Anda di halaman 1dari 13

Peran Kalium Terhadap Kekeringan

Oleh:
Annisa Nuraisah 15032016005
Rakia Mukia Anggraini 150320160507
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh banyak factor, salah satunya


adalah air. Air memegang peranan penting dalam kehidupan tanaman karena 70 –
80% tanaman tersusun dari air. Air memegang peranan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena hampir semua proses fisiologis
yang berlangsung dalam tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung
dipengaruhi oleh air. Sehingga dapat dikatakan bahwa air adalah factor pembatas
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Lingkungan yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman
(stress lingkungan) dapat disebabkan karena temperature rendah (dingin),
temperature tinggi, kekurangan air (kekeringan), kelebihan air, radiasi matahari
dan kadar garam yang tinggi. Hal tersebut akan berdampak terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Lingkungan dengan kondisi stress air, baik berupa
water deficit maupun excess water (water flooding) akan memberikan dampak
yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Dampak stress air
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman tergantung pada laju dehidrasi,
fase pertumbuhan ketika stress tersebut terjadi, lamanya stress dan jenis tanaman.
Hsiao (1973) dalam Levitt (1980) membagi stress air dalam tiga tingkat
kekeringan yaitu (1) ringan, penurunan potensial air hanya beberapa bar atau
kekeringan 8 – 10% dibawah jenuh, (2) sedang, -12 sampai -15 bars atau
kekeringan 10 – 20% dibawah jenuh, (3) berat, potensial air lebih dari -15 bars.
Kekeringan ringan dan sedang terjadi pada zone cell turgor, termasuk turgor sel
penjaga. Sedangkan kekeringan berat terjadi pada zone cell flaccidity.
Jika terjadi stress air maka kandungan etilen dalam jaringan tanaman akan
meningkat pesat sehingga akan berpengaruh terhadap aktivitas enzim ACC
sintase. Dalam kondisi stress air maka aktivitas ACC sintase tinggi sehingga akan
menghambat pertumbuhan tanaman karena ACC sintase akan menghambat
pembentukan IAA (Indole Acetic Acid). Pertumbuhan dan perkembangan sel
terjadi dalam tiga fase yaitu pembelahan, pemanjangan dan differensiasi.
Pengaruh stress air terhadap tiga fase tersebut berbeda-beda. Fase pembelahan sel
sedikit sensitif terhadap stress air dibandingkan pemanjangan sel. Hal ini terlihat
pada daun tembakau yang mengalami kekeringan, pemanjangan sel akan terhenti
tetapi pembelahan sel terus berlangsung. Penurunan tekanan turgor akan
menyebabkan terjadinya penutupan stomata. Akibat penutupan stomata tersebut
akan menghambat difusi CO2 dan O2 sehingga berakibat pada terhambatnya
proses fotosintesis dan respirasi. Membuka dan menutupnya stomata ini sangat
tergantung pada tekanan turgor sel. Turunnya tekanan turgor akan menurunkan
laju fotosintesis, terutama terhadap CER (CO2 5 exchange rate) atau laju
pertukaran CO2. Pengaruh utama kekurangan air terhadap CER adalah dalam hal
peningkatan tahanan stomata karena menutupnya stomata. Apabila kekurangan air
makin parah maka tahanan mesofil juga akan meningkat (Gardner, et al., 1991).
Pada kondisi stress air yang berat penurunan fotosintesis lebih besar
dibandingkan dengan laju respirasi tanaman, sehingga dapat terjadi net
fotosintesis sama dengan nol atau bahkan kurang dari nol. Penurunan laju proses
fotosintesis akibat stress air ini antara lain disebabkan karena adanya penurunan
aktivitas RuDPC, penurunan Hill reaction yang berakibat menurunnya cyclic
phosphorilation serta menurunnya biosintesis klorofil.
Penurunan laju fotosintesis dan respirasi akan menyebabkan pembentukan
ATP terhambat. Sintesis protein membutuhkan suplai ATP, NH4+ dan NO3-
dimana pada kondisi stress air suplai bahan-bahan tersebut berkurang akibatnya
sintesis protein juga akan terhambat dan diikuti dengan meningkatnya laju
degradasi protein. Degradasi protein dimulai dari degradasi struktural kemudian
diikuti dengan degradasi enzim. Meskipun laju degradasi tinggi tetapi karena
suplai ATP rendah maka sintesis protein terhambat sehingga akan terjadi
akumulasi prolin.
Akibat degradasi protein tersebut mennyebabkan beberapa enzim menjadi
inaktif. Aktivitas enzim nitrat reduktase akan berkurang akibat stress air, begitu
jugadengan aktivitas enzim nitrogenase sehingga akan berpengaruh terhadap
fiksasi nitrogen. Pada kondisi stress air aktivitas IAA oksidase akan meningkat
yang menyebabkan IAA menjadi inaktif. Aktivitas enzim RuDPC yang
berperanan dalam proses siklus Calvin juga akan menurun akibat dehidrasi
sehingga metabolisme tanaman akan terganggu. Pada kondisi stress air aktivitas
enzim Ribonuklease akan 6 meningkat. Enzim ini akan merusak RNA sehingga
akan terjadi penurunan sintesis asam nukleat dan kandungan polyribosome.
Pada kondisi kekeringan kandungan ABA (abscisic acid) dalam tanaman
akan meningkat. Peningkatan ABA dapat berasal dari perombakan violaxantine.
Pada kondisi kurang air aktivitas enzim lypoxyntase akan meningkat. Enzim ini
akan merombak violaxantin menjadi ABA. Peningkatan kandungan ABA dalam
tanaman akan merangsang penutupan stomata.
Akibat stress air atau kekeringan juga memberikan pengaruh secara tidak
langsung terhadap terjadinya defisiensi unsur hara, penyerapan unsur hara oleh
akar tanaman akan terhambat. Dalam kondisi cekaman air dapat menginduksi
cekaman garam, akibatnya solute dalam tanah tinggi sehingga potensial air yang
ada dalamt anah lebih rendah dibandingkan yang ada dalam tanaman sehingga
tidak terjadi aliran air dari tanah ke akar tanaman, justru yang terjadi akan terjadi
pergerakan air dari dalam tanaman ke luar.
Hara K harus dikelola dengan baik agar sumber daya yang harganya relatif
mahal ini dapat dimanfaatkan secara optimal.
Beberapa upaya penting untuk mengoptimalkan pengelolaan/pemanfaatan
hara K adalah:
1. Membuat peta status ketersediaan K tanah berdasarkan uji tanah dan
memilah kelas status K tanah secara lebih rinci sebagai panduan dalam
menentukan rekomendasi penggunaan K spesifik lokasi.
2. Memanfaatkan sisa/limbah pertanian yang banyak mengandung K seperti
jerami padi, brangkasan jagung, kedelai, dan pupuk kandang.
3. Menekan kehilangan K melalui erosi dan pelindian dengan menerapkan
usaha tani konservasi/pertanaman lorong yang diintegrasikan dengan
pemeliharaan ternak.
4. Mengoptimalkan aerasi dan lengas tanah lapisan atas untuk aktivitas dan
penyerapan hara oleh akar.
II. ISI

1. Pengaruh Kalium terhadap Osmotik dan Potensial Turgor


Minimnya air dalam tanaman akan mengakibatkan menutupnya stomata
karena turgor yang menurun pada sel daun sehingga menyebabkan menurunnya
fotosintesis (Karti, 2004). Kondisi kekeringan ini mengganggu aktivitas fisiologis
dan morfologis, dan jika terjadi secara terus menerus akan menyebabkan
perubahan secara irreversibel (tidak dapat kembali lagi) dan menyebabkan
kematian.
Selain menghambat fotosintesis dan integritas dinding sel, cekaman
kekeringan ini berdampak pada semua aspek pertumbuhan dan metabolisme
tumbuhan. Hal lain yang juga terpengaruh yaitu kandungan pigmen dan
keseimbangan osmotik dalam tumbuhan (Anjum et al., 2011).
Mekanisme penyesuaian osmotic adalah untuk menjaga hubungan air di
bawah tekanan osmotik.Yang meibatkan akumulasi berbagai ion aktif osmotic
termasuk prolin, asam organic, kalsium, kalium, ion klorida dan lainnya. Di
bawah deficit air dan sebagai hasil akumulasi zat terlarut, potensi osmotic dari sel
diturunkan, yang akan menarik air ke dalam sel dan menmantu dengan pengaturan
turgor. Dengan mekanisme penyesuaian osmotic, organel dan aktivitas sitoplasma
berlangsung sekitar kecepatan normal dan membantu tanaman untuk bekerja lebih
baik pada pertumbuhan, fotosintesis dan pemisahan asimilasi pada pengisian
gandum(Ludlow dan Muchow, 1990; Subbarao et al., 2000).Selain itu,
mekanisme ini berperan dalam penundaan tekanan dehidrasi pada lingkungan
perairan (Morgan, 1990). Variasi penyesuaian osmotik di antara kultu buncis
sebagai respon terhadap kekeringan tanah telah diamati, dan hasil biji kacang
tanah berkorelasi dengan tingkat penyesuaian osmotik saat ditanam di bawah
sistem irigasi sumber garis di lapangan (Moinuddin dan Khannu-Chopra, 2004) .
Bentuk adaptasi sebagai respon terhadap kekeringan ini dapat berupa
perubahan pertumbuhan seperti penurunan pertumbuhan batang dan daun.Selain
adanya perubahan pertumbuhan juga terjadi perubahan secara biokimia seperti
adanya akumulasi senyawa organik yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan
osmotik dalam tubuh tumbuhan (Arve et al., 2011).Salah satu contoh senyawa
organik yang sering terakumulasi adalah senyawa prolin (Farooq et al., 2009).
Selain prolin ada beberapa senyawa lain yang berperan dalam penyesuaian
osmotik sel antara lain gula osmotik dan protein dehidrin (Wang et al.,1995).

2. Pengaruh Kalium terhadap Potensial Air, Transpirasi dan Efesiensi


penggunaan air
Kangkung air memerlukan banyak air untuk tumbuh.Kendala yang
dihadapi dalam budidaya kangkung air yaitu pada musim kemarau.Musim ini
menyebabkan adanya cekaman kekeringan yang mengakibatkan kekurangan unsur
hara (Agrios, 2004).Kondisi kekeringan yang terjadi secara berkepanjangan
berdampak pada putusnya pangkal batang akibat kerusakan pada akar yang
berujung pada kematian (Tombe et al., 2014).
Kalium berfungsi dalam mengatur potensial air dalam sel penjaga
sehingga berpengaruh terhadap membuka dan menutupnya stomata (Ashari,
1995).Tanaman karet dengan kandungan kalium yang cukup akan lebih mudah
untuk menutup stomata dan mengurangi transpirasi dibandingkan tanaman yang
kekurangan K pada saat mengalami kekeringan (Nugroho, 2015).
Mekanisme adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kekeringan adalah
dengan respon kontrol transpirasi (Levitt, 1980; Neuman et al., 1994). Pada
mekanisme ini, terjadi sintesis dan akumulasi senyawa organik yang dapat
menurunkan potensial osmotik sehingga menurunkan potensial air dalam sel tanpa
membatasi fungsi enzim serta menjaga turgor sel (Wang et al., 1995; Maestri et
al.,1995; Verslues et al., 2006).Bentuk mekanisme adaptasi lain dalam ketahanan
tanaman adalah dengan mempertahankan status air dalam jaringan sehingga
tanaman tetap dapat melangsungkan metabolismenya pada kondisi status air yang
rendah serta memiliki sifat toleran (drought tolerance) (Levitt, 1980; Neuman et
al., 1994).

3. Pengaruh Kalium terhadap Hasil


Menurut Purwanto dan Agustono (2010) cekaman kekeringan adalah
kondisi minimnya kadar air tanah yang berpengaruh terhadap kondisi tanaman,
sedangkan untuk melangsungkan siklus hidupya setiap tanaman membutuhkan
air. Apabila sumber air terbatas maka akan berdampak pada berkurangnya hasil
panen tanaman budidaya (Gardner et al.,1991).Namun selain itu terdapat
mekanisme lainnya yang terjadi di dalam tanaman.
Thomas et al. (2003) terdapat tiga mekanisme ketahanan mekanik tanaman
terhadap serangan penyakit sebagai konsekuensi dari kecukupan hara kalium
yaitu: (1) mengurangi penetrasi penyakit melalui stomata, (2) meningkatkan luas
daun sehingga fotosintesis menjadi lebih baik, (3) meningkatkan ketebalan
epidermis sehingga dapat menghalangi penetrasi patogen ke dalam jaringan
tanaman. Pada kondisi defisiensi K mekanisme ketahanan tersebut terganggu
sehingga akan memudahkan penetrasi patogen (jamur, bakteri atau virus). Hasil
percobaan lain yang dilakukan oleh Aminudin et al. (2006) menunjukkan adanya
korelasi antara dosis K yang meningkat dengan penurunan intensitas serangan
penyakit daun Corynespora pada tanaman karet dalam polybag.
Kecukupan kalium di duga juga memberikan pengaruh terhadap rapuh
tidaknya batang tanaman karet walaupun belum terdapat data yang pasti mengenai
korelasi antara keduanya.Hal tersebut didasari oleh hasil-hasil penelitian pada
komoditas lainnya sehingga kemungkinan terdapat korelasi antara kecukupan
kalium dengan batang yang tidak mudah patah.
Apabila tanaman mengalami defisiensi kalium, gejala-gejalanya akan
terlihat terutama pada bagian daun. Setiap tanaman memiliki gejala visual yang
hampir sama yaitu ujung daun dan pinggiran daun menguning. Beberapa tanaman
memperlihatkan gejala adanya noda-noda berwarna kuning (yellow spot) atau
coklat. Jika defisiensi berlangsung terus menerus, nekrosis ini akan menjadi
jaringan yang kering dan mati sehingga daun akan berlubang (Gambar 2).
Kekurangan kalium juga dapat meningkatkan kerusakan tanaman yang
disebabkan oleh bakteri, jamur, serangga, nematoda dan virus. Gejala lain yang
ditimbulkan oleh defisiensi kalium adalah lemahnya jaringan batang sehingga
mudah rebah/patah yang disebabkan oleh turgor tanaman yang berkurang.
Beberapa tanaman justru tidak menampakkan gejala defisiensi kalium tetapi
mengalami penurunan produksi, yaitu kondisi yang lebih dikenal dengan istilah
“Hidden hungry” atau lapar tersembunyi (Havlin et al., 1999; Rosemarkam &
Yuwono, 2002).

4. Pengaruh Kalium terhadap Keseimbangan hormone ABA dan


Sitokinin
Asam absisat merupakan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan
tanaman (inhibitor) yaitu bekerja berlawanan dengan hormon auksin dan giberelin
dengan jalan mengurangi atau memperlambat kecepatan pembelahan dan
pembesaran sel.Fungsi asam absisat yaitu dapat mengurangi kecepatan
pertumbuhan dan pemanjangan sel pada daerah titik tumbuh, macam pengguguran
daun dan mendorong dormansi biji agar tidak berkecambah
ABA, adalah sinyal internal utama, yang memungkinkan tumbuhan,
untuk menahan kekeringan. Karena pada saat tumbuhan mengalami kondisi yang
kurang baik, misalnya ketika kekurangan air di musim kering, maka tumbuhan
tersebut mengalami dormansi yaitu daun-daunnya akan digugurkan dan yang
tertinggal adalah tunas-tunasnya.
Apabila suatu tumbuhan memulai layu, maka ABA berakumulasi di dalam
daun, dan menyebabkan stomata menutup dengan cepat (sehingga transpirasi
berkurang), penguapan air berkurang dan keseimbangan air di dalam tubuh
tumbuhan terpelihara sehingga pertumbuhan tunasnya terhambat yang disebabkan
melambatnya kecepatan pembelahan dan pembesaran sel-sel tunasnya.. ABA,
melalui pengaruhnya terhadap mesenjer ke-2, yaitu terhadap Ca
(kalsium), menyebabkan peningkatan pembukaan saluran K (kalium) sebelah luar
secara langsung di dalam membran plasma sel penutup. Hal ini mendorong
kehilangan kalium dalam bentuk massif darinya, yang jika disertai dengan
kehilangan air secara osmotis akanmendorong pengurangan turgor sel penutup
yang mengecilkan celah stomata.
Dalam beberapa kasus, kekurangan air terlebih dahulu akan mencekam
sistem perakaran sebelum mencekam sistem tajuk. ABA akan ditransportasi dari
akar ke daun, yang berfungsi sebagai sistem peringatan dini (early warning
system). Mutan ‘Wilty’ yang mengalami kelayuan, yang biasanya mudah untuk
layu, dalam beberapa kasus disebabkan karena kekurangan produksi ABAnya.

5. Peran Kalium Terhadap Aktivitas Enzime


 Dari aspek fisiologi peneliti lain menyatakan bahwa faktor tanaman yang
diduga berperan, antara lain: sifat genetik, aktivitas fitohormon dan enzim
fotosintesis (Rao& Asokan 1978), dan salah satu enzim yang banyak
berperan dalam proses fotosintesis adalah Phosphoenolpyruvate Carboxylase
(PEP-Case)
 (Salisbury & Ross 1992). Mengkonsumsi N dan K dalam jumlah banyak,
jauh melebihi kebutuhan untuk hara makro lainnya (Calcino et al. 2000).
Peneliti ini menyatakan bahwa tebu mengkonsumsi N sekitar 122 – 154 kg/ha
dan K sekitar 139-267 kg /ha. Sedangkan untuk hara makro yang lain
kebutuhannya jauh lebih rendah, yaitu hanya mencapai ≤ 55 kg/ha. Sementara
itu, Ismail (1998) melaporkan bahwa tebu membutuhkan unsur K sekitar 120-
540 kg/ha
 Hara N dan K mempengaruhi laju pertumbuhan (Alexander 1973) dan
perolehan hasil tebu dan gula (Hartt & Burr 1967). Selain itu, kedua hara
tersebut juga berperan dalam proses sintesis protein, asam amino, gula, dan
aktivitas enzim fotosintesis pada tebu (Hartt & Burr 1967, Calcino 2000).
Salah satu enzim fotosintesis yang banyak dipengaruhi oleh N dan K adalah
Phosphoenolpyruvate Carboxylase (PEP-Case).
 Dalam proses metabolisme Hara N banyak berperan dalam regulasi ekspresi
gen penghasil beberapa protein pada tanaman tingkat tinggi
dan algae melalui mekanisme transkripsi dan translasi, serta menjaga
stabilitas mRNA (Sugiharto et al. 1992). Protein yang dimaksud, antara lain,
PEP-Case, nitrate reduktase (NR), nitrite reduktase (NiR), light
harvestingcomplex protein (LHCP), protein pengendali
pertumbuhan vegetatif dan klorofil a/b.
 K mengendalikan aktivitas lebih dari 60 enzim yang umumnya mempunyai
peran penting dalam proses metabolik (Marschner1986).
 Hubungan hara, khususnya K, dengan enzim fotosintesis bersifat resiprokal.
Selain itu, unsur K juga mempengaruhi status dan aktivitas beberapa enzim
pengendali tekanan osmotik, transportasi asimilat, sintesis protein dan pati,
perkembangan sel dan pergerakan stomata (Stryer 1988, Salisbury & Ross
1992, Marschner 1986).

6. Peran Kalium Terhadap Produktivitas Akar Dan Hasil


 Kalium merupakan salah satu unsur hara pupuk anorganik yang diperlukan
tanaman, selain nitrogen, fosfor, dan unsur lainnya
 Kalium berfungsi sebagai membantu fotosintesis tanaman, translokasi
gula, mengaktifkan kerja enzim, dan mengatur tekanan potensial air dalam
sel penjaga sehingga berpengaruh terhadap membuka dan menutup
stomata (Ashari, 1995). Diperkuat oleh Buckman dan Brandy (1992),
fungsi kalium yaitu meningkatan sistem perakaran, menghalangi efek
rebah tanaman, melawan efek negatif N, memberikan efek keseimbangan
antara N dan P, dan penting untuk perkembangan klorofil.
 Pupuk kalium dalam produktivitas akar dan hasil hanjeli juga
menggunakan mikoriza. Mikoriza adalah asosiasi simbiotik antara jamur
(fungi) dengan sistem perakaran tanaman tingkat tinggi. Mikoriza
bermanfaat dalam penyerapan hara (terutama P), pengendali hayati
(terutama penyakit asal tanah) serta meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap faktor lingkungan (salinitas dan kekeringan) yang ekstrim.
 Perakaran yang diinfeksi oleh Mikoriza akan terdapat jalinan hifa
eksternal sehingga secara langsung akan meningkatkan kemampuan
tanaman dalam menyerap unsur hara dan air serta meningkatkan efesiensi
pemupukan (Simarmata, 2004)

7. Peran Kalium Terhadap Kandungan Prolin


 Prolin merupakan senyawa penciri biokimia atau metabolit osmotik yang
banyak disintesis dan diakumulasi pada berbagai jaringan tanaman
terutama pada daun apabila tanaman menghadapi cekaman kekeringan.
 Tanaman yang mengakumulasi prolin pada kondisi tercekam pada
umumnya memiliki kenampakan morfologi yang lebih baik serta memiliki
ketahanan hidup yang lebih tinggi daripada tanaman yang tidak
mengakumulasikannya (Hamim dkk., 2008).
 Mathius dkk. (2004) menyatakan prolin merupakan senyawa osmotikum
yang berperan dalam peningkatan daya tahan terhadap cekaman air dari
lingkungannya sehingga banyak diakumulasikan pada kondisi ketersediaan
air rendah.
 Fenomena tersebut dideskripsikan sebagai osmoregulasi dan penyesuaian
osmosis. Osmoregulasi didefinisikan sebagai pengaturan potensial
osmosis dalam sel dengan penambahan/pemindahan senyawa terlarut
sehingga potensial osmosis intrasel sebanding dengan potensial osmosis
medium sekeliling sel, sedangkan penyesuaian osmosis lebih mengarah
pada penurunan potensial osmosis yang disebabkan akumulasi senyawa
terlarut sehingga memungkinkan untuk mengambil air dari lingkungan.
 Tanaman yang mempunyai tingkat peningkatan osmotikum yang lebih
tinggi diduga lebih toleran dibandingkan dengan tanaman yang tingkat
peningkatan osmotikumnya lebih rendah.

8. Peran Kalium Terhadap Aktivitas Stomata


• Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi
tanaman terhadap cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan
maka stomata akan menutup sebagai upaya untuk menahan laju
transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam membuka dan
menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA). ABA merupakan
senyawa yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman kekeringan
sehingga stomata segera menutup
• Menurut Kramer (1963) kekurangan air di dalam
jaringan tanaman dapat disebabkan oleh kehilangan air yang berlebihan
pada saat transpirasi melalui stomata dan sel lain seperti kutikula atau
disebabkan oleh keduanya.
• Namun lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui stomata di daun.
• Selain berperan sebagai alat untuk penguapan, stomata juga berperan
sebagai alat untuk pertukaran CO2 dalam proses fisiologi yang
berhubungan dengan produksi. Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel
penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga (Fahn, l982)
• Mekanisme menutup dan membuka-nya stomata tergantung dari tekanan
turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi karbondioksida,
berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat (Lakitan, 1996).
Pendekatan Anatomi Ini Penting Dilakukan Guna Mendukung Pendekatan
Fisiologi Maupun Morfologi Dalam Menentukan Genotipe Yang Peka
Maupun Yang Mampu Beradaptasi Pada Kondisi Cekaman Kekeringan.
Kerapatan Stomata Dapat Mempengaruhi Dua Proses Penting Pada
Tanaman Yaitu Fotosintesis Dan Transpirasi.
Pendekatan Anatomi Ini Penting Dilakukan Guna Mendukung Pendekatan
Fisiologi Maupun Morfologi Dalam Menentukan Genotipe Yang Peka Maupun
Yang Mampu Beradaptasi Pada Kondisi Cekaman Kekeringan. Kerapatan
Stomata Dapat Mempengaruhi Dua Proses Penting Pada Tanaman Yaitu
Fotosintesis Dan Transpirasi.

BAB III
KESIMPULAN

Kalium merupakan salah satu hara yang dapat mengatasi cekaman


kekeringan. Hal ini dikarenakan kalium mempunyai fungsi dan peranan fisiologis
yang sangat penting dalam hubungannya dengan air tanaman yaitu berperan
mengatur tekanan osmotik, mempertahankan tekanan turgor tanaman, fotosintesis,
translokasi fotosintat, dan sebagai pengaktif enzim dalam proses pembentukan
pati dan protein.

Kalium (K),Kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat,


memperkuat tubuh tanaman, sehingga daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur.
Kalium berperan sebagai sumber kekuatan dalam menghadapi kekeringan dan
penyakit yang menyerang.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N. 2004. Plant Pathology.4th ed. Academic Press. New York

Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

B Salisbury, Frank & Cleon W Ross. 1996.Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 : Sel : Air,
larutn, dan permukaan.Bandung. ITB.

B Salisbury, Frank & Cleon W Ross. 1996.Fisiologi Tumbuhan Jilid 2 :Biokimia


Tumbuhan. Bandung. ITB.

B Salisbury, Frank & Cleon W Ross. 1996.Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 :


Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. Bandung. ITB.

Gardner, F.P., E.B. Pearce., & R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta
UI-Press. Terjemahan: Herawati Susilo.

Neumann, P.M., H. Azaizen and D. Leon. 1994. Hardening of root cell walls. A growth
inhibitor response to salinity stress.Plant Cell Envt.17 : 303-309 Nuryani, Y. 1998.
Karakterisasi; Monograf Nilam.Balittro, Bogor.Hal : 16-23

Nugroho, P. A. 2015. Dinamika Hara Kalium dan Pengelolaannya di Perkebunan


Karet.Warta Perkaretan. 34 (2): 89-102.

Verslues, P.E, M. Agarwal, K.S Agarwal, and J. Zhu. 2006. Methods and concepts in
quatifying resistance do drought, salt and freezing, abiotic stress that affect plant
water status. Plant J. 45:523-539

Purwanto dan Agustono (2010) Purwanto dan Agustono. 2010. Kajian fisiologi tanaman
kedelai terhadap berbagai kerapatan gulma teki dalam kondisi cekaman kekeringan.
Agroland 17: 85-90.

Tombe, M., Zulhisnain, & E. Taufik. 2004. Budidaya Vanili Dengan Menggunakan
Teknologi Bio-fob. Putlisbang Tanaman Perkebunan. Balittro.
Thomas, A. Budiman dan Hidayati, U. (2003).Status hara kalium kaitannya dengan
serangan penyakit daun Corynespora pada klon RRIM 600.Warta Pusat Penelitian
Karet. 22 (1) : 24-31.

Rosemarkam, A. dan Yuwono, N.W. (2002).Ilmu kesuburan tanah.Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai