Anda di halaman 1dari 18

KEKUASAAN DAN POLITIK

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Perilaku keorganisasian
Dosen Pengampu: A.TENRIJAYA,SE,MM

Anggota kelompok
1. Eka asriani {1961201096}
2. Andi nurul audia istiqamah{1961201214}
3. Mukminati {1961201244}
Kelas : 4B3

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSLIM MAROS

TAHUN AJARAN 2020-202


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang maha pengasih lagi maha
penyayang sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai, yang
berjudul “KEKUASAAN DAN POLITIK” dengan lancar. Penyusunan
makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah yang diampu oleh
ibu A.TENRIJAYA,SE,MM Dan harapan penulis semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman penulis. Penulis yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Maros,15 Maret 2021

PENYUSUN

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFRAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A.    Latar Belakang Masalah....................................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C.    Tujuan...............................................................................................................................................2
D.    Manfaat............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A.    Hakekat Kekuasaan...........................................................................................................................3
1. Pengertian Kekuasaan.....................................................................................................................3
2. Sumber Kekuasaan..........................................................................................................................3
3. Unsur Kekuasaan.............................................................................................................................4
4. Perbedaan Kekuasaan dan Kepemimpinan......................................................................................4
5. Taktik Kekuasaan.............................................................................................................................5
B.     Hakekat Politik.................................................................................................................................5
1. Pengertian Politik.............................................................................................................................5
2. Politik Nasional................................................................................................................................6
3. Perilaku Politik.................................................................................................................................7
C.    Hubungan Kekuasaan dan Politik......................................................................................................8
PENUTUP BAB lll........................................................................................................................................10
A.    Kesimpulan.....................................................................................................................................10
B.     Saran..............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................11

ii
iii
BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kita sering mendengar kata


kekuasaan dan politik, kedua kata ini sering dihubungkan satu sama lain. Namun,
untuk memahami tentang apa itu kekuasaan dan politik, serta apa hubungan di
antara keduanya, memerlukan pembahasan yang luas dan terperinci. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan dan menggunakannya.
Jika kita melakukan sesuatu tanpa ilmu, kita bisa mencelakakan diri kita sendiri,
bahkan orang lain.

Begitu pula dengan kekuasaan dan politik, di Indonesia tidak sedikit yang
memandang bahwa kekuasaan dapat diperoleh melalui politik. Atau dengan kata
lain, politik adalah jalan untuk mencapai kekuasaan. Pandangan seperti itulah yang
menyebabkan begitu banyak orang mendalami dunia politik hanya demi
mendapatkan kekuasaan. Banyak orang yang mengejar kekuasaan tanpa
memahami apa sesungguhnya dan bagaimana cara menggunakan kekuasaan yang
dimilikinya. Banyak orang pula yang akhirnya menganggap bahwa politik itu
sesuatu yang tidak baik. Untuk itu, pemahaman yang benar mengenai kekuasaan
dan politik sangatlah penting.
B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, timbul


permasalah-permasalah yang dirumuskan dalam makalah ini, di antaranya sebagai
berikut:

1.      Apa hakekat dari kekuasaan?

2.      Apa hakekat dari politik?

3.      Seperti apakah hubungan antara kekuasaan dan politik?

1
C.    Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1.      Mengetahui hakekat dari kekuasaan.

2.      Mengetahui hakekat dari politik.

3.      Mengetahui hubungan antara kekuasaan dan politik.


D.    Manfaat

A. Bagi Penulis

Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas


terstruktur dari mata kuliah Pengantar Ilmu Politik.

B. Bagi Pembaca

Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang


berhubungan dengan permasalahan kekuasaan, politik, serta hubungan antara
kekuasaan dan politik.

2
3
BAB II PEMBAHASAN

A.    Hakekat Kekuasaan
1. Pengertian Kekuasaan

Ada beberapa pandangan mengenai arti kekuasaan, di antaranya:

a. Menurut Miriam Budiardjo, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau


kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai
dengan keinginan dari pelaku.

b. Menurut Ramlan Surbakti, kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi


pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang
mempengaruhi.

c. Menurut Gibson, kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh


sesuatu sesuai dengan cara yang dikehendaki.

d. Menurut Russel, kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh,


sedangkan alasan adalah penggunaan pengaruh yang sebenarnya.

Pada intinya, kekuasaan diartikan sebagai kapasitas yang dimiliki seseorang


untuk mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang
diinginkannya
2. Sumber Kekuasaan

Robbins membagi sumber kekuasaan menjadi dua, yaitu kekuasaan formal


dan kekuasaan personal. Kekuasaan formal didasarkan pada posisi individu dalam
organisasi, meliputi:

4
a. Kekuasaan paksaan (coercive power), didasarkan pada rasa takut.

b. Kekuasaan imbalan (reward power), adanya pemberian imbalan yang


bermanfaat.

c. Kekuasaan hukum (legitimate power), lebih luas daripada kekuasaan paksaan


dan imbalan karena dapat mengendalikan sumber daya organisasi.

d. Kekuasaan informasi (information power), berasal dari akses dan pengendalian


atas informasi.

Berbeda dengan kekuasaan formal, kekuasaan personal tidak didasarkan


pada posisi formal individu dalam organisasi. Ada tiga dasar atau sumber dari
kekuasaan personal, yaitu:

a. Kekuasaan pakar (expert power), didasarkan pada keahlian atau keterampilan


istimewa, dan pengetahuan.

b. Kekuasaan rujukan (referent power), didasarkan pada identifikasi orang yang


mempunyai sumber daya atau ciri pribadi yang diinginkan orang lain.

c. Kekuasaan kharismatik (charismatic power), merupakan perluasan dari


kekuasaan rujukan yang berasal dari kepribadian dan gaya interpersonal.

3. Unsur Kekuasaan

Kekuasaan terdiri dari tiga unsur, yaitu tujuan, cara, dan hasil. Kekuasaan
dapat digunakan untuk tujuan yang baik dan yang tidak baik. Tujuan dari
penggunaan kekuasaan biasanya akan mempengaruhi cara yang dipilih oleh
individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan. Jika pemegang kekuasaan
memiliki tujuan yang baik, maka cara yang dipilih juga akan baik. Dan sebaliknya,
jika pemegang kekuasaan menghendaki tujuan yang tidak baik, maka cara yang
digunakan juga tidak baik, misalnya dengan mengancam. Kemudian, unsur yang
terakhir atau hasil dari kekuasaan dapat dilihat dari jumlah individu yang dapat
dikendalikan atau dipengaruhi, dan seberapa besar pengaruh kekuasaan tersebut.
Sikap pihak yang dikuasai, turut menentukan kualitas kekuasan yang berlaku atas
dirinya. Jika diterima dan didukung, maka kekuasaan itu merupakan wibawa.

5
Kekuasaan yang demikian tidak banyak memerlukan paksaan (kekuatan) dalam
penggunannya.

4. Perbedaan Kekuasaan dan Kepemimpinan

Keberhasilan seorang pemimpin banyak ditentukan oleh kemampuannya


dalam memahami situasi serta ketrampilan dalam menentukan macam kekuasaan
yang tepat untuk merespon tuntutan situasi. Karena itu, kekuasaan sering dianggap
sebagai persamaan dari kepemimpinan. Padahal kekuasaan tidak bisa disamakan
dengan kepemimpinan. Beberapa perbedaan di antara keduanya, ialah:

a. Kekuasaan tidak menuntut kompatibilitas sasaran, melainkan sekedar menuntut


ketergantungan. Sedangkan kepemimpinan menuntut kompatibilitas antara sasaran
pemimpinnya dengan para pengikutnya.

b. Kekuasaan dapat digunakan oleh individu atau kelompok untuk mengendalikan


individu atau kelompok lain. Sedangkan kepemimpinan hanya berfokus pada
pengaruh ke bawah (bawahan), dan meminimalkan pola pengaruh ke samping atau
sejajar dan ke atas.

c. Untuk memperoleh kepatuhan, kekuasaan menekankan pada taktik yang


digunakan. Sedangkan kepemimpinan lebih menekankan pada gaya interpersonal.

5. Taktik Kekuasaan

Taktik atau strategi diperlukan dalam melakukan sesuatu atau mencapai


tujuan tertentu. Dengan strategi yang tepat, tujuan pun akan tercapai. Berkaitan
dengan kekuasaan, Stephen P. Robbins mengidentifikasi tujuh dimensi atau
strategi dalam menggunakan kekuasaan, antara lain:

a. Nalar, yaitu dengan menggunakan fakta dan data untuk membuat penyajian
gagasan yang logis dan rasional.

b. Keramahan, dengan menggunakan sanjungan, penciptaan goodwill, bersikap


rendah hati, dan bersahabat sebelum mengemukakan suatu permintaan.

c. Koalisi, melalui mencari dukungan orang lain dalam organisasi untuk


mendukung keinginananya.

6
d. Tawar-menawar, yaitu menggunakan perundingan melalui pertukaran manfaat
atau keuntungan.

e. Ketegasan, dapat menggunakan pendekatan yang langsung dan kuat seperti


menuntut permintaan, mengulangi peringatan, memerintahkan individu melakukan
apa yang dimintaannya, dan menunjukkan bahwa aturan menuntut pematuhan.

f. Otoritas lebih tinggi, yaitu mencari dukungan dari tingkat lebih tinggi dalam
organisasi untuk mendukung permintaan.

g. Sanksi, berupa penggunaan imbalan dan hukuman yang ditentukan oleh


organisasi seperti mencegah atau menjanjikan kenaikan gaji, mengancam
memberikan penilaian kerja yang tidak memuaskan atau menahan promosi.

B.     Hakekat Politik

1. Pengertian Politik

Politik berasal dari Bahasa Yunani “politeia” yang berarti kiat memimpin
kota (polis). Secara prinsip, politik merupakan upaya untuk ikut berperan serta
dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Menurut Arsitoteles,
politik adalah usaha warga negara dalam mencapai kebaikan bersama atau
kepentingan umum. Politik juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan
kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara. Dari definisi yang bermacam-macam tersebut,
konsep politik dapat dibatasi menjadi:

a. Politik sebagai kepentingan umum

Politik merupakan suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan dan jalan, cara,
serta alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, atau suatu keadaan
yang kita kehendaki disertai dengan jalan, cara, dan alat yang akan kita gunakan
untuk mencapai keadaan yang kita inginkan itu. Politik dalam pengertian ini adalah
tempat keseluruhan individu atau kelompok bergerak dan masing-masing
mempunyai kepentingan atau idenya sendiri.

b. Politik dalam arti kebijaksanaan

7
Politik dalam arti kebijaksanaan (policy) adalah penggunaan pertimbangan-
pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha,
cita-cita, keinginan atau keadaan yang kita kehendaki. Kebijaksanaan adalah suatu
kumpulan keputusan yang diambiloleh seorang pelaku atau kelompok politik
dalam usaha memilih tujuan- tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan
itu.

2. Politik Nasional

Untuk mencapai kehidupan nasional yang diinginkan, maka politik nasional


merupakan jalan dan cara serta alat yang dipergunakan dalam pencapaiannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa politik nasional adalah asas, haluan,
kebijaksanaan, dan usaha negara tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan,
pemeliharaan, dan pengendalian), serta penggunaan secara totalitas dari potensi
nasional untuk mencapai tujuan nasional melalui pembangunan nasional. Politik
nasional ini meliputi antara lain:

a. Politik dalam negeri yang diarahkan kepada mengangkat, meninggikan dan


memelihara harkat, derajat dan potensi rakyat Indonesia yang pernah mengalami
kehinaan dan kemelaratan akibat penjajahan, menuju sifat-sifat bangsa yang
terhormat dan dapat dibanggakan.

b. Politik luar negeri yang bersifat bebas aktif, anti imperialisme dan kolonialisme
dalam segala bentuk dan manifestasinya, mengabdi kepada kepentingan nasional
dan amanat penderitaan rakyat serta diarahkan kepada pembentukan solidaritas
antarbangsa.

c. Politik ekonomi yang bersifat swasembada dan swadaya tanpa mengisolasi diri,
tetapi diarahkan kepada peningkatan taraf hidup dan daya kreasi rakyat Indonesia.

d. Politik pertahanan dan keamanan yang ke luar bersifat defensif aktif dan
diarahkan kepada pengamanan dan perlindungan bangsa dan negara serta usaha-
usaha nasional. Dan ke dalam bersifat perventif aktif untuk menanggulangi segala
macam tantangan, ancaman, dan hambatan serta gangguan yang timbul.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi politik nasional, yaitu:

8
a. Ideologi dan Politik

Potensi ideologi dan politik dihimpun dalam pengertian kesatuan dan


persatuan nasional yang menggambarkan kepribadian bangsa, keyakinan atas
kemampuan sendiri dan yang berdaulat serta berkesanggupan untuk menolong
bangsa-bangsa yang masih dijajah guna mencapai kemerdekaannya.

b. Ekonomi

Kesuburan, kekayaan alam, maupun tenaga kerja yang terdapat di Indonesia


merupakan potensi ekonomi yang sangat besar, bukan saja untuk mencukupi
keperluan sendiri, tetapi juga negara lain. Secara fisik Indonesia juga menduduki
posisi silang antara Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta Benua Asia
dan Benua Australia yang merupakan titik temu dari berbagai bentuk interaksi
kehidupan sosial internasional.

c. Sosial Budaya

Keberagaman dalam berbagai segi kehidupan bangsa merupakan sesuatu


yang harus dipersatukan agar menjadi kekuataan. Segala daya dan dana harus
dikerahkan dan dimanfaatkan untuk mewujudkan dan memelihara
kebhinekatunggalikaan bangsa Indonesia untuk ditransformasikan.

d. Pertahanan Keamanan

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang lahir dalam kancah revolusi


fisik Indonesia, tumbuh menjadi kekuatan militer modern dan merupakan inti
sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta. Manunggalnya ABRI- Rakyat
adalah syarat mutlak dalam pembangunan nasional, bukan hanya karena alasan
historis, tetapi juga sebagai kekuatan bangsa yang tak terpisahkan.

3. Perilaku Politik

Perilaku politik (politic behaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh


individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan
politik. Individu atau kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan
kewajibannya dalam perilaku politik, contohnya :

a. Memilih wakil rakyat atau pemimpin

9
b. Mengikuti suatu partai politik dan lembaga atau organisasi masyarakat
c. Ikut serta dalam pesta politik
d. Memberikan kritik atau saran kepada pelaku politik
e. Berhak untuk menjadi pemimpin politik
f. Berperilaku politik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku

Perilaku politik dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Robbins


membedakan perilaku politik menjadi dua:

a. Perilaku politik sah, mengacu pada politik sehari-hari yang normal sesuai
dengan peraturan, seperti membentuk koalisi.

b. Perilaku politik tidak sah, merupakan perilaku politik ekstrim yang melanggar
peraturan yang berlaku, misalnya melakukan sabotase.

Selain perilaku politik menurut Robbins di atas, secara umum perilaku


politik masyarakat juga dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

a. Radikal

Perilaku politik radikal, yaitu sikap perilaku warga negara yang tidak puas
terhadap keadaan yang ada serta menginginkan perubahan yang cepat dan
mendasar. Orang yang bersifat radikal biasanya tidak mengenal kompromi dan
tidak mengindahkan orang lain serta cenderung ingin menang sendiri.

b. Moderat

Perilaku moderat adalah perilaku politik masyarakat yang telah cukup puas
dengan keadaan yang ada dan bersedia maju, tetapi tidak menerima sepenuhnya
perubahan, apalagi perubahan yang cepat seperti kelompok radikal.

c. Status quo

Perilaku status quo adalah sikap politik dari warga negara yang sudah puas
dengan keadaan yang ada dan berlaku, serta berusaha mempertahankannya.

d. Konservatif

Perilaku konservatif adalah perilaku politik masyarakat yang sudah puas


dengan keadaan yang sudah ada dan cenderung menolak atau menutup diri dari
perubahan. 

10
e. Liberal

Perilaku politik liberal, yaitu sikap perilaku politik masyarakat yang berpikir
bebas dan ingin terus maju. Kaum liberal menginginkan perubahan progresif
secara cepat. Perubahan yang diinginkan berdasarkan hukum atau kekuatan legal
untuk mencapai tujuan. Perilaku politik individu atau kelompok dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, di antaranya: minat terhadap politik, kepekaan sosial,
kemampuan berorganisasi, kondisi perekonomian dan lingkungan sosial.

C.    Hubungan Kekuasaan dan Politik

Ramlan Surbakti dalam bukunya yang berjudul Memahami Ilmu Politik,


menyebutkan bahwa kekuasaan merupakan konsep yang berkaitan dengan
perilaku. Kekuasaan dipandang sebagai gejala yang selalu terdapat dalam proses
politik. Dalam kamus ilmu politik terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan
kekuasaan (power), seperti influence (pengaruh), persuasion (persuasi), force
(kekuatan), coercion (kekerasan) dan lain sebagainya.

Influence adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mengubah


sikap dan perilakunya secara sukarela. Persuasion adalah kemampuan meyakinkan
orang lain dengan argumentasi untuk melakukan sesuatu. Force adalah penggunaan
tekanan fisik, seperti membatasi kebebasan, menimbulkan rasa sakit ataupun
membatasi pemenuhan kebutuhan biologis pihak lain agar melakukan sesuatu.
Pengertian coercion adalah peragaan kekuasaan atau ancaman dan paksaan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap pihak lain agar bersikap dan
berperilaku sesuai dengan kehendak pihak pemilik kekuasaan.

Dari konsep di atas, kekuasaan politik dapat dirumuskan sebagai kemampuan


menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan
dan pelaksanaan keputusan politik sehingga keputusan itu menguntungkandirinya,
kelompoknya ataupun masyarakat pada umumnya. Bila seseorang,
suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi sehingga berbagai
badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang melarang atau
mewajibkan suatu hal atau perkara, maka mereka mempunyai kekuasaan politik.

Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan


(authority), kemampuan untuk membuat orang lain melakukan suatu hal dengan
dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa. Seorang polisi yang
bisa menghentikan mobil di jalan, tidak berarti dia memiliki kekuasaan, tetapi

11
dia memiliki kewenangan yang diperolehnya dari UU Lalu Lintas. Sehingga,
bila seorang pemegang kewenangan melaksankan kewenangannya tidak sesuai
dengan mandat peraturan yang ia jalankan, maka dia telah
menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu dia bisa dituntut dan dikenakan
sanksi.

Hasrat untuk memiliki kekuasaan merupakan keadaan alamiah manusia, persis


seperti yang dimaksudkan oleh Sartre dan Nietsche. Bagi Sartre, kebutuhan dasar
manusia adalah dianggap penting dan dihargai. Sementara bagi Nietsche, manusia
pada dasarnya selalu didorong oleh hasrat untuk menjadi manusia super, manusia
yang berkuasa. Dalam konteks kedudukan politik, boleh jadi hasrat manusia
alamiah inilah yang mendorong seseorang mengejar kekuasaan politik. Menurut
Lord Acton, kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan absolut pasti korup. Hal
itu sudah diketahui banyak orang, khususnya yang memperhatikan praktik
kekuasaan atau politik, baik di pemerintahan, korporasi, maupun organisasi
kemasyarakatan.

Di sisi lain, karena politik berusaha mengurus dan mengendalikan


urusan masyarakat, politik juga dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan
kebaikan dan kebenaran kepada masyarakat luas. Namun, yang terjadi justru
sebaliknya. Orang-orang yang melalui proses politik sekaligus diberi amanah
untuk bekerja untuk rakyat malah menjadi orang pertama yang mengkhianati
amanah itu, dengan mengedepankan kepentingan pribadi dan golongannya sendiri
di atas kepentingan rakyat. Jadi, sebenarnya orang-orang yang bekerja dalam
orbit politiklah, dan bukan politik itu sendiri, yang telah membuat stigma dan
label bahwa politik selalu berorientasi pada kekuasaan.

PENUTUP BAB lll

12
A.    Kesimpulan

Pada hakekatnya, kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang


untuk mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang
diinginkannya. Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yang
dibedakan menjadi kekuasaan formal dan kekuasaan personal. Kekuasaan biasanya
identik dengan politik. Politik sendiri diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan
serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Penyalahgunaan
kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan oleh pelaku politik
menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik hanyalah untuk
mendapatkan kekuasaan. Padahal, pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam
politik bertujuan untuk mengatur kepentingan masyarakat seluruhnya, bukan untuk
kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya pembatasan kekuasaan
sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap pemegang
kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan.
B.     Saran

Hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur


kepentingan masyarakat umum, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun
kelompok. Untuk itu, diperlukan pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar
tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya
keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

13
http://agus-prasetiyo.blogspot.com/2012/03/kekuasaan-dan-politik

14

Anda mungkin juga menyukai