Abstract
The purpose of this research was to determine improving the students’ concept mastery, to describe the
purpose of this research was to determine the effectiveness of the project based learning experiment application
to the students’ concept mastery and the students’ performance in rigid body equilibrium course. This research
used One Group Pretest-Posttest Design. The students’ concept mastery was obtained by test instrument used
three-tier test. The students’ performance was conducted by during and after study process used observation
sheet. Data analysis used gain test and t-test one sample. The progress of students’ concept mastery showed
gain factor about 0.708 with high criteria. Gain test for students’ performance in 1 – 3 meeting showed gain
factor about 0.47 with medium criteria. T-test result showed that about 5.31 more than
about 2.03. The implementation of project based learning experiment was effective to improve students’
concept mastery and performance.
PENDAHULUAN
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu Bloom juga mengemukakan bahwa hasil belajar
pengetahuan yang membahas mengenai gejala siswa juga termasuk kedalamnya ranah ranah
alam. Fisika dapat ditampilkan berupa gejala afektif (affective domain), dan ranah
yang nyata, dapat disimulasikan, dan dalam psikomotorik (psychomotoric domain).
bentuk abstrak. Salah satu capaian yang harus Pernyataan ini sesuai dengan Peraturan Menteri
dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran fisika Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun
adalah penguasaan konsep. Pada tinjauan fisika, 2013 tentang implementasi kurikulum yaitu
konsep adalah bagian dari struktur ilmu fisika pendidikan atau pembelajaran akan optimal jika
yang berupa ide atau pengertian yang pendidikan tersebut bersifat sistematik dan
diabstrakkan dari peristiwa konkret ataupun mampu meningkatkan martabat manusia secara
gambaran mental dari suatu objek, proses atau holistik yang memungkinkan perkembangan
apapun (yang ada di luar bahasa) yang dianggap potensi diri baik dalam ranah afektif, kognitif,
benar oleh para ahli fisika dan digunakan maupun psikomotorik. Pada kurikulum 2013,
oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain untuk memaksimalkan hasil belajar siswa
(Linuwih, 2011: 15). digunakan pola pembelajaran siswa aktif yang
Berdasarkan hasil wawancara dengan diperkuat dengan pembelajaran melalui
beberapa guru fisika SMA Negeri 1 Ungaran pendekatan saintifik (scienctific approach).
didapatkan bahwa salah satu konsep yang sulit Pembelajaran melalui pendekatan saintifik
dikuasai oleh siswa adalah materi keseimbangan merupakan proses pembelajaran yang dirancang
benda tegar. Hal ini dikarenakan materi ini sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
membutuhkan operasi matematis secara vektor mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip
serta menggunakan gabungan gerak translasi melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
dan rotasi. Beberapa submateri keseimbangan mengidentifikasi atau menemukan masalah),
benda tegar yang masih sulit dipahami oleh merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
siswa yaitu momen inersia, torsi, dan titik berat. dengan berbagai teknik, menganalisis data,
Pada materi momen inersia, siswa masih menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan
memiliki kesulitan pada penentuan arah dan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan
besar jarak partikel ke posisi sumbu putar. Pada (Machin, 2014: 28).
materi torsi atau momen gaya, siswa masih Penerapan pembelajaran dengan
banyak yang kesulitan dalam menentukan arah pendekatan saintifik dititikberatkan pada
perputaran momen gaya yang digambar secara kegiatan inti pada setiap proses belajar mengajar
manual dalam papan tulis. Pada materi titik yang terdiri dari proses mengamati, menanya,
berat, masih terdapat beberapa siswa yang mengeksplorasi, mengasosiasi, dan
menganggap bahwa titik berat benda selalu mengkomunikasikan. Kegiatan pada model
berada di tengah benda. Padahal tidak semua pendekatan saintifik serupa dengan teori Gagne
benda memiliki titik berat di tengah benda. dan Beliner yaitu belajar merupakan proses di
Apabila masalah ini terus berlanjut maka akan mana individu berubah perilakunya sebagai
mengakibatkan terjadinya miskonsepsi. akibat dari pengalaman (Rifai & Anni, 2012: 66).
Menurut Krathwohl (2002:4), untuk Pengalaman yang dimaksud di sini merupakan
menguasai konsep suatu materi, siswa harus sentuhan langsung antara subjek yaitu siswa
menguasai enam kategori proses kognitif dalam dengan objek atau pelajaran yang diamati.
taksonomi Bloom yaitu mengingat (C1), Melalui proses mengamati dan mengalami
memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis secara langsung, siswa diharap dapat lebih
(C4), mengevaluasi (C5), dan membuat (C6). menguasai konsep yang diberikan serta memiliki
Selain pada ranah kognitif (cognitive domain), kinerja yang terbaik. Menurut Kamus Besar
21
Aufa Maulida Fitrianingrum/ Unnes Physics Education Journal 5 (2) (2016)
Bahasa Indonesia (Alwi, 2005: 570) kinerja 11. Meningkatkan keterampilan manajemen
berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang sumber daya
diperlihatkan, kemampuan kerja.
Salah satu model pembelajaran yang Model pembelajaran project based
dapat menguatkan penguasaan konsep learning dapat dioptimalkan dengan
keseimbangan benda tegar dan kinerja siswa menggunakan metode eksperimen. Metode
adalah model pembelajaran project based eksperimen merupakan proses memecahkan
learning. Pasific Education Institute (2011: 1) masalah melalui kegiatan manipulasi variabel
menyatakan bahwa project based learning adalah dan pengamatan atau pengukuran (Wiyanto,
sebuah model pembelajaran berbasis proyek 2008: 30). Pembelajaran dengan metode
yang melibatkan siswa dalam pembelajaran yang eksperimen berfokus kepada siswa di mana
relevan yang memberikan dampak positif siswa diajak berperan aktif. Metode ini
kepada lingkungan. Siswa mengendalikan proses dimaksudkan agar siswa mengalami sendiri
dan struktur pembelajaran, menerapkannya dalam mencoba sesuatu dan membuktikan
dalam suatu proyek, serta mempresentasikan kebenaran dari hipotesis serta diakhiri dengan
kepada siswa lain terkait masalah yang ada penarikan kesimpulan berdasarkan hasil yang
diangkat. Guru dan siswa berkolaborasi melalui didapat.
proses pembelajaran project based learning. Berdasarkan kajian di atas, maka perlu
Project based learning memiliki berbagai dilakukan penelitian terhadap penerapan project
manfaat yang sangat besar untuk membuat based learning berbasis eksperimen pada materi
pembelajaran siswa menjadi lebih menarik. keseimbangan benda tegar. Langkah-langkah
Beberapa keuntungan yang diungkapkan oleh pembelajaran pada penelitian ini menggunakan
Sumarni (2013: 480 – 482) adalah: gabungan pengembangan dari model
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa pembelajaran project based learning menurut
2. Meningkatkan prestasi akademik siswa Pee & Leong (2005: 4 – 5) dan Daryanto (2014:
3. Meningkatkan kemampuan bekerja sama 28) yang terbentuk dalam suatu model CDIO
4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi (Conceive, Design, Implement, dan Operate)
5. Meningkatkan keterampilan dalam ditambah dengan langkah Evaluate. Langkah-
mengelola sumber belajar Langkah tersebut didukung menggunakan
6. Menciptakan pembelajaran yang Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai alat bantu
menyenangkan dalam proses pembelajaran.
7. Meningkatkan sikap siswa dalam Tujuan penelitian ini adalah untuk (1)
pembelajaran menentukan efektivitas model project based
8. Meningkatkan kretivitas siswa learning berbasis eksperimen pada peningkatan
9. Menurunkan tingkat kecemasan siswa penguasaan konsep keseimbangan benda tegar,
dalam proses pembelajaran dan peningkatan kinerja siswa.
10. Meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah
METODE PENELITIAN
Penerapan project based learning berbasis pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009: 85).
eksperimen dilakukan di SMA Negeri 1 Ungaran Penetapan satu kelas uji dilakukan dengan saran
dengan populasi kelas XI MIPA tahun ajaran dari guru mata pelajaran fisika menggunakan
2015/2016. Sampel pada penelitian ini diambil pertimbangan berdasarkan respon belajar,
menggunakan teknik purposive sampling yang antusiasme, dan partisipasi siswa. Dalam
merupakan teknik penentuan sampel dengan penentuan sampel ini, digunakan pula hasil
22
Aufa Maulida Fitrianingrum/ Unnes Physics Education Journal 5 (2) (2016)
dengan kategori rendah. Hal ini dikarenakan dalam membuat proyek dan menggunakan alat-
siswa baru bertemu guru dan baru alat eksperimen yang siswa butuhkan selama
membiasakan merasakan model pembelajaran pembelajaran.
yang berbeda dari model yang biasa diterapkan Hasil penilaian pembuatan proyek,
oleh guru mata pelajaran fisika sehingga laporan eksperimen, dan presentasi kelompok
membuat kesiapan belajar siswa kurang. Pada menunjukkan hasil seperti yang ditunjukkan
pertemuan ini, keberanian siswa untuk bertanya pada Gambar 3.
masih rendah, siswa masih takut untuk bertanya
pada guru. Siswa yang berani untuk bertanya Sangat
masih sedikit dan siswa bertanya atas dorongan Baik
dari guru.
Pada pertemuan selanjutnya siswa sudah
mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Hal ini ditunjukkan oleh
peningkatan faktor gain menjadi 0,33 dengan
kategori sedang. Guru harus selalu turut aktif
Istimewa
dalam mendorong siswa untuk mampu bertanya,
berdiskusi, dan juga merancang. Guru Gambar 3. Persentase Kinerja Siswa dalam
memberikan dorongan sejak pertemuan Pembuatan Proyek, Laporan Eksperimen, dan
pertama dengan harapan siswa akan termotivasi Presentasi Kelompok
dan lebih mudah dalam mengungkapkan
pendapatnya pada pertemuan selanjutnya Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa rata-
dengan tanpa dorongan dari guru lagi. Selama rata kinerja tidak ada yang dibawah sangat baik.
proses pembuatan proyek baik dalam Kinerja siswa pada hasil proyek dan eksperimen
merancang (design) maupun menerapkan masuk dalam kriteria sangat baik dan istimewa.
(implement), guru memiliki kewajiban untuk Hasil observasi kinerja siswa setelah
mengawasi dan mengontrol kinerja siswa. pembelajaran terbilang istimewa dikarenakan
Pengontrolan dilakukan dengan cara dengan penerapan model project based learning
memfasilitasi siswa pada setiap proses melalui berbasis eksperimen, siswa dituntut untuk
konsultasi terbuka. Konsultasi yang tidak hanya membuat produk yang akhirnya
dilakukan secara tatap muka namun juga melalui dipresentasikan.
media sosial membuat siswa dapat lebih intens Hasil uji gain secara klasikal dari
dalam berkonsultasi untuk mengatasi masalah pertemuan 1 – 3 menunjukkan faktor gain
materi yang belum dikuasai dan masalah dalam sebesar 0.47 yang berkategori sedang.
pembuatan proyek sehingga dapat dihasilkan Peningkatan kinerja tidak terlalu besar pada
proyek yang sebaik-baiknya. pertemuan 1 – 3, namun hasil uji gain telah
Hasil kinerja siswa pada pertemuan menunjukkan bahwa dengan menerapkan model
keempat dan kelima yaitu saat eksperimen dan project based learning dapat untuk
presentasi menunjukkan rata-rata kinerja meningkatkan kinerja siswa. Pamungkas (2014:
berkriteria istimewa. Penerapan model project 79) menyatakan bahwa melalui penerapan
based learning berbasis eksperimen ini model pembelajaran project based learning siswa
merupakan hal baru bagi siswa, namun siswa lebih aktif selama pembelajaran. Pembentukan
sudah mulai dilibatkan secara aktif dalam proses kelompok membuat siswa saling membantu dan
pembelajaran. Siswa tidak lagi pasif menerima bekerja sama baik antar anggota ataupun teman
dan menghafal informasi yang diberikan guru, lainnya. Keberhasilan suatu proses
tetapi menemukan konsep sendiri melalui pembelajaran ditentukan oleh tingkat kinerja
kegiatan eksperimen. Siswa dapat terampil siswa, semakin baik kinerja siswa maka akan
25
Aufa Maulida Fitrianingrum/ Unnes Physics Education Journal 5 (2) (2016)
membuat tujuan pembelajaran semakin cepat oleh siswa secara signifikan lebih dari atau sama
tercapai. dengan nilai KKM.
Hasil penguasaan konsep keseimbangan
Efektivitas Project Based Learning Berbasis benda tegar pada saat posttest memperlihatkan
Eksperimen bahwa penerapan model project based learning
Keefektifan penerapan model project berbasis eksperimen efektif. Hasil uji t yang
based learning berbasis eksperimen juga dapat memperlihatkan bahwa hasil posttest telah lebih
dilihat berdasarkan analisis ketuntasan klasikal. atau sama dengan nilai KKM. Hasil ini juga
Uji ketuntasan ini menggunakan uji t yang didukung oleh penelitian Putriari (2013: 87)
membandingkan antara nilai rata-rata posttest yang menyatakan bahwa ketuntasan pemecahan
dengan nilai KKM. Berdasarkan analisis data masalah siswa yang memperoleh project based
diperoleh = 5,31 dan nilai = 2,03, learning mampu mencapai ketuntasan klasikal
sehingga diperoleh kesimpulan bahwa Ho (KKM). Saputro (2014: 61) mengungkapkan
diterima. Hal ini berarti posttest penguasaan bahwa pembelajaran menggunakan project
konsep keseimbangan benda tegar oleh siswa based learning memperlihatkan bahwa
lebih dari atau sama dengan 70. Hasil ketuntasan klasikal kelas eksperimen lebih
perhitungan nilai p diperoleh . P-value tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dalam
kurang dari taraf signifikansi yang dipakai yaitu ranah kognitif.
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa posttest
penguasaan konsep keseimbangan benda tegar
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Journal of Science and Technology
Edisi Ketiga. Jakarta: PT Penerbitan (TOJSAT), 3 (2): 9–17.
dan Percetakan Balai Pustaka.
Daryanto. 2014. Pendekatan pembelajaran
Cakici, Y. & N. Turkmen. 2013. An Investigation saintifik kurikulum 2013. Yogyakarta:
of The Effect of Project-Based Learning Gava Media.
Approach on Children’s Achievement
and Attitude in Science. The Online
26
Aufa Maulida Fitrianingrum/ Unnes Physics Education Journal 5 (2) (2016)
27
Aufa Maulida Fitrianingrum/ Unnes Physics Education Journal 5 (2) (2016)