FARMASI SOSIAL
OLEH
RIADATUL ELFANAWATI
NIM :4820121024EX
Puji syukur saya panjatkan kehadirat allah swt atas sehala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
Bagi penyusun, bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki oleh penyusun. Maka dari
itu kami mohon saran dan kritik yang bersifat membangun dari teman-teman maupun dosen
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BABI I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
a. Asuhan kefarmasian
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
peran pending dalam mewujudkan kesehatan yang bermutu, dimana apoteker sebagai
bagian dari tenaga kesehatan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
melibatkan berbagai pihak, seperti masyarakat, swasta, dan pihak lainnya. Untuk
mewujudkannya, maka sistem kesehatan dibangun dengan cara berjenjang, mulai dari
tingkat primer sampai tersier. Pada tingkat layanan primer, dikoordinasikan oleh
kesehatan. Untuk itu, peranan pemerintah adalah membuka akses informasi dan
UKBM, seperti: posyandu, poskestren, musholla sehat, desa siaga, atau pemuda siaga
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan
berhubungan dengan kesehatan. Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di
pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan
pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah
sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
pada pasien. Bukan hanya dokter yang berpengaruh terhadap dalam keberhasilan
pengobatan pasien, Apoteker juga memiliki peran dalam perawatan pasien serta
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat. Pelayanan farmasi klinik
terbukti efektif dalam menangani terapi pada pasien. Selain itu, pelayanan tersebut
juga efektif untuk mengurangi biaya pelayanan kesehatan dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Hal itu terutama diperoleh dengan melakukan pemantauan resep
dan pelaporan efek samping obat. Pelayanan ini terbukti dapat menurunkan angka
sakit yang menjalankan aktivitas farmasi klinik dengan yang tidak. Sebuah studi lain
partisipasi farmasis dalam visite (kunjungan) ke bangsal perawatan intensive care unit
(ICU) dapat mengurangi sampai 66% kejadian efek samping obat yang bisa dicegah,
yang disebabkan karena kesalahan dalam perintah pengobatan (Leape et al, 1999)
Landasan hukum berkaitan dengan pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di
rumah sakit adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tentang Standar Pelayanan
problems (DRPs) yang potensial dan aktual, memecahkan DRP yang aktual dan
3. Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat yang dapat dilihat dari catatan rekam
farmasi dan data laboratorium serta dikaitkan dengan kepatuhan pasien dan kejadian
a) Asuhan Kefarmasian
tujuan mencapai hasil yang ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup pasien.
Asuhan kefarmasian tidak hanya melibatkan terapi obat tapi juga keputusan
menggunakan terapi obat, pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute dan metoda
pemberian, pemantauan terapi obat dan pemberian informasi dan konseling pada
di mana farmasis bertanggung jawab terhadap terapi obat yang digunakan pasien
menyerahkan obat kepada pasien. Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap.
masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep. Tenaga
persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
1. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien.
3. Stabilitas dan
4. Kontraindikasi.
5. Interaksi Obat.
serta pelaporannya.
di lapangan.
yang terus menerus akan menghasilkan ketersediaan obat yang sesuai dengan
langsung.
dengan cara ini dapat dilakukan secara berkala pada waktu-waktu yang
e. Ketepatan indikasi.
status pasien: Kecocokan dan ketepatan antara: a. Gejala dan tanda yang
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Siregar Charles, J.P., Lia Amalia. 2003. Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit.
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2002. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan
Hassan WE. 1986. Hospital Pharmacy, 5th editon, Lea dan Febger Philadelphina.