Kasus Covid-19 di Indonesia pertama kali diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020 dan
penyebaran virusnya masih terjadi sampai saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
menghentikan penyebarannya, mulai dari menerapkan 5M (memakai masker, mencuci
tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas) sampai dengan upaya
vaksinasi gratis. Namun, upaya-upaya tersebut belum bisa menghentikan penyebaran kasus
Covid-19.
Di antara penyebab gagalnya berbagai upaya yang dilakukan adalah terlalu banyak
informasi yang menyebar mengenai Covid-19 yang menyebabkan masyarakat bingung untuk
memilah antara kebenaran dengan informasi yang hanya kepalsuan belaka. Sebagai contoh,
pada awal tahun 2020, tersebar video yang menujukkan orang-orang yang terinfeksi Covid-
19 menggonggong, mereka berperilaku seperti anjing. Hal ini dapat dipastikan merupakan
sebuah kebohongan karena Covid-19 tidak menyerang otak melainkan menyerang sistem
pernapasan. Di lain waktu, seseorang juga merekam video yang menunjukkan bahwa pada
kemasan Dettol tertulis keterangan ‘dapat membunuh virus corona’. Orang tersebut juga
meyakinkan masyarakat dengan memperlihatkan bahwa botol tersebut diproduksi pada tahun
2019. Ia kemudian menyimpulkan bahwa Inggris selaku yang memproduksi Dettol tersebut
sudah mengetahui jika virus Corona akan tersebar di tahun 2020. Namun, faktanya virus
Corona ditemukan pada tahun 1930 dan Covid-19 merupakan salah satu dari jenis virus
Corona.
Itulah beberapa dampak yang disebabkan karena tidak hati-hati dalam menyerap
informasi. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan ke depannya, sangat penting untuk
mengedukasi masyarakat agar lebih hati-hati dalam menerima dan menyebarkan berita yang
diperoleh dari media dengan sumber yang tidak jelas sebelum memeriksa kebenarannya.
Cukup mengambil informasi dari orang-orang yang memang berkualifikasi dalam
permasalahan tersebut. Dengan demikian, berbagai hal yang tidak diinginkan bisa
terminimalisir dan pandemi Covid-19 dapat segera berakhir.