Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL CARE

PADA NY.I DENGAN G2P1A0


ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Maternitas


Program Profesi Ners Angkatan XI

Kelompok 2:

Indri Yuliani (KHGD21036)


Mega Apriyanti (KHGD21059)
Moch Mugni Faisal (KHGD21027)
Putri Krismayani (KHGD21076)
Ridwan Jamil (KHGD21090)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XI


STIKES KARSA HUSADA GARUT
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. SECTIO CAESAREA

1. PENGERTIAN

Sectio Caesarea merupakan sebuah tindakan pembedahan untuk


melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.
Selain itu, sectio caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi di dinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). Indikasi untuk
dilakukan Sectio Caesarea adalah apabila terdapat kesulitan selama
persalinan yang terjadi pada ibu maupun bayi (Sarwono, 2005).
Ada beberapa pengertian mengenai sectio caesarea :

 Sectio caesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan


membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo,1999)
 Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahaim (Marjoen, 2001).
 Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar,
2002).
 Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin di atas 500 gram (Sarwono, 2005).

2. INDIKASI
Indikasi dilakukan tindakan sectio caesarea (Mochtar,
1998: 117), Antara lain plasenta previa sentralis atau lateralis,
panggul sempit (conjugata vera kurang dari 8 cm), disproporsi
sefalopelvik, ruptur uteri mengancam pada riwayat SC berulang,
partus lama, partus tak maju, distosia servik, pre-eklampsi dan
hipertensi, malpresentasi janin, antara lain letak lintang, letak
bokong, presentasi dahi dan muka, serta gemeli.

3. JENIS SECTIO CAESAREA


Jenis operasi sectio cesarea ada beberapa macam. (Mochtar,
1998:119).

a) Sectio caesarea Abdominalis, dibagi menjadi:


a. Sectio cesarea Transperitonialis
 Sectio caesarea klasik atau corporal
Yaitu dengan insisi memanjang pada korpus
uteri kira– kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan:

- Mengeluarkan janin lebih cepat.


- Tidak mengakibatkan komplikasi kandung
kemih tertarik.
- Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau
distal
Kekurangan:

- Infeksi mudah menyebar secara intra


abdominal karena tidak ada
reperitonialisasi yang baik.
- Untuk persalinan berikutnya lebih sering
terjadi ruptura uteri spontan.
b. Sectio cesarea Ismika atau Profunda Yaitu dengan
insisi segmen bawah rahim.

Kelebihan:

- Penjahitan luka lebih mudah.


- Penutupan luka dengan reperitonealisasi
yang baik.
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik
sekali untuk menahan penyebaran isi uterus
ke rongga peritoneum.
- Perdarahan kurang.
- Dibandingkan dengan cara klasik
kemungkinan ruptura uteri spontan kurang
atau lebih kecil.
Kekurangan:

- Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan


bawah, sehingga dapat menyebabkan
uterina putus sehingga mengakibatkan
perdarahan yang banyak.
- Keluhan pada kandung kemih post operatif
tinggi.
c. Sectio cesarea Ekstraperitonialis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, tanpa
membuka kavum abdominal.

d. Sectio cesarea Vaginalis


- Sayatan Memanjang (longitudinal)
- Sayatan Melintang (Transversal)
4. KOMPLIKASI

Komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea (Mochtar, 1998:121),


yaitu:

a) Infeksi puerperal (nifas) yang terdiri dari; ringan, dengan


kenaikan suhu beberapa hari saja. Sedang, dengan kenaikan
suhu lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung. Dan berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus
paralitik. Hal ini sering dijumpai pada partus tak maju,
dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena
ketuban yang telah pecah terlalu lama.

b) Perdarahan, disebabkan karena banyak pembuluh darah


yang terputus dan terbuka, karena atonia uteri dan
perdarahan pada plasenta.

c) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung


kemih bila repetonialisasi terlalu tinggi.

d) Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan


mendatang.

5. ETIOLOGI/PENYEBAB

Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina,


baik dengan alat maupun dengan kekuatan ibu sendiri. Dalam
keadaan patologi kemungkinan dilakukan operasi sectio caesarea.

Faktor-Faktor Penyebab Sectio Caesarea

Menurut Mochtar (1998) faktor dari ibu dilakukannya


sectio caesarea adalah plasenta previa, panggul sempit, partus
lama, distosia serviks, pre eklamsi dan hipertensi. Sedangkan
faktor dari janin adalah letak lintang dan letak bokong.

Menurut Manuaba (2001) indikasi ibu dilakukan sectio


caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum,
ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal
distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor
sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
caesarea sebagai berikut :

a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion)

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar


panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin
yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan
yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul
menjadi abnormal (Kasdu, 2003).

Setiap pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas


panggul, dapat menimbulkan distosia pada persalinan. Menurut
Wiknjosastro (2002) ada beberapa kesempitan panggul, yaitu:

a) Kesempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul biasanya dianggap menyempit jika


konjugata vera yang merupakan ukuran paling pendek
panjangnya kurang dari 10 cm atau jika diameter transversal
yang merupakan ukuran paling lebar panjangnya kurang dari
12 cm, proses persalinannya jika kelainan panggul cukup
menonjol dan menghalangi masuknya kepala dengan mudah ke
dalam pintu atas panggul, proses persalinan akan memanjang
dan kerap kali tidak pernah terjadi persalinan spontan yang
efektif sehingga membawa akibat yang serius bagi ibu maupun
janinnya.

b) Kesempitan panggul tengah

Bidang obstetrik panggul tengah membentang dari margo


inferior simfisis pubis, lewat spina iskiadika, dan mengenai
sakrum di dekat sambungan tulang vertebra keempat dan
kelima. Meskipun definisi kesempitan pintu atas panggul,
namun panggul tengah mungkin sempit kalau jumlah diameter
interspinarum dan diameter sagitalis posterior pelvis
(normalnya 10,5 plus 5 cm atau 15,5 cm) mencapai 13,5 cm
atau lebih kurang lagi.

c) Kesempitan pintu bawah panggul

Kesempitan pintu bawah panggul biasanya diartikan sebagai


keadaan dimana distansia tuberculum 8 cm atau lebih kecil
lagi. Pintu bawah panggul yang sempit tidak banyak
mengakibatkan distosia karena kesempitannya sendiri
mengingat keadaan ini sering disertai pula dengan kesempitan
panggul tengah.

Dalam kasus CPD, jika kepala janin belum masuk ke dalam


pintu atas panggul pada ibu hamil cukup bulan, akan dilakukan
operasi sectio caesarea karena resiko terhadap janin semakin
besar kalau persalinan semakin maju (Jones, 2001).

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit


yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya
masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi
dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu
diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi (Mochtar,
1998).

Pre-eklamsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,


edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit
ini umumnya terjadi pada trimester III kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa. Hipertensi
biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Untuk
menegakkan diagnosis pre-eklamsi, kenaikan tekanan sistolik
harus 30 mmHg atau lebih diatas tekanan yang biasanya
ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan
tekanan diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila
tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau
menjadi 100 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat
dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali
dengan jarak waktu 6 jam pada kedaan istirahat (Wiknjosastro,
2002).

Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan


berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui
dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan,
dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada
kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk
penentuan diagnosis pre- eklamsi. Kenaikan berat badan
setengah kilo setiap minggu dalam kehamilan masih dapat
dianggap normal, tetapi bila kenaikan satu kilo seminggu
beberapa kali,hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap
timbulnya pre-eklamsia. Proteinuria berarti konsentrasi protein
dalam air kencing yang melebihi 0,3 gram/liter dalam air 24 jam
atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan satu atau dua + atau
satu gram per liter atau lebih dalam air kencing yang
dikeluarkan dengan kateter yang diambil minimal 2 kali dengan
jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat dari
pada hipertensi dan kenaikan berat badan karena itu harus
dianggap sebagai tanda yang cukup serius (Wiknjosastro, 2002).

Pada penatalaksanaan pre-eklamsia untuk pencegahan awal


ialah pemeriksaan antenatal yag teratur dan bermutu serta teliti,
mengenali tanda-tanda sedini mungkin, lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih
berat. Tujuan utama penanganan adalah untuk mencegah
terjadinya pre-eklamsi dan eklamsi, hendaknya janin lahir hidup
dan trauma pada janin seminimal mungkin (Mochtar, 1998).

Menurut (Manuaba, 1998) gejala pre-eklamsi berat dapat


diketahui dengan pemeriksaan pada tekanan darah mencapai
160/110 mmHg, oliguria urin kurang 400 cc/24 jam, proteinuria
lebih dari 3 gr/liter. Pada keluhan subjektif pasien mengeluh
nyeri epigastrium, gangguan penglihatan dan nyeri kepala. Pada
pemeriksaan di dapat kadar enzim hati meningkat disertai
ikterus, perdarahan pada retina dan trombosit kurang dari
100.000/mm.

Pada ibu penderita pre-eklamsi berat, timbul konvulsi yang


dapat diikuti oleh koma. Mencegah timbulnya eklamsi jauh
lebih penting dari mengobatinya, karena sekali ibu mendapat
serangan, maka prognosa akan jauh lebih buruk.

Penatalaksanaan eklamsi bertujuan untuk menghentikan


berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan
secepatnya dengan melakukan sectio caesarea yang aman agar
mengurangi trauma pada janin seminimal mungkin (Mochtar,
1998).
B. KETUBAN PECAH DINI KPD
1. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membranes
(PROM) adalah pecahnya kantung ketuban sebelum onset persalinan yang
benar, terlepas dari lamanya kehamilan. Pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase
laten). (Kumala, 2011). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda- tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam
belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan
aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu
banyak (Manuaba, 2009).
2. ETIOLOGI
Menurut Morgan (2009), kejadian ketuban pecah dini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor meliputi:
1) Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh
terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi
persalinan. Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah
antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan
meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan). Usia seseorang
sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi,
karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang
kemampuannya dan keelastisannya dalam menerim kehamilan.
2) Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas
dan kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya
berupa uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi
kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan
kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan
seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas
kesehatan sesuai kebutuhan.
3) Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari
anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas
yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah
seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin
mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah
seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia
kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkanbuah kehamilanya
2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita
yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28
minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali
wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami
ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran
yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami ketuban
pecah dini pada kehamilan berikutnya.
4) Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat
besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan
mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan
anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume
30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34
minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan
ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang.
5) Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang
intensitas tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok
mengandung lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk
karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain.
Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan-
gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko
lahir mati yang lebih tinggi.
6) Serviks yang inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan
pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan
lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena
tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi
yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan
mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta
keluarnya hasil konsepsi.
7) Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini,
misalnya :
a. Trauma
Berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.
Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim
yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Manuaba,
2009).
3. PATOFISIOLOGI
Menurut (Manuaba,2009), Mekanisme terjadinya ketuban pecah
dini dimulai dengan terjadi pembukaan premature serviks, lalu kulit
ketuban mengalami devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami
devaskularisasi selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis,
sehingga jaringan ikat yang menyangga ketuban semakin berkuban.
Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi
yang mengeluarkan enzim proteolotik dan kolagenase yang diikuti
oleh ketuban pecah spontan. Selain karena infeksi dan tekanan
intrauteri yang kuat, berhubungan seksual pada kehamilan tua
berpengaruh pada terjadinya ketuban pecah dini karena pengaruh
prostaglandin yang terdapat dalam sperma, dapat menimbulkan
kontraksi, tetapi bisa juga factor trauma saat berhubungan seksual.
Pada kehamilan ganda dapat menyebabkan ketuban pecah dini karena
uterus meregang berlebihan yang disebabkan oleh besarnya janin, dua
plasenta dan jumlah air ketuban yang lebih banyak.
4. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau
menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009).
5. PATHWAYS

Risiko
perdarahan
C. PENGKAJIAN
1. Biodata
Pada bagian biodata disini terbagi menjadi dua bagian, yaitu identitas pasien dan
identitas penanggung jawab pasien
a. Identitas Pasien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, status perkawinan, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan, nomor register, diagnosa medis, tanggal persalinan,
tanggal masuk dan tanggal pengkajian.
b. Identitas Penanggung Jawab
Untuk identitas penanggung jawab pasien ini berisi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, Hubungan dengan pasien, alamat
2. Alasan Masuk RS
3. Keluhan Utama Saat Dikaji
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
PQRST
5. Riwayat Kesehatan Dahulu
Imunisasi, alergi, kebiasaan (merokok, minum alkohol, obat, kopi), obat- obatan
(nama, lama penggunaan, sendiri/ resep).
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram 3 generasi (kehamilan kembar, gangguan mental, penyakit yang
dapat diturunkan, penyakit yang dapat ditularkan).
7. Riwayat Obstetri Ginekologi
1) Riwayat Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
a) Menarche
b) Lamanya haid
c) Siklus
d) Banyaknya
e) Sifat darah (warna, bau, cair/ gumpalan, dismenor)
f) HPHT
g) Taksiran persalinan
b. Riwayat perkawinan (suami dan istri)
a) Usia perkawinan
b) Lama perkawinan
c) Pernikahan yang ke–……
c. Riwayat kontrasepsi
a) Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil
b) Waktu & lama penggunaan
c) Masalah dalam penggunaan cara tersebut
d) Jenis kontrasepsi yang akan dilaksanakan setelah persalinan
sekarang
e) Jumlah anak yang direncanakan keluarga
2) Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan & nifas yang lalu
G…..P……A…

No Tgl Umur Jenis Tempat Jenis BB Keadaan


Partus kehamilan Partus penolong Kelamin anak

b. Riwayat kehamilan sekarang


a) Klien merasa hamil …. bulan.
b) Keluhan waktu hamil.
c) Gerakan anak pertama dirasakan.
d) Imunisasi
e) Penambahan BB selama hamil
f) Pemeriksaan kehamilan teratur/tidak
g) Tempat pemeriksaan
8. Data Biologis
1) Aktivitas Kehidupan Sehari Hari/Activity Daily Living (ADL)
No ADL Saat Hamil Setelah Hamil
1 NUTRISI
MAKAN
- Jenis Menu
- Frekuensi
- Porsi
- Pantangan
- Keluhan
MINUM
- Jenis Minuman
- Frekuensi
- Jumlah
- Pantangan
- Keluhan
2 ISTIRAHAT DAN TIDUR
MALAM
- Berapa Jam
- Kesukaran Tidur
SIANG
- Berapa Jam
- Kesukaran Tidur
3 ELIMINASI
BAK
- Frekuensi
- Jumlah
- Warna
- Kesulitan
BAB
- Frekuensi
- Jumlah
- Warna
- Kesulitan
4 PERSONAL HYGIENE
MANDI
- Frekuensi
- Menggunakan Sabu
- Frekuensi Gosok Gigi
- Gangguan
BERPAKAIAN
- Frekuensi Ganti Pakaian

5 MOBILITAS DAN
AKTIVITAS
- Aktivitas Yang Dilakukan
- Kesulitan
2) Pemeriksaan Fisik

a. Penampilan umum
Kondisi umum
Tingkat kesadaran
TTV (TD, N, RR, S)
BB/ TB
b. Sistem pernafasan (IPPA)
Sistem kardiovaskuler (IPPA: TD, nadi, sianosis, konjungtiva, bunyi
jantung, extremitas (edema, homan sin, varises, CRT)
c. Sistem pernafasan (IPPA)
Sistem kardiovaskuler (IPPA: TD, nadi, sianosis, konjungtiva, bunyi j
antung,extremitas (edema, homan sin, varises, CRT).
d. Sistem pencernaan (IPPA: kelembapan membran mukosa, edema, BU,
hemoro id)
e. Sistem persyarafan (IPPA: status mental, kejang, refleks patela).
f. Sistem panca indra (IPPA: fungsi penglihatan (pandangan kabur,
pandangan berkunang-kungan, pendengaran, penciuman, pengecapan,
perabaan) .
g. Sistem perkemihan (IPPA: palpasi kandung kemih, berkemih
berlebihan, hemat uri).
h. Sistem integumen (IPPA: hiperpigmentasi, kloasma gravidarum,
turgor, striae, luka SC [karakteristik]).
i. Sistem endokrin (IPPA: pembesaran kelenjar tiroid, tremor).
j. Sistem muskuloskeletal (IPPA: masaa tonus otot, kekuatan otot,
ROM, defor mitas, diastasis rektur abdominis [lebar, panjang]).
k. Sistem reproduksi (IPPA: payudara (pembesaran, hiperpigmentasi
areola, keadaan,putting susu, ASI/ kolostrum, bengkak, bendung/ masa,
kebersihan), Uterus (TFU,posisi uterus, konsistensi uterus), genitalia
externa (edema, varises, lochea,kebersihan, laserasi/ kaji tanda
REEDA).
9. Data Psikososial Spiritual
1) Psikososial
a. Pola pikir dan persepsi
Pengetahuan cara pemberian ASI dan merawat bayi, rencana
pemberian ASI, jenis kelamin yang diharapkan, yang akan membantu
merawat bayi di rumah, kehamilan ini diharapkan.
b. Persepsi diri
Hal yang sangat dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani
peraw atan,perubahan yang dirasa setelah hamil.
c. Konsep diri
Gambaran diri, peran, ideal diri, identitas diri, harga diri.
d. Hubungan/ komunikasi
Bahasa sehari hari, kejelasan bicara, relevan, mampu mengerti
orang lain.
e. Kebiasaan seksual
Gangguan hubungan seksual, pemahaman terhadap fungsi
seksual.
2) Spiritual
Sumber kekuatan, agama, kepercayaan, sistem nilai dan kepercayaan
10. Data Penunjang
11. Pengobatan
12. Analisa Data
Analisa data merupakan metode yang dilakukan perawat untuk
mengkaitkan data klien serta menghubungkan data tersebut dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan keperawatan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan pasien dan keperawatan pasien.

13. Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri akut b/d kontraksi uterus.
2) Ansietas b/d khawatir terhadap keselamatan janin dan ibu.
3) Risiko infeksi b/d mudah masuknya mikroorganisme
14. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI RASIONAL
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi Observasi
b.d tindakan - Identifikasi - Untuk mengetahui
kontraksi keperawatan, lokasi, penyebab nyeri, kualitas
uterus diharapkan karakteristik, nyeri, lokasi nyeri
masalah durasi, frekuensi, - Untuk mengetahui skala
keperawatan kualitas, intensitas nyeri
teratasi dengan nyeri - Mengetahui seberapa
kriteria hasil: - Identifikasi skala kuat nyeri yang
- Kualitas nyeri nyeri dirasakan pasien
menurun - Identifiasi respon - Mengetahui faktor yang
- Meringis nonverbal menyebabkan nyeri
menurun - Identifikasi faktor Terapeutik
- Tanda-tanda yang - Untuk mengurangi rasa
vital dalam memperberat dan nyeri yang dirasakan
batas normal memperingan pasien
nyeri - Untuk mengetahui
Terapeutik penyebab nyeri
- Berikan teknik - Pasien merasa tenang
nonfarmakologis dan nyaman
- Kontrol Edukasi
lingkungan yang - Menambah pengetahuan
memperberat rasa pasien
nyeri - Untuk mengontrol rasa
- Fasilitasi istirahat nyeri yang dirasakan
dan tidur pasien
Edukasi - Tarik nafas dalam
- Jelaskan mengurangi rasa nyeri
penyebab, periode yang dirasakan
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
2 Ansietas Setelah dilakukan Observasi Observasi
b/d tindakan - Identifikasi - Melatih kemampuan
khawatir keperawatan, kemampuan berpikir kritis
terhadap diharapkan mengambil - Untuk memperhatikan
keselamat masalah keputusan kondisi pasien
an janin keperawatan - Monitor tanda- Terapeutik
dan ibu teratasi dengan tanda anisetas - Untuk mengurangi
kriteria hasil: Terapeutik kecemasan
- Verbalisasi - Temani pasien - Memberikan keamanan
khawatir akibat - Pahami situasi pada pasien
kondisi yang yang membuat - Menghindarkan hal
dihadapi ansietas yang dapat membuat
menurun - Dengarkan cemas
- Perilaku tegang dengan penuh - Menjalin hubungan
menurun perhatian saling percaya
- Tanda-tanda - Gunakan Edukasi
vital dalam pendekatan yang - Untuk mengurangi
batas normal tenang dan kecemasan
meyakinkan - Untuk mengurangi
Edukasi ketegangan
- Anjurkan - Teknik relaksasi dapat
keluarga untuk menguangi tingkat nyeri
tetap bersama yang dirasakan pasien
pasien
- Latih kegiatan
pengalihan
- Latih teknik
relaksasi
3 Risiko Setelah dilakukan Observasi Observasi
infeksi tindakan - Monitor tanda - Untuk mengetahui
keperawatan, dan gejala infeksi tanda dan gejala infeksi
diharapkan - Monitor tanda- - Untuk mengetahui
masalah tanda vital tanda-tanda vital
keperawatan Terapeutik Terapeutik
teratasi dengan - Batasi jumlah - Untuk meminimalisisr
kriteria hasil: pengunjung penyebaran infeksi
- Kebersihan - Berikan - Agar tidak terjadi
tangan perawatan klit infeksi dan luka cepat
meningkat pada area luka kering
- Kemerahan - Cuci tangan - Untuk mencegah
menurun sebelum dan penyebaran infeksi
- Nyeri menurun sesudah kontak Edukasi
- Tanda-tanda dengan pasien - Menambah
vital membaik dan lingkungan pengetahuann tentang
pasien tanda dan gejala infeksi
Edukasi - Untuk mencegah infeksi
- Jelaskan tanda - Nutrisi yang baik dapat
dan gejala infeksi mempercepat proses
- Ajarkan cara penyembuhan luka
mencuci tangan
dengan benar
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
dan cairan
15. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-
keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari.

16. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir proses keperawatan yang terdiri dari
evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi formatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah perawat melakukan tindakan
keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan. Evaluasi
sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua tindakan
sesuai diagnosa keperawatan dilakukan evaluasi sumatif terdiri dari SOAP
(Subjek, Objek, Analisis, Planning).
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Megasari, A Triana, Andriyani R. 2015. Panduan Belajar Asuhan


Kebidanan. Yogyakarta: Depublish Publisher.

Dewi, Vivian Nanny lia &Tri sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta:EGC

Hanretty, Kevin P. 2014. Ilustrasi obstetri. Edisi ke 7. Editor edisi Indonesia.


Budi Iman santoso & Elysabeth Muliawan. Indonesia: pentasada.

Kumala. (2011). Hubungan antara Paritas dengan kejadian Ketuban Pecah Dini
diruang VK RS Bhakti Rahayu Surabaya.

Manuaba (2009). Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan.


Jakarta: EGC.
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Morgan. Geri. (2009). Obstetri Genekologi Praktik. Edisi II. Jakarta: Penerbit
Buku Kodokteran, EGC.

Rahayu et.all. 2012. Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Mitra wancana
Medika.

Ritawati. (2009). Hubungan Anemia dengan resiko kejadian Ketuban Pecah Dini
di Kabupaten Purworejo.

https://kupdf.net/download/laporan-pendahuluan-sc-indikasi
kpd_5b06b755e2b6f5615324b468_pdf

Anda mungkin juga menyukai