NIM : 2002024
Kelas : TPHP 1A
Pembahasan =
Ciri yang utama pada seorang yang beriman adalah ia takut pada Allah SWT. Ia tidak akan berani
melanggar apapun larangan Allah dan akan selalu mentaati setiap perintah Allah SWT. Allah Ta’ala
berfirman
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka” (QS. Al-Anfal: 2)
“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu
menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit” (QS. Al-Maidah: 44).
Ciri kedua dari orang yang beriman adalah lebih khusyu’ dalam sholat baik sholat wajib maupun sunnat.
Orang yang telah memiliki keimanan yang kuat akan lebih khusyu’ dalam sholat meski banyak gangguan.
Ta’ala berfirman,
Orang yang beriman juga selalu senang mendengan lantunan ayat suci Al Quran. Tak hanya itu saja,
keimanan dalam hati mereka juga semakin bertambah ketika mendengar ayat-ayat Allah.
Ta’ala berfirman
ت َعلَ ْي ِه ْم َءا ٰيَتُهۥُ زَا َد ْتهُ ْم إِي ٰ َمنًا
ْ ََوإِ َذا تُلِي
“dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS. Al-Anfal: 2)
Rasulullah mengatakan:
“Orang mu’min yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, ibarat buah jeruk manis, rasanya
enak dan baunya harum. Sedangkan orang mu’min yang tidak membaca Al-Qur’an tetapi mengamalkan
isinya, ibarat buah kurma, rasanya enak dan manis tetapi tidak ada baunya. Adapun perumpamaan
orang munafik yang membaca Al-Qur’an, maka ibarat minyak wangi, baunya harum tetapi rasanya pahit.
Sedangkan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an, ibarat buah kamarogan, rasanya pahit dan
baunya busuk.” (Al-Bukhari & Muslim, 5)
4. Senang berinfak
Orang yang beriman juga sangat senang berinfak karena ia tahu bahwa infak dan sedekah adalah bukti
keimanan seseorang.
“dan yang menginfakkan rizki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. Al-Anfal: 3).
Rasul pun pernah menjelaskan tentang bukti keimanan seseorang dapat dilihat dari sholat dan
sedekahnya.
ٌ ص َدقَةُ بُرْ ه
َان َّ صاَل ةُ نُو ٌر َوال
َّ َوال
Shalat adalah cahaya dan sedekah adalah bukti (HR. Muslim no. 223)
Orang yang beriman tidak akan melakukan hal yang sia-sia atau tidak bermanfaat. Ia justru terlalu sibuk
untuk melakukan ibadah yang akan menambah keimanannya.
"dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia. (Q.S. Al-Mukminun
23: 3)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
ِم ْن ُح ْس ِن إِ ْسالَ ِم ْال َمرْ ِء تَرْ ُكهُ َما الَ يَ ْعنِي ِه
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no.
2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
6. Meneladani Rasul
Beriman tak hanya sekedar menjalankan perintah Allah tapi juga meneladani setiap perbuatan dan
perkataan rasul.
نَّتِ ْي َولَ ْنIاب هللاِ َو ُسIََ ا ِكتII َد هُ َمIلُّوْ ا بَ ْعIَض ُ َر ْكIَلَّ َم إِنِّي تI ِه َو َسIصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي
ِ ْيئَ ْي ِن لَ ْن تIت فِ ْي ُك ْم َش َ َ ق:ال
َ ِال َرسُوْ ُل هللا ِ ع َْن أَبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َر
َ َض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق
ضَ ْي ْال َحو َّ َيَتَفَ َّرقَا َحتَّى َي ِردَا َعل.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam : ‘Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian
berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah
sampai keduanya mendatangiku di Telaga (di Surga).”
7. Tawakal
Orang yang beriman juga adalah orang yang tawakal dan iklas pada setiap ketetapan dan takdir yang
diberikan Allah SWT.
“Dan hanya kepada Allah-lah kalian betawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman” (QS. Al-
Maidah : 23).
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dialah Yang Mencukupinya” (QS. Ath-Thalaq: 3).
8. Sabar
Kesabaran juga menjadi salah satu ciri-ciri dari orang yang beriman. Seberat dan sesulit apapun ujian
yang diberikan, maka ia akan selalu bersabar menghadapinya. Allah berfirman,
“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. [Al-Baqarah : 177]
Tanda lain dari seorang yang beriman adalah memiliki akhlak yang baik. Tidak mungkin seorang yang
beriman justru memiliki akhlak yang buruk karena ia akan selalu meneladani Rasul yang berakhlak mulia.
Baik dan buruk yang menimpa seorang mukmin akan selalu membuatnya bersyukur atas apa yang ia
miliki. Itulah ciri dari seorang yang beriman kuat.
Allah berfirman:
َولَقَ ْد َءاتَ ْينَا لُ ْق ٰ َمنَ ْٱل ِح ْك َمةَ أَ ِن ٱ ْش ُكرْ هَّلِل ِ ۚ َو َمن يَ ْش ُكرْ فَإِنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ِهۦ ۖ َو َمن َكفَ َر فَإِ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى َح ِمي ٌد
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(QS: Luqman
Ayat : 12)
Pembahasan =
Adapun hikmah diutusnya para rasul dari kalangan manusia adalah agar umat manusia mampu dan
sanggup memahami risalah yang dibawanya, berinteraksi langsung dengannya, mereka bisa
menanyakan perkara-perkara yang mereka hadapi atau meminta nasehat langsung kepadanya, serta
mampu menjadikannya sebagai tauladan yang merepresentasikan risalah yang dibawanya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Karena seandainya para rasul itu dari kalangan malaikat dan jin maka
tidaklah mungkin bagi umat manusia untuk mengikuti dan menjadikannya sebagai tauladan dikarenakan
perbedaan sifat fisik diantara mereka.
Artinya : "Dan kalau Kami jadikan Rasul itu malaikat, tentulah Kami jadikan Dia seorang laki-laki dan
(kalau Kami jadikan ia seorang laki-laki, tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka
ragu-ragukan atas diri mereka sendiri.” (QS. Al An’am : 9)
Artinya : “Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di
bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang Malaikat menjadi Rasul". (QS. Al Israa :
95)
Pembahasan =
Hukum Wad’i Hukum wad’I adalah hukuman yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf yang
mengandung persyaratan sebab atau mani’. Para ulama’ usul fiqh menyatakan bahwa hukum wad’I itu
ada lima macam:
1. Sebab
Sebab yaitu sifat yang nyata dan dapat di ukur yang dijelaskan leh nash al-qur’an atau sunnah bahwa
keberadaannya menjadi petunjuk bagi hukuman syara’ artinya, keberadaan sebab merupakan pertanda
keberadaan suatu hukum. Misalnya: tergelincirnya matahari menjadi sebab wajibnya sholat dzuhur.
2. Syarat
Syarat ialah: suatu yang menyebabkan adanya hukum dengann adanya syarat dan bila tidak ada syarat
maka hukum pun tidak ada. Seperti pembunuhan yang dapat diajatuhi hukuman Qishas.
3. Mani’
Mani’ yaitu sifat yang nyata yang keberadaannya menyebabkna tidak ada hukum atau tidak ada sebab.
Seperti hubungan suami istri dan hubungan kekerabatan menyebabkan terjadinya hubungan kewarisan.
Pembahasan =
Takhyiri biasa disebut dengan mubah. Ketentuan mubah biasanya dinyatakan syar’I dalam tiga bentuk,
yaitu: dengan menafikan dosa pada perbuatan yang dimaksud, seperti: QS.2: 173, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang
ketika disembelih disebut nama selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa. Memakannya
sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya”.
Kemudian dengan ungkapan penghalalan, seperti pada QS.5: 5. Dan terakhir dengan tidak ada
pernyataan apa-apa tentang perbuatan dimaksud. Seperti: mendengarkan radio, menonton televisi, dan
yang sebangsanya yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap mereka.
Pembahasan =
Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena
akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan, sebab keimanan harus ditampilkan dalam
perilaku nyata seharihari.
Di dalam al-Quran ditemukan banyak sekali pokok-pokok keutamaan akhlak yang dapat digunakan untuk
membedakan perilaku seorang Muslim, seperti perintah berbuat kebajikan (al-birr), menepati janji (al-
wafa), sabar, jujur, takut kepada Allah Swt., bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf.