I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian, tujuan, implikasi penelitian, ruang lingkup dan
langkah – langkah penelitian kebidanan.
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan
V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian penelitian kebidanan
2. Memahami tujuan penelitian kebidanan
3. Memahami implikasi penelitian kebidanan
4. Menyebutkan ruanglingkup penelitian kebidanan
3. Kegiatan akhir (penutup)
a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi
B. Tujuan
Mempelajari dan memahami sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan
yang terjadi dalam lingkup internasional. Adapun tujuan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di dalam dan di luar
negeri.
2. Untuk mengetahui perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Amerika ,
Belanda dan Jepang ?
C. Manfaat
1. Agar mahasiswa bisa mengembangkannya kepada orang lain tentang sejarah perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan di dalam dan di luar negeri, khususnya di Amerika ,
Belanda dan Jepang
2. Agar mahasiswa mendapat ilmu lebih banyak mengenai sejarah perkembangan pelayanan
dan pendidikan kebidanan di dalam dan di luar negeri , khususnya di Amerika, Belanda, dan
Jepang.
D. Sejarah Perkembangan Pelayanan Dan Pendidikan Bidan Didalam Dan
Diluar Negeri
Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun internasional
terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan
kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan
khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan
kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin,
khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal
diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan
kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan
menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak
atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta
meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
a. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab
bidan.
b. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara
bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
c. Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh
bidan kepada system layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun
pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan
lainnya seperti rujukan.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga
penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William
Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung
lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di
Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer
Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan pelajaran,
baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan
sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka
pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W.
Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas
pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan
ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal
dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya
dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara.Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat
yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas
memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas
berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga
berencana.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan
masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun
1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.
Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya
dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru
lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa
melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan
pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang
diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di
rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit
memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik
keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi
kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang
menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan
pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1) Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2) Family Planning.
3) Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4) Kesehatan reproduksi remaja
5) Kesehatan reproduksi pada orang tua.
I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology, Bidang Ilmu
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu
2. Mampu memahami tujuan Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu
3. Mampu memahami implikasi Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu
V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi
A.DEFINISI KEILMUAN
PENGERTIAN ILMU MENURUT MINTO RAHAYU Ilmu adalah pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis dan berlaku umum, sedangkan pengetahuan adalah pengalaman
yang bersifat pribadi/kelompok dan belum disusun secara sistematis karena belum dicoba dan
diuji
PENGERTIAN ILMU MENURUT DR. H. M. GADE Ilmu adalah falsafah. yaitu hasil
Pemikirantentang batas-batas kemungkinan pengetahuan manusia
PENGERTIAN ILMU MENURUT M. IZUDDIN TAUFIQIlmu adalah penelusuran data
atau informasi melalui pengamatan, pengkajiandan eksperimen, dengan tujuan menetapkan
hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya
PENGERTIAN ILMU MENURUT THOMAS KUHNIlmu adalah himpunan aktivitas
yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya
PENGERTIAN ILMUMENURUT Dr. MAURICE BUCAILLEIlmu adalah kunci untuk
mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.
PENGERTIAN ILMU MENURUT NS. ASMADIIlmu merupakan sekumpulan
pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan
terkendali (metode ilmiah)
PENGERTIAN ILMU MENURUT POESPOPRODJO Pengertian Ilmuadalah proses
perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputiperkembangan teori dan uji empiris
PENGERTIAN ILMU MENURUT FRANCIS BACONIlmu adalah satu-satunya
pengetahuan yang valid dan hanya fakta-fakta yang dapat menjadi objek pengetahuan
PENGERTIAN ILMU MENURUT CHARLES SINGER Ilmu adalah suatu proses yang
membuat pengetahuan (science is the process which makes knowledge)Dari semua Pendapat
tentang Pengertian Ilmu di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Ilmu bukan sekadar
pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk
dari epistemologi.
B. EPISTEMOLOGY
Pengertian epistemologi, ( dari bahasa Yunani episteme ( pengetahuan ) dan logos (kata /
pembicaraan / ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat,karakter dan
jenispengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas
dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya,
macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut
diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metodekontemplatis dan metode
dialektis.Metode-metode untuk memperoleh pengetahuana.
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh
pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania, mengatakan
bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula
rasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi.
Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta
memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama-
pertama dan sederhana tersebut.Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan,yang
secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita
betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi
yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek
material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah
pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang factual.b.
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena
rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkanpengalaman paling-paling dipandang
sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalismeyakin bahwa kebenaran dan
kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran
mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka
kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi
saja.
Fenomenalisme Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang
pengalaman. Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat
inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara
sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang
barang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang
menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).Bagi Kant para
penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada
pengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme juga
benar, karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta
pengalaman.
Intusionisme Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara
langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak
akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif.Salah satu
di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah,paham ini
memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh
indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi
pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Kant masih tetap benar
dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi dengan demikian
pengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif.Hendaknya
diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman inderawi yang biasa dan pengetahuan
yang disimpulkan darinya.
Intusionisme – setidak-tidaknya dalam beberapa bentuk-hanya mengatakan bahwa
pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi-
yang meliputi sebagian saja– yang diberikan oleh analisis. Ada yang berpendirian bahwa apa
yang diberikan oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagai lawan dari apa yang
diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan. Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernah
merupakan sesuatu seperti yang menampak kepada kita, dan hanya intuisilah yang dapat
menyingkapkan kepada kita keadaanya yang
Dialektis Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan serta
analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan. Dalam
teori pengetahuan ini merupakanbentuk pemikiran yang tidaktersusun dari satu pikiran tetapi
pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Terminologi
Kebidanan,Bidan,Kebidanan,Asuhan Kebidanan, Praktek Kebidanan,Manajemen
Kebidanan,Pelayanan Kebidanan,Kode etik Kebidanan.
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Konsep Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Konsep Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Konsep Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Konsep Kebidanan
V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi
A. DEFINISI BIDAN
Pengertian bidan adalah Seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan
yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik
kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan
nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca
persalinan ( post partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawanya sendiri serta
asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian
kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan
tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia
mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita
tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan
antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi,
keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan,
rumah perawatan atau tempat-tempat lainnya.
Pengertian Bidan Indonesia dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi
masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia
adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi unttk menjalankan
praktik kebidanan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya
kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan
perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah
Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
B. DEFINISI KEBIDANAN
SAFRUDIN & HAMIDAH Kebidanan merupakan subsitem pelayanan kesehatan, hasil
pendidikan dan penelitian yang melandasi praktik
RATNA HIDAYATI Kebidanan merupakan cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari
semua hal yang berkaitan dengan lahirnya anak
IDA BAGUS GDE MANUABA Kebidanan ialah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan,
persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal
PENNY SIMKIN, JANET WHALLEY & ANN KEPPLER Dokter kandungan atau kebidanan
adalah dokter lulusan dari fakultas kedokteran atau osteopatik yang menekankan hubungan
antara tulang dan otot
SUSAN ROSS Kebidanan adalah profesi yang sangat altruistik
CHRIS BROOKER Kebidanan adalah profesi yang mencakup kompetensi dalam tenaga
kerjanya
MANUABA, CHANDRANITA MANUABA, FAJAR MANUABA
Kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai aspek alat reproduksi yang sedang
hamil, sejak saat konsepsi bersalin sampai masa kala nifas berakhir
KEES BERTENS Kebidanan adalah spesialisasi medis yang dikembangkan khusus supaya bayi
baru lahir dapat lahir dengan selamat dan kondisi kesehatan terjamin
Arti Kebidanan Zaman dahulu kelahiran manusia diartikan sebagai hukum keajaiban alam
yang terbesar. Alam menghendakinya an alam pulalah yang menyediakan keperluan-keperluan
baginya. Setelah kemajuan lebih maju kebidanan adalah ilmu yang mempelajari kelahiran
manusia, mulai dari kandungan sampai melahirkan.
Kebidanan ( Mildwifery )Merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu
(Multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan yang meliputi : ilmu kedokteran,
keperawatan, sosial, perilaku, kesehatan masyarakat, budaya, manajemen (untuk memberi
penyuluhan pada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, postpartum, bayi baru lahir, yang
meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan
pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat).
Asal Kata Kebidanan Berasal dari bahasa latin Obstetric sebab wanita yang akan bersalin
selalu harus didampingi dan ditolong oleh wanita lain. Kemudain kata obsto di pakai dalam
berbagai bahasa antara lain: Yunani yang disebut Obstetricius, Prancis yaitu Abatare, Belanda
yang di sebut Obstetrie, Inggris yang disebut Obstertic, dan lain-lain.
D.DEFINISI PELAYANAN KEBIDANAN ( Midwifery Service )
Seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan
kessehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya
keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.
Penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan kepada klien
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Manajemen Kebidanan
Pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis
Penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan. Misalnya : ibu
masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga.
G. FALSAFAH KEBIDANAN
• Pancasila
• Manusia ( pria dan wanita yang menikah membentuk keluarga dan mempunyai anak ).
• Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman
dan memuaskan.
• Persalinan adalah suatu proses yang alami, namun bila tidak di kelola dengan tepat akan
berubah menjadi abnormal.
• Setiap individu berhak untuk di lahirkan secara sehat, maka setiap wanita usia subur, ibu hamil,
melahirkan, dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang berkualitas.
• Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang membutuhkan
masa persiapan mulai naka menginjak masa remaja.
• Kesehatan reproduksi wanita dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan pelayanan
kesehatan.
H.KONSEP KEBIDANAN
Berisi teori-teori yang mengacu pada suatu pemikiran atau ide tentang kebidanan yang
mencakup beberapa hal yang berkenaan dengan bidan dan kebidanan yang akan memberikan
suatu kejelasan yang menjelaskan bidan sebagai suatu profesi.
Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan. Falsafah kebidanan tersebut adalah :
1. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang – Undang maupun peraturan
pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan professional dan
secara internasional diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM), FIGO dan
WHO.
2. Tugas, tanggungjawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam beberapa
peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam rangka membantu program
pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam rangka menurunkan AKI, AKP, KIA,
Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman dan KB.
3.Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan budaya. Setiap individu
berhak untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di
segala aspek pemeliharaan kesehatannya.
4.Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopause adalah proses
fisiologi dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi medic.
5.Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola
dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
6.Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia subur,
ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang berkualitas.
7.Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang membutuhkan
persiapan mulai anak menginjak masa remaja.
8.Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan pelayanan
kesehatan.
9. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
10.Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam rangka
meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional dan interaksi social serta asas
penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi manajemen secara terpadu.
11. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian berlangsung
sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan dan diupayakan untuk berbagai strata masyarakat.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Kebidanan Sebagai Profesi Organisasi
Profesi,Dasar Pemikiran,Wewenang Bidan, UU kesehatan yang berkaitan dengan praktek
Kebidanan, Hak-hak Klien,Informed Consent
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Profesi Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Profesi Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Profesi Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Profesi Kebidanan
V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian Profesi Kebidanan
2. Memahami tujuan Profesi Kebidanan
3. Memahami implikasi Profesi Kebidanan
4. Menyebutkan ruanglingkup Profesi Kebidanan
3. Kegiatan akhir (penutup)
a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii pelayan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat
unik, yaitu:
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses
pendidikan dan jenjang tertentu
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat,
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh
kode etik profesi.
Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan anggota profesi yang
harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus diimbangi dengan kesempatan
memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan
kesehatan. Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan
tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan struktural dan
jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang
dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai
dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga
berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional profesional,
dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan profesional.
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu standar
pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya
4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
5. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
6. Bidan memiliki organisasi profesi
7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat.
A. Organisasi Profesi
Sebelumnya kita telah membahas apa pengertian profesi dari sudut pandang penulis, jadi
mungkin telah terbesit dalam pikiran kita "apa itu organisasi profesi". Dalam keseharian orang
awam menganggap bahwa organisasi profesi adalah suatu kumpulan profesi yang terintegrasi
dengan baik.
Berikut opini terhadap pengertian organisasi profesi yang bisa penulis curahkan dan
dibawah ini juga ditambahkan pengertian organisasi profesi yang digunakan secara umum,
Sehingga keduanya bisa dibandingkan.
B. INFORMED CONSENT
Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat digolongkan sebagai tindakan
melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodily assault ).
Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, persetujuan tindakan
kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan, sebelum
dimulainya tindakan ( Ayat 1 ). Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan
secara tertulis oleh yang memberi persetujuan ( Ayat 2 ).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan
Pokok Bahasan : Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
Sub Pokok bahasan :
Peran Bidan
Fungsi Bidan
Kompetensi Bidan
Standard Praktek
Manajemen Kebidanan,Focus dan tujuan dasar asuhan
Kebidanan
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke :5
Alokasi Waktu : 100 menit
I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
2. Mampu memahami tujuan Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
3. Mampu memahami implikasi Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui Tanya jawab sesuai dengan indicator kompetensi
Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Bidan telah diakui sebagai sebuah
profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang bekerja profesional, maka bidan harus
dapat memahami sejauh mana peran dan fungsinya sebagai seorang bidan. Bidan dalam
menjalankan profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu pelaksana, pengelola, pendidik dan
peneliti.
1. Peran Bidan
Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat (Tim Media pena,2002 : 112 )
Peran bidan yang diharapkan adalah:
1. Sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi dan
tugas ketergantungan.
a. Tugas Mandiri/ Primer
Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab bidan sesuai kewenangannya,
meliputi:
a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan.
b. Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan melibatkan mereka sebagai klien.
c. Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
d. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan
klien /keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien
/keluarga.
g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
KB.
h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan system reproduksi dan
wanita dalam masa klimakretium dan nifas.
b. Tugas Kolaborasi
Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan
kesehatan, meliputi :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarganya.
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga.
e. Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien atau ibudari bayi dan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga.
c. Tugas Ketergantungan / Merujuk
Ini adalah tugas yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang
lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima
rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan
ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horisintal maupun vertikal atau ke profesi
kesehatan lainnya, seperti :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
rujukan keterlibatan klien dan keluarga.
b. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi dan kegawat daruratan.
c. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
d. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas
dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan
yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatan
yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan.
2. Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
a. Mengembangkan Pelayanan Dasar Kesehatan
Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk
individu, keluarga kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan
masyarakat/ klien meliputi :
1. Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
2. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil kajian bersama masyarakat.
3. Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan khususnyaKIA/KB sesuai dengan rencana.
4. Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader dan dukun atau petugas kesehatan
lain dalam melaksanakan program/ kegiatan pelayanan KIA/KB.
5. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya KIA KB
termasuk pemanfaatan sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
6. Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
7. Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan dalam kelompok profesi.
8. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
2. Fungsi bidan di RB
a. Fungsi Pelaksana
a. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
b. Memberikan imunisasi pada bayi dan ibu hamil
c. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas
d. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
b. Fungsi Pengelola
Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung
oleh partisipasi masyarakat.
Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan
kebidanan
Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
c. Fungsi Pendidik
Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan.
Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyarakat
Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
d. Fungsi Peneliti
Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
Melakukan penelitian kebidanan klien dan keluarga yang berkunjung ke RB
D. Wewenang Dan Tanggung Jawab Bidan
1. Wewenang Bidan
Dalam menjalankan praktek profesionalnya wewenang bidan diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Pemberian kewenangan lebih luas kepada
bidan dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan obstetri dan neonatal kepada
setiap ibuhamil/bersalin, nifas dan bayi baru lahir agar penanganan dini atau pertolongan
pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepatwaktu.
2. Tanggung Jawab Bidan
Sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung jawab atas pelayanan yang diberikan
dan berupaya secara optimal dengan mengutamakan keselamatan klien Bidan harus dapat
mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang
dilakukannya.
A. Standar Praktik Kebidanan
Standar praktik kebidanan terbagi atas :
Difinisi Operasional :
1. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan medis.
2. Format manajemen kebidanan terdiri dari : format pengumpulan data, rencana format
pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan dan evaluasi.
3. Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan kilen dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Difinisi Operasional :
1. Ada format pengumpulan data
2. Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus, yang meliputi data :
- Demografi identitas klien
- Riwayat penyakit terdahulu
- Riwayat kesehatan reproduksi
- Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi
- Analisis data
1. Data dikumpulkan dari :
- Klien/pasien, keluarga dan sumber lain
- Teanaga kesehatan
- Individu dalam lingkungan terdekat
1. Data diperoleh dengan cara :
- Wawancara
- Observasi
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang
1. Standar III : Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan.
Difinisi Operasional :
1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien / suatu
keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang bidan dan
kebutuhan klien
2. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistematis mengarah pada asuhan
kebidanan yang diperlukan oleh klien.
3. Standar IV : Rencana Asuhan
Rencana Asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan
Difinisi Operasional :
1. Ada format rencana asuhan kebidanan
2. Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa, rencana tindakan dan evaluasi
3. Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien :
tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien
Difinisi Operasional :
1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi
2. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perkembangan klien
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan atau
tugas kolaborasi
5. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik kebidanan etika
kebidanan serta mempertimbangkan hak klien aman dan nyaman
6. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia
7. Standar VI : Partisipasi Klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga dalam rangka
peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
Difinisi Operasional :
1. Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang :
- status kesehatan saat ini
- rencana tindakan yang akan dilaksanakan
- peranana klien/keluarga dalam tindakan kebidanan
- peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan
- sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan
1. Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan tindakan kegiatan
2. Standar VII : Pengawasan
Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan untuk
mengetahui perkembangan klien
Difinisi Operasional :
1. Adanya format pengawasan klien
2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sitematis untuk mengetahui keadaan
perkembangan klie
3. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah disediakan
4. Standar VIII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindakan kebidanan yang
dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Difinisi Operasional :
1. Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan.Klien sesuai dengan
standar ukuran yang telah ditetapkan
2. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan
3. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan
4. Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan kebidanan yang
diberikan
Difinisi Operasional :
1. Dokumentasi dilaksanakan untuk disetiap langkah manajemen kebidanan.
2. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur sistimatis jelas dan ada yang bertanggung jawab
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar profesi.Standar
profesi bidan yang terbaru adalah diatur dalam PERMENKES RI No.
HK.02.02/MENKES/149/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
Lingkup Praktek KebidananLingkup prakek kebidanan yang digunakan meliputi asuhan mandiri/
otonomi pada anak-anak perem, remaja putri dan wanita desa sebelum, selama kehamilandan
selanjutnya.
Hal ini berarti bidan memberikan pengawasan yang diperlukan asuhan serta nasehat bagi wanita
selama masa hamil, bersalin dan nifas.
MANAJEMEN KEBIDANAN
1. PENGERTIAN
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan –penemuan,
ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
terfokus pada klien. (Varney, 1997)
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk
kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah
tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan
kondisi.
Prisip Proses Manajemen Kebidanan Menurut American College of Nurse Midwife (ANCM)
tahun 1999
1. .Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan
melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk
mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
2. .Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan
merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien
4. Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan tanggung
jawab terhadap kesehatannya
5. membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
6. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual
7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanankan manajemen dengan berkolaborasi dan
merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada
penyimpangan dari keadaan normal
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan
Langkah-langkah
I.Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan, menilai keadaan klien secara keseluruhan
II.Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah
III.Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penangannya
IV.Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain serta berdasarkan kondisi klien
V.Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah yang selanjutnya
VI.Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
VII.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen
proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif
Melihat penjelasan diatas, maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis
yang merupakn pola piker bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien. Diharapkan dengan
pendekatan pemecahan masalah yang bsistematis dan rasional, maka seluruh aktifitas/tindakan
yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif. Terhindar dari tindakan yang bersifat coba-
coba yang akan merugikan klien.
Untuk kejelasan langkah-langkah diatas maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan dari
setiap langkah :
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal
yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosa.
Sebagai contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III
Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi
tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan
memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau
yang menyertai
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar
Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan
Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisa data
Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar
Ibu menyenangi Binatang
Kebutuhan :
Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang
Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting
sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut,
misalnya:
oBesar dari masa kehamilan
oIbu dengan diabetes kehamilan, atau
oKehamilan kembar
Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-
siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia
uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap
kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya
waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan
tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap
kunjungan ulang,
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya
penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang
ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi
setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam
manajemen asuhan klien.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan
dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan
bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan
teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa
dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan
yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-
benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan
klien.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan tersebut.
I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Paradigma Kebidanan, Komponen Paradigma.
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Paradigma Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Paradigma Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Paradigma Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Paradigma Kebidanan
V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi
A. Pengertian
Komponen paradigma kebidanan, meliputi wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan, dan
keturunan.
Wanita
Wanita/ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang
sehat secara jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan. Ibu adalah pendidik
pertama utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan
seorang ibu dalam keluarga.Para wanita di masyarakat adalah pelopor peningkatan
kesejahteraan keluarga.
Lingkungan
Lingkungan merupakan semua aspek yang terlibat dalam interaksi individu ketika
melakukan aktivitas.Ibu selalu terlibat dalam interaksi antara keluarga, kelompok,
komunitas, maupun masyarakat.Masyarakat adalah kelompok yang telah dibentuk manusia
sebagai lingkungan sosial.Ibu/wanita merupakan bagian anggota keluarga dan unit
komunitas.
Perilaku
Perilaku profesional bidan mencakup:
1. Berpegang teguh pada filosofi etika profesi dan aspek legal dalam melaksanakan
tugasnya.
2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir secara
berkala.
4. Menggunakan tindakan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan penyakit dan
startegi pengendalian infeksi.
5. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberi asuhan kebidanan.
6. Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat dalam kaitannya dengan praktik
kesehatan,kehamilan,pelahiran,periode pasca melahirkan,bayi barulahir, dan balita.
7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan wanita atau ibu(clien) agar
klien dapat menentukan pilihan berdasarkan informasi mengenai semua aspek asuhan.
Meminta persetujuan secara tertulis agar klien juga bertanggung jawab atas keswehatannya
sendiri.
8. Menggunakan keterampilan komunikasi.
9. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
ibu dan keluarga.
Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diarahkan
untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang
berkualitas.
Keturunan
Kualitas manusia diantaranya ditentukan keturunan.Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu
yang sehat. Walaupun kehamilan, kelahiran, dan nifas adalah proses fisiologis, namun bila
tidak ditangani secara akurat dan benar keadaan fisiologis dapat menjadi patologis,
sehingga berpengaruh pada bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu, layanan
praperkawinan, prakehamilan, kehamilan, kelahiran, dan nifas sangat penting serta
memiliki keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan dan semua ini adalah
tugas utama bidan.
C. Bentuk AsuhanKebidanan
Asuhan kebidanan mencakup asuhan kebidanan pada ibu hamil, asuhan kebidanan pada
ibu bersalin, asuhan kebidanan bayi baru lahir dan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
Bidan adalah praktisi yang memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bersalin yang
normal, asuhan terhadap kasus gangguan sistem reproduksi wanita serta gangguan
kesehatan bagi anak balita sesuai dengan kewenangannya.
Tugas bidan adalah memberi pelayanan dan asuhan kebidanan. Pelayanan/asuhan
kebidanan mencakup pra perkawinan, kehamilan, melahirkan, menyusui dan nifas, serta
pelayanan/asuhan kebidanan pada bayi, balita, remaja, dan wanita usia subur.
Setiap kegiatan bidan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan ibu dan anak
sesuai dengan kewenangannya dilakukan melalui asuhan/pelayanan kebidanan.
Kebidanan merupakan sintesis berbagai ilmu pengetahuan mencakup ilmu obstetri , ilmu
perilaku, ilmu mengenai kebutuhan manusia, dan ilmu sosial yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak.
Ibu adalah sasaran utama pelayanan kebidanan. Ibu yang sehat akan melahirkan bayi
yang sehat. Ibu sebagai individu juga memberi kontribusi yang penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan keluarga di masyarakat.
Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan
yang bersifat holistik. Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor
yang bersifat lintas sektor. Upayanya lebihdiarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan. Bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.
PERUBAHAN PARADIGMA
• Paradigma sakit : upaya membuat orang sakit menjadi sehat
• Paradigma sehat: upaya membuat orang sehat tetap sehat
• Paradigma sehat mengutamakan: upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan
upaya kuratif dan rehabilitatif
Dasar Pemikiran Paradigma Sehat Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat
merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam diri manusia yang perlu dipertahankan dan
dipelihara.Sehat merupakan suatu investasi untuk kehidupan yang produktif.Sehat
bukanlah hal yang konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup kita menjadi berarti,
sejahtera dan bahagia.
Visi
Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui:
Pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat
Memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata,
Serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di seluruh republic Indonesia.
Misi
1. Lingkungan sehat, adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup yang sehat, yakni bebas
polusi, tersedia air bersih, lingkungan memadai, perumahan-pemukiman sehat,
perencanaan kawasan sehat, terwujud kehidupan yang saling tolong-menolong dengan
tetap memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
2. Perilaku sehat, yaitu bersikap proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan (contih:
aktifitas fisik, gizi seimbang), mencegah resiko terjadinya penyakit (contoh: tidak
merokok), melindungi diri dari ancaman penyakit (contoh: memakai helm dan sabuk
pengaman, JPKM), berperan aktif dalam gerakan kesehatan (contoh: aktif di posyandu).
3. Pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata, yang menjangkau semua lapisan
masyarakat tanpa adanya hambatan ekonomi, sesuai dengan standar dan etika profesi,
tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, serta memberi kepuasan kepada pengguna jasa.
I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Paradigma Kebidanan.
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Paradigma Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Paradigma Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Paradigma Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Paradigma Kebidanan
V. Metode Pembelajaran :
1. Presentasi
2. Diskusi
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi
A. Definisi
Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence
Base dapat diartikan sebagai berikut:
Evidence : Bukti, fakta
Base : Dasar
Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.
Pengertian Evidence Base menurut sumber lain The process of systematically finding,
appraising and using research findings as the basis for clinical decisions.
Evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil
penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan
berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi
A. Pengertian
Konsep :Penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang dapat diuji melalui observasi
atau penelitian.
Model : Contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.
Kebidanan : Merupakan ilmu yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait
dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku,
ilmu buaya, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada
Ibu dalam masa
prakonsepsi, konsepsi, masa hamil, Ibu bersalin, post partum, bayi dan baru lahir. Pelayanan tersebut
meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada Ibu dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan
terhadap individu, keluarga dan masyarakat
Model Kebidanan : Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
Konseptual Model :
1. Gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu.
2. Pada dasarnya sama dengan pengertian konsep kerangka kerja, sistem dan skema. Menunjukan pada
ide global tentang individu, kelompok, situasi, dan kejadian yang menarik untuk suatu ilmu. Konseptual
model biasanya berkembang dari wawasan intuitif, keilmuan dan seringkali disimpulkan dalam kerangka
acuan disiplin ilmu yang bersangkutan (Fawcett, 1992) sehingga konseptual model memberikan
gambaran abstrak atau ide yang mendasari suatu disiplin ilmu.
3. Model member! kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktek untuk membimbing
tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan yang harus di jawab dalam penelitian.
Konsep model ditunjukan dengan banyak cara yaitu mental model, fisikal model dan simbolik (Lancaster
and Lavcaster, 1992).
B. Konseptual Model Kebidanan
Dalam memberikan akan suatu gambaran tentang pelayanan dalam praktek kebidanan dan memberi
jawaban - jawaban atas pertanyaan, apa yang merupakan praktek kebidanan.
Model dalam Kebidanan berdasarkan pada 4 elemen :
1. Orang (wanita, ibu, pasangan, dan orang lain)
2. Kesehatan
3. Lingkungan
4. Kebidanan
C. Kegunaan Model
1. Untuk menggambarkan beberapa aspek (kongkrit maupun abstrak) dengan mengartikan persamaannya
seperti struktur, gambar, diagram, dan rumus. Model tidak seperti teori, tidak memfokuskan pada
hubungan antara dua fenomena tapi lebih mengarah pada struktur dan fungsi. Sebuah model pada
dasarnya anologi atau gambar simbolik sebuah ide (Wilson, 1985)
2. Merupakan gagasan mental sebagai bagian teori yang memberikan bantuan ilmu-ilmu sosial dalam
mengkonsep dan menyamakan aspek-aspek dalam proses sosial (Gait dan Smith, 1976)
3. Menggambarkan sebuah kenyataan, gambaran abstrak sehingga banyak digunakan oleh disiplin ilmu
lain sebagai parameter garis besar praktek (Bemer. 1984)
Model Kebidanan dapat digunakan untuk :
1. Menyatukan data secara lengkap
a. Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pimpinan.
b. Dalam pendidikan untuk mengorganisasikan program belajar.
c. Untuk komunikasi bidan dengan klien.
2. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yg dikerjakan, keinginan, & Kebutuhan untuk :
a. Mengembangkan profesi
b. Mendidik siswi bidan
c. Komunikasi dgn Klien dan pimpinan.
D. Komponen dan macam Model Kebidaaan
Model kebidanan dibagi menjadi 5 komponen , yaitu :
1. Memonitor kesejahteraan ibu
2. Mempersiapkan ibu dgn memberikan pendidikan & konseling
3. Intervensi teknologi seminimal mungkin.
4. Mengidentifikasi dan member! bantuan obstetric
5. Lakukan rujukan
Beberapa Macam Model Kebidanan
1. Model dalam mengkaji kebutuhan dalam praktek kebidanan.
Model ini memiliki 4 unit yang penting, yaitu :
a. Ibu dalam keluarga
b. Konsep kebutuhan
c. Partnership
d. Faktor Kedokteran dan keterbukaan
2. Model medical
Merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu manusia dalam memahami
proses sehat sakit dalam arti kesehatan. Tujuannya adalah sebagai kerangka kerja untuk pemahaman dan
tindakan sehingga dipertanyakan dalam model ini adalah "Dapatkah dengan mudah dipahami dan
dapatkah dipakai dalam praktek?".
3. Model sehat untuk semua (Health For All-HFA)
Model ini dicetuskan oleh WHO dalam Deklarasi Alma Atta tahun 1978. Fokus pelayanan ditujukan pada
wanita, keluarga dan masyarakat serta sebagai sarana komunikasi dari bidan-bidan negara lain. Tema
HFA menurut Euis dan Simmet (1992) :
a. Mengurangi ketidasamaan kesehatan
b. Perbaikan kesehatan melalui usaha promotif dan preventif
c. Partispasi masyarakat
d. Kerjasama yang baik pemerintah dengan sector lain yang terkait
e. Primary Health Care (PHC) a/ dasar pelayanan utama dari sistem pelayanan kesehatan.
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang didasarkan pada praktek, ilmu pengetahuan yang logis dan
metode sosial yang tepat serta teknologi universal yang dapat diperoleh oleh individu dan keluarga dalam
komunitas melalui partisipasi dan merupakan suatu value dalam masyarakat dan negara yang mampu
menjaga setiap langkah perkembangan berdasarkan kepercayaan dan ketentuannya.
Dari model HFA dan deftnisi PHC terdapat lima konsep (WHO, 1998) :
a. Hak penentuan kesehatan oleh cakupan populasi universal dengan penyedia asuhan berdasarkan
kebutuhan.
b. Pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dimana pelayanan dapat memenuhi segala
macam tipe-tipe kebutuhan yang berbeda harus disediakan dalam satu kesatuan (semua pelayanan dalam
satu tempat).
c. Pelayanan harus efektif, dapat diterima oleh norma, dapat menghasilkan dan diatur, yaitu pelayanan
harus dapat memenuhi kebutuhan yang dapat diterima oleh masyarakat dan pelayanan harus dimonitor
dan diatur secara efektif.
d. Komunitas harus terlibat dalam pengembangan, penentuan pemonitoran pelayanan, yaitu penentuan
asuhan kesehatan merupakan tanggung jawab semua komunitas dan kesehatan dipandang sebagai faktor
yang berperan untuk pengembangan seluruh lapisan masyarakat.
e. Kolaborasi antar sekolah untuk kesehatan itu sendiri dan pelayanan kesehatan tidak dapat bergantung
pada pelayanan kesehatan saja tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : perumahan, polusi
lingkungan, persediaan rnakanan dan metode pubikasi.
Delapan area untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC, delapan area ini adalah :
a. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum & metode pencegahan dan pengontrolannya
b. Promosi kesehatan tentang persediaan makanan dan nutrisi yang layak
c. Persediaan air yang sehat dan sanitasi dasar yang adekuat
d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Imunisasi
f. Pencegahan dan pengawasan penyakit endemic
g. Pengontrolan yang tepat terhadap kecelakaan dan penyakit umum
h. Persediaan obat-obat essensial (morley at all, 1989)
4. Model sistem maternitas di komunitas yang ideal University of Southeer Queensland
a. Model kurikulum konseptual patnership dalam praktek kebidanan berdasarkan pada model pelayanan
kesehatan dasar. ( Guiilliland dan pairman, 1995 )
b. Patnership kebidanan adalah sebuah flllosofi prospektif dan suatu model kepedulian
( model of care ) sebagai model flllosofi prospektif berpendapat bahwa wanita dan bidan dapat
berbagi pengalaman dalam proses persalinan.
c. Persalinan merupakan proses yang sangat normal
d. Sebuah hubungan patnership menggambarkan dua orang yang bekerjasama dan saling menguntungkan
e. Bidan bekerja keras bahwa bidan tidak memaksakan suatu tindakan melainkan membantu wanita untuk
mengambil keputusan sendiri
f. Konsep " wanita" dalam asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan tersebut, keluarga, kelompok dan
budaya.
g. Konsep bidan dalam asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri, mitranya atau keluarga,
budaya/sub kultur bidan tersebut dan " wewenang profesional bidan
h. Dengan membentuk hubungan antara bidan dan wanita akan membawa mereka sendiri sebagai
manusia kedalam suatu hubungan patnership yang mana akan mereka gunakan dalam teurapetik. Bidan
harus mempunyai self knowing, self nursing, dan merupakan jaringan pribadi dan kolektif yang
mendukung.
i. Sebagai model of care the midwifery patnership didasarkan pada prinsip midwifery care berikut ini :
1. Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran, jiwa. fisik, dan
lingkungan kultur sosial ( holism)
2. Berasumsi bahvva mayoritas kasus wanita yang bersalin dapat di tolong tanpa adanya intervensi.
3. Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami tersebut.
4. Bidan menggunakan suatu pendekatan pemecahan masalah dengan sen! dan ilmu pengetahuan.
5. Relationship-based dan dan kesinambungan dalam motherhood,
6. Woman centered dan bertukar pikiran antara wanita
7. Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab bersama untuk suatu pengambilan suatu
keputusan, tetapi wanita mempunyai kontrol atas keputusan terakhir mengenai keadaan diri dan
bayinya.
8. Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup prakterk individu : dengan persetujuan wanita bidan merujuk
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
Hubungan antara wanita, bidan dan dokter harus didasari oleh rasa saling menghormati dan saling
percaya, bidan boleh mempertanyakan masalah medis atau perlindungan hukum untuk wanita untuk
alasan apapun, jika wanita tersebut tidak mampu berbicara atas namanya sendiri.
Persepsi mahasiswa kebidanan di tentukan oleh bidan di bagian pelayanan untuk mengantisipasi siswa
dalam menghadapi kasus yang di temukan di dalam tim, tetapi praktek siswa akan dibatasi oleh bidan dan
akan mengajarkan beberapa pelayanan khusus kebidanan yang akan mengajarkan beberapa pelayanan
khusus kebidanan yang akan meningkatkan kemamapuan dan ketrampilan siswa, peran perseptor akan
semakin berkurang dalam praktek dan hanya akan menjadi penasehat dan pendukung
5. Model Asuhan Home Based
Dasar asuhan kebidanan berdasarkan home based merupakan unsure therapeutic yang terdiri dari sebuah
kesadaran dan menjaga hubungan yang dibangun atas dasar kepercayaan dan dibentuk untuk
memfasilitasi asuhan yang berkualitas. Tanggungjawab dan kejujuran merupakan hal yang harus
dibangun dalam hubungan antara bidan dank lien. Proses persalinan dirumah (Home Birth) sejak lama
telah menggunakan konsep "early discharge" sebagai bagian dari Home Based Midfwifery Care.
Asuhan kebidanan secara tradisional telah memiliki asuhan yang berpusat pada wanita.kontinuitas dari
asuhan kebidanan dapat membentuk waktu yang efektif dalam pemantauan selama kunjungan prenatal
sehingga dapat terjalin hubungan therapeutic secara personal antara bidan dan keluarganya.
Asuhan yang berkelanjutan (continuity of care) dapat membuat bidan dan keluarga belajar satu sama lain
untuk menentukan rencana dan memberikan asuhan yang baik sesuai dengan kebutuhan, khusunya untuk
klien. Dengan proses ini akan terbuka komunikasi dan membangun komitmen dari bidan dan keluarga
dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan bersama. Partisipasi secara alami dalam home
based midwifery care dapat memberikan kewsempatan pada calon orangtua untuk mempelajari cara-cara
mengasuh bayinya. Keterampilan ini komponen yang penting dalam pendidikan prenatal karena bidan
tidak selalu mendampingi ibu.
Hubungan therapeutic dan dukungan secara "team" yang ditetapkan dalam home based midwifery care
telah digunakan bertahun-tahun lalu. Dengan pendekatan ini diharapkan klien bisa mandiri secara dini.
Hal ini yang telah menunjukan hasil yang baik, dimana resiko yang terjadi pada ibu bisa segera diketahui.
Kernandirian dari klien atau komponen integral dari home based midwifery care dan dapat ditetapkan
sebagi sebuah model pada wanita yang memilih melahirkan di rumahsakit.
E. Teori Model Kebidanan
Teori adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat secara jelas menguraikan fenomena yang
penting dalam sebuah disiplin teori yg termasuk dalam teori model kebidanan adalah :
1. Ruper, Logan dan Tierney Activity of living Model :
Model yang dipengaruhi oleh Virginia Henderson Model. Terdiri dari 5 elemen :
a. Rentang Kehidupan
b. Aktivitas Kehidupan
c. Ketergantungan atau kebebasan individu
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas individu
Dalam model ini diidentifikasi adanya 12 macam kebutuhan manusia sebagai proses kehidupan yaitu:
a. Mempertahankan lingkungan yang aman
b. Komunikasi
c. Bernafas
d. Makanan dan minuman
e. Eliminasi
f. Berpakaian dan kebersihan diri
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Mobilisasi
i. Bekerja dan bermain
j. Seksualitas
k. Tidur
2. Rosemary Methven
Merupakan aplikasi dari Oream dan Hendeson, model terhadap asuhan kebidanan, dimana dalam sistem
perawatan ada 5 metode pemberian bantuan yaitu :
a. Mengerjakan untuk klien
b. Membimbing klien
c. Mendukung klien ( secara fisik dan psikologis )
d. Menyediakan lingkunagan yang mendukung kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan sekarang
dan masa akan datang.
e. Mengajarkan klien
Peran bidan adalah mengidentifikasi masalah klien dan melakukan sesuatu untuk membantu klien untuk
memenuhi kebutuhannya. Manfaat dari model ini menurut Methuen adalah sebagai bukti praktek
pengkajian kebidanan yang tidak didasarkan pada kerangka kerja dari tradisi manapun. Sebagai dasarnya
adalah kesehatan bukan kesakitan sehingga asuhan yang di berikan efektif bagi ibu dan memberikan
kebebasan pada bidan untuk melakukan asuhan.
3. Roy Adaption Model
Pencetusnya adalah suster Callista Roy (1960), sebagai dasarnya makhluk biopsikososial yang
berhubungan dengan lingkungan. Dikemukakan tiga macam stimulasi yang mempengaruhi
adaptasi kesehatan dari individu, yaitu : .
a. Vokal stimuli
Yaitu stimuli dari lingkungan di dekat individu, contohnya : kesehatan bay! akan mempengaruhi ibu yang
baru saja melakukan fungsinya.
b. Kontekstual stimuli Yaitu factor-faktor umum yang mempenagaruhi wanita. Contohnya : Kondisi
kehidupan yang buruk
c. Residual stimuli Yaitu faktor internal meliputi kepercayaan, pengalaman, dan sikap. Model kebidanan
ini berguna bagi bidan dalam melakukan pengkajian secara menyeluruh (holistik)
4. Neuman System Model
Yaitu model yang merupakan a'.val dari kesehatan individu dan komunitas (sistem klien) yang di
gambarkan sebagai pusat energi yang di kelilingi oleh garis kekuatan dan pertahanan.
a. Pusatnya adalah variable fisiologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual
b. Garis kekuatan adalah kemampuan system klien untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
c. Garis pertahanan menunjukan status kesehatan umurn dari individu
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
V. Metode Pembelajaran :
1. Presentasi
2. Diskusi
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi
Periode taking-in
Terjadi pada 1-2 hari post partum, umumnya ibu pasif dan ketergantungan, perhatiannya
tertuju pada diri sendiri
Ia mungkin akan mengulang-ulang pengalamannya waktu melahirkan
Kebutuhan akan istirahat sangat penting, pusing, iritabel
Peningkatan kebutuhan nutrisi
Periode taking-hold
Berlangsung 2-4 hari post partum, ibu menjadi lebih perhatian pada kemampuannya menjadi
orang tua
Berkonsenterasi terhadap pengontrolan fungsi tubuhnya, seperti BAK, BAB, kekuatan dan
ketahanan fisiknya
Ibu berusaha keras untuk merawat bayinya sendiri, agak sensitif, cenderung menerima
nasihat bidan karena terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi
Periode letting go
Biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan keluarga
Beradaptasi dengan kebutuhan bayinya, menyebabkan berkurangnya hak ibu dan kebebasan
hubungan sosial
Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini
Faktor lain
Latar belakang etnik
Status perkawinan
Status ekonomi
Pengaruh bayi (infant’s personality) pada waktu ibu melaksanakan peran sebagai ibu
Emotional support
Membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan memberikan informasi yang berguna dan
berhubungan dengan masalah atau situasi
Physical support
Pertolongan yang langsung, seperti membantu merawat bayi, memberikan dukungan dana
Appraisal support
Informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan, bagaimana ia menampilkannya dalam peran,
hal ini memungkinkan individu mampu mengevalusi dirinya sendiri yang berhubungan dengan
penampilan peran orang lain.
4 faktor dalam masa adaptasi
Physical recovery phase (mulai lahir sampai 1 bulan)
Achievement phase (2-4/5 bulan)
Disruption phase (6-8 bulan)
Reorganisation phase (8-12 bulan)
Peran bidan yang diharapkan Mercer dalam teorinya
Adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugasnya dalam adaptasi peran fungsi ibu
Mengidentifikasi faktor apa yang mempengaruhi peran ibu dalam pencapaian peran fungsi ini dan
kontribusi dari stress antepartum
3. TEORI ERNESTINE WIEDENBACH
Wiedenbach mengemukakan teorinya secara induktif berdasarkan pengalaman dan observasinya
dalam praktek.
Konsep asuhan, terdiri dari :
The agent (midwife/bidan)
Untuk memenuhi kebutuhan ibu dan ayah dalam persiapan menjadi orang tua
The recipient (wanita, keluarga, masyarakat)
Wanita/masyarakat yang oleh sebab tertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Wiedenbach
sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu menentukan
kebutuhannya sendiri
The goal (purpose/tujuan dari intervensi)
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menentukan goal. Bila
sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan
mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau fisiological yang berbeda dari kebutuhan
normal.
The means (metode untuk mencapai tujuan)
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan ada beberapa tahap, yaitu :
Ø Identifikasi kebutuhan klien
Ø Memberikan dukungan dalam pelayanan yang dibutuhkan
Ø Validation/bantuan yang diberikan
Ø Koordinasi dengan tenaga yang direncanakan untuk memberikan bantuan
Ø The framework (organisasi sosial, lingkungan profesional)
Untuk mengidentifikasi kebutuhan diperlukan pengetahuan, judgement/pengambilan keputusan, dan
keterampilan.
4. TEORI ELA JOY LEHRMAN
Teori ini menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktek kebidanan dalam memberikan
asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan, teori ini juga menjelaskan
perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan kemampuan bidan untuk mengaplikasikan
konsep kebidanan dalam praktek
8 konsep penting dalam pelayanan kebidanan
Asuhan yang berkesinambungan
Keluarga sebagai pusat asuhan
Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan
Tidak ada intervensi dalam asuhan
Keterlibatan dalam asuhan
Advokasi dari klien
Waktu
Asuhan partisipatif
Asuhan partisipatif
Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan antenatal
Dalam pemeriksaan fisik, misalnya klien ikut melakukan palpasi pada tempat tertentu atau ikut
mendengarkan detak jantung.
Kedelapan komponen yang dibuat oleh Lehrman ini, kemudian diujicobakan oleh Morten (1991)
pada klien post partum. Selanjutnya Morten menambahkan 3 komponen
Konsep Morten
Teknik komunikasi terapeutik
Proses komunikasi sangat penting dalam perkembangan dan penyembuhan. Misalnya, mendengarkan
aktif, mengkaji, klarifikasi, humor, sikap yang tidak menuduh, pengakuan, fasilitasi, pemberian izin.
Pemberdayaan (empowerment)
Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan dalam penampilan dan pendekatannya akan
meningkatkan kemampuan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan.
Hubungan sesama (lateral relationship)
Menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan dengan klien, sehingga antara
bidan dan kliennya tampak akrab. Misalnya : sikap empati atau berbagi pengalaman.
5. TEORI JEAN BALL
Teori kursi goyang
Keseimbangan emosional ibu, baik fisik maupun psikologis
Psikologis dalam hal ini agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan menjadi orang tua terpenuhi
Kehamilan, persalinan dan masa post partum adalah masa untuk mengadopsi yang baru
Dalam teori kursi goyang, kursi dibentuk dalam 3 elemen
Pelayanan kebidanan
Pandangan masyarakat terhadap keluarga
Support terhadap kepribadian wanita
Teori Ball yaitu
Teori perubahan,
Teori stress, coping, dan support
Teori dasar
Hipotesa Ball
Respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan kelahiran anak,
dipengaruhi oleh personality/kepribadian
Persiapan yang harus diantisipasi oleh bidan dalam masa post natal akan dipengaruhi oleh respon
emosional wanita dalam perubahan yang dialaminya pada proses kelahiran anak
Teori Ela Joy Lehrman
Telah dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dan proses dari pemeriksaan antenatal. Robin
dan Robinson 1985 mempelajari peran bidan dalam memberi informasi yang komperehensif dan
memberikan nasehat dalam pelayanan kebidanan,seperti waktu pemeriksaan perut dan memberikan
nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan. Mereka mempelajari sejauh mana bidan
mampu menunjukkan perannya dalam semua aspek dari perannya member asuhan ibu bersalin. Macintyre
(1980) dalam observasinya menemukan perbedaan antara rhetoric resmi antara nilai asuhan antenatal dan
corak asuhan yang impersonal yang dialami seorang ibu di klinik spesialis. Lehrman mengidentifikasikan
konsep yang menggaris bawahi asuhan antenatal yang diberikan.
Di Inggris dan tempat lain,dilakukan sejumalah penelitian terhadap kehamilan dan perawatan antenatal
(Field,1990). Robinson dkk., (1983 dan 1985) dalam teorinya tentang kebidanan mengemumukan secara
komperehensif ilmu pengobatan dan pekerjaan seorang bidan,seperti pemeriksaan perut,cara menyusui
yang benar,serta perawatan kesehatan selama masa kehamilan.
Dalam pembelajaran ilmu kebidanan diperlukan demonstrasi supaya mahasiswa bias melakukan
praktik/latihan tentang perawatan pada wanita usia subur dan membedakannya dengan nilai-nilai dari
perawatan antenatal itu sendiri ditinjau dari segi sesialisasi obstetric. Hubungan antara factor resiko,
efektivitas perawatan atenatal,dan factor psikis ibu hamil memegang peranan penting pada pola
perawatan antenatal.
Dalam Model Haywards (1975), dijelaskan hubungan antara informasi,kecemasan,dannyeri. Untuk
memahami konsep ini,Haywards telah mengidentifikasi beberapa indicator dengan langkah-langkah
penggunaan analgesic dan skala tingkat nyeri yang dialami seorang individu. Robinsondkk.,(1983)
melakukan penelitian pada beberapa klien dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bias
memberikan informasi tentang tanggung jawab seorang bidan. Tipe informasi kuantitatif ini merupakan
cara yang paling tepat untuk memonitor perkembangan kemampuan seorang Bidan.
Tapi walaupun demikian,kemampuan tersebut harus dapat dituangkan kedalam praktik. Konsep yang
digaris bawahi oleh Lehrman (1981) dan Morton dkk (1919) merupakan hasil penelitian. Jika konsep
kebidanan tersebut sudah dimengerti maka langsung bias diinformasikan pada saat belajar seperti yang
telah dilakukan oleh Robinson dkk (1983) serta sangat memungkinkan untuk menjelaskan perbedaan
secara kualitatif antara pengalaman seorang ibu dan konsep-konsep keperawatan yang diterapkan oleh
seorang bidan dalam pekerjaannya.
Lherman mempelajari pelayanan yang diberikan oleh Bidan di klinik yang dipimpin oleh Bidan di
Amerika. Lherman dan Morton berusaha mencari jawaban atas pertanyaan :
apa yang membuat asuhan kebidanan itu penting?
Komponen asuhan prenatal apa saja yang diberikan Bidan?
Lherman menemukan adanya delapan konsep dari falsafah yang menggaris bawahi pelayanan
antenatal yang diberikan oleh Bidan di Amerika,yaitu :
1. Asuhan yang berkesinambungan (Continuity care)
2. Asuhan yang berpusat pada keluarga (family centered care)
3. Penyuluhan dan konseling sebagai bagian dari asuhan
4. Asuhan yang bersifat non-intervensi
5. Fleksibel atau Keluwesan dalam memberikan asuhan
6. Asuhan yang partisipatif.
7. Pembelaan atau advokasi konsumen.
8. Waktu
Asuhan yang berkesinambungan
Yaitu asuhan yang diberikan seorang bidan terhadap klien / pasien mulai dari prakonsepsi, masa
kehamilan, nifas dan KB. Asuhan berkesinambungan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri,kolaborasi
atau rujukan.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,yang diarahkan untuk
mewujudkan kesehatan keluarga,sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu,keluarga dam masyarakat yang meliputi upaya
peningkatan,pencegahan,penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan
menjadi:
Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kesehatan.
Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system
layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan,juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke
tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan
keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya
Keluarga Sebagai Pusat Asuhan
Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian,evaluasi dan perencanaan pasien. Klien ikut
bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan antenatal. Dalam pemeriksaan fisik,misalnya
palpasi pada tempat tertentu atau ikut mendengar denyut jantung.
Asuhan yang partisipatif dibahasakan sebagai pilihan dan control dari siwanita yang dilayani (Choise and
kontro; on the part of the woman). Hal ini dimaksud sebagai pengkajian dan merencanakan program
asuhan yang dilakukan bersama sipenerima dan sipemberi asuhan. Morten dkk (1991)
mengidentifikasikan 3 komponen tambahan disamping ke 8 konsep yang dikemukakan oleh Lherman.
Ke-3 komponen tambahan yang dimaksud yaitu :
1) TeknikTerapeutik
Teknik terapeutik dijelaskan sebagai proses komunikasi yang menguntungkan atau mendorong
pertumbuhan dan penyembuhan. Hal ini diukur dengan indicator : mendengarkan secara aktif,
penyelidikan atau mengakaji,klarifikasi,humor,sikap tidak menghakimi,mendorong,mempermudah
dan memberikan izin.
2) Pemberdayaan (Enpowerment)
Pemberdayaan adalah suatu proses memberi power kekuatan dan penguatan. Bidan melalui
penampilan dan pendekatan akan meningkatkan energy dan sumber dari dalam diri klien. Indikatornya
antara lain : Penguatan /penegasan (affirmation),memvalidasi,menyakinkan kembali,dukungan
(support).
3) Hubungan dengan sesama (Lateral Relationship )
Bidan menjalin hubungan yang baik dengan klien,bersikap terbuka (self of ng menghargai (mutual
regards) sejalan dengan klien persamaan posisi sehingga mendorong rasa kebersamaan antar bidan dan
klien sehingga Nampak akrab.
Misalnya ; Sikap empati atau sebagai pengalaman / perasaan.
Hubungan lateral diartikan sebagai : bidan meningkatkan interaksi yang mempunyai ciri keterbukaan (self
of openness),saling menghargai ( mutual regard), persamaan posisi sehingga mendorong rasa
kebersamaan diantara bidan dan klien, indicator hubungan lateral adalah : kesejajaran,empati,berbagai
pengalaman/perasaan.
Lehrman dan Morten et al memberikan suatu model praktik kebidanan secara jelas menunjukkan era
praktik kebidanan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan
5.
III. Tujuan Pembelajaran :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan
2. Untuk mengetahui tujuan dari Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan
4. Untuk mengetahui implikasi dari Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan
V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Kuis
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanya jawab sesuai dengan indicator kompetensi
Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015
Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing
Fungsi manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam
proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang
industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia
menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas
menjadi tiga, yaitu:
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber
yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara
keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai
rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana
yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan,
fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar
menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer
dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat
dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung
jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usaha.
Sarana manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana
(tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools
tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets.
[rujukan?]
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen,
faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan
manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada
proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu,
manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur
dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat
(tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan
secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan
untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa
hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha
untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga
harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan
manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan
yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer.
Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas
dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-
fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat
meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan
utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan)
produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja
tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai
maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen.
Prinsip manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan
sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah.
Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-
prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
1. Pembagian kerja (Division of work)
2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
3. Disiplin (Discipline)
4. Kesatuan perintah (Unity of command)
5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
7. Penggajian pegawai
8. Pemusatan (Centralization)
9. Hirarki (tingkatan)
10. Ketertiban (Order)
11. Keadilan dan kejujuran
12. Stabilitas kondisi karyawan
13. Prakarsa (Inisiative)
14. Semangat kesatuan, semangat korps.
• Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu
manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan
arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui
suatu proses yang disebut langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah:
o Identifikasi dan analisis masalah
o Diagnosa kebidanan
o Perencanaan
o Pelaksanaan
o Evaluasi
I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami IBI Sebagai wadah Profesi
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian IBI Sebagai wadah Profesi
2. Mampu memahami tujuan IBI Sebagai wadah Profesi
3. Mampu memahami implikasi IBI Sebagai wadah Profesi
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup IBI Sebagai wadah Profesi
V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanya jawab sesuai dengan indicator kompetensi
Setelah musyawarah pengurus besar IBI terpilih, maka pada tanggal 24 Juni 1951 sah
menjadi hari lahirnya IBI.
3) Upaya-upaya yang dilaksanakan menurut pasal 3 AD/ART 1950 adalah:
− Mengatur pertolongan persalinan untuk masyarakat
− Memperbaiki kesehatan ibu dan anak
− Memberi pimpinan Kepada para dukun
− Seminar/Ceramah
− Mengadakan majalah
− Mengadakan Perpustakaan
− Mengadakan pidato Radio
4) Susunan Kepengurusan Sesuai Pasal 4 AD/ART 1950 Ditetapkan:
− Ketua I
− Ketua II
− Penulis I
− Penulis II
− Bendahara
− Juru Periksa/Komisaris
Pasal 18
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS PUSAT
1. Melaksanakan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh kongres. Menyusun Draft Rencana
Strategi dan Menetapkam Kebijakan Organisasi secara Nasional untuk periode
kepengurusan berikutnya.
2. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja tahunan.
3. Membina dan mengembangkan kerjasama dengan instansi pemerintah,LSM, organisasi
wanita, organisasi profesi kesehatan dan profesi lainnya, baik di dalam maupun di luar
negeri.
4. Menyelenggarakan pelatihan,penelitian,pertemuan ilmiah,seminar dan lokakarya dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota/pengurus serta mendorong
penerapan kode etik bidan,menyelenggarakan program kerja/proyek.
5. Menyelenggarakan Kongres.
6. Menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional.
7. Menerbitkan buku AD-ART selambat-lambatnya 3(tiga) bulan setelah kongres.
8. Membimbing Pelaksanaan Musyawarah Daerah.
9. Mengesahkan dan melantikPengurus Daerah.
10. Mencari alternative solusi masalah organisasi yang tidak terpecahkan dalam jajaran IBI.
11. Mengelola uang pangkal, iuran anggota & pendapatan dari sumber lain serta
mengusahakan dana bagi organisasi dengan jalan yang syah dan tidak mengikat.
12. Melaksanakan kunjungan kerja untuk pembinaan dan pengembangan organisasi.
13. Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
14. Mengesahkan pendirian Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang yang baru di bentuk.
15. Menerbitkan surat pengesahan Susunan Pengurus Daerah dan Cabang .
16. Mencari alternatif pemecahan masalah hokum yang dihadapi olek kepengurusan dan
anggota IBI.
17. Mensosialisasikan dan mempublikasikan kegiatan organisasi secara berkala.
18. Membuat inventaris milik organisasi.
19. Mengadakan dan mendistribusikan atribut, buku-buku pedoman, protap pelayanan,
majalah Bidan dan lain- lain.
20. Menyelenggarakan pengawasan, pemeliharaan, barang bangunan milik/kekayaan
organisasi.
21. Membentuk dan mengembangkan Yayasan Buah Delima.
22. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Organisasi.
23. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Etik Bidan.
24. Membentuk dan mengembangkan Kolegium.
25. Membentuk Kepengurusan.
26. Membentuk registrasi anggota sesuai dengan laporan Ketua PD.
27. Menerbitkan Kartu Tanda Anggota (KTA) IBI.
28. Membuat profil IBI secara Nasional.
Pasal 19
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS DAERAH
1. Menindaklanjuti Rencana Strategi(Renstra) yang sudah disahkan kongres sesuai dengan
situasi dan kondisi daerah dan membuat rencana kerja.
2. Membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan organisasi di tingkat propinsi.
3. Membina dan mengembangkan kerjasama dengan instansi Pemerintah, LSM, Organisasi
Perempuan, Organisasi Profesi Kesehatan dan Profesi lainnya.
4. Menyelenggarakan Musdadan mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan Pengurus
Daerah.
5. Membentuk Cabang dan melantik Pengurus Cabang.
6. Menerbitkan surat pengesahan Pengurus Ranting.
7. Menyelenggarakan Rakerda.
8. Mencari alternative pemecahan masalah hukum yang dihadapi oleh kepengurusan &
anggota IBI.
9. Membimbing pelaksanaan Muscab.
10. Melaporkan semua kegiatan kepada Pengurus Pusat IBI secara periodic.
11. Melaksanakan pembinaan kepada pengurus Cabang .
12. Menyelenggarakan seminar, lokakarya, pelatihan, pendidikan berkelanjutan, penelitian
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta mutu pelayanan Kebidaan,
Pendistribusian atribut, buku-buku pedoman, protap pelayanan, majalah Bidan dan lain-
lain.
13. Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
14. Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi organisasi.
15. Membentuk dan mengembangkan Yayasan Buah Delima.
16. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Organisasi.
17. Membentuk dan mengembangkan MPEB.
18. Membentuk kepengurusan Cabang baru.
19. Membuat regristrasi anggota sesuai laporan Ketua Cabang.
20. Mengajukan KTA kepada PP atas anjuran PC.
Pasal 20
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS CABANG
1. Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijaksanan pengurus cabang.
2. Membina dan mengembangankan hubungan kerjasama dengan instalasi pemerintah ,
organisasi profesi dan LSM.
3. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan hasil kegiatan
yang telah dilaksanakan.
4. Membuat regristrasi anggota.
5. Mengajukan KTA melalui PC.
6. Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi organisasi.
7. Mengelola uangpangkal dan iuran anggota serta mengusahakan danabagi organisasi
dengan jalan yang sah dan tidak mengikat.
8. Membuat profil IBI Ranting.
Pasal 21
TUGAS DAN WEWNANG PENGURUS RANTING
1. Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijakan Pengurus Cabang
2. Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah,
organisasi profesi dan LSM
3. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan hasil kegiatan
yang telah di laksanakan
4. Membuat registrasi anggota
5. Mengajukan KTA melalui PC
6. Menyelenggarakan adminiostrasi dan dokumentasi organisasi
7. Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi organisasi
dengan jalan yang sah dan tidak mengikat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami IBI Sebagai wadah Profesi
II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian IBI Sebagai wadah Profesi
2. Mampu memahami tujuan IBI Sebagai wadah Profesi
3. Mampu memahami implikasi IBI Sebagai wadah Profesi
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup IBI Sebagai wadah Profesi
V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi
VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanya jawab sesuai dengan indicator kompetensi
Pengertian organisasi
Linda (2001 : 11) Organisasi profesi bertugas untuk mendefinisikan aktifitas
keprofesian mengidentifikasi persyaratan untuk menjadi anggota profesi, menentukan
kompetensi yang perlu dikembangkan, meningkatkan penemuan baru, dan
mengkomunikasikan pengetahuan tentang profesi dan aktifitasnya kepada aktifis lainnya.
Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap bentuk
persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat
dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana
terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang
yang disebut dengan bawahan.”
Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakan “organisasi ialah suatu sistem perserikatan
formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam
mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.”
Chester L Bernard (1938) mengatakan bahwa “Organisasi adalah system kerjasama
antara dua orang atau lebih ( Define organization as a system of cooperative of two or
more persons) yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama.
dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi kebidanan adalah
suatu organisasi yang aktifitas pokoknya melakukan pelayanan KIA dan kesehatan
kepada masyarakat dengan salah satu tujuan yang dicapai adalah membentuk pelayanan
yang bermutu dan berkwalitas.
Asosiasi Kanada Bidan (CAM) adalah organisasi nasional yang mewakili bidan
dan profesi kebidanan di Kanada.
Misi dari CAM adalah untuk memberikan kepemimpinan dan advokasi untuk
kebidanan sebagai bagian, diatur publik yang didanai dan penting dari sistem
perawatan bersalin primer di seluruh provinsi dan wilayah. CAM mempromosikan
pengembangan profesi untuk kepentingan umum dan memberikan kontribusi
perspektif kebidanan terhadap agenda kebijakan kesehatan nasional.
Visi Asosiasi Kanada Bidan adalah bahwa kebidanan merupakan dasar
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, dan bahwa setiap wanita di Kanada
akan memiliki akses ke perawatan bidan untuk dirinya dan bayinya.