Perlawanan rakyat Maluku tidak hanya terbatas di Saparua saja, di daerah lain
seperti di Hitu, Seram juga ada perlawanan. Pimpinan di Hitu dipercayakan kepada
seorang tua bernama Ulupaha. Setelah terdesak ia mengundurkan diri ke Seram.
Ulupaha kemudian dapat ditawan karena pengkhianatan bangsanya.
Mattulessy dibantu oleh beberapa raja seperti Paulus Tiahahu beserta putrinya
yang bernama Christina Martha Tiahahu sehingga menyulitkan Belanda merebut
kembali benteng Duurstede.
Politik devide et empera dijalankan, beberapa raja dan pendeta dapat diperalat
sehingga Saparua beserta Benteng Duurstede dapat direbut kembali. Sedangkan
pemimpin-pemimpin perlawanan berhasil ditawan. Pada pertengahan Desember 1817
empat pemimpin perang Maluku yaitu Thomas Mattulessy, Anthoni Ribok, Philip
Latumahina dan Said Parintah menjalani hukuman gantung di depan benteng Nieuw
Victoria di Ambon. Kemudian menyusul Ulupaha yang harus mengakhiri hidupnya
karena ditembak mati di Ambon. Perlawanan rakyat terhenti setelah pemimpinnya
gugur.