Anda di halaman 1dari 120

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan
Sub Pokok bahasan : Perkembangan Kebidanan Diluar dan Dalam Negri
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke :1
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian, tujuan, implikasi penelitian, ruang lingkup dan
langkah – langkah penelitian kebidanan.

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan

III. Tujuan Pembelajaran :


1. Untuk mengetahui pengertian dari Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan
2. Untuk mengetahui tujuan dari Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Sejarah Perkembangan Pelayanan dan
Pendidikan Kebidanan
4. Untuk mengetahui implikasi dari Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan

IV. Materi standar :


1. Pengertian Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan
2. Tujuan Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan
3. Implikasi Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan
4. Mengetahui ruang lingkup pada Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan

V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
penelitian
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)
a. Prosedur pembelajaran
1. Tanya jawab tentang penelitian
2. Membuat rangkuman

b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian penelitian kebidanan
2. Memahami tujuan penelitian kebidanan
3. Memahami implikasi penelitian kebidanan
4. Menyebutkan ruanglingkup penelitian kebidanan
3. Kegiatan akhir (penutup)
a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis

VII. Sumber Pembelajaran :


1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi

Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015


Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI

SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN


DAN PENDIDIKAN KEBIDANAN

A.  Latar Belakang


       Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun internasional
terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan
kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan
khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan.
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan
kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin,
khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%.
       Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam
pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan
IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan
bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.

B. Tujuan
Mempelajari dan memahami sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan
yang terjadi dalam lingkup internasional. Adapun tujuan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di dalam dan di luar
negeri.
2. Untuk mengetahui perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Amerika ,
Belanda dan Jepang ?

C. Manfaat
1. Agar mahasiswa bisa mengembangkannya kepada orang lain tentang sejarah perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan di dalam dan di luar negeri, khususnya di Amerika ,
Belanda dan Jepang
2. Agar mahasiswa mendapat ilmu lebih banyak mengenai sejarah perkembangan pelayanan
dan pendidikan kebidanan di dalam dan di luar negeri , khususnya di Amerika, Belanda, dan
Jepang.
D. Sejarah Perkembangan Pelayanan Dan Pendidikan Bidan Didalam Dan
Diluar Negeri
     
  Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun internasional
terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan
kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan
khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan

       Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan
kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin,
khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal
diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan
kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan
menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak
atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta
meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.

1.   Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Indonesia


       Perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di Indonesia tidak terbatas dari
masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan
pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.

a. Perkembangan Pelayanan Kebidanan


       Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik
profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan
keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan
meliputi :

a. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab
bidan.
b. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara
bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
c. Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh
bidan kepada system layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun
pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan
lainnya seperti rujukan.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga
penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William
Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung
lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di
Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer
Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan pelajaran,
baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan
sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka
pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W.
Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas
pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan
ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal
dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya
dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara.Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
       Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat
yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas
memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas
berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga
berencana.
       Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan
masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun
1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.
       Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya
dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru
lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa
melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan
pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat.
       Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang
diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di
rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit
memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik
keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi
kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
       Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang
menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan
pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1) Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2) Family Planning.
3) Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4) Kesehatan reproduksi remaja
5) Kesehatan reproduksi pada orang tua.

2.   Sejarah Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri


Sebelum abad 20 (1700-1900)
  

       William Smellie dari Scotlandia (1677-1763) mengembangkan forcepss dengan kurva


pelvik seperti kurva shepalik . Dia memperkenalkan cara pengukuran konjungata diagonalis
dalam pelvi metri , menggambarkan metode tentang persalinan lahirnya kepala pada presentasi
bokong , dan penanganan resusitasi bayi asfiksia dengan penonpaan paru-paru melalui sebuah
metal kateler .
       Ignos Phillip Semmelweis , seorang dokter dari Hungaria (1818-1865) mengenalkan
tentang cuci tangan yang bersih , mengacu pada pengendalian species puerperium .
       James Young Simpsosn dari Edenburgh , Scotlandia (1811-1870) memperkenalan dan
menggunakan anastesi umum .
       Tahun 1824 , James Blundell dari Inggris menjadi orang pertama yang berhasil
menangani pendarahan postpartum dengan menggunakan tranfusi darah .
       Jean Lubumean dari Prancis (orang kepercayaan Rene Laenec , penemu Stetoskop
pada tahun 1819) pertama kali mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun
1920.
       Jhon Charles Weaven dari Inggris (1811-1859) , pada tahun 1843 , adalah orang
pertama yang tes urin pada perempuan hamil untuk pemeriksaan dan menghubungkan
kehadirannya dengan eklamsipsia .
       Adolf Pinard dari Prancis (1844-1934) , pada tahun 1878, mengumpulkan kerjanya
pada palpasi abdominal.
       Carl Crede dari Jerman (1819-1892), menggambarkan metode stimulasi urin yang
lembut dan lentur untuk mengeluarkan plasenta.
Juduig Bandl, dokter obstetri dari jerman (1842-1992), pada tahun 1875, menggambarkan
lingkaran retraksi yang pasti muncul pada pertemuan segmen atas rahim dan segmen bawah
rahim dalam persalinan macet atau sulit.
       Daunce dari Bordeauz, pada tahun 1857, memperkenalkan penggunaan inkubator
dalam perawatan bayi prematur.
Abad 20
         Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah berubah dari
perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend “Modern” ambulasi diri. Yang pada
kenyataannya, suatu pengembalian pada “cara yang lebih alami”.
Selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat diterima di
banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan menjadi dapat diterima, dan bahkan oleh
norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi “membuktikan dirinya “rooing-in” dipraktekan dan
menyusui dipromosikan menyusui disemua rumah sakit yang sudah mendapat penerangan.
             Perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan intrapartum yang
tepat menjadi mungkin dengan pengguraan ultrasonografi dan cardiotocografi, dan telah
merubah prognosis bagi bayi prematur secara dramatis ketika dirawat di neonatal intersive acara
urits, hal ini juga memungkinkan perkembangan yang menakjubkan.

a. Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Amerika


1) Pelayanan Kebidanan di Amerika
       Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang
spesifik, standar-standar, atau peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20.
       Kebidanan, sementara itu, menjadi tidak diakui dalam sebagian besar yurisdiksi
(hukum) dengan istilah ‘nenek tua’: Kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir mati.
       Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah memprediksikan bahwa angka kematian ibu di
AS sebanyak 95%. Salah satu alasan mengapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah
untuk mengjhilangkan praktik sihir yang masih ada pada saat itu. Dokter memegang kendali dan
banyak memberikan obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual, sehingga perempuan
yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap kematian.

2)  Pendidikan Kebidanan di Amerika


       Tahun 1765, pendidikan formal untuk bidan mulai di buka pada akhir abad ke 18.
Banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secar emosi dan intelektual, perempuan tidak
mampu belajar dan menerapkan metode obstetrik. Pendap[at ini digunakan untuk menjatuhkan
profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung. Pada pertengahan abad antar tahun
1770 dan 1820, para perempuan golongan atas di kota-kota Amerika, mulai meminta bantuan
para dokter. Sejak awal tahun 1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter; bidan hanya
menangani persalinan perempuan yang tidak mampu mebayar dokter.
       Tahun 1915, Dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses
patologis dan bidan tidak mempunyai peran didalamnya, serta diberlakukannya protap
pertolongan persalinan di AS, yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks
berdilatasi memeberikan ather pada kala II, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan
forceps ekstraksi plasenta, memberikan uteronika serta menjahit episiotomi.
       Tahun 1955 American College of  Nurse-Midwifes (ACNM) di buka. Pada tahun
1971, seorang bidan di Tennese mulai menolong persalinan secara mandiri di institut kesehatan.
       Pada tahun 1979, badan pengawasan obat Amerika menyatakian bahwa ibu bersalin
yang menerima anestesi dalam dosis tinggi melahirkan anak-anak dengan kemunduran
perkembangan psikomotor.
       Pada era 1980-an, ACNM membuat pedoman alternatif lain dalam homebirth. 0pada
tahun yang sama dibuat legalisasi tentang praktik profesional bidan, sehingga membuat bidan
menjadi sebuah profesi dengan lahan praktik yang spesifik dan membutuhkan organisasi yang
mengatur profesi tersebut.
       Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of   North America)dibentuk guna
meningkatkan komunikasi antar bidanserta mwembuat peraturan sebagai dasar kompetisi untuk
melindungi bidan.
       Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika saat ini antara lain :
- Walau ada banyak undang-undang yang baru,direct entri midwives masih dianggap ilegal di
beberapa negara bagian.
      - Lisensi praktik berbeda pada setiap negara bagian, tidak ada standar nasional sehingga tidak
ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang telah terdidik dan memiliki
standar kompetensi yang sama.
      - Kritik tajam dari profesi medis kepada direct entry midwives ditambah dengan isolasi dari
sistem pelayanan kesehatan telah mempersulit sebagian besar dari mereka untuk
memperoleh dukungan medis yang memadai bila terjadi keadaan gawat darurat.
       Pendidikan kebidana biasanya berbentuk praktik lapangan. Sampai saat ini mereka
bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan. Bidan adalah seseorang telah
menyelesaikan pendidikan 4 tahun dan praktik lapangan selama 2 tahun, yang mana biayanyan
yang sangat mahal. Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standar,
menyediakan sertifikat dan membuat ijin praktik. Saat ini AS merupakan negara yang
menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan negara industri
yang paling buruk dalam hasil perawatan natal di negara-negara industri lainnya.
              
b. Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Belanda
1) Perkembangan Kebidanan di Belanda
       Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan
kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah tersebut. Wanita berhak memilih
apakah ia mau melahirkan di rumah atau di Rumah Sakit, hidup atau mati. Belanda memiliki
angka kelahiran yang sangat tinggi, sedangkan kematian prenatal relatif rendah.
       Prof. Geerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto tahun 1984, menyatakan
bahwa setiap kehamilan adalah normal, harus selalu dipantau dan mereka bebas memilih untuk
tinggal di rumah atau rumah sakit, dimana bidan yang sama akan memantau kehamilannya.
       Astrid Limburg mengatakan : Seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang
bidan yang baik karena perawat dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan
untukkesehatan wanita.
       Maria De Broer yang mengatakan bahwa kebidanan tidak memiliki hubungan dengan
keperawatan; kebidanan adalah profesi yang mandiri.
       Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni sebagaimana memberi
anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan memberi pada
ibu saat persalinan. Jadi pada praktiknya bidan harus  memandang ibu secara keseluruhan dan
mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri. Bidan harus menjadi role  model di masyarakat
dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang normal, sehingga apabila seorang
perempuan merasa dirinya hamil dia dapat langsung memeriksakan diri ke bidan/atau dianjurkan
oleh keluarga, teman, atau siapa saja.
2) Pendidikan Kebidanan di Belanda
       Pendidikan Kebidanan di Belanda terpisah dari pendidikan keperawatan dan
berkembang menjadi profesi yang berbeda. Di Belanda ada 3 institusi kebidanan dan menerima
66 mahasiswa setiap tahunnya. Hampir tahun 800 calon mahasiswa (95% wanita, 4% pria) yang
mengikuti tes syarat masuk mengikuti pendidikan usia minimum 19 tahun, telah menamatkan
Secondary Education atau yang sederajat dari
jurusan   kimia   dan  biologi.   Mahasiswa     kbidanan    tidak menerima gaji dan tidak
membayar biaya pendidikan.
          Selama pendidikan di ketiga institusi tersebut menekankan bahwa kehamilan, persalinan,
dan nifas sebagai proses fisiologis. Ini diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk
praktek di kamar bersalin dimana wanita dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan, walaupun
di rumah sakit, seperti di rumah, tidak ada dokter yang siap menolong dan tidak terdapat
Cardiograph. Mahasiswa akan teruju keterampilan kebidanan yang telah terpelajari.
       Bila ada masalah, mahasiswa baru akan berkonsultasi dengan Ahli kebidanan dan
seperti di rumah, wanita di kirim ke ruang bersalin patologi. Mahasiswa diwajibkan mempunyai
pengalaman minimal 40 persalinan selama pendidikan. Ketika mereka lulus ujian akhir akan
menerima ijazah yang didalamnya tercanbtum nilai ujian.
3) Adapun Pelayanan - Pelayanan yang Dilaksanakan oleh Belanda, yaitu :
a. Pelayanan Antenatal
         Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada perawat.
Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan kepada wanita dengan
resiko rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan postnatal tanpa Ahli Kandungan yang
menyertai mereka bekerja di bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan
harus      merujuk   wanita    denganresiko     tinggi        atau           kasus      patologi  ke Ahli
Kebidanan untuk di rawat dengan baik.
        Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk
meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah dafatar indikasi oleh
kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.
b. Pelayanan Intrapartum
       Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah
lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi
tapi tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau
episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin
diberikan jika ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak
digunakan dalam persalinan.
c.  Pelayanan Postpartum
       Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20%
persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah
mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan
mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan
wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3tahun.

c. Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Jepang


1) Pelayanan Kebidanan di Jepang
       Jepang merupakan sebuah negara dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju
serta kesehatan masyarakat yang tinggi.
       Pelayanan kebidanan setelah perang dunia II, lebih lebih banyak terkontaminasi oleh
medikalisasi. Pelayana kepada masyarakat masih bersifat hospitalisasi. Bidan berasal dari
perawat jurusan kebidanan dan perawat kesehatan masyarakat serta bidan hanya berperan
sebagai asisten dokter. Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan oeh dokter dan perawat.
       Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan sert mulai menata dan
merubah situasi. Pada tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus
kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimaktelium serta kembali ke persalinannormal.
       Bagi orang jepang melahirkan adalah suatu hal yang kotor dan tidak diiinginkan maa
banyak wanita yang akan melahirkan diasingkan dan saat persalinan terjadi di tempat kotor gelap
seperti gedung dan gudang.
       Dokumentasi relevan pertama tentang praktek kebidanan adalah tentang pembantu-
pembantu kelahiran (asisten) pada periode Heian (794-1115).
       Dokumentasi hukum pertama tentang praktek kebidanan ditwerbitkan pada tahun
1868. Dokumen ini resmi menjadi dasar untuk peraturan-peraturan hukum utama untuk profesi
medis Jepang. Tahhun 1899 izin kerja kebidanan dikeluaran untuk memastikan profesional
kualifikasi.
2) Pendidikan Kebidanan di Jepang
       Pendidikan kebidanan di Jepanbg diawali dengan terbentuknya sekolah bidan pada
tahun 1912 didirikan oleh Obgyn, dan baru mendapatkan lisensi pada tahun 1974. Kemudian
pada tahun 1899 lisensi dan peraturan-peraturan untuk seleksi baru terbentuk.
       Tahun 1987, pendidikan bidan mulai berkembang dan berada dibawah pengawasan
obstretikian. Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan bidan terdiri dari ilmu fisika, biologi,
ilmu sosial, dan psikologi. Ternyata hasil yang diharapkan dari pendidikan bidan tidak sesuai
dengan harapan. Bidn-bidan tersebut banyak yang bersifat tidak ramah dan tidak banyak
menolong persalinan dan pelayanan kebidanan.
       Yang mengikuti pendidikan bidan yaitu para perawat yang masuk pendidikan saat
umur 20 tahun. Pendidikan berlangsung selama 3 tahun. Tingkat Degree di universitas terdiri
dari 8-16 kredit, yaitu 15 jam teori, 30 jam lab, dan 45 jam praktik. Pendidikan kebidanan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan obstetri         dan neonatal, serta meningkatkan
kebutuhan masyarakat karena masih tingginya angka aborsi di Jepang. Masalah-masalah yang
masih terdapat di Jepang antara klain masih kurangnya tenaga bidan dan kualitas bidan yang
masih belum memuaskan.
       Saat ini pendidikan bidan di Jepang bisa setelah lulus dari sekolah perawat atau
perguruan tinggi 2 tahun atau melalui program kebidanan yang ditawarkan oleh perguruan tinggi
4 tahun.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : Konsep Kebidanan
Sub Pokok bahasan : Terminologi Keilmuan,Definisi Keilmuan,Epistemology,
Bidang Ilmu
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke :2
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology, Bidang Ilmu

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu
2. Mampu memahami tujuan Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu
3. Mampu memahami implikasi Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu

III. Tujuan Pembelajaran :


1. Untuk mengetahui pengertian dari Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu
2. Untuk mengetahui tujuan dari Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu
4. Untuk mengetahui implikasi dari Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu

IV. Materi standar :


1. Pengertian Terminologi Keilmuan,Definisi Keilmuan,Epistemology, Bidang Ilmu
2. Tujuan Sejarah Terminologi Keilmuan,Definisi Keilmuan,Epistemology, Bidang Ilmu
3. Implikasi Terminologi Keilmuan,Definisi Keilmuan,Epistemology, Bidang Ilmu
4. Mengetahui ruang lingkup pada Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology,Bidang Ilmu

V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
Terminologi Keilmuan,Definisi Keilmuan,Epistemology, Bidang Ilmu
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)
a. Prosedur pembelajaran
1. Tanya jawab tentang Terminologi Keilmuan,Definisi Keilmuan,Epistemology,
Bidang Ilmu
2. Membuat rangkuman
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology, Bidang Ilmu
2. Memahami tujuan Terminologi Keilmuan,Definisi Keilmuan,Epistemology,
Bidang Ilmu
3. Memahami implikasi Terminologi Keilmuan,Definisi Keilmuan,Epistemology,
Bidang Ilmu
4. Menyebutkan ruanglingkup Terminologi Keilmuan,Definisi
Keilmuan,Epistemology, Bidang Ilmu
3. Kegiatan akhir (penutup)
c. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
d. Pos-test dilakukan secara tertulis

VII. Sumber Pembelajaran :


1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi

Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015


Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI
KONSEP KEBIDANAN TERMINOLOGI KEILMUAN

A.DEFINISI KEILMUAN
PENGERTIAN ILMU MENURUT MINTO RAHAYU Ilmu adalah pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis dan berlaku umum, sedangkan pengetahuan adalah pengalaman
yang bersifat pribadi/kelompok dan belum disusun secara sistematis karena belum dicoba dan
diuji
PENGERTIAN ILMU MENURUT DR. H. M. GADE Ilmu adalah falsafah. yaitu hasil
Pemikirantentang batas-batas kemungkinan pengetahuan manusia
PENGERTIAN ILMU MENURUT M. IZUDDIN TAUFIQIlmu adalah penelusuran data
atau informasi melalui pengamatan, pengkajiandan eksperimen, dengan tujuan menetapkan
hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya
PENGERTIAN ILMU MENURUT THOMAS KUHNIlmu adalah himpunan aktivitas
yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya
PENGERTIAN ILMUMENURUT Dr. MAURICE BUCAILLEIlmu adalah kunci untuk
mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.
PENGERTIAN ILMU MENURUT NS. ASMADIIlmu merupakan sekumpulan
pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan
terkendali (metode ilmiah)
PENGERTIAN ILMU MENURUT POESPOPRODJO Pengertian Ilmuadalah proses
perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputiperkembangan teori dan uji empiris
PENGERTIAN ILMU MENURUT FRANCIS BACONIlmu adalah satu-satunya
pengetahuan yang valid dan hanya fakta-fakta yang dapat menjadi objek pengetahuan
PENGERTIAN ILMU MENURUT CHARLES SINGER Ilmu adalah suatu proses yang
membuat pengetahuan (science is the process which makes knowledge)Dari semua Pendapat
tentang Pengertian Ilmu di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Ilmu bukan sekadar
pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk
dari epistemologi.
B. EPISTEMOLOGY
Pengertian epistemologi, ( dari bahasa Yunani episteme ( pengetahuan ) dan logos (kata /
pembicaraan / ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat,karakter dan
jenispengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas
dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya,
macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut
diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metodekontemplatis dan metode
dialektis.Metode-metode untuk memperoleh pengetahuana.
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh
pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania, mengatakan
bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula
rasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi.
Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta
memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama-
pertama dan sederhana tersebut.Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan,yang
secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita
betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi
yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek
material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah
pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang factual.b.
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena
rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkanpengalaman paling-paling dipandang
sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalismeyakin bahwa kebenaran dan
kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran
mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka
kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi
saja.
Fenomenalisme Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang
pengalaman. Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat
inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara
sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang
barang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang
menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).Bagi Kant para
penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada
pengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme juga
benar, karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta
pengalaman.
Intusionisme Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara
langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak
akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif.Salah satu
di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah,paham ini
memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh
indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi
pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Kant masih tetap benar
dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi dengan demikian
pengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif.Hendaknya
diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman inderawi yang biasa dan pengetahuan
yang disimpulkan darinya.
Intusionisme – setidak-tidaknya dalam beberapa bentuk-hanya mengatakan bahwa
pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi-
yang meliputi sebagian saja– yang diberikan oleh analisis. Ada yang berpendirian bahwa apa
yang diberikan oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagai lawan dari apa yang
diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan. Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernah
merupakan sesuatu seperti yang menampak kepada kita, dan hanya intuisilah yang dapat
menyingkapkan kepada kita keadaanya yang
Dialektis Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan serta
analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan. Dalam
teori pengetahuan ini merupakanbentuk pemikiran yang tidaktersusun dari satu pikiran tetapi
pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : Konsep Kebidanan
Sub Pokok bahasan : Terminologi Kebidanan,Bidan,Kebidanan,Asuhan Kebidanan,
Praktek Kebidanan,Manajemen Kebidanan,Pelayanan
Kebidanan,Kode etik Kebidanan
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke :3
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Terminologi
Kebidanan,Bidan,Kebidanan,Asuhan Kebidanan, Praktek Kebidanan,Manajemen
Kebidanan,Pelayanan Kebidanan,Kode etik Kebidanan.

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Konsep Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Konsep Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Konsep Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Konsep Kebidanan

III. Tujuan Pembelajaran :


1. Untuk mengetahui pengertian dari Konsep Kebidanan
2. Untuk mengetahui tujuan dari Konsep Kebidanan
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Konsep Kebidanan
4. Untuk mengetahui implikasi dari Konsep Kebidanan
IV. Materi standar :
1. Pengertian Konsep Kebidanan
2. Tujuan Sejarah Konsep Kebidanan
3. Implikasi Konsep Kebidanan
4. Mengetahui ruang lingkup pada Konsep Kebidanan

V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan Konsep
Kebidanan
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)
a. Prosedur pembelajaran
1. Tanya jawab tentang Konsep Kebidanan
2. Membuat rangkuman
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian Konsep Kebidanan
2. Memahami tujuan Konsep Kebidanan
3. Memahami implikasi Konsep Kebidanan
4. Menyebutkan ruang lingkup Konsep Kebidanan
3. Kegiatan akhir (penutup)
a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis

VII. Sumber Pembelajaran :


1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi

Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015


Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI
KONSEP KEBIDANAN TERMINOLOGI KEBIDANAN

A. DEFINISI BIDAN
Pengertian bidan adalah Seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan
yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik
kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan
nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca
persalinan ( post partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawanya sendiri serta
asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian
kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan
tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia
mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita
tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan
antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi,
keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan,
rumah perawatan atau tempat-tempat lainnya.
Pengertian Bidan Indonesia dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi
masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia
adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi unttk menjalankan
praktik kebidanan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya
kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan
perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah
Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
B. DEFINISI KEBIDANAN
SAFRUDIN & HAMIDAH Kebidanan merupakan subsitem pelayanan kesehatan, hasil
pendidikan dan penelitian yang melandasi praktik
RATNA HIDAYATI Kebidanan merupakan cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari
semua hal yang berkaitan dengan lahirnya anak
IDA BAGUS GDE MANUABA Kebidanan ialah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan,
persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal
PENNY SIMKIN, JANET WHALLEY & ANN KEPPLER Dokter kandungan atau kebidanan
adalah dokter lulusan dari fakultas kedokteran atau osteopatik yang menekankan hubungan
antara tulang dan otot
SUSAN ROSS Kebidanan adalah profesi yang sangat altruistik
CHRIS BROOKER Kebidanan adalah profesi yang mencakup kompetensi dalam tenaga
kerjanya
MANUABA, CHANDRANITA MANUABA, FAJAR MANUABA
Kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai aspek alat reproduksi yang sedang
hamil, sejak saat konsepsi bersalin sampai masa kala nifas berakhir
KEES BERTENS Kebidanan adalah spesialisasi medis yang dikembangkan khusus supaya bayi
baru lahir dapat lahir dengan selamat dan kondisi kesehatan terjamin

C. DEFINISI ASUHAN KEBIDANAN

Arti Kebidanan Zaman dahulu kelahiran manusia diartikan sebagai hukum keajaiban alam
yang terbesar. Alam menghendakinya an alam pulalah yang menyediakan keperluan-keperluan
baginya. Setelah kemajuan lebih maju kebidanan adalah ilmu yang mempelajari kelahiran
manusia, mulai dari kandungan sampai melahirkan.
Kebidanan ( Mildwifery )Merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu
(Multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan yang meliputi : ilmu kedokteran,
keperawatan, sosial, perilaku, kesehatan masyarakat, budaya, manajemen (untuk memberi
penyuluhan pada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, postpartum, bayi baru lahir, yang
meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan
pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat).
Asal Kata Kebidanan Berasal dari bahasa latin Obstetric sebab wanita yang akan bersalin
selalu harus didampingi dan ditolong oleh wanita lain. Kemudain kata obsto di pakai dalam
berbagai bahasa antara lain: Yunani yang disebut Obstetricius, Prancis yaitu Abatare, Belanda
yang di sebut Obstetrie, Inggris yang disebut Obstertic, dan lain-lain.
D.DEFINISI PELAYANAN KEBIDANAN ( Midwifery Service )

Seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan
kessehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya
keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.

E. DEFINISI PRAKTEK KEBIDANAN

Penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan kepada klien
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Manajemen Kebidanan
Pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis

F.DEFINISI ASUHAN KEBIDANAN

Penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan. Misalnya : ibu
masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga.

G. FALSAFAH KEBIDANAN

• Pancasila
• Manusia ( pria dan wanita yang menikah membentuk keluarga dan mempunyai anak ).
• Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman
dan memuaskan.
• Persalinan adalah suatu proses yang alami, namun bila tidak di kelola dengan tepat akan
berubah menjadi abnormal.
• Setiap individu berhak untuk di lahirkan secara sehat, maka setiap wanita usia subur, ibu hamil,
melahirkan, dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang berkualitas.
• Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang membutuhkan
masa persiapan mulai naka menginjak masa remaja.
• Kesehatan reproduksi wanita dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan pelayanan
kesehatan.

H.KONSEP KEBIDANAN

Berisi teori-teori yang mengacu pada suatu pemikiran atau ide tentang kebidanan yang
mencakup beberapa hal yang berkenaan dengan bidan dan kebidanan yang akan memberikan
suatu kejelasan yang menjelaskan bidan sebagai suatu profesi.
Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan. Falsafah kebidanan tersebut adalah :

1. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang – Undang maupun peraturan
pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan professional dan
secara internasional diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM), FIGO dan
WHO.
2. Tugas, tanggungjawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam beberapa
peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam rangka membantu program
pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam rangka menurunkan AKI, AKP, KIA,
Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman dan KB.
3.Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan budaya. Setiap individu
berhak untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di
segala aspek pemeliharaan kesehatannya.
4.Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopause adalah proses
fisiologi dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi medic.
5.Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola
dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
6.Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia subur,
ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang berkualitas.
7.Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang membutuhkan
persiapan mulai anak menginjak masa remaja.
8.Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan pelayanan
kesehatan.
9. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
10.Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam rangka
meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional dan interaksi social serta asas
penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi manajemen secara terpadu.
11. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian berlangsung
sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan dan diupayakan untuk berbagai strata masyarakat.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : Profesi Kebidanan
Sub Pokok bahasan :
 Pengertian Profesi,ciri
 Kebidanan Sebagai Profesi
 Organisasi Profesi
 Dasar Pemikiran
 Wewenang Bidan
 UU kesehatan yang berkaitan dengan praktek Kebidanan
 Hak-hak Klien
 Informed Consent
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke :4
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Kebidanan Sebagai Profesi Organisasi
Profesi,Dasar Pemikiran,Wewenang Bidan, UU kesehatan yang berkaitan dengan praktek
Kebidanan, Hak-hak Klien,Informed Consent

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Profesi Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Profesi Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Profesi Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Profesi Kebidanan

III. Tujuan Pembelajaran :


1. Untuk mengetahui pengertian dari Profesi Kebidanan
2. Untuk mengetahui tujuan dari Profesi Kebidanan
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Profesi Kebidanan
4. Untuk mengetahui implikasi dari Profesi Kebidanan

IV. Materi standar :


1. Pengertian Profesi Kebidanan
2. Tujuan Sejarah Profesi Kebidanan
3. Implikasi Profesi Kebidanan
4. Mengetahui ruang lingkup pada Profesi Kebidanan

V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
penelitian
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)
a. Prosedur pembelajaran
1. Tanya jawab tentang Profesi Kebidanan
2. Membuat rangkuman

b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian Profesi Kebidanan
2. Memahami tujuan Profesi Kebidanan
3. Memahami implikasi Profesi Kebidanan
4. Menyebutkan ruanglingkup Profesi Kebidanan
3. Kegiatan akhir (penutup)
a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis

VII. Sumber Pembelajaran :


1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi

Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015


Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI
PROFESI KEBIDANAN DAN INFORM CONSENT

A.DEFINISI PROFESI BIDAN


Pengertian Profesi
1. Berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan
pekerjaan.
2. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa
saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.
3. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
4. “ Suatu pekerjaan yg membutuhkan pengetahuan khusus dlm bidang ilmu, melaksanakan cara-
cara dan peraturan yg telah disepakati anggota profesi itu “ Chin Yacobus,1993 
5. “ Akitivitas yg bersifat intelektual berdasarkan ilmu & pengetahuan digunakan u/ tujuan
praktek pelayanan dapt dipelajari, terorganisir secara internal dan altristik” Abraham
Flexman,1915
6. “Berorientasi kepada pelayanan memiliki ilmu pengetahuan teoritik dgn otonomi dari
kelompok pelaksana” Suessman,1996
7. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada
bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, dan teknik.
Daftar karakterstik  ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada
profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:
a. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan mempunyai
pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan
tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.
b. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi
tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
c. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan
yang lamadalam jenjang pendidikan tinggi.
d. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk
lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis
e. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan
istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota
penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.
f. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka
yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
g. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoritis mereka
agar terhindar adanya intervensi dari luar.
h. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur
pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
i. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur
tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati,
atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
j. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat
dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi
terhadap kesehatan masyarakat.
k. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi,
prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai
pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

B. Bidan Sebagai Profesi

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii pelayan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat
unik, yaitu:
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses
pendidikan dan jenjang tertentu
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat,
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh
kode etik profesi.

Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan anggota profesi yang
harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus diimbangi dengan kesempatan
memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan
kesehatan. Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan
tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan struktural dan
jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang
dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai
dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga
berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional profesional,
dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan profesional.
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu standar
pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya
4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
5. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
6. Bidan memiliki organisasi profesi
7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat.

A. Organisasi Profesi
            Sebelumnya kita telah membahas apa pengertian profesi dari sudut pandang penulis, jadi
mungkin telah terbesit dalam pikiran kita "apa itu organisasi profesi". Dalam keseharian orang
awam menganggap bahwa organisasi profesi adalah suatu kumpulan profesi yang terintegrasi
dengan baik.

            Berikut opini terhadap pengertian organisasi profesi yang bisa penulis curahkan dan
dibawah ini juga ditambahkan pengertian organisasi profesi yang digunakan secara umum,
Sehingga keduanya bisa dibandingkan.

Menurut Pribadi Menurut Pengertian Umum


Organisasi profesi merupakan suatu kelompok Organisasi profesi merupakan organisasi yang
yang terorganisir baik anggotanya adalah para praktisi yang
segalasistem yang  terdahulu, sekarang, sampai menetapkan diri mereka sebagai profesi dan
yang akan datang, yang dimana beranggotakan bergabung bersama untuk melaksanakan
oleh para orang berprofesi yang dituntut fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka
untuk profesional. Sehingga apabila semua
laksanakan dalam kapasitas mereka seagai
elemen tersebut disatukan akan membentuk
individu.
suatu organisasi sistem kerja yang baik

A . PENGERTIAN HAK, PASIEN DAN HAK PASIEN


Hak adalah benar, milik, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu atau untuk menuntut
sesuatu (Kamus Besar bahasa Indonesia )
H a k   adalah klaim yang sah atau klaim yang dibenarkan (Bertens, 2001 ; 178)2.
Pasien adalah orang sakit (yang dirawat oleh dokter); penderita (sakit) (Kamus Besar
Bahasa Indonesia).
Klien menurut  King
a d a l a h   i n d i v i d u   a t a u   k e l o m p o k   y a n g   t i d a k   m a m p u   u n t u k   mengatasi
kejadian atau masalah kesehatan sejak berinteraksi dengan lingkungan.Sebenarnya kedua
istilah ini memiliki makna yang sama, hanya saja istilah pasienlebih memberikan
citra orang yang sakit, sedangkan klien tidak selalu sakit, bisa diartikan klien adalah
orang yang menerima pelayanan kesehatan sehat atau sakit.

B. INFORMED CONSENT

Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45 serta


Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. maka Informed Consent adalah
persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadap pasien tersebut. Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no
585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2 menyebutkan
dalam memberikan informasi kepada pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat /
paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting. Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien
atau keluarga terdekatnya tersebut, tidak membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter
melakukan kelalaian. Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga
terdekatnya, dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP
Pasal 351.
Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran dilaksanakan
adalah:
1. Diagnosa yang telah ditegakkan.
2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran tersebut.
5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara pengobatan
yang lain.
6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.
Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan
tindakan kedokteran :
a. Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.
b. Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang akan
melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1 Permenkes No 290 /
Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada persetujuan ( Ayat 2 ).
Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan persetujuan tindakan
kedokteran adalah:
1. Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana dokter harus segera bertindak untuk
menyelamatkan jiwa.
2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi dirinya.
Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.

Tujuan Informed Consent:


a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak
diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa
sepengtahuan pasiennya.
b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif,
karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada
melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )

Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat digolongkan sebagai tindakan
melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodily assault ).
Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, persetujuan tindakan
kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan, sebelum
dimulainya tindakan ( Ayat 1 ). Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan
secara tertulis oleh yang memberi persetujuan ( Ayat 2 ).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan
Pokok Bahasan : Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
Sub Pokok bahasan :
 Peran Bidan
 Fungsi Bidan
 Kompetensi Bidan
 Standard Praktek
 Manajemen Kebidanan,Focus dan tujuan dasar asuhan
Kebidanan
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke :5
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
2. Mampu memahami tujuan Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
3. Mampu memahami implikasi Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan

III. Tujuan Pembelajaran :


1. Untuk mengetahui pengertian dari Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
2. Untuk mengetahui tujuan dari Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
4. Untuk mengetahui implikasi dari Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan

IV. Materi standar :


1. Pengertian Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
2. Tujuan Sejarah Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
3. Implikasi Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
4. Mengetahui ruang lingkup pada Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan

V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan Peran,
Fungsi dan Kompetensi Bidan
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)
a. Prosedur pembelajaran
1. Tanya jawab tentang Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
2. Membuat rangkuman
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
2. Memahami tujuan Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
3. Memahami implikasi Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
4. Menyebutkan ruang lingkup Peran, Fungsi dan Kompetensi Bidan
3. Kegiatan akhir (penutup)
a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis

VII. Sumber Pembelajaran :


1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui Tanya jawab sesuai dengan indicator kompetensi

Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015


Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI
   PERAN DAN FUNGSI BIDAN

     Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Bidan telah diakui sebagai sebuah
profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang bekerja profesional, maka bidan harus
dapat memahami sejauh mana peran  dan fungsinya sebagai seorang bidan. Bidan dalam
menjalankan profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu pelaksana, pengelola, pendidik dan
peneliti.
1.     Peran Bidan
     Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat (Tim Media pena,2002 : 112 )
Peran bidan yang diharapkan adalah:
1.     Sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi dan
tugas ketergantungan.
a.     Tugas Mandiri/ Primer
     Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab bidan sesuai kewenangannya,
meliputi:
a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan.
b. Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan melibatkan  mereka sebagai klien.
c. Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
d. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan      dengan melibatkan
klien /keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien
/keluarga.
g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang   membutuhkan pelayanan
KB.
h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan system reproduksi dan
wanita dalam masa klimakretium dan nifas.

b.     Tugas Kolaborasi
     Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan
kesehatan, meliputi :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarganya.
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga.
e. Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien atau ibudari bayi dan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga.
c.      Tugas Ketergantungan / Merujuk
     Ini adalah tugas yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang
lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima
rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan
ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horisintal maupun vertikal atau ke profesi
kesehatan lainnya, seperti :
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
rujukan keterlibatan klien dan keluarga.
b. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi dan kegawat daruratan.
c. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
d. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas
dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan
yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatan
yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan.

Langkah yang diperlukan dalam melakukan peran sebagai pelaksana:


1.     Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien
2.     Menentukan diagnosa / masalah
3.     Menyusun rencana tindakan  sesuai dengan masalah yang dihadapi
4.     Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah disusun
5.     Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
6.     Membuat rencana tindak lanjut tindakan
7.     Membuat dokumentasi kegiatan klien dan keluarga

2.     Sebagai Pengelola
     Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
a.     Mengembangkan Pelayanan Dasar Kesehatan
Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk
individu, keluarga kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan
masyarakat/ klien meliputi :
1. Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
2. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil kajian bersama masyarakat.
3. Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan khususnyaKIA/KB sesuai dengan rencana.
4. Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader dan dukun atau petugas kesehatan
lain dalam melaksanakan program/ kegiatan pelayanan KIA/KB.
5. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya KIA KB
termasuk pemanfaatan sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
6. Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
7. Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan dalam kelompok profesi.
8. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

b.     Berpartisipasi Dalam Tim


Bidan berpartisi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain melalui
peningkatan kemampuan dukun bayi, kader, dan tenaga kesehatan lain yang berada di wilayah
kerjanya, meliputi :
1.     Bekerjasama dengan Puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi
asuhan kepada klien bentuk konsultasi, rujukan & tindak lanjut.
2.     Membina hubungan baik dengan dukun bayi, kader kesehatan, PLKB dan masyarakat.
3.     Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan
lain.
4.     Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
5.     Membina kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.

3.     Peran Sebagai Pendidik


     Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan
bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.
Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu,       keluarga dan
masyarakat tentang penanggulanagan masalah kesehatan khususnya KIA/KB.
Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan/keperawatan serta membina dukun di
wilayah kerjanya.
Langkah-langkah dalam memberikan pendidikan dan penyuluhan yaitu :
a. Mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan.
b. Menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk penyuluhan.
c. Menyiapkan alat dan bahan pendidikan  dan penyuluhan.
d. Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan.
e. Mengevaluasi hasil pendidikan dan penyuluhan.
f. Menggunakan hasil evaluasi  untuk meningkatkan program bimbingan.
g. Mendokumentasikan kegiatan.

4.     Peran Sebagai Peneliti


          Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri
maupun kelompok.
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi/penelitian.
b. Menyusun rencana kerja.
c. Melaksanakan investigasi.
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja
atau pelayanan kesehatan.
   
2.     Fungsi Bidan
Fungsi adalah kegunaan suatu hal, daya guna, jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, kerja bagian
tubuh (Tim Media Pena,2002:117).
Berdasarkan peran Bidan yang dikemukakan diatas, maka fungsi bidan sebagai berikut :
1.     Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan pelaksana mencakup:
a. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawnan.
b. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus
patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
c. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
d. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi
e. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
f. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui
g. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah
h. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya.
i. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi,
termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya.
2.     Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
a. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung
oleh partisipasi masyarakat.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
c. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
d. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
e. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3.     Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
a. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta KB
b. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan tanggung jawab
bidan.
c. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
di masyarakat.
d. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
4.   Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
1.     Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2.     Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB

B.    Rumah Bersalin (RB)


         Rumah Bersalin merupakan tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi
wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan keluarga berencana serta
perawatan bayi baru lahir (Peraturan DaerahKota Malang Nomor 20 Tahun 2005 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan, Bab 1Ketentuan Umum, Pasal 1, no. 14). Rumah bersalin
mepunyai sifat privat dansemi privat, sebab tidak semua orang dapat keluar masuk di dalam area
ini. Sifat privat terdapat pada  bentuk pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan
pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, persalinan fisiologi, masa nifas,bayi baru lahir dan
keluarga berencana (KB).

C.   Peran Dan Fungsi Bidan Di Rumah Bersalin


         Peran dan fungsi bidan di RB tidak jauh berbeda dengan peran dan fungsi bidan praktek
swasta pada umumnya yaitu
1.     Peran  Bidan  di RB
a.     Peran sebagai Pelaksana
1. Tugas Mandiri, meliputi:
a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan
b. Memberikan pelayananan dasar dan asuhan kebidanan kepada klien sesuai kewenangannya
c. Melakukan dokumentasi kegiatan
2.   Tugas Kolaborasi
a.   Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga
b.   Memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
c.   Melakukan dokumentasi kegiatan
3.     Tugas Ketergantungan / Merujuk
a.     Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
ketergantungan dengan melibatan klien dan keluarga.
b.     Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada klien dengan resiko
tinggi dan kegawatdaruratan
c.    Melakukan dokumentasi kegiatan
3.     Peran Sebagai Pengelola
    RB merupakan tanggung jawab bidan, biasanya selain sebagai pelaksana bidan juga menjadi
pemilik sekaligus pengelola RB tersebut.
a. Mengelola kegiatan pelayanan kebidanan sesuai dengan rencana.
b. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan kebidanan dengan  memanfaatan
sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
c. Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan dalam kelompok profesi
d. Melakukan dokumentasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan
4.     Peran Sebagai pendidik
a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien dan  keluarga tentang
penanggulanagan masalah kesehatan khususnya KIA/KB
b. Melatih dan membimbing siswa bidan/keperawatan yang melakukan  Praktek kerja
lapangan di RB tersebut
c. Membina dukun yang melakukan rujukan ke RB tersebut
5.     Peran sebagai peneliti
    Bidan  di RB juga dapat melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan
baik secara mandiri maupun berkelompok, mencakup:
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
b. Menyusun rencana kerja pelatihan.
c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja
atau pelayanan kesehatan.

2.     Fungsi bidan di RB
a.     Fungsi Pelaksana
a. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
b. Memberikan imunisasi pada bayi dan ibu hamil
c. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas
d. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
b.     Fungsi  Pengelola
 Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung
oleh partisipasi masyarakat.
 Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
 Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan
kebidanan
 Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
c.  Fungsi  Pendidik
 Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
 Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan.
Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyarakat
  Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
d. Fungsi  Peneliti
 Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan  sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
 Melakukan penelitian kebidanan klien dan keluarga yang berkunjung ke RB
D.   Wewenang Dan Tanggung Jawab Bidan

1.     Wewenang Bidan
     Dalam menjalankan praktek profesionalnya wewenang bidan diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Pemberian kewenangan lebih luas kepada
bidan dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan obstetri dan neonatal kepada
setiap ibuhamil/bersalin, nifas dan bayi baru lahir agar penanganan dini atau pertolongan
pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepatwaktu.
2.     Tanggung Jawab Bidan
     Sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung jawab atas pelayanan yang diberikan
dan berupaya secara optimal dengan mengutamakan keselamatan klien   Bidan harus dapat
mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang
dilakukannya.

A.   Standar Praktik Kebidanan
Standar praktik kebidanan terbagi atas :

Standar I : Metode Asuhan

Asuhan Kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah :


Pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa perencanaan pelaksanaan,
evaluasi, dan dokumentasi.

Difinisi Operasional :

1. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan medis.
2. Format manajemen kebidanan terdiri dari : format pengumpulan data, rencana format
pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan dan evaluasi.
3. Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan kilen dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.

Difinisi Operasional :
1. Ada format pengumpulan data
2. Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus, yang meliputi data :
-          Demografi identitas klien
-          Riwayat penyakit terdahulu
-          Riwayat kesehatan reproduksi
-          Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi
-          Analisis data
1. Data dikumpulkan dari :
-          Klien/pasien, keluarga dan sumber lain
-          Teanaga kesehatan
-          Individu dalam lingkungan terdekat
1. Data diperoleh dengan cara :
-          Wawancara
-          Observasi
-          Pemeriksaan fisik
-          Pemeriksaan penunjang
1. Standar III : Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan.
Difinisi Operasional :
1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien / suatu
keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang bidan dan
kebutuhan klien
2. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistematis mengarah pada asuhan
kebidanan yang diperlukan oleh klien.
3. Standar IV : Rencana Asuhan
Rencana Asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan
Difinisi Operasional :
1. Ada format rencana asuhan kebidanan
2. Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa, rencana tindakan dan evaluasi
3. Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien :
tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien
Difinisi Operasional :
1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi
2. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perkembangan klien
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan atau
tugas kolaborasi
5. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik kebidanan etika
kebidanan serta mempertimbangkan hak klien aman dan nyaman
6. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia
7. Standar VI : Partisipasi Klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga dalam rangka
peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan

Difinisi Operasional :
1. Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang :
-          status kesehatan saat ini
-          rencana tindakan yang akan dilaksanakan
-          peranana klien/keluarga dalam tindakan kebidanan
-          peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan
-          sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan
1. Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan tindakan kegiatan
2. Standar VII : Pengawasan
Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan untuk
mengetahui perkembangan klien
Difinisi Operasional :
1. Adanya format pengawasan klien
2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sitematis untuk mengetahui keadaan
perkembangan klie
3. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah disediakan
4. Standar VIII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindakan kebidanan yang
dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Difinisi Operasional :
1. Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan.Klien sesuai dengan
standar ukuran yang telah ditetapkan
2. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan
3. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan
4. Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan kebidanan yang
diberikan
Difinisi Operasional :
1. Dokumentasi dilaksanakan untuk disetiap langkah manajemen kebidanan.
2. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur sistimatis jelas dan ada yang bertanggung jawab
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan

 B.   Hubungan Standar Praktek Kebidanan Dengan Hukum dan Perundang-undangan 

Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar profesi.Standar
profesi bidan yang terbaru adalah diatur dalam PERMENKES RI No.
HK.02.02/MENKES/149/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.

Lingkup Praktek KebidananLingkup prakek kebidanan yang digunakan meliputi asuhan mandiri/
otonomi pada anak-anak perem, remaja putri dan wanita desa sebelum, selama kehamilandan
selanjutnya.
Hal ini berarti bidan memberikan pengawasan yang diperlukan asuhan serta nasehat bagi wanita
selama masa hamil, bersalin dan nifas.

1. Standar Praktek Kebidanan


1. Standar I : Metode asuhan. Metode asuhan
Meliputi         :   Pengumpulan data, penentuan diagnosa perencanan
pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
1. Standar II      :   Pengkajian Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan.
2. Standar III    :   Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan
analisis data yang telah dikumpulkan

Standar Praktek Kebidanan (SPK)


Standar I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah
pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan dokumentasi.
Difinisi Operasional:
1.    Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan medis
2.    Format manajemen kebidanan terdiri dari :
·      Format pengumpulan data
·      Rencana format pengawasan resume
·      Tindak lanjut catatan kegiatan
·      Evaluasi
Standar II: Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Difinisi Operasional :
1.    Format pengumpulan data
2.    Pengumpulan data dilakukan secara sistimatis, terfokus, meliputi data:
·      Demografi identitas klien
·      Riwayat penyakit terdahulu
·      Riwayat kesehatan reproduksi
·      Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi
·      Analisis data
3.    Data dikumpulkan dari:
·      Klien/pasien, keluarga dan sumber lain
·      Tenaga kesehatan
·      Individu dalam lingkungan terdekat
4.    Data diperoleh dengan cara:
·      Wawancara
·      Observasi
·      Pemeriksaan fisik
·      Pemeriksaan penunjang
Standar III : Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulan.
Difinisi Operasional :
1.    Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien atau suatu
keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang bidan dan
kebutuhan klien.
2.    Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistimatis mengarah pada asuhan
kebidanan yang diperlukan oleh klien.
Standar IV : Rencana Asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
Difinisi Operasional :
1.    Ada format rencana asuhan kebidanan
2.    Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa, rencana tindakan dan evaluasi.
Standar V: Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien
tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Difinisi Operasional :
1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi
2. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perkembangan klien.
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan atau
tugas kolaborasi.
5. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik kebidanan dan etika
kebidanan serta memberikan hak klien aman dan nyaman.
6. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia
Standar VI: Partisipasi Klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama partisipasi klien dan keluarga dalam rangka
peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Difinisi Operasional :
1.    Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang:
·      Status kesehatan saat ini
·      Rencana tindakan yang akan dilaksanakan
·      Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan
·      Peranan petugas kesehatandalam tindakan kebidanan
·      Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan
2.    Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan tindak kegiatan.
Standar VII: Pengawasan
Monitor (pengawasan) terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dan tujuan untuk
mengetahui perkembangan klien.
Difinisi Operasional :
1.    Adanya format pengawasan klien.
2.    Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sistimatis untuk mengetahui keadaan
perkembangan klien.
3.    Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah disediakan.
Standar VIII: Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindak kebidanan yang
dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Difinisi Operasional :
1.    Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakannya tindakan kebidanan, menyesuaikan dengan
standar ukuran yang telah ditetapkan.
2.    Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan.
3.    Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.
Standar IX: Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuh kebidanan yang
diberikan.
Difinisi Operasional:
1.    Dokumentasi dilaksanakan untuk disetiap langkah manajemen kebidanan.
2.    Dokumentasi dilaksanakan secara jujur sistimatis jelas dan ada yang bertanggung jawab.
Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.

MANAJEMEN KEBIDANAN
1. PENGERTIAN 
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan –penemuan,
ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
terfokus pada klien. (Varney, 1997)

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk
kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah
tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan
kondisi.

Prisip Proses Manajemen Kebidanan Menurut American College of Nurse Midwife (ANCM)
tahun 1999
1. .Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan
melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk
mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
2. .Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan
merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien
4. Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan tanggung
jawab terhadap kesehatannya
5. membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
6. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual
7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanankan manajemen dengan berkolaborasi dan
merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada
penyimpangan dari keadaan normal
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan

2. SASARAN MANAJEMEN KEBIDANAN


Bidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki kewajibsan memberikan
asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Untuk melaksanakan
asuhan tersebut digunakan metode pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan
pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh pasien atau klien dan
kemudian merumuskan permasalahan tersebut, serta akhirnya mengambil langkah
pemecahannya. 
Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan didalam melaksanakn asuhan dan
pelayanan kebidanan.
Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada individu,
akan tetapi dapat juga diterapkan didalam pelaksanakan pelayanan kebidanan yang ditujukan
kepada keluarga dan masyarakat.
Menejemen kebidanan mendorong bidan menggunakan cara yang teratur dan rasional,
sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam memecahkan masalah pasien dan
kliennya. Dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu atau anak yang sehat, dapat
dicapai.
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani
oleh bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai dengan
lingkup dan tanggung jawab bidan, maka sasaran manajemen kebidanan ditujukan baik kepada
individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan didalam melaksanakan kegiatan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan
kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan tanggung jawabnya.

Langkah-langkah
I.Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan, menilai keadaan klien secara keseluruhan
II.Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah
III.Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penangannya
IV.Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain serta berdasarkan kondisi klien
V.Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah yang selanjutnya
VI.Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
VII.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen
proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif

Melihat penjelasan diatas, maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis
yang merupakn pola piker bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien. Diharapkan dengan
pendekatan pemecahan masalah yang bsistematis dan rasional, maka seluruh aktifitas/tindakan
yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif. Terhindar dari tindakan yang bersifat coba-
coba yang akan merugikan klien.
Untuk kejelasan langkah-langkah diatas maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan dari
setiap langkah :

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1.Anamnesa
Biodata
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
Biopsikospiritual
Pengetahuan Klien
2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3.Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah
pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah
tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah
4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnopsa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3.Memiliki cirri khs kebidanan
4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal
yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosa.
Sebagai contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III
Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi
tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan
memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau
yang menyertai
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar
Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan
Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisa data
Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar
Ibu menyenangi Binatang
Kebutuhan :
Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang
Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting
sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut,
misalnya:
oBesar dari masa kehamilan
oIbu dengan diabetes kehamilan, atau
oKehamilan kembar
Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-
siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia
uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.

Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap
kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya
waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan
tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap
kunjungan ulang, 

Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan


Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut
dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah
lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat.
Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.

Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya
penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang
ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi
setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam
manajemen asuhan klien.

Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan
dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan
bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.

Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan
teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa
dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan
yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-
benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan
klien.
Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan tersebut.

Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas


proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena
proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir
tergantung pada klien dan situasi klinik,
maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : Paradigma Kebidanan
Sub Pokok bahasan : Komponen Paradigma
 Manusia
 Lingkungan
 Kesehatan
 Kebidanan
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke :6
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Paradigma Kebidanan, Komponen Paradigma.

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Paradigma Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Paradigma Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Paradigma Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Paradigma Kebidanan

III. Tujuan Pembelajaran :


1. Untuk mengetahui pengertian dari Paradigma Kebidanan
2. Untuk mengetahui tujuan dari Paradigma Kebidanan
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Paradigma Kebidanan
4. Untuk mengetahui implikasi dari Paradigma Kebidanan

IV. Materi standar :


1. Pengertian Paradigma Kebidanan
2. Tujuan Sejarah Paradigma Kebidanan
3. Implikasi Paradigma Kebidanan
4. Mengetahui ruang lingkup pada Paradigma Kebidanan

V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
Paradigma Kebidanan
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)
a. Prosedur pembelajaran
1. Tanya jawab tentang Paradigma Kebidanan
2. Membuat rangkuman
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian Paradigma Kebidanan
2. Memahami tujuan Paradigma Kebidanan
3. Memahami implikasi Paradigma Kebidanan
4. Menyebutkan ruanglingkup Paradigma Kebidanan

3. Kegiatan akhir (penutup)


a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis

VII. Sumber Pembelajaran :


1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi

Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015


Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI
PARADIGMA KEBIDANAN

A.   Pengertian 

Paradigma berasal dari bahasa Latin/Yunani, paradigma yang berartimodel/pola.


Paradigma juga berarti pandangan hidup, pandangan suatu disiplin ilmu/profesi
paradigm.Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-3, paradigma adalah
kerangka berpikir. Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam
memberi pelayanan. Keberhasilan bidan dalam bekerja/memberikan pelayanan berpegang
pada paradigma,pandangan terhadap manusia/wanita,lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan cara pandang bidanatauhubungan timbal balik antara manusia, lingkungan,
perilaku, pelayanankebidanan dan keturunan.

B.   Komponen Paradigma Kebidanan

Komponen paradigma kebidanan, meliputi wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan, dan
keturunan.

 Wanita
Wanita/ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang
sehat secara jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan. Ibu adalah pendidik 
pertama utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan
seorang ibu dalam keluarga.Para wanita di masyarakat adalah pelopor peningkatan
kesejahteraan keluarga.

 Lingkungan
Lingkungan merupakan semua aspek yang terlibat dalam interaksi individu ketika
melakukan aktivitas.Ibu selalu terlibat dalam interaksi antara keluarga, kelompok,
komunitas, maupun masyarakat.Masyarakat adalah kelompok yang telah dibentuk manusia
sebagai lingkungan sosial.Ibu/wanita merupakan bagian anggota keluarga dan unit
komunitas.

 Perilaku
Perilaku profesional bidan mencakup:

1. Berpegang teguh pada filosofi etika profesi dan aspek legal dalam melaksanakan
tugasnya.
2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir secara
berkala.
4. Menggunakan tindakan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan penyakit dan
startegi pengendalian infeksi.
5. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberi asuhan kebidanan.
6. Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat dalam kaitannya dengan praktik
kesehatan,kehamilan,pelahiran,periode pasca melahirkan,bayi barulahir, dan balita.
7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan wanita atau ibu(clien) agar
klien dapat menentukan pilihan berdasarkan informasi mengenai semua aspek asuhan.
Meminta persetujuan secara tertulis agar klien juga bertanggung jawab atas keswehatannya
sendiri.
8. Menggunakan keterampilan komunikasi.
9. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
ibu dan keluarga.

 Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diarahkan
untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang
berkualitas.

Layanan Kebidanan dapat dibedakan menjadi:

1. Layanan kebidanan primer/mandiri,adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien


dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
2. Layanan kolaborasi, adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan beban
tanggung jawab bersama dari semua pemberi layanan yang terlibat mengcakup, bidan,
dokter dan/atau tenaga kesehatan profesional lainnya. Bidan merupakan anggota tim.
3. Layanan rujukan adalah asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan 
tanggung jawab kepada dokter, ahli dan/atau tenaga kesehatan profesional lainya untuk
mengatasi masalah kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka menjamin
kesejahteraan ibu dan anaknya.

 Keturunan
Kualitas manusia diantaranya ditentukan keturunan.Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu
yang sehat. Walaupun kehamilan, kelahiran, dan nifas adalah proses fisiologis, namun bila
tidak ditangani secara akurat dan benar keadaan fisiologis dapat menjadi patologis,
sehingga berpengaruh pada bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu, layanan
praperkawinan, prakehamilan, kehamilan, kelahiran, dan nifas sangat penting serta
memiliki keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan dan semua ini adalah
tugas utama bidan.

C. Bentuk AsuhanKebidanan

Asuhan kebidanan mencakup asuhan kebidanan pada ibu hamil, asuhan kebidanan pada
ibu bersalin, asuhan kebidanan bayi baru lahir dan asuhan kebidanan pada ibu nifas.

 Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil


Asuhan ibu hamil oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkandiagosis dan rencana tindakan, serta melaksanakanya untuk menjamin
keamanan dan keputusan serta kesejahteraan ibu dan janin selama periode kehamilan.
 Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin
Asuhan persalinan oleh bidan dimulai dengan mengumpulkan data, menginterpretasikan
data untuk menentukan dianosis persalinan dan mengidentifikasi masalah/kebutuhan,
membuat rencana, dan melaksanakan tindakan dengan memantau kemajuan persalinan
serta menolong persalinan untuk menjamin keamanan dan keputusan ibu selama periode
persalinan.

 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir


Asuhan bayi baru lahir oleh bidan dimulai dari kondisi bayi, memfasilitasi terjadinya
pernafasan spontan, mencegah hipotermia, memfasilitasi kontak dini dan mencegah
hipoksia sekunder, menentukan kelainan serta melakukan tindakan pertolongan dan
merujuk sesuai kebutuhan.

 Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas


Asuhan ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan dan mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
periode nifas.

D. Kaitan Paradigma dan Asuhan Kebidanan

 Bidan adalah praktisi yang memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bersalin yang
normal, asuhan terhadap kasus gangguan sistem reproduksi wanita serta gangguan
kesehatan bagi anak balita sesuai dengan kewenangannya.
 Tugas bidan adalah memberi pelayanan dan asuhan kebidanan. Pelayanan/asuhan
kebidanan mencakup pra perkawinan, kehamilan, melahirkan, menyusui dan nifas, serta
pelayanan/asuhan kebidanan pada bayi, balita, remaja, dan wanita usia subur.
 Setiap kegiatan bidan untuk  mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan ibu dan anak
sesuai dengan kewenangannya dilakukan melalui asuhan/pelayanan kebidanan.
 Kebidanan merupakan sintesis berbagai ilmu pengetahuan mencakup ilmu obstetri , ilmu
perilaku, ilmu mengenai kebutuhan manusia, dan ilmu sosial yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak.
 Ibu adalah sasaran utama pelayanan kebidanan. Ibu yang sehat akan melahirkan bayi
yang sehat. Ibu sebagai individu juga memberi kontribusi yang penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan keluarga di masyarakat.

Dengan demikian fenomena kebidanan di Indonesia adalah masyarakat (Ibu) yang


berperilaku sehat, mau, dan mampu memanfaatkan pelayanan/asuhan kebidanan yang
tersedia sehingga meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita.Penurunan angka
kematian ibu melahirkan, bayi, dan balita merupakan indikator keberhasilan pelayanan
kesehatan.Dalam memberi pelayanan kebidanan perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan ibu dan anak seperti perilaku masyarakat, keturunan, serta
lingkungan yang mencakup lingkungan sosial dan ekonomi.
PARADIGMA SEHAT

E. Definisi Paradigma Sehat

Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan
yang bersifat holistik. Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor
yang bersifat lintas sektor.  Upayanya lebihdiarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan. Bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.

PERUBAHAN PARADIGMA
• Paradigma sakit : upaya membuat orang sakit menjadi sehat
• Paradigma sehat: upaya membuat orang sehat tetap sehat
• Paradigma sehat mengutamakan: upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan
upaya kuratif dan rehabilitatif

Dasar Pemikiran Paradigma Sehat Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat
merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam diri manusia yang perlu dipertahankan dan
dipelihara.Sehat merupakan suatu investasi untuk kehidupan yang produktif.Sehat
bukanlah hal yang konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup kita menjadi berarti,
sejahtera dan bahagia.

F. Visi dan Misi Indonesia Sehat 2015

 Visi
Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui:

 Pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat
 Memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata,
 Serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di seluruh republic Indonesia.

Misi

 Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan


  Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
  Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau
 Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya

G.    Tiga Pilar Indonesia Sehat

1.    Lingkungan sehat, adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup yang sehat, yakni bebas
polusi, tersedia air bersih, lingkungan memadai, perumahan-pemukiman sehat,
perencanaan kawasan sehat, terwujud kehidupan yang saling tolong-menolong dengan
tetap memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

2.      Perilaku sehat, yaitu bersikap proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan (contih:
aktifitas fisik, gizi seimbang), mencegah resiko terjadinya penyakit (contoh: tidak
merokok), melindungi diri dari ancaman penyakit (contoh: memakai helm dan sabuk
pengaman, JPKM), berperan aktif dalam gerakan kesehatan (contoh: aktif di posyandu).

3.      Pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata, yang menjangkau semua lapisan
masyarakat tanpa adanya hambatan ekonomi, sesuai dengan standar dan etika profesi,
tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, serta memberi kepuasan kepada pengguna jasa.

H.Faktor Pendorong Paradigma Sehat.

Faktor yang mendorong perlu adanya paradigma sehat :


a.  Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata tidak efektif
b.  Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehat dimasukkan unsur sehat
produktif sosial ekonomis.
c. Adanya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit kronik degeneratif
d. Adanya transisi demografi, meningkatnya Lansia yang memerlukan penanganan khusus
e. Makin jelasnya pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi kesehatan penduduk 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : Paradigma Kebidanan
Sub Pokok bahasan : Trend Pelayanan Kebidanan
 Evidence Baced Practice
 Mother and Bay Friendly
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II ( Dua)
Pertemuan ke :9
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami pengertian Paradigma Kebidanan.

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Paradigma Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Paradigma Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Paradigma Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Paradigma Kebidanan

III. Tujuan Pembelajaran :


1. Untuk mengetahui pengertian dari Paradigma Kebidanan
2. Untuk mengetahui tujuan dari Paradigma Kebidanan
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Paradigma Kebidanan
4. Untuk mengetahui implikasi dari Paradigma Kebidanan
IV. Materi standar :
1. Pengertian Paradigma Kebidanan
2. Tujuan Sejarah Paradigma Kebidanan
3. Implikasi Paradigma Kebidanan
4. Mengetahui ruang lingkup pada Paradigma Kebidanan

V. Metode Pembelajaran :
1. Presentasi
2. Diskusi

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
Paradigma Kebidanan
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)
a. Prosedur pembelajaran
1. Tanya jawab tentang Paradigma Kebidanan
2. Membuat rangkuman
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi Paradigma Kebidanan
2. Memahami tujuan Paradigma Kebidanan
3. Memahami implikasi Paradigma Kebidanan
4. Menyebutkan ruang lingkup Paradigma Kebidanan

3. Kegiatan akhir (penutup)


a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis

VII. Sumber Pembelajaran :


1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi

Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015


Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI
Evidence Base Praktik Kebidanan

A. Definisi

Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence
Base dapat diartikan sebagai berikut:
Evidence : Bukti, fakta
Base   : Dasar
Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.
 Pengertian Evidence Base menurut sumber lain The process of systematically finding,
appraising and using research findings as the basis for clinical decisions.
Evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil
penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan
berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.

B. Manfaat Evidence Base


Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:
1) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
2) Meningkatkan kompetensi (kognitif)
3) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan yang
bermutu
4) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan
asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi

C. Sumber Evidence Base


Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet maupun
berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs internet yang
ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula yang public domain.
Contoh situs yang dapat diakses secarea gratis (open access) seperti:
1)    Evidence Based Midwifery di Royal College Midwives Inggris :
http://www.rcm.org.uk/ebm/volume-11-2013/volume-11-issue-1/the-physical-effect-of-
exercise-in-pregnancy-on-pre-eclampsia-gestational-diabetes-birthweight-and-type-of-
delivery-a-struct/
2)    Midwifery Today :
http://www.midwiferytoday.com/articles/midwifestouch.asp
3)    International Breastfeeding
Journal :http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content
4)    Comfort in Labor : http://Childbirthconnection.org.
5)    Journal of Advance Research in Biological Sciences :
 http://www.ejmanager.com/mnstemps/86/86-1363938342.pdf?t=1370044205
6)    American Journal of Obstetric and Gynecology : http://ajcn.nutrition.org/
7)    American Journal of Clinical Nutrition : http://ajcn.nutrition.org/
8)    American Journal of Public Health : http://ajcn.nutrition.org/
9)    American Journal of Nursing :
http://journals.lww.com/ajnonline/pages/default.aspx
10) Journal of Adolescent Health : http://www.jahonline.org/article/S1054-139X(04)00190-
9/abstract
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
Sub Pokok bahasan :
 Pengantar tentang teori Kebidanan
 Kontek dalam Praktek Kebidanan
 Model dan Teori yang mempengaruhi praktek Kebidanan
 Konsep Teknik dalam praktek Kebidanan
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke : 10
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan

III. Tujuan Pembelajaran :


1. Untuk mengetahui pengertian dari Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Untuk mengetahui tujuan dari Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
4. Untuk mengetahui implikasi dari Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
IV. Materi standar :
1. Pengertian Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Tujuan Sejarah Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
3. Implikasi Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
4. Mengetahui ruang lingkup pada Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan

V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan Teori
dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)
a. Prosedur pembelajaran
1. Tanya jawab tentang Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Membuat rangkuman
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Memahami tujuan Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
3. Memahami implikasi Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
4. Menyebutkan ruanglingkup Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan

3. Kegiatan akhir (penutup)


a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis
VII. Sumber Pembelajaran :
1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi

Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015


Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI
TEORI DAN MODEL DALAM PRAKTEK KEBIDANAN

A. Pengertian
Konsep :Penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang dapat diuji melalui observasi
atau penelitian.
Model : Contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.
Kebidanan : Merupakan ilmu yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait
dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku,
ilmu buaya, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada
Ibu dalam masa
prakonsepsi, konsepsi, masa hamil, Ibu bersalin, post partum, bayi dan baru lahir. Pelayanan tersebut
meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada Ibu dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan
terhadap individu, keluarga dan masyarakat
Model Kebidanan : Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
Konseptual Model :
1. Gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu.
2. Pada dasarnya sama dengan pengertian konsep kerangka kerja, sistem dan skema. Menunjukan pada
ide global tentang individu, kelompok, situasi, dan kejadian yang menarik untuk suatu ilmu. Konseptual
model biasanya berkembang dari wawasan intuitif, keilmuan dan seringkali disimpulkan dalam kerangka
acuan disiplin ilmu yang bersangkutan (Fawcett, 1992) sehingga konseptual model memberikan
gambaran abstrak atau ide yang mendasari suatu disiplin ilmu.
3. Model member! kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktek untuk membimbing
tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan yang harus di jawab dalam penelitian.
Konsep model ditunjukan dengan banyak cara yaitu mental model, fisikal model dan simbolik (Lancaster
and Lavcaster, 1992).
B. Konseptual Model Kebidanan
Dalam memberikan akan suatu gambaran tentang pelayanan dalam praktek kebidanan dan memberi
jawaban - jawaban atas pertanyaan, apa yang merupakan praktek kebidanan.
Model dalam Kebidanan berdasarkan pada 4 elemen :
1. Orang (wanita, ibu, pasangan, dan orang lain)
2. Kesehatan
3. Lingkungan
4. Kebidanan
C. Kegunaan Model
1. Untuk menggambarkan beberapa aspek (kongkrit maupun abstrak) dengan mengartikan persamaannya
seperti struktur, gambar, diagram, dan rumus. Model tidak seperti teori, tidak memfokuskan pada
hubungan antara dua fenomena tapi lebih mengarah pada struktur dan fungsi. Sebuah model pada
dasarnya anologi atau gambar simbolik sebuah ide (Wilson, 1985)
2. Merupakan gagasan mental sebagai bagian teori yang memberikan bantuan ilmu-ilmu sosial dalam
mengkonsep dan menyamakan aspek-aspek dalam proses sosial (Gait dan Smith, 1976)
3. Menggambarkan sebuah kenyataan, gambaran abstrak sehingga banyak digunakan oleh disiplin ilmu
lain sebagai parameter garis besar praktek (Bemer. 1984)
Model Kebidanan dapat digunakan untuk :
1. Menyatukan data secara lengkap
a. Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pimpinan.
b. Dalam pendidikan untuk mengorganisasikan program belajar.
c. Untuk komunikasi bidan dengan klien.
2. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yg dikerjakan, keinginan, & Kebutuhan untuk :
a. Mengembangkan profesi
b. Mendidik siswi bidan
c. Komunikasi dgn Klien dan pimpinan.
D. Komponen dan macam Model Kebidaaan
Model kebidanan dibagi menjadi 5 komponen , yaitu :
1. Memonitor kesejahteraan ibu
2. Mempersiapkan ibu dgn memberikan pendidikan & konseling
3. Intervensi teknologi seminimal mungkin.
4. Mengidentifikasi dan member! bantuan obstetric
5. Lakukan rujukan
Beberapa Macam Model Kebidanan
1. Model dalam mengkaji kebutuhan dalam praktek kebidanan.
Model ini memiliki 4 unit yang penting, yaitu :
a. Ibu dalam keluarga
b. Konsep kebutuhan
c. Partnership
d. Faktor Kedokteran dan keterbukaan
2. Model medical
Merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu manusia dalam memahami
proses sehat sakit dalam arti kesehatan. Tujuannya adalah sebagai kerangka kerja untuk pemahaman dan
tindakan sehingga dipertanyakan dalam model ini adalah "Dapatkah dengan mudah dipahami dan
dapatkah dipakai dalam praktek?".
3. Model sehat untuk semua (Health For All-HFA)
Model ini dicetuskan oleh WHO dalam Deklarasi Alma Atta tahun 1978. Fokus pelayanan ditujukan pada
wanita, keluarga dan masyarakat serta sebagai sarana komunikasi dari bidan-bidan negara lain. Tema
HFA menurut Euis dan Simmet (1992) :
a. Mengurangi ketidasamaan kesehatan
b. Perbaikan kesehatan melalui usaha promotif dan preventif
c. Partispasi masyarakat
d. Kerjasama yang baik pemerintah dengan sector lain yang terkait
e. Primary Health Care (PHC) a/ dasar pelayanan utama dari sistem pelayanan kesehatan.
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang didasarkan pada praktek, ilmu pengetahuan yang logis dan
metode sosial yang tepat serta teknologi universal yang dapat diperoleh oleh individu dan keluarga dalam
komunitas melalui partisipasi dan merupakan suatu value dalam masyarakat dan negara yang mampu
menjaga setiap langkah perkembangan berdasarkan kepercayaan dan ketentuannya.
Dari model HFA dan deftnisi PHC terdapat lima konsep (WHO, 1998) :
a. Hak penentuan kesehatan oleh cakupan populasi universal dengan penyedia asuhan berdasarkan
kebutuhan.
b. Pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dimana pelayanan dapat memenuhi segala
macam tipe-tipe kebutuhan yang berbeda harus disediakan dalam satu kesatuan (semua pelayanan dalam
satu tempat).
c. Pelayanan harus efektif, dapat diterima oleh norma, dapat menghasilkan dan diatur, yaitu pelayanan
harus dapat memenuhi kebutuhan yang dapat diterima oleh masyarakat dan pelayanan harus dimonitor
dan diatur secara efektif.
d. Komunitas harus terlibat dalam pengembangan, penentuan pemonitoran pelayanan, yaitu penentuan
asuhan kesehatan merupakan tanggung jawab semua komunitas dan kesehatan dipandang sebagai faktor
yang berperan untuk pengembangan seluruh lapisan masyarakat.
e. Kolaborasi antar sekolah untuk kesehatan itu sendiri dan pelayanan kesehatan tidak dapat bergantung
pada pelayanan kesehatan saja tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : perumahan, polusi
lingkungan, persediaan rnakanan dan metode pubikasi.
Delapan area untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC, delapan area ini adalah :
a. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum & metode pencegahan dan pengontrolannya
b. Promosi kesehatan tentang persediaan makanan dan nutrisi yang layak
c. Persediaan air yang sehat dan sanitasi dasar yang adekuat
d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Imunisasi
f. Pencegahan dan pengawasan penyakit endemic
g. Pengontrolan yang tepat terhadap kecelakaan dan penyakit umum
h. Persediaan obat-obat essensial (morley at all, 1989)
4. Model sistem maternitas di komunitas yang ideal University of Southeer Queensland
a. Model kurikulum konseptual patnership dalam praktek kebidanan berdasarkan pada model pelayanan
kesehatan dasar. ( Guiilliland dan pairman, 1995 )
b. Patnership kebidanan adalah sebuah flllosofi prospektif dan suatu model kepedulian
( model of care ) sebagai model flllosofi prospektif berpendapat bahwa wanita dan bidan dapat
berbagi pengalaman dalam proses persalinan.
c. Persalinan merupakan proses yang sangat normal
d. Sebuah hubungan patnership menggambarkan dua orang yang bekerjasama dan saling menguntungkan
e. Bidan bekerja keras bahwa bidan tidak memaksakan suatu tindakan melainkan membantu wanita untuk
mengambil keputusan sendiri
f. Konsep " wanita" dalam asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan tersebut, keluarga, kelompok dan
budaya.
g. Konsep bidan dalam asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri, mitranya atau keluarga,
budaya/sub kultur bidan tersebut dan " wewenang profesional bidan
h. Dengan membentuk hubungan antara bidan dan wanita akan membawa mereka sendiri sebagai
manusia kedalam suatu hubungan patnership yang mana akan mereka gunakan dalam teurapetik. Bidan
harus mempunyai self knowing, self nursing, dan merupakan jaringan pribadi dan kolektif yang
mendukung.
i. Sebagai model of care the midwifery patnership didasarkan pada prinsip midwifery care berikut ini :
1. Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran, jiwa. fisik, dan
lingkungan kultur sosial ( holism)
2. Berasumsi bahvva mayoritas kasus wanita yang bersalin dapat di tolong tanpa adanya intervensi.
3. Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami tersebut.
4. Bidan menggunakan suatu pendekatan pemecahan masalah dengan sen! dan ilmu pengetahuan.
5. Relationship-based dan dan kesinambungan dalam motherhood,
6. Woman centered dan bertukar pikiran antara wanita
7. Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab bersama untuk suatu pengambilan suatu
keputusan, tetapi wanita mempunyai kontrol atas keputusan terakhir mengenai keadaan diri dan
bayinya.
8. Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup prakterk individu : dengan persetujuan wanita bidan merujuk
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
Hubungan antara wanita, bidan dan dokter harus didasari oleh rasa saling menghormati dan saling
percaya, bidan boleh mempertanyakan masalah medis atau perlindungan hukum untuk wanita untuk
alasan apapun, jika wanita tersebut tidak mampu berbicara atas namanya sendiri.
Persepsi mahasiswa kebidanan di tentukan oleh bidan di bagian pelayanan untuk mengantisipasi siswa
dalam menghadapi kasus yang di temukan di dalam tim, tetapi praktek siswa akan dibatasi oleh bidan dan
akan mengajarkan beberapa pelayanan khusus kebidanan yang akan mengajarkan beberapa pelayanan
khusus kebidanan yang akan meningkatkan kemamapuan dan ketrampilan siswa, peran perseptor akan
semakin berkurang dalam praktek dan hanya akan menjadi penasehat dan pendukung
5. Model Asuhan Home Based
Dasar asuhan kebidanan berdasarkan home based merupakan unsure therapeutic yang terdiri dari sebuah
kesadaran dan menjaga hubungan yang dibangun atas dasar kepercayaan dan dibentuk untuk
memfasilitasi asuhan yang berkualitas. Tanggungjawab dan kejujuran merupakan hal yang harus
dibangun dalam hubungan antara bidan dank lien. Proses persalinan dirumah (Home Birth) sejak lama
telah menggunakan konsep "early discharge" sebagai bagian dari Home Based Midfwifery Care.
Asuhan kebidanan secara tradisional telah memiliki asuhan yang berpusat pada wanita.kontinuitas dari
asuhan kebidanan dapat membentuk waktu yang efektif dalam pemantauan selama kunjungan prenatal
sehingga dapat terjalin hubungan therapeutic secara personal antara bidan dan keluarganya.
Asuhan yang berkelanjutan (continuity of care) dapat membuat bidan dan keluarga belajar satu sama lain
untuk menentukan rencana dan memberikan asuhan yang baik sesuai dengan kebutuhan, khusunya untuk
klien. Dengan proses ini akan terbuka komunikasi dan membangun komitmen dari bidan dan keluarga
dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan bersama. Partisipasi secara alami dalam home
based midwifery care dapat memberikan kewsempatan pada calon orangtua untuk mempelajari cara-cara
mengasuh bayinya. Keterampilan ini komponen yang penting dalam pendidikan prenatal karena bidan
tidak selalu mendampingi ibu.
Hubungan therapeutic dan dukungan secara "team" yang ditetapkan dalam home based midwifery care
telah digunakan bertahun-tahun lalu. Dengan pendekatan ini diharapkan klien bisa mandiri secara dini.
Hal ini yang telah menunjukan hasil yang baik, dimana resiko yang terjadi pada ibu bisa segera diketahui.
Kernandirian dari klien atau komponen integral dari home based midwifery care dan dapat ditetapkan
sebagi sebuah model pada wanita yang memilih melahirkan di rumahsakit.
E. Teori Model Kebidanan
Teori adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat secara jelas menguraikan fenomena yang
penting dalam sebuah disiplin teori yg termasuk dalam teori model kebidanan adalah :
1. Ruper, Logan dan Tierney Activity of living Model :
Model yang dipengaruhi oleh Virginia Henderson Model. Terdiri dari 5 elemen :
a. Rentang Kehidupan
b. Aktivitas Kehidupan
c. Ketergantungan atau kebebasan individu
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas individu
Dalam model ini diidentifikasi adanya 12 macam kebutuhan manusia sebagai proses kehidupan yaitu:
a. Mempertahankan lingkungan yang aman
b. Komunikasi
c. Bernafas
d. Makanan dan minuman
e. Eliminasi
f. Berpakaian dan kebersihan diri
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Mobilisasi
i. Bekerja dan bermain
j. Seksualitas
k. Tidur
2. Rosemary Methven
Merupakan aplikasi dari Oream dan Hendeson, model terhadap asuhan kebidanan, dimana dalam sistem
perawatan ada 5 metode pemberian bantuan yaitu :
a. Mengerjakan untuk klien
b. Membimbing klien
c. Mendukung klien ( secara fisik dan psikologis )
d. Menyediakan lingkunagan yang mendukung kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan sekarang
dan masa akan datang.
e. Mengajarkan klien
Peran bidan adalah mengidentifikasi masalah klien dan melakukan sesuatu untuk membantu klien untuk
memenuhi kebutuhannya. Manfaat dari model ini menurut Methuen adalah sebagai bukti praktek
pengkajian kebidanan yang tidak didasarkan pada kerangka kerja dari tradisi manapun. Sebagai dasarnya
adalah kesehatan bukan kesakitan sehingga asuhan yang di berikan efektif bagi ibu dan memberikan
kebebasan pada bidan untuk melakukan asuhan.
3. Roy Adaption Model
Pencetusnya adalah suster Callista Roy (1960), sebagai dasarnya makhluk biopsikososial yang
berhubungan dengan lingkungan. Dikemukakan tiga macam stimulasi yang mempengaruhi
adaptasi kesehatan dari individu, yaitu : .
a. Vokal stimuli
Yaitu stimuli dari lingkungan di dekat individu, contohnya : kesehatan bay! akan mempengaruhi ibu yang
baru saja melakukan fungsinya.
b. Kontekstual stimuli Yaitu factor-faktor umum yang mempenagaruhi wanita. Contohnya : Kondisi
kehidupan yang buruk
c. Residual stimuli Yaitu faktor internal meliputi kepercayaan, pengalaman, dan sikap. Model kebidanan
ini berguna bagi bidan dalam melakukan pengkajian secara menyeluruh (holistik)
4. Neuman System Model
Yaitu model yang merupakan a'.val dari kesehatan individu dan komunitas (sistem klien) yang di
gambarkan sebagai pusat energi yang di kelilingi oleh garis kekuatan dan pertahanan.
a. Pusatnya adalah variable fisiologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual
b. Garis kekuatan adalah kemampuan system klien untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
c. Garis pertahanan menunjukan status kesehatan umurn dari individu
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
Sub Pokok bahasan :
 5 Teori Kebidanan
 Penerapan teori dalam praktek Kebidanan
 Pengembangan Teori dalam praktek Kebidanan
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke : 11
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan

III. Tujuan Pembelajaran :


1. Untuk mengetahui pengertian dari Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Untuk mengetahui tujuan dari Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
4. Untuk mengetahui implikasi dari Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan

IV. Materi standar :


1. Pengertian Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Tujuan Sejarah Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
3. Implikasi Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
4. Mengetahui ruang lingkup pada Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan

V. Metode Pembelajaran :
1. Presentasi
2. Diskusi

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan Teori
dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)
a. Prosedur pembelajaran
3. Tanya jawab tentang Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
4. Membuat rangkuman
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
2. Memahami tujuan Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
3. Memahami implikasi Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan
4. Menyebutkan ruanglingkup Teori dan Model Dalam Praktek Kebidanan

3. Kegiatan akhir (penutup)


a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis

VII. Sumber Pembelajaran :


1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanyaj awab sesuai dengan indicator kompetensi

Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015


Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI
TEORI-TEORI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

1. TEORI REVA RUBIN


Penekanan rubin dalam teorinya adalah pencapaian peran ibu. Untuk mencapai peran tersebut
seorang wanita membutuhkan proses belajar melalui serangkaian aktivitas berupa latihan-latihan dan
dalam peran ini diharapkan seorang wanita mampu mengidentifikasi peran sebagai seorang ibu.
Perubahan yang umum terjadi pada waktu hamil
Cenderung tergantung dan membutuhkan peran lebih untuk berperan sebagai calon ibu.
Mempu memperhatikan perkembangan janinnya.
Membutuhkan sosialisasi.
Reaksi yang umum pada kehamilan
Trimester 1 : ambivalent, takut, fantasi, khawatir.
Trimester 2 : perasaan lebih nyaman, kebutuhan mempelajari tumbuh kembang janin, pasif, introvert,
egosentris, self centered.
Trimester 3 : perasaan aneh, merasa jelek, sembrono, lebih introvert, merefleksikan terhadap
pengalaman waktu kecil.
3 aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu
Ideal image : gambaran tentang idaman diri
Self image : gambaran tentang diri
Body image : gambaran tentang perubahan tubuh
4 tahapan psikososial
Anticipatori stage : ibu melakukan latihan peran, dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain
Honeymoon stage : ibu mulai memahami peran dasarnya, dan memerlukan bantuan anggota keluarga
lain
Plateu stage : ibu mencoba peran sepenuhnya, membutuhkan waktu
Disengagement : tahap penyelesaian dimana latihan peran dihentikan.
Adaptasi psikososial postpartum
Konsep dasar
 Peride post partum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan
bila terjadi perubahan fisik yang hebat saat melahirkan
 Faktor yang mempengaruhi :
o Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
o Hubungan pengalaman saat melahirkan terhadap harapan
o Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
o Pengaruh budaya
o Periode diuraikan rubin dalam 3 fase, taking in, taking hold dan letting go

Periode taking-in
 Terjadi pada 1-2 hari post partum, umumnya ibu pasif dan ketergantungan, perhatiannya
tertuju pada diri sendiri
 Ia mungkin akan mengulang-ulang pengalamannya waktu melahirkan
 Kebutuhan akan istirahat sangat penting, pusing, iritabel
 Peningkatan kebutuhan nutrisi

Periode taking-hold
 Berlangsung 2-4 hari post partum, ibu menjadi lebih perhatian pada kemampuannya menjadi
orang tua
 Berkonsenterasi terhadap pengontrolan fungsi tubuhnya, seperti BAK, BAB, kekuatan dan
ketahanan fisiknya
 Ibu berusaha keras untuk merawat bayinya sendiri, agak sensitif, cenderung menerima
nasihat bidan karena terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi
Periode letting go
 Biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan keluarga
 Beradaptasi dengan kebutuhan bayinya, menyebabkan berkurangnya hak ibu dan kebebasan
hubungan sosial
 Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini

Depresi post partum


 Banyak ibu mengalami perasaan “let-down” setelah melahirkan, sehubungan dengan
seriusnya pengalaman melahirkan dan keraguan akan kemampuan untuk mengatasi masalah
secara efektif dalam membesarkan anak
 Umumnya depresi sedang dan dapat diatasi 2 pekan kemudian
 Jarang menjadi patologis sampai psikosis post partum.

2. TEORI RAMONA MERCER


 Fokus teorinya lebih menekankan pada stress antepartum dalam pencapaian peran ibu
 Memperhatikan wanita pada waktu persalinan
 Mengidentifikasi pada hari awal post partum
 Menunjukan bahwa wanita lebih mendekatkan diri pada bayi daripada melakukan tugasnya
sebagai seorang ibu
Pokok pembahasan dalam teori Ramona Mercer
a. Efek stress antepartum
Antepartum stress adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negatif dalam
kehidupan. Tujuannya memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi lemahnya lingkungan
serta dukungan sosial dan kurangnya percaya diri.
Faktor yang mempunyai hubungan dengan status kesehatan
 Hubungan interpersonal
 Peran keluarga
 Stress antepartum
 Dukungan sosial
 Rasa percaya diri
 Penguasaan rasa takut, keraguan dan depresi

Maternal role (peran ibu)


 Menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan
penguraian yang lengkap tentang diri sendiri (Mercer, 1986)
 1-2 juta ibu di Amerika yang gagal memerankan peran ini, terbukti dengan tingginya jumlah
anak yang mendapat perlakuan yang kejam
b. Pencapaian peran ibu
 Peran ibu dicapai dalam kurun wkatu tertentu dimana ibu menajdi dekat dengan bayinya,
yang membutuhkan pendekatan yang kompeten termasuk peran dalam mengekspresikan
kepuasan dan penghargaan peran
 Peran aktif wanita sebagai ibu dan pasangannya berinteraksi satu dengan yang lain

4 langkah dalam pelaksanaan peran ibu


 Anticipatory
Suatu masa sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita memulai penyesuaian sosial dan psikologis
terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi
seorang ibu
 Formal
Tahap ini dimulai dengan peran ibu sesungguhnya, bimbingan peran secara formal dan sesuai dengan
apa yang diharapkan sistem sosial
 Informal
Tahap ini dimulai saat wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran
ibu yang tidak disampaikan oleh sosial sistem
 Personal
Merupakan tahap akhir pencapaian peran, dimana wanita telah mahir melaksanakan perannya
sebagai seorang ibu. Ia telah mampu menentukan caranya sendiri dalam melaksanakan peran
barunya
Faktor yang mempengaruhi wanita dalam pencapaian peran
Faktor ibu
 Usia ibu saat bersalin
 Persepsi ibu pada waktu persalinan pertama kali
 Memisahkan ibu dan anak secepatnya
 Stress sosial
Faktor bayi
 Temperamen
 Kesehatan bayi

Faktor lain
 Latar belakang etnik
 Status perkawinan
 Status ekonomi

Pengaruh bayi (infant’s personality) pada waktu ibu melaksanakan peran sebagai ibu
 Emotional support

Perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti


 Informational support

Membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan memberikan informasi yang berguna dan
berhubungan dengan masalah atau situasi
 Physical support
Pertolongan yang langsung, seperti membantu merawat bayi, memberikan dukungan dana
 Appraisal support
Informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan, bagaimana ia menampilkannya dalam peran,
hal ini memungkinkan individu mampu mengevalusi dirinya sendiri yang berhubungan dengan
penampilan peran orang lain.
4 faktor dalam masa adaptasi
Physical recovery phase (mulai lahir sampai 1 bulan)
Achievement phase (2-4/5 bulan)
Disruption phase (6-8 bulan)
Reorganisation phase (8-12 bulan)
Peran bidan yang diharapkan Mercer dalam teorinya
Adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugasnya dalam adaptasi peran fungsi ibu
Mengidentifikasi faktor apa yang mempengaruhi peran ibu dalam pencapaian peran fungsi ini dan
kontribusi dari stress antepartum
3. TEORI ERNESTINE WIEDENBACH
Wiedenbach mengemukakan teorinya secara induktif  berdasarkan pengalaman dan observasinya
dalam praktek.
Konsep asuhan, terdiri dari :
The agent (midwife/bidan)
Untuk memenuhi kebutuhan ibu dan ayah dalam persiapan menjadi orang tua
The recipient (wanita, keluarga, masyarakat)
Wanita/masyarakat yang oleh sebab tertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Wiedenbach
sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu menentukan
kebutuhannya sendiri
The goal (purpose/tujuan dari intervensi)
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu  perlu diketahui sebelum menentukan goal. Bila
sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan
mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau fisiological yang berbeda dari kebutuhan
normal.
The means (metode untuk mencapai tujuan)
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan ada beberapa tahap, yaitu :
Ø  Identifikasi kebutuhan klien
Ø  Memberikan dukungan dalam pelayanan yang dibutuhkan
Ø  Validation/bantuan yang diberikan
Ø  Koordinasi dengan tenaga yang direncanakan untuk memberikan bantuan
Ø  The framework (organisasi sosial, lingkungan profesional)
Untuk mengidentifikasi kebutuhan diperlukan pengetahuan, judgement/pengambilan keputusan, dan
keterampilan.
4. TEORI ELA JOY LEHRMAN
Teori ini menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktek kebidanan dalam memberikan
asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan, teori ini juga menjelaskan
perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan kemampuan bidan untuk mengaplikasikan
konsep kebidanan dalam praktek
8 konsep penting dalam pelayanan kebidanan
Asuhan yang berkesinambungan
Keluarga sebagai pusat asuhan
Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan
Tidak ada intervensi dalam asuhan
Keterlibatan dalam asuhan
Advokasi dari klien
Waktu
Asuhan partisipatif
Asuhan partisipatif
Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan antenatal
Dalam pemeriksaan fisik, misalnya klien ikut melakukan palpasi pada tempat tertentu atau ikut
mendengarkan detak jantung.
Kedelapan komponen yang dibuat oleh Lehrman ini, kemudian diujicobakan oleh Morten (1991)
pada klien post partum. Selanjutnya Morten menambahkan 3 komponen
Konsep Morten
Teknik komunikasi terapeutik
Proses komunikasi sangat penting dalam perkembangan dan penyembuhan. Misalnya, mendengarkan
aktif, mengkaji, klarifikasi, humor, sikap yang tidak menuduh, pengakuan, fasilitasi, pemberian izin.
Pemberdayaan (empowerment)
Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan dalam penampilan dan pendekatannya akan
meningkatkan kemampuan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan.
Hubungan sesama (lateral relationship)
Menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan dengan klien, sehingga antara
bidan dan kliennya tampak akrab. Misalnya : sikap empati atau berbagi pengalaman.
5. TEORI JEAN BALL
Teori kursi goyang
Keseimbangan emosional ibu, baik fisik maupun psikologis
Psikologis dalam hal ini agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan menjadi orang tua terpenuhi
Kehamilan, persalinan dan masa post partum adalah masa untuk mengadopsi yang baru
Dalam teori kursi goyang, kursi dibentuk dalam 3 elemen
Pelayanan kebidanan
Pandangan masyarakat terhadap keluarga
Support terhadap kepribadian wanita
Teori Ball yaitu
Teori perubahan,
Teori stress, coping, dan support
Teori dasar
Hipotesa Ball
Respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan kelahiran anak,
dipengaruhi oleh personality/kepribadian
Persiapan yang harus diantisipasi oleh bidan dalam masa post natal akan dipengaruhi oleh respon
emosional wanita dalam perubahan yang dialaminya pada proses kelahiran anak
 
Teori Ela Joy Lehrman
Telah dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dan proses dari pemeriksaan antenatal. Robin
dan Robinson 1985 mempelajari peran bidan dalam memberi informasi yang komperehensif dan
memberikan nasehat dalam pelayanan kebidanan,seperti waktu pemeriksaan perut dan memberikan
nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan. Mereka mempelajari sejauh mana bidan
mampu menunjukkan perannya dalam semua aspek dari perannya member asuhan ibu bersalin. Macintyre
(1980) dalam observasinya menemukan perbedaan antara rhetoric resmi antara nilai asuhan antenatal dan
corak asuhan yang impersonal yang dialami seorang ibu di klinik spesialis. Lehrman mengidentifikasikan
konsep yang menggaris bawahi asuhan antenatal yang diberikan.
Di Inggris dan tempat lain,dilakukan sejumalah penelitian terhadap kehamilan dan perawatan antenatal
(Field,1990). Robinson dkk., (1983 dan 1985) dalam teorinya tentang kebidanan mengemumukan secara
komperehensif ilmu pengobatan dan pekerjaan seorang bidan,seperti pemeriksaan perut,cara menyusui
yang benar,serta perawatan kesehatan selama masa kehamilan.
Dalam pembelajaran ilmu kebidanan diperlukan demonstrasi supaya mahasiswa bias melakukan 
praktik/latihan tentang perawatan pada wanita usia subur dan membedakannya dengan nilai-nilai dari
perawatan antenatal itu sendiri ditinjau dari segi sesialisasi obstetric. Hubungan antara factor resiko,
efektivitas perawatan atenatal,dan factor psikis ibu hamil memegang peranan penting pada pola
perawatan antenatal.
Dalam Model Haywards (1975), dijelaskan hubungan antara informasi,kecemasan,dannyeri. Untuk
memahami konsep ini,Haywards telah mengidentifikasi beberapa indicator dengan langkah-langkah
penggunaan analgesic dan skala tingkat nyeri yang dialami seorang individu. Robinsondkk.,(1983)
melakukan penelitian pada beberapa klien dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bias
memberikan informasi tentang tanggung jawab seorang bidan. Tipe informasi kuantitatif ini merupakan
cara yang paling tepat untuk memonitor perkembangan kemampuan seorang Bidan.
Tapi walaupun demikian,kemampuan tersebut harus dapat dituangkan kedalam praktik. Konsep yang
digaris bawahi oleh Lehrman (1981) dan Morton dkk (1919) merupakan hasil penelitian.  Jika konsep
kebidanan tersebut sudah dimengerti maka langsung bias diinformasikan pada saat belajar seperti yang
telah dilakukan oleh Robinson dkk (1983) serta sangat memungkinkan untuk menjelaskan perbedaan
secara kualitatif antara pengalaman seorang ibu dan konsep-konsep keperawatan yang diterapkan oleh
seorang bidan dalam pekerjaannya.
Lherman mempelajari pelayanan yang diberikan oleh Bidan di klinik yang dipimpin oleh Bidan di
Amerika. Lherman dan Morton berusaha mencari jawaban atas pertanyaan :
 apa yang membuat asuhan kebidanan itu penting?
 Komponen asuhan prenatal apa saja yang diberikan Bidan?

 Lherman menemukan adanya delapan konsep dari falsafah yang menggaris bawahi pelayanan
antenatal yang diberikan oleh Bidan di Amerika,yaitu :
1.     Asuhan yang berkesinambungan (Continuity care)
2.     Asuhan yang berpusat pada keluarga (family centered care)
3.     Penyuluhan dan konseling sebagai bagian dari asuhan
4.     Asuhan yang bersifat non-intervensi
5.     Fleksibel atau Keluwesan dalam memberikan asuhan
6.     Asuhan yang partisipatif.
7.     Pembelaan atau advokasi konsumen.
8.     Waktu
 Asuhan yang berkesinambungan

Yaitu asuhan yang diberikan seorang bidan terhadap klien / pasien mulai dari prakonsepsi, masa
kehamilan, nifas dan KB. Asuhan berkesinambungan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri,kolaborasi
atau rujukan.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,yang diarahkan untuk
mewujudkan kesehatan keluarga,sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
 Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu,keluarga dam masyarakat yang meliputi upaya
peningkatan,pencegahan,penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan
menjadi:
 Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
 Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kesehatan.
 Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system
layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan,juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke
tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan
keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya
 Keluarga Sebagai Pusat Asuhan

Dalam paradigma asuhan kebidanan keluarga merupakan lingkungan psikososial,dimana keluarga


dapat menunjang kehidupan sehari-hari dan memberikan dukungan emosional kepada seorang Ibu
sepanjang siklus hidupnya yang tentunya akan mempengaruhi keadaan kehamilannya terhadap
seorang ibu hamil dan janinnya.
 AsuhanPartisipasi

Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian,evaluasi dan perencanaan pasien. Klien ikut
bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan antenatal. Dalam pemeriksaan fisik,misalnya
palpasi pada tempat tertentu atau ikut mendengar denyut jantung.
Asuhan yang partisipatif dibahasakan sebagai pilihan dan control dari siwanita yang dilayani (Choise and
kontro; on the part of the woman). Hal ini dimaksud sebagai pengkajian dan merencanakan program
asuhan yang dilakukan bersama sipenerima dan sipemberi asuhan. Morten dkk (1991)
mengidentifikasikan 3 komponen tambahan disamping ke 8 konsep yang dikemukakan oleh Lherman.
Ke-3 komponen tambahan yang dimaksud yaitu :
1) TeknikTerapeutik

Teknik terapeutik dijelaskan sebagai proses komunikasi yang menguntungkan atau mendorong
pertumbuhan dan penyembuhan. Hal ini diukur dengan indicator : mendengarkan secara aktif,
penyelidikan atau mengakaji,klarifikasi,humor,sikap tidak menghakimi,mendorong,mempermudah
dan memberikan izin.
2) Pemberdayaan (Enpowerment)

Pemberdayaan adalah suatu proses memberi power kekuatan dan penguatan. Bidan melalui
penampilan dan pendekatan akan meningkatkan energy dan sumber dari dalam diri klien. Indikatornya
antara lain : Penguatan /penegasan (affirmation),memvalidasi,menyakinkan kembali,dukungan
(support).
3) Hubungan dengan sesama (Lateral Relationship )

Bidan menjalin hubungan yang baik dengan klien,bersikap terbuka (self of ng menghargai (mutual
regards) sejalan dengan klien persamaan posisi sehingga mendorong rasa kebersamaan antar bidan dan
klien sehingga Nampak akrab.
Misalnya ; Sikap empati atau sebagai pengalaman / perasaan.
Hubungan lateral diartikan sebagai : bidan meningkatkan interaksi yang mempunyai ciri keterbukaan (self
of openness),saling menghargai ( mutual regard), persamaan posisi sehingga mendorong rasa
kebersamaan diantara bidan dan klien, indicator hubungan lateral adalah : kesejajaran,empati,berbagai
pengalaman/perasaan.
Lehrman dan Morten et al memberikan suatu model praktik kebidanan secara jelas menunjukkan era
praktik kebidanan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan
Sub Pokok bahasan : Pengertian, Aspek Dan Langkah
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke : 13
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan
2. Mampu memahami tujuan Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan
3. Mampu memahami implikasi Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan
5.
III. Tujuan Pembelajaran :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan
2. Untuk mengetahui tujuan dari Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan
4. Untuk mengetahui implikasi dari Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan

IV. Materi standar :


1. Pengertian Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan Masalah Dalam
praktek Kebidanan
2. Tujuan Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan Masalah Dalam
praktek Kebidanan
3. Implikasi Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan Masalah Dalam
praktek Kebidanan
4. Mengetahui ruang lingkup pada Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan

V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Kuis

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan Masalah Dalam praktek
Kebidanan

2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)


a. Prosedur pembelajaran
1. Tanya jawab tentang Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan
2. Membuat rangkuman
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan
2. Memahami tujuan Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan
3. Memahami implikasi Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi Pemecahan
Masalah Dalam praktek Kebidanan
4. Menyebutkan ruang lingkup Manajemen Kebidanan Sebagai Metodologi
Pemecahan Masalah Dalam praktek Kebidanan
3. Kegiatan akhir (penutup)
a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis

VII. Sumber Pembelajaran :


1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanya jawab sesuai dengan indicator kompetensi
Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015
Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI
MANAJEMEN ASUHAN KEIDANAN

I.KONSEP DAN  PRINSIP MANAJEMEN PADA UMUMNYA


Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kunoménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur.
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.
Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Fungsi manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam
proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang
industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20.  Ketika itu, ia
menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas
menjadi tiga, yaitu:
1.     Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber
yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara
keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai
rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana
yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan,
fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2.     Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar
menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer
dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat
dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung
jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3.    Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usaha.
Sarana manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana
(tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools
tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets.
[rujukan?]

Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen,
faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan
manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada
proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu,
manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur
dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat
(tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan
secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan
untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa
hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha
untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga
harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan
manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan
yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer.
Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas
dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-
fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat
meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan
utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan)
produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja
tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai
maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen.

 Prinsip manajemen

Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan
sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah.
 Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-
prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
1.      Pembagian kerja (Division of work)
2.      Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
3.      Disiplin (Discipline)
4.      Kesatuan perintah (Unity of command)
5.      Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
6.      Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
7.      Penggajian pegawai
8.      Pemusatan (Centralization)
9.      Hirarki (tingkatan)
10.  Ketertiban (Order)
11.  Keadilan dan kejujuran
12.  Stabilitas kondisi karyawan
13.  Prakarsa (Inisiative)
14.  Semangat kesatuan, semangat korps.

II.PENGERTIAN MANAJEMEN KEBIDANAN

•      Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu
manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan
arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.

Pengertian manajemen kebidanan menurut beberapa sumber :

•      Menurut buku 50 tahun IBI, 2007


              Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis
data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
•      Menurut Depkes RI, 2005
Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus
dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat.
•      Menurut Helen Varney (1997)
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
berfokus pada klien.
Prinsip proses manajemen kebidanan menurut Varney
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standart yang dikeluarkan oleh American College of
Nurse Midwife (ACNM) terdiri dari :
•      Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan
dengan melakukan pengkajian yang keomprehensif terhadap kesehatan setiap klien,
termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
•      Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar
•      Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan
merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
•      Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung
jawab terhadap kesehatannya.
•      Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
•      Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual
•      Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi
dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
•      Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada
penyimpangan dari keadaan normal.
•      Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

III.LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN

Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui
suatu proses yang disebut langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.
     Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah:
o Identifikasi dan analisis masalah
o Diagnosa kebidanan
o Perencanaan
o Pelaksanaan
o Evaluasi

Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Helen Varney th 1997


o Langkah I : Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan
o Langkah II : Mengintreprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah
o Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial dan menganti-sipasi
penanganannya
o Langkah IV : Menetapkan kebutuhan akan tindaakn-segera, konsultasi, kolaborasi, dengan
tenaga kesehatn lain, serta rujukan berdasarkan kondisi klien
o Langkah V : Menyusunrencana asuhan secar menyeluruh denga tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya
o Langkah VI : Melaksanakan langsung asuhan secara efisien dan aman
o Langkah VII : Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali
manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : IBI Sebagai wadah Profesi
Sub Pokok bahasan : Tujuan Organisasi IBI, Aspek dan Langkah
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke : 14
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami IBI Sebagai wadah Profesi

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian IBI Sebagai wadah Profesi
2. Mampu memahami tujuan IBI Sebagai wadah Profesi
3. Mampu memahami implikasi IBI Sebagai wadah Profesi
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup IBI Sebagai wadah Profesi

III. Tujuan Pembelajaran :


1. Untuk mengetahui pengertian dari IBI Sebagai wadah Profesi
2. Untuk mengetahui tujuan dari IBI Sebagai wadah Profesi
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup IBI Sebagai wadah Profesi
4. Untuk mengetahui implikasi dari IBI Sebagai wadah Profesi

IV. Materi standar :


1. Pengertian IBI Sebagai wadah Profesi
2. Tujuan IBI Sebagai wadah Profesi
3. Implikasi IBI Sebagai wadah Profesi
4. Mengetahui ruang lingkup pada IBI Sebagai wadah Profesi

V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan IBI
Sebagai wadah Profesi

2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)


a. Prosedur pembelajaran
1. Tanya jawab tentang IBI Sebagai wadah Profesi
2. Membuat rangkuman
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian IBI Sebagai wadah Profesi
2. Memahami tujuan IBI Sebagai wadah Profesi
3. Memahami implikasi IBI Sebagai wadah Profesi
4. Menyebutkan ruang lingkup IBI Sebagai wadah Profesi
3. Kegiatan akhir (penutup)
a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat dilakukan
perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis

VII. Sumber Pembelajaran :


1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanya jawab sesuai dengan indicator kompetensi

Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015


Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI
IBI SEBAGAI WADAH PROFESI
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres di
luar pulau Jawa, yaitu di kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres ini juga
didahului dengan pertemuan ICM Regional Meeting for Western Pacific yang
dihadiri oleh anggota ICM dari Jepang, Australia, New Zealand, Phillipina,
Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1986 IBI
secara organisatoris mendukung pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana oleh
Bidan Praktek Swasta melalui BKKBN.
Gerak dan langkah IBI di semua tingkatan dapat dikatakan semakin maju
dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun 2008, IBI telah memiliki 30
pengurus daerah, 342 cabang IBI (di tingkat Kabupaten/Kodya) dan 1703 ranting
IBI (di tingkat kecamatan) dengan jumlah anggota sebanyak 68,772 orang. Jumlah
anggota ini meningkat dengan pesat setelah dilaksanakannya kebijakan Pemerintah
tentang Crash Program Pendidikan Bidan dalam kurun waktu medio Pelita IV
sampai dengan medio Pelita VI VISI DAN MISI.
1. Visi
Satu-satunya wadah yang mandiri, berdaya saing, mempunyai wewenang Pengesahan kepada
bidan, lembaga pendidikan dan pengawasan mutu pelayanan dalam mendukung
berhasilnya kiprah profesionalisme bidan Indonesia.
2. Misi
Mewujudkan organisasi IBI yang mandiri, berdaya saing dan mampu meningkatkan
profesionalisme Bidan Indonesia dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
− IBI mempunyai tujuan dan fokus yang berguna bagi masyarakat umum.
− Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan kaum wanita pada
umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
− Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
khususnya dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga.
− Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
− Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.

LOGO IBI DAN PENJELASANNYA


Penjelasan arti logo itu, menurut AD/ART organisasi IBI, sebagai berikut:
1) Bentuk Bundar, dilingkari garis merah putih, melambangkan arti persatuan abadi.
2) Buah Delima, merupakan buah yang berisi biji dan air, melambangkan kesuburan.
3) Dua Helai Daun, melambangkan kemampuan dari pasangan laki-laki dan perempuan untuk
melanjutkan tumbuhnya bibit.
4) Ular dan Cawan, menunjukkan simbol Dewa Aesculapius dan Dewi Hygea, dimana pelayanan
kebidanan harus memelihara dan mempertahankan biji (bibit) agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik.
5) Buah Delima Merekah, menggambarkan tentang buah delima yang sudah matang, mengandung
biji-biji( benih ) yang telah matang (matur) dan sehat,sehingga dapat melanjutkan generasi
penerus yang sehat berkualitas.seorang bidan diharapkan bersiap diri tenaga pelayanan kesehatan
yang profesional,untuk menghantarkan benih yang sehat dan calon generasi penerus benih
mandiri serta berkualitas.
PEMBENTUKAN ORGANISASI
Pada tanggal 15 September 1950 di Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan
Jakarta, para bidan melaksanakan pertemuan dan bersidang serta melahirkan
kesepakatan untuk membentuk suatu wahana Ikatan Bidan Indonesia (IBI) pada
pertemuan dan persidangan yang pertama ini telah disusun Anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga ( AD/ART) yang mencantumkan bahwa:
1) Azaz Ikatan Bidan Indonesia adalah Pancasila
2) Tujuan Pendirian IBI adalah
− Menghidupkan rasa persaudaraan sesama bidan
− Memelihara,mengembangkan dan menghidupkan pengetahuan bidan dalam
kalangan anggota
− Menyokong dan kerja sama dengan pemerintah dan menjaga kesehatan rakyat
− Mempertinggi derajat dan kedudukan Bidan dalam masyarakat
TUJUAN
Ikatan Bidan Indonesia bertujuan :
− Menggalang dan mempererat persatuan dan persaudaraan sesame bidan,
organisasi perempuan dan pihak terkait untuk mencapai visi dan misi
− Membina dan mengayomi anggota serta mengembangkan dan meningkatkan
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan terutama dalam lingkup kebidanan.
− Berperan serta dalam pembangunan, terutama dalam pemeliharaan & peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak
− Meningkatkan martabat dan kependudukan bidan serta memberdayakan
perempuan dalam masyarakat
− Membina pengetahuan dan ketrampilan anggota dalam profesi kebidanan
− Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional
− Meningkatkan kududukan dan martabat bidan dalam masyarakat
− Meningkatkan persatuan dan kesatuan.
− Meningkatkan profesionalisme bidan.
− Meningkatkan peran dalam pelayanan kesehatan.
− Meningkatkan citra bidan.
− Menggalang persatuan dan persaudaraan antara sesama bidan serta kaum wanita
dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa
KEGIATAN
Pasal 7
1) Untuk mencapai tujuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 6, IBI melakukan kegiatan
ke dalam dan ke luar organisasi sesuai rencana kerja
2) Kemudian pada tanggal 24 Juni 1951 Dilakukan musyawarah untuk menentukan tujuan
tujuan IBI untuk selengkapnya yaitu:
− Menggalang persatuan dan persaudaraan antara bidan serat kaum wanita pada
umumnya dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa
− Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
khususnya dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga
− Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional terutama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
− Meningkatkan martabat dan kedudukan Bidan dalam masyarakat.
Selain itu juga pada pertemuan tersebut juga diputuskan Visi dan Misi IBI antara lain:
1. Membentuk Organisassi IBI yang bersifat nasional,sebagai satu-satunya organisasi yang
merupakan wadah persatuan dan kesatuan Bidan di Indonesia.
2. Pengurus besar IBI berkeduduka di Jakarta atau dimana pusat pemerintahan berada
3. Meniadakan Bidan kelas 1 maupun Bidan Kelas 2,yang ada hanya Bidan
4. Membentuk Pengurus di daerah-daerah
5. Bidan harus bekerja sesuai dengan profesi,apabila bekerja dibidang perawatan harus
mengikuti pendidikan perawat selama 2 tahun, demikian apabila perawat bekerja di
kebidanan harus mengikuti pendidikan bidan selama 2 tahun

Setelah musyawarah pengurus besar IBI terpilih, maka pada tanggal 24 Juni 1951 sah
menjadi hari lahirnya IBI.
3) Upaya-upaya yang dilaksanakan menurut pasal 3 AD/ART 1950 adalah:
− Mengatur pertolongan persalinan untuk masyarakat
− Memperbaiki kesehatan ibu dan anak
− Memberi pimpinan Kepada para dukun
− Seminar/Ceramah
− Mengadakan majalah
− Mengadakan Perpustakaan
− Mengadakan pidato Radio
4) Susunan Kepengurusan Sesuai Pasal 4 AD/ART 1950 Ditetapkan:
− Ketua I
− Ketua II
− Penulis I
− Penulis II
− Bendahara
− Juru Periksa/Komisaris

Pasal 18
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS PUSAT
1. Melaksanakan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh kongres. Menyusun Draft Rencana
Strategi dan Menetapkam Kebijakan Organisasi secara Nasional untuk periode
kepengurusan berikutnya.
2. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja tahunan.
3. Membina dan mengembangkan kerjasama dengan instansi pemerintah,LSM, organisasi
wanita, organisasi profesi kesehatan dan profesi lainnya, baik di dalam maupun di luar
negeri.
4. Menyelenggarakan pelatihan,penelitian,pertemuan ilmiah,seminar dan lokakarya dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota/pengurus serta mendorong
penerapan kode etik bidan,menyelenggarakan program kerja/proyek.
5. Menyelenggarakan Kongres.
6. Menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional.
7. Menerbitkan buku AD-ART selambat-lambatnya 3(tiga) bulan setelah kongres.
8. Membimbing Pelaksanaan Musyawarah Daerah.
9. Mengesahkan dan melantikPengurus Daerah.
10. Mencari alternative solusi masalah organisasi yang tidak terpecahkan dalam jajaran IBI.
11. Mengelola uang pangkal, iuran anggota & pendapatan dari sumber lain serta
mengusahakan dana bagi organisasi dengan jalan yang syah dan tidak mengikat.
12. Melaksanakan kunjungan kerja untuk pembinaan dan pengembangan organisasi.
13. Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
14. Mengesahkan pendirian Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang yang baru di bentuk.
15. Menerbitkan surat pengesahan Susunan Pengurus Daerah dan Cabang .
16. Mencari alternatif pemecahan masalah hokum yang dihadapi olek kepengurusan dan
anggota IBI.
17. Mensosialisasikan dan mempublikasikan kegiatan organisasi secara berkala.
18. Membuat inventaris milik organisasi.
19. Mengadakan dan mendistribusikan atribut, buku-buku pedoman, protap pelayanan,
majalah Bidan dan lain- lain.
20. Menyelenggarakan pengawasan, pemeliharaan, barang bangunan milik/kekayaan
organisasi.
21. Membentuk dan mengembangkan Yayasan Buah Delima.
22. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Organisasi.
23. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Etik Bidan.
24. Membentuk dan mengembangkan Kolegium.
25. Membentuk Kepengurusan.
26. Membentuk registrasi anggota sesuai dengan laporan Ketua PD.
27. Menerbitkan Kartu Tanda Anggota (KTA) IBI.
28. Membuat profil IBI secara Nasional.

Pasal 19
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS DAERAH
1. Menindaklanjuti Rencana Strategi(Renstra) yang sudah disahkan kongres sesuai dengan
situasi dan kondisi daerah dan membuat rencana kerja.
2. Membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan organisasi di tingkat propinsi.
3. Membina dan mengembangkan kerjasama dengan instansi Pemerintah, LSM, Organisasi
Perempuan, Organisasi Profesi Kesehatan dan Profesi lainnya.
4. Menyelenggarakan Musdadan mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan Pengurus
Daerah.
5. Membentuk Cabang dan melantik Pengurus Cabang.
6. Menerbitkan surat pengesahan Pengurus Ranting.
7. Menyelenggarakan Rakerda.
8. Mencari alternative pemecahan masalah hukum yang dihadapi oleh kepengurusan &
anggota IBI.
9. Membimbing pelaksanaan Muscab.
10. Melaporkan semua kegiatan kepada Pengurus Pusat IBI secara periodic.
11. Melaksanakan pembinaan kepada pengurus Cabang .
12. Menyelenggarakan seminar, lokakarya, pelatihan, pendidikan berkelanjutan, penelitian
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta mutu pelayanan Kebidaan,
Pendistribusian atribut, buku-buku pedoman, protap pelayanan, majalah Bidan dan lain-
lain.
13. Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
14. Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi organisasi.
15. Membentuk dan mengembangkan Yayasan Buah Delima.
16. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Organisasi.
17. Membentuk dan mengembangkan MPEB.
18. Membentuk kepengurusan Cabang baru.
19. Membuat regristrasi anggota sesuai laporan Ketua Cabang.
20. Mengajukan KTA kepada PP atas anjuran PC.
Pasal 20
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS CABANG
1. Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijaksanan pengurus cabang.
2. Membina dan mengembangankan hubungan kerjasama dengan instalasi pemerintah ,
organisasi profesi dan LSM.
3. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan hasil kegiatan
yang telah dilaksanakan.
4. Membuat regristrasi anggota.
5. Mengajukan KTA melalui PC.
6. Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi organisasi.
7. Mengelola uangpangkal dan iuran anggota serta mengusahakan danabagi organisasi
dengan jalan yang sah dan tidak mengikat.
8. Membuat profil IBI Ranting.
Pasal 21
TUGAS DAN WEWNANG PENGURUS RANTING
1. Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijakan Pengurus Cabang
2. Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah,
organisasi profesi dan LSM
3. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan hasil kegiatan
yang telah di laksanakan
4. Membuat registrasi anggota
5. Mengajukan KTA melalui PC
6. Menyelenggarakan adminiostrasi dan dokumentasi organisasi
7. Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi organisasi
dengan jalan yang sah dan tidak mengikat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : IBI Sebagai wadah Profesi
Sub Pokok bahasan : Partisipasi IBI di ICM dan Organisasi Internasional Lainnya
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke : 15
Alokasi Waktu : 100 menit

I. Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memahami IBI Sebagai wadah Profesi

II. Indikator :
1. Mampu memahami pengertian IBI Sebagai wadah Profesi
2. Mampu memahami tujuan IBI Sebagai wadah Profesi
3. Mampu memahami implikasi IBI Sebagai wadah Profesi
4. Mampu menyebutkan ruang lingkup IBI Sebagai wadah Profesi

III. Tujuan Pembelajaran :


1. Untuk mengetahui pengertian dari IBI Sebagai wadah Profesi
2. Untuk mengetahui tujuan dari IBI Sebagai wadah Profesi
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup IBI Sebagai wadah Profesi
4. Untuk mengetahui implikasi dari IBI Sebagai wadah Profesi

IV. Materi standar :


1. Pengertian IBI Sebagai wadah Profesi
2. Tujuan IBI Sebagai wadah Profesi
3. Implikasi IBI Sebagai wadah Profesi
4. Mengetahui ruang lingkup pada IBI Sebagai wadah Profesi

V. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Diskusi

VI. Kegiatan Pembelajaran :


1. Kegiatan awal (pembukaan)
a. Membuka materi, salam dan berdoa
b. Pre-test, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan IBI
Sebagai wadah Profesi

2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi)


a. Prosedur pembelajaran
1. Tanya jawab tentang IBI Sebagai wadah Profesi
2. Membuat rangkuman
b. Pembentukan kompetensi
1. Mengidentifikasi pengertian IBI Sebagai wadah Profesi
2. Memahami tujuan IBI Sebagai wadah Profesi
3. Memahami implikasi IBI Sebagai wadah Profesi
4. Menyebutkan ruang lingkup IBI Sebagai wadah Profesi
3. Kegiatan akhir (penutup)
a. Untuk membentuk watak dan sikap pendidik setelah pembelajaran dapat
dilakukan perenungan di akhir
b. Pos-test dilakukan secara tertulis

VII. Sumber Pembelajaran :


1. Bryar.R.Theory for midwifery Practice Edisi 1.McMillan.1995.
2. Varney.H.Varney’s Midwifery.jones and Bartlet:USA.1997.
3. Konsep Kebidanan Departemen Kesehatan RI
4. 50 Tahun IBI
5. Varney ( 1997 ), Varney’s Midwifery.
6. Bannet.V.R Brown. L.K ( 1993 ) Myles text book for midwives
7. Pusdiknakes : WHO:JHPIEGO,2001,Buku Asuhan ANtenatal

VIII. Penilaian :
Penilaian dilakukan melalui proses dan tes lisan
1. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan
2. Test lisan dilakukan melalui tanya jawab sesuai dengan indicator kompetensi

Mengetahui, Malang, 1 Maret 2015


Direktur D IV Bidan Pendidik Dosen Pembimbing

Dr.Yusnita Julyarni Akri,M.Kes Sri Indah .S.ST


MATERI
PARTISIPASI IBI DI ICM DAN ORGANISASI INTERNASIONAL LAINNYA

Pengertian organisasi
Linda (2001 : 11) Organisasi profesi bertugas untuk mendefinisikan aktifitas
keprofesian mengidentifikasi persyaratan untuk menjadi anggota profesi, menentukan
kompetensi yang perlu dikembangkan, meningkatkan penemuan baru, dan
mengkomunikasikan pengetahuan tentang profesi dan aktifitasnya kepada aktifis lainnya.
Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap bentuk
persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat
dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana
terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang
yang disebut dengan bawahan.”
Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakan “organisasi ialah suatu sistem perserikatan
formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam
mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.”
Chester L Bernard (1938) mengatakan bahwa “Organisasi adalah system kerjasama
antara dua orang atau lebih ( Define organization as a system of cooperative of two or
more persons) yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama.
dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi kebidanan adalah
suatu organisasi yang aktifitas pokoknya melakukan pelayanan KIA dan kesehatan
kepada masyarakat dengan salah satu tujuan yang dicapai adalah membentuk pelayanan
yang bermutu dan berkwalitas.

Organisasi kebidanan di dalam negeri   


IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) adalah organisasi kebidanan yang ada di Indonesia . IBI
merangkul seluruh bidan di Indonesia untuk bersatu dalam satu wadah.
IBI terdaftar sebagai anggota Ikatan Bidan Sedunia /International Confederation of
Midwives (ICM) tahun 1956.
IBI menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara
Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi
dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Tujuan IBI :
1.            Membina pengetahuan dan ketrampilan anggota dalam profesi kebidanan
2.            Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional
3.            Meningkatkan kududukan dan martabat bidan dalam masyarakat
4.            Meningkatkan persatuan dan kesatuan.
5.            Meningkatkan profesionalisme bidan.
6.            Meningkatkan peran dalam pelayanan kesehatan.
7.            Meningkatkan citra bidan.
8.            Menggalang persatuan dan persaudaraan antara sesama bidan serta kaum wanita
dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa

Organisasi kebidanan di luar negeri

1.      ICM (Internatinal Confederation of Midwives(ICM)


Konfederasi Internasional Bidan mendukung, mewakilidan bekerjauntuk
memperkuatasosiasiprofesionalbidandi seluruh dunia. ICM mewakili lebih dari
250.000 anggota profesional melalui108 asosiasi kebidanandi 98 negara. ICM
bekerja dengan bidandan asosiasi kebidanan global untuk mengamankan hak
perempuandanakses ke perawatankebidanansebelum, selama dansetelah
melahirkan.
ICM telahbekerja bersamabadan-badan PBBdan mitralainnyaselama puluhan
tahunglobal untukmembantu mengurangijumlahibu danbayi yang meninggal.
Diketahui bahwa bidan telah melakukan upaya untuk ada di dunia
internasional selama lebih dari 100 tahun. Ada catatan dari konferensi bidan yang
diselenggarakan di Berlin, Jerman, pada tahun 1900, ketika lebih dari 1.000 bidan
hadir dan  ini diatur tanpa menggunakan telepon, komputer, kartu kredit atau
pesawat terbang.
Pada tahun 1919, sekelompok bidan Eropa, berpusat di Antwerp, Belgia,
mendirikan  Konfederasi Internasional Bidan. Pada saat ini, banyak negara telah
memiliki asosiasi nasional dari bidan, komunikasi di antara mereka meningkat dan
serangkaian pertemuan rutin
Selama tahun 1930-an dan 1940-an, perjalanan dan komunikasi di Eropa
terganggu oleh perang dan kerusuhan. Sayangnya, catatan rinci pertemuan bidan
sebelumnya 'dan dokumen hancur. Namun, keinginan untuk melanjutkan kerja
internasional masih kuat. Pada tahun 1954, inisiatif tumbuh lagi dan kali ini lokasi
London, Inggris. Untuk pertama kalinya, nama 'International Confederation of
Midwives' diputuskan, dan juga gagasan kongres tiga tahunan rutin didirikan.
Sejak 1954 rangkaian pertemuan tersebut setiap tiga tahun tetap tak terputus.
ICM sekarang memiliki lebih dari 100 anggota - semua asosiasi kebidanan
otonom, dari sekitar 100 negara yang mencakup empat wilayah: Afrika, Asia
Pasifik, Amerika dan Eropa. Setiap anggota asosiasi mengirimkan delegasi ke
Dewan ICM, yang merupakan badan secara keseluruhan, masing-masing daerah
memilih wakil-wakil ke papan yang lebih kecil, yang mengawasi bisnis yang
berkelanjutan dari Konfederasi.
Dewan ICM memutuskan pada tahun 1999 untuk memindahkan lokasi kantor
pusat dari London ke Den Haag, di Belanda, dan itu telah berdiri di sana sejak.
Staf markas permanen telah meningkat dari janji pada tahun 1987 satu paruh
waktu sekretaris eksekutif, untuk kelompok yang lebih besar saat ini termasuk
Sekretaris Jenderal, Program Co-ordinator, Manajer Komunikasi dan lainnya
paruh waktu bantuan administrasi. Jurnal ICM, Kebidanan Internasional, sekarang
dalam tahun ke-18 berkomunikasi "ke, dari dan di antara bidan di seluruh dunia"
dan situs ICM di www.internationalmidwives.org telah membantu akses cepat ke
ICM berita dan kegiatan sejak tahun 2000.
Kongres internasional yang diadakan setiap tiga tahun. Situs masing-masing
diputuskan enam tahun ke depan, dan acara ini co-host oleh ICM dan salah satu
asosiasi anggotanya. Tempat selama 50 tahun terakhir ini antara Yerusalem, Kobe,
Manila, Santiago, Sydney, Vancouver dan Washington, serta kota-kota Eropa
banyak. Ini kongres telah menjadi fokus utama bagi rutin bisnis global bidan,
pertemuan profesional dan ilmiah. Selain itu, pertemuan regional dan konferensi
sering diadakan di tahun-tahun antara kongres.
Misi ICM adalah untuk "memajukan seluruh dunia tujuan dan aspirasi bidan
dalam pencapaian hasil yang lebih baik bagi perempuan dalam beberapa tahun
mereka melahirkan anak, bayi mereka dan keluarga mereka di mana pun mereka
berada".

2.      MANA (Midwives Alliance of  North America)


Ketika MANA didirikan pada tahun 1982, ada banyak organisasi di Amerika
Utara yang telah didirikan bidan sebagai sarana komunikasi dan dukungan di
antara bidan. Di antara mereka adalah Asosiasi Bidan Nasional, Asosiasi
Childbirth at Home, Inc, Homebirth Informed, dan NAPSAC.
Namun, tidak satupun dari organisasi-organisasi ini memiliki basis
keanggotaan yang luas cukup untuk menarik semua bidan bersama-sama dalam
satu organisasi, sistem dukungan internal, atau kredibilitas dan pengaruh politik
yang diperlukan untuk mempromosikan kebidanan untuk diterima sebagai bagian
dari ibu dan anak.
Pada bulan Oktober 1981, Suster Angela mengadakan pertemuan di
Washington, DC, yang ia berharap akan menanam benih untuk pembentukan
organisasi baru ini. Dia mengundang 7 bidan dari seluruh negeri, campuran
perawat-bidan dan bidan lainnya dididik dalam berbagai cara. Ini pertemuan awal
disebut "Dialog hari" dan terdiri dari sebuah diskusi meja bundar tentang isu-isu
yang dihadapi semua bidan di negeri ini, dengan penekanan khusus pada masalah
komunikasi antara perawat-bidan dan bidan Amerika lainnya. Dengan hasil dari
pertemuan pertama ini adalah keputusan untuk membentuk "Persekutuan" yang
akan mencakup semua bidan dengan tujuan berikut dalam pikiran:
    a.Untuk memperluas komunikasi antara bidan.
    b.Untuk mengatur pedoman pendidikan untuk pelatihan bidan.
    c.Untuk mengatur pedoman untuk kompetensi dasar dan keselamatan untuk
berlatih bidan.
    d. Untuk membentuk sebuah organisasi profesional yang dapat diidentifikasi
untuk semua bidan di negara ini.
Yang hadir pada pertemuan pertama adalah beberapa bidan yang berada di
MANA yaitu Teddy Charvet, Ina May Gaskin, Susan Leibel, dan Fran Ventre.
Sebuah pertemuan terbuka direncanakan untuk Lexington, Kentucky, pada bulan
April 1982, sebelum Konvensi ACNM untuk menindaklanjuti diskusi ini.
Hasil dari pertemuan tersebut adalah bahwa waktu yang tepat untuk memulai
pekerjaan menyusun organisasi semacam itu, dan beberapa hari berikutnya,
kelompok inti terbentuk dan pekerjaan dimulai. Nama “Aliansi BidanAmerika
Utara” terpilih.
Dua puluh tiga perempuan dari seluruh Amerika Serikat dan Kanada
menghadiri konferensi ini. Ini berbasis luas, kelompok organisatoris terampil
bekerja sama dengan baik dan tulang punggung struktural pada MANA. Kemudian
Komite didirikan dan berbagai proyek dimulai.

3.      NARM (The North American Registry of  Midwives)


NARM mendukung sistem perawatan kesehatan di mana setiap keluarga di
Amerika Utara memiliki akses ke bidan terampil dan bertanggung jawab. NARM
menetapkan standar untuk sertifikasi berbasis kompetensi yang memungkinkan
bidan untuk mendukung hak perempuan untuk memilih kelahirannya dan tempat
lahir dan untuk melibatkan seseorang yang mereka kehendaki.
 NARM mengakui potensi hasil yang lebih baik yang mencakup biaya yang
lebih rendah dan intervensi yang lebih sedikit untuk ibu melahirkan dan bayi
mereka ketika dihadiri oleh bidan profesional bersertifikat.
NARM didedikasikan untuk memajukan profesi dengan mendukung upaya-
upaya advokasi untuk pengakuan hukum di tingkat negara bagian dan federal.
NARM mendedikasikan persentase yang signifikan dari anggaran tahunan untuk
pengembangan pelatihan advokasi, menawarkan lokakarya, partisipasi dalam
legislasi, kesehatan masyarakat, dan konferensi kebidanan, menciptakan materi
promosi, dan melayani di komite penasehat untuk inisiatif tingkat negara bagian
dan federal.

4.      AANM (The American Association of Naturopathic Bidan)


The American Association of Naturopathic Bidan (AANM) adalah organisasi
profesional untuk bidan naturopati. Bidan naturopati adalah bidan yang membantu
kelahiran paling luas yang dilatih alami yang tersedia bagi Anda dan keluarga
Anda.AANM ada untuk mendidik masyarakat tentang kebidanan naturopati dan
untuk memberikan dukungan klinis, pendidikan berkelanjutan, standar perizinan
dan program mentoring bagi para anggotanya.

5.      The Canadian Association of Midwives(CAM)

             Asosiasi Kanada Bidan (CAM) adalah organisasi nasional yang mewakili bidan
dan profesi kebidanan di Kanada.
             Misi dari CAM adalah untuk memberikan kepemimpinan dan advokasi untuk
kebidanan sebagai bagian, diatur publik yang didanai dan penting dari sistem
perawatan bersalin primer di seluruh provinsi dan wilayah. CAM mempromosikan
pengembangan profesi untuk kepentingan umum dan memberikan kontribusi
perspektif kebidanan terhadap agenda kebijakan kesehatan nasional.
                        Visi Asosiasi Kanada Bidan adalah bahwa kebidanan merupakan dasar
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, dan bahwa setiap wanita di Kanada
akan memiliki akses ke perawatan bidan untuk dirinya dan bayinya.

6.             New Zealand College of Midwives (NZCOM)

New Zealand College of Midwives (NZCOM) adalah organisasi profesional


dandiakui 'suara' untuk bidan dan bidan pelajar di Selandia Baru.
Tujuan NZCOM adalah:
a. Memajukan profesi kebidanan
b. Berbicara nasional dan regional untuk kepentingan bidan dan wanita
c. Menegakkan Konfederasi Internasional Bidan / World Health
Organisation'sdefinisi dari peran bidan dan ruang lingkup praktek
d. Menegakkan dan memajukan Selandia Baru Kebidanan Model
Kemitraandengan perempuan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan Lanjutan


Pokok Bahasan : Evaluasi
Sub Pokok bahasan :
Satuan Pendidikan : D IV Bidan Pendidik UNITRI
Kelas / Semester : II (Dua)
Pertemuan ke : 16 ( UAS)
Alokasi Waktu :

Anda mungkin juga menyukai