Mau merdeka apa tidak?
Mau merdeka atau tidak?

(Jawab hadirin: Mau!)

Paduka tuan Ketua yang mulia! Saya mengerti apakah yang paduka tuan
Ketua kehendaki! Paduka tuan Ketua minta dasar, minta philosophischegrondslag

atau, jikalau kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka tuan Ketua
yang mulia meminta suatu “Weltanschauung“, di atas mana kita mendirikan negara
Indonesia itu

Kita melihat dalam dunia ini, bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka,
dan banyak di antara negeri-negeri yang merdeka itu berdiri di atas suatu

[Date]
10
“Weltanschauung”. Hitler mendirikan Jermania di atas “national-sozialistische
Weltanschauung“, – filsafatnasional-sosialisme telah menjadi dasar negara
Jermania yang didirikan oleh Adolf Hitler itu. Lenin mendirikan negara Soviet di
atas satu “Weltanschauung”, yaitu Marxistische, Historisch-materialistische
Weltanschaung.Nippon mendirikan negara negara dai Nippon di atas satu
“Weltanschauung“, yaitu yang dinamakan “Tennoo Koodoo Seishin“. Diatas
“Tennoo Koodoo Seishin” inilah negara dai Nippon didirikan. Saudi Arabia, Ibn
Saud, mendirikan negara Arabia di atas satu “Weltanschauung”, bahkan diatas satu
dasar agama, yaitu Islam. Demikian itulah yang diminta oleh paduka tuan Ketua
yang mulia: Apakah “Weltanschauung” kita, jikalau kita hendak mendirikan
Indonesia yang merdeka?

Tuan-tuan sekalian, “Weltanschauung” ini sudah lama harus kita bulatkan di


dalam hati kita dan di dalam pikiran kita, sebelum Indonesia Merdeka datang.
Idealis-idealis di seluruh dunia bekerja mati-matian untuk mengadakan bermacam-
macam “Weltanschauung”, bekerja mati-matian untuk me”realiteitkan”
“Weltanschauung” mereka itu.

Maka oleh karena itu, sebenarnya tidak benar perkataan anggota yang
terhormat Abikusno, bila beliau berkata, bahwa banyak sekali negara-negara
merdeka didirikan dengan isi seadanya saja, menurut keadaan, Tidak! Sebab
misalnya, walaupun menurut perkataan John Reed: di dalam kitabnya: ”Ten days
that shook the world“, “sepuluh hari yang menggoncangkan dunia” -, walaupun
Lenin mendirikan Soviet-Rusia di dalam 10 hari, tetapi “Weltanschauung“nya, dan
di dalam 10 hari itu hanya sekadar direbut kekuasaan, dan ditempatkan negara baru
itu di atas “Weltanschauung” yang sudah ada. Dari 1895 “Weltanschauung” itu
telah disusun. Bahkan dalam revolutie 1905, Weltanschauung itu “dicobakan”, di
“generale-repetitie-kan”

Lenin di dalam revolusi tahun 1905 telah mengerjakan apa yang dikatakan
oleh beliau sendiri “generale-repetitie” dari pada revolusi tahun 1917. Sudah lama

[Date]
11
sebelum 1917, “Weltanschaung” itu disedia-sediakan, bahkan diikhtiar-ikhtiarkan.
Kemudian, hanya dalam 10 hari, sebagai dikatakan oleh John Reed, hanya dalam
10 hari itulah didirikan negara baru, direbut kekuasaan, ditaruhkan kekuasaan itu di
atas “Weltanschauung” yang telah berpuluh-puluh tahun umurnya itu. Tidakkah
pula Hitler demikian?

Di dalam tahun 1933 Hitler menaiki singgasana kekuasaan, mendirikan


negara Jermania di atas National-sozialistische Weltanschauung

Tetapi kapankah Hitler mulai menyediakan dia punya “Weltanschauung”


itu? Bukan di dalam tahun 1933, tetapi di dalam tahun 1921 dan 1922 beliau telah
bekerja, kemudian mengikhtiarkan pula, agar supaya Naziisme ini,
“Weltanschauung” ini, dapat menjelma dengan dia punya “Munschener Putsch“,
tetapi gagal. Di dalam 1933 barulah datang saatnya yang beliau dapat merebut
kekuasaan, dan negara diletakkan oleh beliau di atas dasar “Weltanschauung” yang
telah dipropagandakan berpuluh-puluh tahun itu .Maka demikian pula, jika kita
hendak mendirikan negara Indonesia Merdeka, Paduka tuan ketua, timbullah
pertanyaan: Apakah “Weltanschauung” kita, untuk mendirikan negara Indonesia
Merdeka diatasnya? Apakah nasional-sosialisme? Apakah historisch-materialisme?
Apakah San Min Chu I, sebagai dikatakan doktor Sun Yat Sen?

Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok merdeka,
tetapi “Weltanschauung“nya telah dalam tahun 1885, kalau saya tidak salah,
dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku tahun 1885, kalau saya tidak salah,
dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku “The three people’s principles” San Min
Chu I, – Mintsu, Minchuan, Min Sheng, – nasionalisme, demokrasi, sosialisme-
telah digambarkan oleh doktor Sun Yat Sen Weltanschauungitu, tetapi baru dalam
tahun 1912 beliau mendirikan negara baru di atas “Weltanschauung” San Min Chu
I itu, yang telah disediakan terdahulu berpuluh-puluh tahun.

[Date]
12
Kita hendak mendirikan negara Indonesia merdeka di atas
“Weltanschauung” apa? Nasional-sosialisme-kah? Marxisme-kah? San Min Chu I-
kah? atau “Weltanschauung” apa?

Saudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak


pikiran telah dikemukakan, – macam-macam – , tetapi alangkah benarnya
perkataan dr Soekiman, perkataan Ki Bagoes Hadikoesoemo, bahwa kita harus
mencari persetujuan, mencari persetujuan faham.Kita bersama-sama mencari
persatuan philosophische grondslag, mencari satu “Weltanschauung” yang k i t a
semua setuju. Saya katakan lagi setuju! Yang saudara Yamin setujui, yang Ki
Bagoes setujui, yang Ki Hajar setujui, yang sdr. Sanoesi setujui, yang sdr.
Abikoesno setujui, yang sdr. Lim Koen Hian setujui, pendeknya kita semua
mencari satu modus. Tuan Yamin, ini bukan compromis, tetapi kita bersama-sama
mencari satu hal yang kita ber-sama – sama setujui. Apakah itu?

Pertama-tama, saudara-saudara, saya bertanya: Apakah kita hendak


mendirikan Indonesia merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan?
Mendirikan negara Indonesia merdeka yang namanya saja Indonesia Merdeka,
tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi
kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu
golongan bangsawan?

Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik saudara-saudara yang
bernama kaum kebangsaan yang di sini, maupun saudara-saudara yang dinamakan
kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan yang demikian itulah kita
punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”.

Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan
bangsawan, maupun golongan yang kaya, – tetapi “semua buat semua“. Inilah
salah satu dasar pikiran yang nanti akan saya kupas lagi. Maka, yang selalu
mendengung di dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di

[Date]
13
dalam sidang Dokurutu Zyunbi Tyoosakai ini, akan tetapi sejak tahun 1918, 25
tahun yang lebih, ialah: Dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat negara
Indonesia, ialah dasar kebangsaan

Kita mendirikan satu Negara Kebangsaan Indonesia

Saya minta saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo dan saudara-saudara Islam


lain: Maafkanlah saya memakai perkataan “kebangsaan” ini! Sayapun orang Islam.
Tetapi saya minta kepada saudara- saudara, janganlah saudara-saudara salah faham
jikalau saya katakan bahwa dasar pertama buat Indonesia ialah dasar kebangsaan.
Itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti yang sempit, tetapi saya menghendaki
satu nasionale staat, seperti yang saya katakan dalam rapat di Taman Raden Saleh
beberapa hari yang lalu. Satu Nationale Staat Indonesia bukan berarti staat yang
sempit. Sebagai saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo katakan kemarin, maka tuan
adalah orang bangsa Indonesia, bapak tuanpun adalah orang Indonesia, nenek
tuanpun bangsa Indonesia, datuk-datuk tuan, nenek-moyang tuanpun bangsa
Indonesia. Di atas satu kebangsaan Indonesia, dalam arti yang dimaksudkan oleh
saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo itulah, kita dasarkan negara Indonesia

Satu Nationale Staat! Hal ini perlu diterangkan lebih dahulu, meski saya di
dalam rapat besar di Taman Raden Saleh sedikit-sedikit telah menerangkannya.
Marilah saya uraikan lebih jelas dengan mengambil tempoh sedikit: Apakah yang
dinamakan bangsa? Apakah syaratnya bangsa?

Menurut Renan syarat bangsa ialah “kehendak akan bersatu”. Perlu orang-
orangnya merasa diri bersatu dan mau bersatu.

: Ernest Renan menyebut syarat bangsa: “le desir d’etre ensemble“, yaitu
kehendak akan bersatu. Menurut definisi Ernest Renan, maka yang menjadi
bangsa, yaitu satu gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya
bersatu

[Date]
14
Kalau kita lihat definisi orang lain, yaitu definisi Otto Bauer, di dalam
bukunya “Die Nationalitatenfrage”, di situ ditanyakan: “Was ist eine Nation?” dan
jawabnya ialah: “Eine Nation ist eine aus chiksals-gemeinschaft erwachsene
Charaktergemeinschaft”. Inilah menurut Otto Bauer satu natie. (Bangsa adalah satu
persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib)

Tetapi kemarinpun, tatkala, kalau tidak salah, Prof. Soepomo mensitir


Ernest Renan, maka anggota yang terhormat Mr. Yamin berkata: “verouderd”,
sudah tua. Memang tuan-tuan sekalian, definisi Ernest Renan sudah “verouderd”,
sudah tua. Definisi Otto Bauer pun sudah tua. Sebab tatkala Otto Bauer
mengadakan definisinya itu, tatkala itu belum timbul satu wetenschap baru, satu
ilmu baru, yang dinamakan Geopolitik

Kemarin, kalau tidak salah, saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo, atau


Moenandar, mengatakan tentang “Persatuan antara orang dan tempat” Persatuan
antara orang dan tempat, tuan-tuan sekalian, persatuan antara manusia dan
tempatnya!

Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat
dari bumi yang ada di bawah kakinya. Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekedar
melihat orangnya. Mereka hanya memikirkan “Gemeinschaft” nya dan perasaan
orangnya, “lame et desir”. Mereka hanya mengingat karakter, tidak mengingat
tempat, tidak mengingat bumi, bumi yang didiami manusia itu, Apakah tempat itu?
Tempat itu yaitu tanah air. Tanah air itu adalah satu kesatuan. Allah S.W.T
membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat peta dunia, kita
dapat menunjukkan dimana “kesatuan-kesatuan” disitu. Seorang anak kecil pun,
jikalau ia melihat peta dunia, ia dapat menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia
merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan satu kesatuan
gerombolan pulau-pulau diantara 2 lautan yang besar, lautan Pacific dan lautan
Hindia, dan diantara 2 benua, yaitu benua Asia dan benua Australia. Seorang anak
kecil dapat mengatakan, bahwa pulau-pulau Jawa, Sumatera, Borneo, Selebes,

[Date]
15
Halmaheira, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan lain-lain pulau kecil
diantaranya, adalah satu kesatuan. Demikian pula tiap-tiap anak kecil dapat melihat
pada peta bumi, bahwa pulau-pulau Nippon yang membentang pada pinggir Timur
benua Asia sebagai “golf breker” atau pengadang gelombang lautan Pacific, adalah
satu kesatuan.

Anak kecilpun dapat melihat, bahwa tanah India adalah satu kesatuan di
Asia Selatan, dibatasi oleh lautan Hindia yang luas dan gunung Himalaya. Seorang
anak kecil pula dapat mengatakan, bahwa kepulauan Inggris adalah satu kesatuan

Griekenland atau Yunani dapat ditunjukkan sebagai kesatuan pula, Itu


ditaruhkan oleh Allah S.W.T. demikian rupa. Bukan Sparta saja, bukan Athene
saja, bukan Macedonia saja, tetapi Sparta plus Athene plus Macedonia plus daerah
Yunani yang lain-lain, segenap kepulauan Yunani, adalah satu kesatuan

Maka manakah yang dinamakan tanah tumpah-darah kita, tanah air kita?
Menurut geopolitik, maka Indonesialah tanah air kita. Indonesia yang bulat, bukan
Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau Ambon
saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan uang ditunjuk oleh Allah S.W.T.
menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera, itulah tanah air kita!

Maka, jikalau saya ingat perhubungan antara orang dan tempat, antara rakyat
dan buminya, maka tidak cukuplah definisi yang dikatakan oeh Ernest Renan dan
Otto Bauer itu. Tidak cukup “le desir d’etre ensembles”, tidak cukup definisi Otto
Bauer “aus schiksalsgemeinschaft erwachsene Charaktergemeinschaft” itu. Maaf
saudara-saudara, saya mengambil contoh Minangkabau, diantara bangsa di
Indonesia, yang paling ada “desir d’entre ensemble”, adalah rakyat Minangkabau,
yang banyaknya kira-kira 2,5 milyun. Rakyat ini merasa dirinya satu keluarga.
Tetapi Minangkabau bukan satu kesatuaan, melainkan hanya satu bahagian kecil
dari pada satu kesatuan! Penduduk Yogyapun adalah merasa “le desir d’etre
ensemble”, tetapi Yogyapun hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan. Di

[Date]
16
Jawa Barat rakyat Pasundan sangat merasakan “le desir d’etre ensemble”, tetapi
Sundapun hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan.

Pendek kata, bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekedar satu


golongan orang yang hidup dengan “le desir d’etre ensemblediatas daerah kecil
seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi
bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang, menurut geopolitik yang
telah ditentukan oleh s.w.t,tinggal di kesatuannya semua pulau-pulau Indonesia
dari ujung Utara Sumatra sampai ke Irian!Seluruhnya!, karena antara manusia
70.000.000 ini sudah ada ” le desir d’etre ensemble“, sudah terjadi
“Charaktergemeinschaft“! Natie Indonesia, bangsa Indonesia, ummat Indonesia
jumlah orangnya adalah 70.000.000, tetapi 70.000.000 yang telah menjadi satu,
satu, sekali lagi satu!

(Tepuk tangan hebat).

Ke sini lah kita semua harus menuju: mendirikan satu Nationale staat, di atas
kesatuan bumi Indonesia dari Ujung Sumatera sampai ke Irian. Saya yakin tidak
ada satu golongan di antara tuan-tuan yang tidak mufakat, baik Islam maupun
golongan yang dinamakan “golongan kebangsaan’’. Ke sini lah kita harus menuju
semuanya

Bukan Pruisen, bukan Beieren, bukan Sakssen adalah nationale staat, tetapi
seluruh Jermanialah satu nationale staat. Bukan bagian kecil-kecil, bukan Venetia,
bukan Lombardia, tetapi seluruh Italialah, yaitu seluruh semenanjung di Laut
Tengah, yang diutara dibatasi pegunungan Alpen, adalah nationale staat. Bukan
Benggala, bukan Punjab, bukan Bihar dan Orissa, tetapi seluruh segi-tiga Indialah
nanti Saudara-saudara, jangan orang mengira bahwa tiap-tiap negara merdeka
adalah satu nationale staat! harus menjadi nationale staat

Demikian pula bukan semua negeri-negeri di tanah air kita yang merdeka di
jaman dahulu, adalah nationale staat. Kita hanya 2 kali mengalami nationale staat,

[Date]
17
yaitu di jaman Sri Wijaya dan di zaman Majapahit.Di luar dari itu kita tidak
mengalaminationale staat. Saya berkata dengan penuh hormat kepada kita punya
raja-raja dahulu, saya berkata dengan beribu-ribu hormat kepada Sultan Agung
Hanyokrokoesoemo, bahwa Mataram, meskipun merdeka, bukan nationale staat.
Dengan perasaan hormat kepada Prabu Siliwangi di Pajajaran, saya berkata, bahwa
kerajaannya bukan nationale staat. Dengan persaan hormat kepada Prabu Sultan
Agung Tirtayasa, berkata, bahwa kerajaannya di Banten, meskipun merdeka,
bukan satu nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Hasanoedin di
Sulawesi yang telah membentuk kerajaan Bugis, saya berkata, bahwa tanah Bugis
yang merdeka itu bukan nationale staat

Nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah berdiri dijaman Sri
Wijaya dan Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama-sama. Karena
itu, jikalau tuan-tuan terima baik, marilah kita mengambil sebagai dasar Negara
yang pertama: Kebangsaan Indonesia.Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan
kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatera, bukan kebangsaan Borneo,
Sulawesi, Bali, atau lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesi, yang bersama-sama
menjadi dasar satu nationale staat. Maaf, Tuan Lim Koen Hian, Tuan tidak mau
akan kebangsaan? Di dalam pidato Tuan, waktu ditanya sekali lagi oleh Paduka
Tuan fuku-Kaityoo, Tuan menjawab: “Saya tidak mau akan kebangsaan

[Date]
18
BAB II

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

‘’ kursus ( pendahuluan ) presiden tentamg pancasila diistana negara, tanggal


26 Mei 1958’’

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Saudara-saudara,

Saya diminta untuk memberi kursus mengenai Pancasila. Dan


sebagaimana dikatakan oleh saudara Pamoe Rahardjo tadi, kursus tak dapat selesai
dalam satu uraian. Karena itu, akan diadakan kursus pancasila ini beberapa kali,
dan malam ini akan saya kursus pendahuluan, inleiding.

Saudara mengerti dan mengetahui bahwa Pancasila adalah saya


anggap sebagai dasar dan negara Republik Indonesia. Atau dengan bahasa jerman:
satu weltanschauung di atas mana kita meletakkan Negara Republik Indonesia itu.
Tetapi kecuali Pancasila adalah satu weltanschauung, satu daerah falsafah,
Pancasila adalah satu alat mempersatu, yang saya yakin seyakin-yakinnya bangsa
indonesia dari Sabang sampai merauke hanyalah dapat bersatu padu di atas dasar
Pancasila itu.

Makna Pancasila sebagai dasar negara

1. Sebagai dasar menata negara yang merdeka dan berdaulat

2. Sebagai dasar mengatur penyelenggaraan aparatur negara yang bersih dan


berwibawa. Sehingga akan tercapai tujuan nasional yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea 4

3. Sebagai dasar, arah, dan petunjuk aktivitas perikehidupan bangsa


Indonesia dalam kehidupan sehari-hari

[Date]
19
Pancasila sebagai dasar negara digunakan untuk mengatur semua tatanan
kehidupan bangsa dan negara Indonesia.Artinya, segala yang berkaitan dengan
penyelenggaraan ketatanegaraan RI harus berlandaskan pada Pancasila. Selain itu,
artinya juga seluruh peraturan yang berlaku di Indonesia harus berlandaskan
Pancasila.

Pancasila sebagai dasar negara digunakan untuk mengatur segala tatanan


kehidupan banhsa Indonesia dan mengatur penyelenggaraan negara. Pancasila
dijadikan sebagai dasar negara karena memang sesuai dengan jiwa bangsa
Indonesia.

Fungsi Pancasila

Ada beragam fungsi Pancasila yang harus dipahami oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Adapun beberapa fungsi Pancasila adalah:

1.Sebagai pandangan hidup

2.Kepribadian bangsa

3.Sumber hukum

Dasar negara Indonesia adalah Pancasila, yang masing-masing sila memiliki


arti dan makna. Adapun beberapa makna dalam setiap sila pada Pancasila adalah:

 Ketuhanan Yang Maha Esa

1.Pengakuan eksistensi Tuhan Yang Maha Esa.

2.Negara mengakui keberadaan agama yang berketuhanan dan


membebaskan penduduk untuk memilih agamanya.

3.Negara menjamin penduduk untuk beribadah sesuai agamanya masing-


masing.

4.Kehidupan sosial berlangsung dengan terjaganya kehidupan beragama. 

[Date]
20
5.Toleransi antara pemeluk agama terjaga.

6.Negara hadir ketika timbul konflik antaragama.

 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

1.Setiap manusia Indonesia mengakui dan menghormati adanya martabat


manusia lain.

2.Memanusiakan manusia dan melihat manusia lain sebagai makhluk Tuhan.

3.Menjunjung tinggi prinsip keadilan dalam berhubungan dengan manusia


lain.

4.Menerapkan perilaku yang beradab dan sopan santun dalam berhubungan


sosial. 

 Persatuan Indonesia

1.Setiap manusia Indonesia cinta Tanah Airnya.

2.Memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme.

3.Bersikap dan bertindak dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan


bangsa.

4.Antirasis dan anti diskriminasi.

5.Menjunjung tinggi rasa persaudaraan se-Tanah Air.

6.Ke manapun kaki melangkah, di manapun tubuh berada, jiwanya tetap


merah-putih. 

 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan dan Perwakilan

1.Bersikap pro-dialog, pro-musyawarah, pro-demokrasi.

2.Anti kekerasan dalam menyelesaikan masalah atau konflik.

[Date]
21
3. Anti kekerasan dalam menyelesaikan masalah atau konflik.

4.Mengambil keputusan dengan musyawarah mufakat.

5.Selalu mengambil kebijaksanaan di atas persengketaan atau perbedaan


pendapat.

6.Musyawarah dilandasi dengan kejujuran bersama

 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1.Pemerataan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.Kebijakan berorientasi pada pengurangan kesenjangan masyarakat.

3.Redistribusi kekayaan secara adil kepada masyarakat banyak.

4.Negara berpihak pada mayoritas rakyat jelata yang lemah dan melindungi
setiap warga negara untuk mendapat penghidupan yang layak. 

[Date]
22
BAB III

KETUHANAN YANG MAHA ESA

‘’ Kursus Presiden Soekarno tentang Pancasila di Istana

Negara, tanggal 16 Juni 1958’’

Saudara – saudara sekalian,

Di dalam kursus yang pertama sebagai pendahuluan, saya terangkan kepada


saudara- saudara bahwa perjuangan rakyat Indonesia untuk menumbangkan
Imperialisme tidak boleh lain dari bersifat untuk mempersatukan segenap tenaga –
tenaga revolusioner yang ada dimasyarakat kita. Saya jelaskan pada waktu itu
sebabnya. Sebabnya ialah bahwa kita berhadapan dengan imperialisme Belanda,
yang imperialisme Belanda itu berlainan sifat dari mislanya imperialisme Inggris.
Manakala Imperialisme Inggris adalah terutama sekali satu Imperialisme
oerdagangan- yang saya maksudkan ialah imperialisme inggris yang datang di
India- maka imperislisme Belanda yang datang di Indonesia, terutama sekali
adalah satu imperialisme dari finanza kaiptal. Finanza – kapita yaitu kapital yang
ditanamkan disesuatu tempat berupa perusahaan – perusahaan.

Hal itu sudah saya terangkan kepada saudara – saudara pada kursus saya
yang pertama. Dan memang dengan menyelenggarakan persatuan dan segenap
tenaga revolusioner itulah akhirnya kita pada tangal 17 Agustus 1945 dapat
mengadakan proklamasi kita dan jufa dengan persatuan itu kita dapat
mempertahankan proklamsi itu. Hanya di waktu – waktu yang sejarang ini
persatuan itu terganggu sehingga sewajibnya kita berikhtiar lagi untuk
memperbaiki lagi keretakan – keretakan didalam tubuhnya bangsa Indonesia itu.

Mempersatukan segenap tenaga revolusioner- dan arti perkataan


revolusioner pun di dalam kursuss yang pertama sudah saya jelaskan kepada
Saudara – saudara sayang ulangi dengan singkat, untuk bersifat revolusioner tak

[Date]
23
perlu dari golongan proletar, tak perlu dari golongan demokrasi formal, tak perlu
dari golongan sosialis- sosialis dalam arti yang luas. Revolusioner adalah tiap –
tiap orang progresif menghantam imperialisme. Revolusioner adalah tiap -tiap
orang yang hendak mengakhiri kolonialisme dan hendak mengadakan
kemerdekaan nasional. Oleh karena itu adalah progresifnya sejarah. Tidak perlu
seoranf proletar, sebab yang bukan proletar bisa juga revolusione. Sebaliknya ada
contoh proletar tidak revolusioner, tidak perlu demokrasi formal. Sebab yang tidak
demokrasi formal bisa revolusioner. Tidak perlu berangan – angan atau dati
golongan sosialis, dalam arti tang luas. Sebab ada yang sosialis tetapi tidak
revolusioner. Ada yang bukan sosialis tapi revolusioner, sosialis dalam arti luas.

Saya sendiri berpendirian bahwa negara itu tak lain tak bukan ialah
sebenarnya satu organisasi. Dan tegasnya satu organisasi kekuasaan. Satu
machtsorganisatie. Kita bisa mengadakan orgabisasi partai. Dan pasrtai itu
dipimpin oleh segolongan manusia yang dinamakan dewan pemimpin. Demikian
pula kita bisa mengadkan organisasi dari seluruh manusia didalam lingkungan
bangsa yang bernama negara. Dan negara ini dipimpin oleh segolongan manusia
yang dinamakan pemerintah.

Sebagai dasar Negara (ground norm)-nya bangsa Indonesia, Pancasila telah


terbukti sebagai salah satu media pemersatu dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Melalui kelima sila yang terkandung
didalam Pancasila, menjadikan pondasi kehidupan bernegara di Indonesia menjadi
kokoh terhadap ancaman yang datang baik dari luar maupun dari dalam. Dalam
konteks hukum, khususnya dalam pembentukkan peraturan perundang-undangan,
Pancasila semestinya diletakkan dalam wilayah sumber hukum materiil dari
pembentukkan peraturan perundang-undangan. Semestinya, nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila harus digali secara lebih rinci dalam pembahasan
terhadap landasan filosofis maupun sosiologis dari proses pembentukkan peraturan
perundang-undangan.

[Date]
24
Nama Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata,
yaitu 'panca' yang berarti lima dan 'sila' yang berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh
penting pada masa perjuangan kemerdekaan.

Dalam Pancasila, ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui. Kelima
prinsip yang ada dalam Pancasila tersebut kali pertama dicetuskan oleh Presiden
RI, Soekarno, pada 1 Juni 1945

Adapun lima prinsip yang dijadikan sila dalam Pancasila tersebut ialah
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Nilai-nilai di dalam Pancasila merupakan pedoman normatif yang digunakan


pada setiap kegiatan penyelenggaraan negara.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mempunyai arti bahwa


segala peraturan negara harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia dilegalkan oleh


Instruksi Presiden No.12/1968. Pancasila dijadikan sebagai norma dasar/kaidah
negara yang fundamental. Hal tersebut tercantum dalam alinea keempat UUD RI
tahun 1945.

Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti bahwa Pancasila menjadi


pedoman dalam penyelenggaraan segala norma-norma hukum dan negara.

Pancasila memiliki peran sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.


Pancasila sebagai dasar dari penyelenggaraan kehidupan bernegara merupakan
kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.

[Date]
25
Peran Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa adalah untuk
mempersatukan dan memberi petunjuk masyarakat Indonesia yang majemuk
(beraneka ragam) dalam mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan

Pancasila sebagai dasar negara menjadi tujuan dan cita-cita bangsa


Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia harus memiliki kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, rasa kemanusiaan yang tinggi, bersatu, bermusyawarah,
serta berkeadilan sosial.

Satu di antara ciri bangsa Indonesia adalah memiliki satu ide, cita-cita,
tujuan, dan tekad untuk hidup bersama dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Prinsip kebangsaan tersebut berumber dari Pancasila sebagai asas
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

[Date]
26
BAB IV

KEBANGSAAN

‘’ Kursus presiden Soeksrno Tentang Pancasila Di Istana Neggara,


tanggal 5 Juli 1958’’

KEBANGSAAN

Saudara -saudara sekalian!

Saya ikut bergembira bahwa saudara – saudara meski malam ini adalah
malam ini minggu dan di beberapa tempat jakarta hujan, Saudara- saudara toh
memerlukan datang kursus ini.

Malam ini hendak saya kupas sila kebangsaan. Urut-urut yang biasa saya
pakai untuk menyebut kelima sila dari pancasila itu ialah: ketuhanan yang maha
esa: kebangsaan nomor dua perikemanusiaan. Nomor tiga: kedaulatan rakyat
nomor empat: keadilan sosial nomor lima. Ini sekedar urut- urutan kebiasaan saja.

Ada kawan – kawan yang mengambil urut – urutan lain yaitu meletakkan
sila prikemanusiaan sebagai sila yang kedua dan sila kebangsaan sebagai sila
ketiga, bagi saya tidak ada keberatan prinsip untuk mengambil urut – urutan itu.
Saya sendiri biasa meyebut sila kebangsaan itu sebagai sila yang kedua dan
prikemanusia sebagai sila yang ketiga.

Saudara – saudara, saya ulangi bahwa pancasila adalah dasar negara. Hal ini
saya landaskan oleh karena kadang – kadang justru memerlukan paham atau
pendirian kebangsaan. Misalnya dikalangan kaum internasional Marxis, yang
menurut anggapan saya: yang kurang mengerti betul tentang Marxisme. Saya
ulangi, diklangan internasional Marxisme yang menurut anggapan saya kurang
mengerti betul akan Marxisme, ada yang berkata,’’ kebangsaan atau paham
kebangsaaan adalah salah, adalah bertentangan demgan pahaam
internasionalisme.’’ Bertentangan dengan ide persaudaraaan umat manusia

[Date]
27
sedunia. Paham kebangsaan adalag salah satu paham yang salah, paham yang telah
membangunkan pertentangan- pertentangan dalam dunia umat manusia, paham
yang kadang- kadanf sampai menjadi sebab dari perperangan – perangaan’’.
Demikianlah maka mereka yang belum dalam di dalam pengertian tentang
Marxisme itu ada yang menentang hal kebangsaan itu.

Adapula golongan golongan dari pihak agama,misalnya dari pihak agama


ada orang yanh berkata “ agama tidak mau menerima paham kebangsaan,apabila
agama islam tidak mau menerima paham kebangsaan, agama islam hanya
mengenal umat manusia, maka karena itu umat islam menolak paham kebangsaan.
Di dalam umat islam,siapa pun dan bangsa pun, asal dia taat kepada tuhan, itulah
saudara kita meski kulit nya hitam,meski kulit nya putih,meski kulitnya
kuning,meski kulitnya merah sawo, kami tidak membedakan dri bangsa ke bangsa.

Saudara-saudara, saya ulangi bahwa pancasila adalah dasar negara. Hal ini
saya tandaskan oleh karena kadang-kadang justru memerlukan paham atau
pendirian kebangsaan. Misalnya dikalangan kaum internasional Marxis. Yang
menurut anggapan saya; yang kurang mengerti betul tentang Marxis. Saya ulangi,
dikalangan internasional Marxisme yang menurut anggapan saya kurang mengerti
betul akan Marxime, ada yang berkata, “kebangsaan atau paham kebangsaan
adalah salah, adalah bertentangan dengan paham internasionalisme, bertentangan
dengan ide persaudaraan umat manusia sedunia. Paham kebangsaan adalah suatu
paham yang salah, paham yang telah membangunkan pertentangan-pertentangan
dalam dunia umat manusia, paham yang kadang-kadang sampai menjadi sebab dari
peperangan-peperangan.” Demikianlah maka mereka yang belum dalam didalam
pengertian tentang Marxisme itu ada yang yang menentang hal kebanggan itu.

[Date]
28
BAB V

PERIKEMANUSIAAN

‘’ Kursus Presiden Soekarno tentang Pancasila di Istana Negara,

tanggal 22 Juli 1958’’

PERIKEMANUSIAAN

Saudara – saudara sekalian!

Malam ini hendak saya kupas, insya Allah, dihadapam saudara - saudara,
sila prikemanusiaan sebagai salah satu yang tidak boleh dipisahkan dari sila yang
lain – lain. Sebagaimana yang telah berulang – ukang saya katakan, panca sila
kelima – lima silanya adalah satu kesatuan yang tak boleh dipisah – pisahkan satu
sama lain yang diambil sekedar sebagian dari padanya.

Saudara- saudara lihalah lambang negara kita dibelakang ini. Alangkah


megahnya, alahkah hebat dan cantiknya. Burung Elang Rajawali, garuda yang
sayap kanan dan syap kiri ber-elar 8 buah, tanggal 17 bulan 8, dan yang
berkalungkan perisai yang diatas diperisai itu tergambar pancasila. Yang
dibawahnya tertulis selogan buatan Empu Tantular,’’ bhineka tunggal ika’’,
Bhineka tungga ika, berjenis- jenis tetapi tunggal’’.

Pancasila yang tergambara dengan pusat bintang cemerlang atas dasar hitam,
sinar cemerlang abadi dari Ketuhana Yang Mahan Esa. Pohon beringin lambang
kebangsaan. Rantai yang terdiri dari gelang – gelang peresegi dan bundar, persegi
dan bundar yang berdsambung satu sama lain dalam sambungan yang tiada
putusnya perikemanusiaan. Banteng Indonesia, lambang kedaulatan Rakyat. Kapas
dan padi, Lambang kecukupan sandang panga, keadilan sosial.

[Date]
29
Lambang yang demikian telah terpaku didalam kalbu menjadi darah daging
rakyat indonesia dala kecintaan kepada republik, sehingga bencana batin akan
aman besarlah jika dasar negara kita diubah, jikalau dasar negara kita tidak
ditetapkan dan ditenggelamkan, pancasila! Sebab, lambang negara sekaran yang
telah dicintai oleh rakyat indonesia sampai ke plosok- plosok desa itu adalah
lambang yang bersendikan kepada pancasila. Sesuatu perubahan dari dasar negara
membawa perubahan dari pada lambang negara.

Merah – putih dasar bendara kita kita bukan saja sekedar merah lambang
keberanian, putih kesucian. Bukan pula pengertian yang kita miliki beribu- rinub
tahun yang lalu tak kala kita masih menganggungkan matahari dan hulan surya dan
cendera yang waktu itu kita kira bahwa matahari adalah sumber sekalian hal,
demekian para istri matahari yang juga sumber sekalian hal, termasuk didalam
pengagungan kita kepada matahari dan bulan itu yang matahari kita lambangkan
dengan warna merah, bulan kita lambangkan dengan warna putih, sehingga sejak
dari zaman dahulu kita telah memuliakan warna merah dan putih, meskipun belim
berbentuk bendera, tetapi telah dalam ingatan kita, perlambangan kita, merah putih
surya dan cedera, asal dari sekalian alam. Demikianlah pengertian kita beribu –
ribu tahun yang lalu sekedar itu saudara – saudara, demikian saya katakan dibuka
umum beberapa kali, bukan hanya surya dan cendera, bukan hanya merah adalah
keberanian, putih adalah pula lambang terjadinya manusia. Maaf jika boleh saya
katakan, merah lambang wanita putih lambang pria.

Sekali lagi, saya mengundang saudara- saudara melihat akan indahnya


perkembangan kita dari sila prikemanusiaan diatas prisai itu. Lakik – perempuan,
laki- perempuan, dalam satu rantai yang tidak putus-putus. Tetapi ini rantai
saudara-saudara persegi – bundar, persegi-bundar yang tiada putusnya hubungan
antara laki dan perempuan, dus, tiada putus- putusnya rantai kemanusiaan; manusia
beranak, anak beranak, sang anak ini beranak lagi, sang anak ini berenak lagi, atau
kalau dikembalikan, saudara- saudara sampai berjuataan tahun yang lalu keten ini

[Date]
30
tidak terputus- putus. Orang beranak kemudia bercucu kemudia berbuyut, kemudin
ber-udek-udek. Tiada terputusnya ini keten, ini rantai. Bukan sekedar demikian,
tetapi rantai yang kita lukiskan diatas perisai sang garuda Indonesia inin juga
melukiskan hubungan antara bangsa dengan bangsa.

Kita maksudkan bahwa kita dari republik Indonesia merasakan bahwa kita
ini bukanlah satu bangsa yang berdiri sendiri, tetapi adalah satu bangsa dalam
keluarga bangsa- bangsa.

[Date]
31
BAB VI

KEDAULATAN RAKYAT

‘’ Kursus Presiden Soekarno tentang Pancasila di Istana Negara, tanggal


3 September 1958’’

KEDAULATAN RAKYAT

Saudara – saudara sekalian,

Ini malam diminta kepada saya untuk memberi kursus tentang sila keempat,
kedaulatan rakyat. Didalam beberapa pidato saya telah pernah saya katakan bahwa
tehnis kedaulatan rakyat atau dalam bahsa asing democratie, sekedar satu alat, alat
untuk mencapai sesuatu tujuan. Teknis tujuannya ialah satu masyarakat yang
berbentuk suatu hal, entah masyarakat kapitalis, kapitalistis, entah masyarakat
sosialistis, entahh masyarakat apa.

Kemudian, jika tujuan ini telah ditentukan maka salah satu alat untuk
mencapai masyarakat itu adalah demokrasi. Jangan lupa, saya sekali lagi berkata,
teknis secara alat. Perkataan teknis berarti penggunaan alat- alat. Bahwa demokrasi
teknis adalah alat mencapai sesuatu tujuan hal itu pernah saya katakan didalam
beberapa pidato saya.

Baik demokrasi maupun nasional – sosialisme, maupun ditatur proletariat


adalah alat – alat untuk mencapai sesuatu bentuk masyarakat yang dicita- citakan.
Tetapi didalam cara pemikiran kita, atau lebih tegas lagi dalam cara keyakinan dan
kepercayaan kita, kedaulatan rakyat bukan sekedar alat saja. Kita berfikr dan
berasa bukan sekedar hanya secara teknis, tetapi juga secara kejiwaan secara
fisikologis nasional, secara kekeluargaan.

Didalam alam pikirann dan perasaan yang demikian kitu, maka demokrasi,
dus, bagi kita bukan sekedar satu alat teknis saja, tetapi satu geloof, suatu
kepercaayn dalam usaha dalam mencapai bentuk masyarakat sebagai yang kita

[Date]
32
cita- citakan. Bahkan segala perbuatan- perbuatan yang kita mengenal hidup
bersama, dalam sila jawa hidup bebrayan kita selalu hendak berdiri diatas dasar
kekeluargaan, diatas dasar musyawarah, diatas dasar demokrasi, diatas dasar yang
kita namakan kedaulatan rakyat.

Oleh karena itulah bagi kita bangsa indonesia, demokrasi atau kedaulatan
rakyat mempunyai corak nasional, satu corak keperibadian kita, suatu corak yang
dus tidak perlu sama dengan corak demokrasi yang dipergunakan oleh bangsa-
bangsa lain sebagai alat teknis. Artinya demokrasi kita adalah demokrasi
Indonesia, demokrasi yang disebutkan sebagai sila keempat itu adalah demokrasi
yang membawa corak kepribadian bangsa indonesia itu sendiri. Tidak perlu ‘’
identik ‘’ artinya sama dengan demokrasi yang dijalankan oleh bangsa – bangsa
lain.

Behubungan dengan inilah maka didalam waktu yang akhir- akhir ini saya
dengan hati dengan tetap dan yakin, berani mengatakan janganlah demokrasi kita
yaitu demokrasi jiplakan. Janganlah demokrasi kita yang kita jalankan itu
demokrasi jiplakan dari, entah eropa barat, Amerika, entah negara lain. Bahkan
saya dalam waktu yang akhir- akhir berani menegaskan, demokrasi Indonesia
adalah demokrasi terpimpin.

[Date]
33
BAB VII

KEADILAN SOSIAL, REVOLUSI KEMERDEKAAN PANCASILA

‘’ Amanat Presiden Soekarno Pada Penutup Seminar Pancasila Di


Gedung Istana Jogjakarta, tanggal 20 februari 1959”

KEADILAN SOSIAL, REVOLUSI KEMERDEKAAN PANCASILA

Saudara – saudara hadirin dan hadirat sekalian

Salut kehormatan saya berikan kepada seminar pancasila. Pertama,


kehormatan saya berika kepada seminar itu seluruhnya. Kedua, salut kehormatan
saya berikan kepada kota Jogjakrta yang telah memberi tempat sebaik – baiknya,
dukungan kepada seminar yang pertama ini.

Tadinya saya menyutujui benar, dan sekarang tetap menyetujui bener adanya
seminar ini, oleh karena pihak penyelenggara,pihak pengambil inisiatif telah
menekan kan kepada saya bahwa didalam sesuatu seminar tidak diperdebatkan
lagi apa yang diseminarkan. Memang demikianlah, sesautu seminar tidak
memperdebatkan lagi apa yang diseminarkan, melainkan sekedar memperdalam
dan memperkaya apa yang diseminarkan itu.

Maka, ternyata didalam seminar pancasila, yang telah terjadi di kota


Jogjakrta ini, sebagaimana tadi telah dibaca rumusannya, pancasila tidak
diperdebatkan lagi. Itu membuat hati saya amat gembira oleh karna saya sendiri
telah berulang- ulang berkata bahwa revolusi kita dapat berjalan dengan sebaiknya
terutama sekali ialah oleh karna revolusi kita berdasarkan atas pancasila. Dan
bahwa pancasila itu memag mutiara lima buah yang telah lama terpendam didalam
kalbu bangsa Indonesia tersendiri. Tidak saya sangka bahwa dalam seminar ini
bukan saja secara terbatas pancasila di perdalam dan diperkaya tetapi di bawa-
bawa pula serta sebagai satu bagian inherent dari pancasila, persoalan demikrasi
terpimpin. Bahkan seminar ini memberikan dukungan yang kuat kepada ide
[Date]
34
demokrasi terpimpin. Memimpin petunjuk – petunjuk pula yang berharga
pelaksanaan dari demokrasi terpimpin itu.

Oleh kerena itu baiklah, disamping saya mengucapkan banyak – banyak


terimakasih kepada seminar ini., pada ini malam hendak menceritakan sedikit akan
beberapa hal mengenai pelaksaan demokrasi terpimpin. Kebetulan sekali tadi
tengah hari perdana mentri Djuanda telah mengumumkan bahwa presiden /
panglima tertinggi di Jogjakarta nanti, yaitu sekarang, akan menumumkan
beberapa keputusan beliau yang penting. Inilah tempat yang baik untuk saya
mengumumkan beberapa keputusan saya yang menurut anggapan saya yang
memang keputusan – keputusan.

Marilah saya mendongeng terlebih dahulu asal mulanya kita sampai kepada
persoalan penyelenggara demokrasi terpimpin. Saudara – saudara mengetahui
bahwa saya didalam pidato – pidato saya selalu mengemukakakan bahwa revolusi
kita ini bermuka dua- bukan bermuka dua secara palsu, tetapi bermuka dua laksana
sebuah uang- muka sini dan muka sini, yang dua muka itu tak dapat dipisahkan
satu dari yang lain. Muka dua yaitu muka politik dan muka sosial. Muka politik
ialah untuk mencapai satu negara kesatuan Republik Inodenesia yang berwilayah
yang berkekuasaan dari sabang sampai marakuke, berdaulat penuh setus persen.
Muka sosial untuk didalam republik itu mengadak suatu masyarakat adil dan
makmur.

[Date]
35
[Date]
36

Anda mungkin juga menyukai