Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 7

-M. Iqbal hadi


-Yohanes jaya mentari marbun
-Hamada Siswondo
JUDUL JURNAL :
KARAKTER MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BIBIT KELAPA SAWIT
TOLERAN KEKERINGAN
Latar belakang
Pengembangan perkebunan kelapa
sawit diarahkan ke kawasan Timur
Indonesia yang memiliki potensi lahan
sedang sampai rendah untuk
pengembangan kelapa sawit, terutama
daerah yang beriklim lebih kering
dengan bulan kering lebih panjang dan
curah hujan lebih rendah, yang dapat
menyebabkan tanaman mengalami
cekaman kekeringan, sehingga perlu
dicari bibit kelapa sawit yang toleran
terhadap cekaman kekeringan.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, lahan potensial untuk
perkembangan perkebunan kelapa sawit terdiri dari potensial tinggi, sedang dan
rendah

Namun saat ini, daerah yang mempunyai lahan potensi tinggi sudah terbatas, sehingga
daerah yang tersedia untuk perkembangan kelapa sawit hanya daerah yang memiliki
potensi sedang sampai rendah, dengan berbagai faktor pembatas, yaitu :

(1) Faktor iklim, yaitu jumlah bulan kering yang tinggi


(2) Daerah dengan topografi lereng di atas 40%;
(3) Daerah dengan kedalaman tanah efektif yang dangkal dengan kandungan batu
tinggi dan drainase berkualitas rendah;
(4) Lahan gambut dengan kedalaman gambut lebih dari 3 meter, memiliki tanah
mineral kuarsa sulfida dan bersifat asam, dengan fibrik;
(5) Lahan pasang surut yang memiliki lapisan sulfida berpotensi asam dan drainase
yang buruk.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit diarahkan ke kawasan Timur Indonesia
yang memiliki potensi lahan sedang sampai rendah untuk pengembangan kelapa
sawit, terutama daerah yang beriklim lebih kering dengan bulan kering lebih panjang
dan curah hujan lebih rendah, yang dapat menyebabkan tanaman mengalami
cekaman kekeringan.

Respon tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat diperlihatkan melalui


mekanisme escape.

Mekanisme melarikan diri dari cekaman kekeringan digambarkan sebagai


kemampuan tanaman untuk menyelesaikan siklus hidupnya sebelum terkena cekaman
kekeringan.
Toleran terhadap kekeringan
adalah kemampuan untuk
menahan kekurangan air
dengan potensi air jaringan
rendah. Tanaman toleran di
bawah cekaman kekeringan
dapat bertahan hidup antara
lain melalui mekanisme lain,
yaitu dengan mempertahankan
turgor sel dan mengurangi
kehilangan air melalui
penguapan.
Tanaman yang mengalami cekaman kekeringan secara umum mempunyai ukuran
yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Cekaman
kekeringan mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini
cekaman kekeringan mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia tanaman serta
menyebabkan terjadinya modifikasi anatomi dan morfologi tanaman.
Mekanisme adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kekeringan adalah
dengan pengaturan osmotik sel. Pada mekanisme ini terjadi sintesis dan
akumulasi senyawa organik yang dapat menurunkan potensial osmotik
sehingga menurunkan potensial air dalam sel tanpa membatasi fungsi enzim
serta menjaga turgor sel. Beberapa senyawa yang berperan dalam
penyesuaian osmotikal sel antara lain gula osmotik, prolin dan betain,
protein dehidrin dan asam absisik (ABA) yang berperan dalam memacu
akumulasi senyawa tersebut.
Hasil penelitian Asemota dan Conaire (2010) serta Hensen dan Harun
(2007), menunjukkan bahwa bibit kelapa sawit yang mengalami cekaman
kekeringan terlihat daun mengalami kelayuan dan penuaan dini, tetapi bibit
kelapa sawit cenderung melindungi titik tumbuh dan daun muda, terutama
daun tombak yang merupakan daun terbaru, sementara daun yang lebih tua
akan layu dan gugur pada saat cekaman kekeringan. Selain mengalami
kelayuan, bibit kelapa sawit juga akan mengalami kadar air daun menurun
dengan semakin rendahnya kadar air media. Kadar air daun
menggambarkan jumlah air yang tersimpan dalam tajuk .
Karakteristik akar sangat
penting dalam menentukan
respon tanaman terhadap
kekeringan. Defisit air tidak
hanya mengurangi tingkat
pertumbuhan tunas, tinggi
tanaman, dan hasil, tetapi
juga mempengaruhi
pertumbuhan akar terutama
pemanjangan dan distribusi
akar
Cekaman kekeringan berpengaruh
nyata terhadap potensial air daun,
kadar air daun dan kadar air relatif.
pengaruh fisiologis cekaman
kekeringan pada tanaman adalah
terjadinya perubahan potensial air,
potensial osmotik, potensial turgor sel,
yang dapat mempengaruhi perilaku
stomata. Perubahan ini mempengaruhi
absorbsi dan translokasi hara mineral,
transpirasi dan fotosintesis serta
translokasi fotosintat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai