By Asam
الر ُدس َل وأنَحْلزل علَحْلي نا أفَحْلضل ُّ ب الَحْلعال َ َحْلْي أ َحْلرسل إَلَحْلي نا أفَحْلضل َ ا َحْل ُد َهّلِلَ ر
َحْل
هاس وأمرَن َِب َإل َحْلجتَ َاع على ا ق َ ت لَلن ُدخ َرج َحْل
ٍ
ب وجعلنا خَحْلي ر أُدهمة أ َحْل َ الكتُد ُد
أ َحْلْح ُد هُد ت عاَل وأ َحْلش ُدكُدرهُد على،واهلُد ى ون هاَن ع َحْلن ا َإلفَحْلَِت َاق واتَب َاع اهلوى
ََ َ
وأ َحْلشه ُد أن ال إَلو إَاله ُد و َحْل هُد ال ش َرَحْل لوُد،نع و الهَِت ال ُدَحْلُتصى
ٍ اللهه هم ص َل وسلَم وِب َرَحْلك على ُدُم ه،وأ َحْلشه ُد أ هن ُدُم ه ً ا عب ُد ه ورسولُدو
َحْل َحْل ُد ُد َحْل ُد ُد
أ هما َحْلع ُد ف يا.َص اََو وم َحْلن تبَع ُده َحْلم َ ُد نهتَ َو إََل َحْلوَم الَحْل َحْلوعُد َحْلو ََ
وعلى لو وأ َحْل
أ َحْلُدو َصَحْلي ُدك َحْلم ون َحْل َ َحْل َت َحْل وى َ هق تُد اتََو لعله ُدك َحْلم تُد َحْل لَ ُد َحْلون،َ َعبا
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa selalu meningkatkan ketakwaan
kepada Allah SWT. Meningkatkan ketakwaan berarti
meningkatkan ketaatan kepada Allah, meningkatkan kuantitas
dan kualitas ibadah, memperbanyak amal shaleh, bersikap hati-
hati dari hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Bersikap hati-hati dari sesuatu yang dilarang sebagaimana
halnya kita berhati-hati ketika berjalan di jalan yang penuh
dengan duri atau berjalan di tepi jurang yang dalam karena
setiap saat bahaya selalu mengancam.
1
rumah saja bersama keluarga tercinta sesuai dengan anjuran
pemerintah. Lalu hari ini kita dipertemukan-Nya dengan hari
raya pekanan; yaumul Jum'ah, yang juga disebut sayyidul
ayyam, yang masih dalam hitungan hari tasyri’.
Maka sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Allah SWT atas
nikmat-nikmat itu. Sungguh, tanpa hidayah dari Allah, kita
takkan berada di jalan lurus ini; jalan keselamatan, jalan
kebahagiaan, jalan kemenangan; dinul Islam. Tanpa rahmat
dan nikmat-Nya, kita tak mungkin mampu beramal dalam dua
hari raya itu. Maka, syukur kita sudah seharusnya terwujud
dengan memanfaatkan nikmat Allah untuk mentaatiNya.
2
sosial. Ia mendekatkan hamba kepada Allah SWT, sekaligus
membuatnya peduli pada sesama. Dengan daging yang
dibagikannya kepada orang miskin sebagai bentuk
meringankan beban dan menggembirakan mereka, daging
qurban juga boleh dibagikan kepada orang yang kaya untuk
melembutkan hati mereka, dengan harapan mereka pun
terpanggil untuk menyantuni sesama sekaligus mengokohkan
keimanannya.
3
masyarakat. Sebagai sebuah simbol, perintah qurban haruslah
bertransformasi ke ranah kehidupan yang lebih luas.
Ibadah qurban tidak akan menemui esensinya jika hanya
dipahami sebagai ibadah ritual tahunan saat menjelang Idul
adha saja tanpa menumbuhkan semangat rela berkorban untuk
mensyiarkan agama Allah. Sehingga apapun bentuknya, sebuah
pengorbanan, baik berupa harta, ilmu, pikiran dan tenaga yang
dapat memberikan manfaat untuk orang lain jika dilakukan
dengan kesungguhan hati dan keikhlasan semata karena Allah
dapat mengantarkan seseorang menjadi lebih dekat kepada
Tuhannya.
Ibadah qurban tidak hanya dituntut untuk menjaga
ketaatan secara individual kepada Allah, tetapi juga dituntut
menghadirkan kemanfaatan bagi sesama. Rasulullah saw
bersabda :
خريالناس ان عهم للناس
“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling
banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari)
4
binatang. Ego yang selalu ingin "menguasai" kehidupan
manusia harus "disembelih". Jangan biarkan ego kita
menguasai diri sehingga mengendalikan kehidupan kita.
Betapa banyak orang terjerumus nista karena menuruti
egonya. Secara psikologis, ego adalah kekuatan dalam diri
manusia yang cenderung menyukai pada kesenangan jasmani
dan menuruti kehendak jahat (dosa). Dalam istilah psikologi
sufi disebut "nafs al-ammarah" (jiwa tirani).
5
Kedua, jika kita merasa sebagai orang yang mengerti
agama, katakanlah tokoh agama, janganlah mudah menuduh
orang lain, pihak lain atau pemerintah salah, dan menganggap
pendapatnya paling benar terkait dalam penyikapan terhadap
Covid-19. Ego merasa "paling" adalah berhala atau binatang
dalam diri kita yang harus disembelih.
Ketiga, menyembelih ego dari keinginan keluar rumah,
khususnya tidak mudik lebaran Idul adha seperti disarankan
oleh pemerintah. Sementara waktu,, bekerja dan beribadah di
rumah. Peniadaan kegiatan ibadah idul adha di rumah ibadah
atau tempat-tempat yang dijadikan rumah ibadah semata-
mata untuk menghindari kerumunan yang dapat menimbulkan
masyaqat, yaitu penyebaran virus secara cepat.
Tidak ada maksud apapun dari pemerintah untuk
melarang umat beribadah, apalagi agar umat Islam tidak
merayakan Idul adha. Menarik kesimpulan secara
serampangan seperti itu adalah cara-cara beragama yang tidak
matang dan kental dengan ego kelompok atau golongan yang
patut dibuang jauh-jauh. Yakinlah, beribadah di rumah untuk
sementara waktu tidak akan mengurangi bobot kita dalam
beragama.
Keempat, menyembelih keinginan hidup berlebih dengan
membangun empati kepada masyarakat yang membutuhkan.
Saat wabah melanda seperti ini tentu banyak pihak yang
membutuhkan pertolongan medis, oksigen, darah, obat-
obatan, layanan vaksinasi, dan lain-lain. Saatnya kita bergerak
bersama untuk berkolaborasi kepedulian untuk keselamatan
bersama.
Saat ada pihak yang menyarankan agar berqurban tahun
ini dialihkan dengan beramal sosial (sedekah) untuk membantu
masyarakat korban Covid-19, jangan pula cepat menuduh
dengan keji sebagai upaya menjauhkan umat dari ajaran-
6
ajaran Islam karena berpikir liberal. Inilah lagi-lagi "binatang"
dalam diri yang segera disembelih.
Mari bangun kepedulian publik untuk membangun negeri
dan bangkit dari wabah ini seperti spirit Idul Qurban yang
diajarkan oleh nabi Ibrahim dan kesabaran Ismail. Ego-ego
kebinatangan yang selalu muncul dalam setiap sudut hati dan
pikiran kita perlu segera "disembelih" untuk mengikuti titah
Nabi Ibrahim As.
Semoga Allah memberikan hidayah-Nya sehingga kita
dapat mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kita kepada
yang lainnya dengan melaksanakan ajaran qurban. Amin.
ِ ونَ َفعَنٌِِ وَإِيَّاكُيِ ِبىَا فًِِهِ ِونَ اِآليَات،ِبَارَكَ اهللُ لٌِِ وَلكُيِ فٌِ الِ ُقزِآنِ اِلعَظًِِي