Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Anime (ア ニ メ ) merupakan istilah film animasi yang sangat terkenal di
Jepang hingga seluruh dunia dan merupakan pop culture milik Jepang. Berbicara
mengenai budaya Jepang tidak akan lepas dari anime yang dihasilkan oleh “negara
matahari terbit” tersebut.
Wells dalam Steinberg (2012:1) mengemukakan pengertian animasi berasal
dari kata latin, animare, yang berarti "memberikan kehidupan," dan dalam konteks
film animasi, sebagian besar berarti penciptaan ilusi gerakan buatan dalam garis-
garis dan bentuk yang tidak hidup, maka dapat disebut sebagai grafik yang bergerak
dan seolah-olah hidup.
Anime sendiri merupakan istilah serapan oleh orang Jepang seperti yang
diungkapkan oleh Kurnia (2006:202) yang mengatakan bahwa istilah anime sendiri
merupakan penjepangan kata animation dari bahasa Inggris, maka jika dalam bahasa
Jepang adalah アニメーション (baca: anime-shon), kemudian disingkat menjadi ア
ニメ (baca: anime).
Anime memberikan daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya untuk sekedar
hiburan karena fantasi dan imajinasi yang tidak dapat terjadi di dunia nyata bisa
digambarkan dan dituangkan di dalam film animasi itu sendiri. Norris (2009:236)
juga membenarkan bahwa anime telah disamakan dengan budaya Jepang
kontemporer visual dan estetika di banyak media, pembelajar budaya dan komentator
di seluruh dunia. Sayangnya, masih banyak orang beranggapan bahwa anime hanya
tontonan milik anak-anak yang bersifat menghibur dan tidak memiliki makna/nilai
tertentu yang ingin disampaikan. Walaupun anime bisa disebut sebagai sarana
hiburan, tetapi juga bisa menjadi bahan pembelajaran.
Secara tidak langsung, melalui anime, anime creator atau sang pembuat
anime itu sendiri dapat menyampaikan kondisi yang berkembang di masyarakat
sekitar secara tersirat, seperti yang dikatakan oleh Donaghy dan Isern (2012:10)
bahwa gambar bergerak memainkan peran besar dalam pengertian kita mengenai
kejadian yang sedang terjadi di dunia yang kita. Anime memang dinikmati sebagai

1
2

hiburan oleh beberapa pihak dan jika kita telaah lebih dalam, anime sendiri
menggambarkan bagaimana kebudayaan dan masyarakat Jepang. Kemudian, jika kita
mempelajari lebih dalam, tidak hanya cerita yang menyenangkan yang kita nikmati
melalui anime, tetapi juga ada hal atau kondisi yang digambarkan secara tidak
langsung dalam anime tersebut. Hal-hal atau kondisi tersebut dapat berupa
permasalahan yang sedang terjadi di Jepang itu sendiri. Napier (2005:8)
mempertegas bahwa alasan mempelajari anime bersamaan dengan konteks Jepang
sudah sangat jelas karena anime kaya akan bentuk seni kontemporer Jepang yang
memesona dengan narasi khusus dan estetika visual yang keduanya memiliki
hubungan dengan budaya Jepang tradisional. Jadi, sangat disayangkan apabila masih
ada yang beranggapan jika anime hanya merupakan hiburan dan tontonan anak-anak
semata, sehingga orang tersebut tidak mau menelaah lebih dalam mengenai kondisi
masyarakat yang digambarkan dalam anime tersebut. Anime sendiri memiliki alur
dan cerita yang menggambarkan kondisi masyarakat maupun budaya yang ada di
Jepang sehingga menurut penulis sangat bisa untuk dipahami dan dipelajari lebih
dalam sebagai bagian dalam pembelajaran masyarakat. Bisa disimpulkan bahwa
anime merupakan salah satu media pembelajaran kita untuk melihat kondisi
masyarakat tersebut melalui perspektif anime creator atau pembuat anime tersebut
dan bisa kita teliti melaluinya.
Salah satu anime yang sangat populer dari Jepang adalah Spirited Away atau
Sen to Chihiro no Kamikakushi ( 千 と 千 尋 の 神 隠 し ). Sen to Chihiro no
Kamikakushi adalah anime produksi Studio Ghibli yang dirilis pada tahun 2001. Fim
Sen to Chihiro no Kamikakushi disebut-sebut menjadi film animasi tersukses dalam
sejarah Jepang. Sen to Chihiro no Kamikakushi sukses mendapat untung yang sangat
besar yaitu sekitar 30,4 milliar Yen dan sekaligus memenangkan beberapa
penghargaan bergengsi yang diadakan di Jepang maupun luar Jepang, diantaranya
Golden Bear pada tahun 2002 dan Academy Award for Best Animated Feature 75th
tahun 2003.
Nama besar dibalik kesusksesan anime ini adalah seorang Hayao Miyazaki.
Menurut Lenburg (2012:11), Hayao Miyazaki adalah seorang yang paling
berpengaruh dan pembuat film animasi yang paling dihormati. Lenburg
menambahkan bahwa Hayao Miyazaki dijuluki anime giant atau raksasa anime.
Hayao Miyazaki disebut sebagai anime giant karena salah satu kelebihan dari Hayao
Miyazaki dalam membuat film anime-nya adalah dia memiliki cerita yang kaya dan
3

menyenangkan, karakter dan cerita yang menarik serta mendebarkan hati dan yang
terakhir adalah detail yang luar biasa terhadap karyanya. Melalui Sen to Chihiro no
Kamikakushi ini, Miyazaki menuangkan semua fantasinya ke dalam sebuah
mahakarya film animasi yang melambungkan namanya hingga ke Hollywood bahkan
seluruh dunia.
Miyazaki dalam salah satu wawancaranya pernah disebut-sebut sebagai Walt
Disney milik Jepang (Walt Disney adalah seorang produser film animasi yang sangat
terkenal dari Amerika Serikat). Tetapi berbeda dengan Walt Disney yang
disandingkan dengannya, Miyazaki tidak hanya memroduseri anime Sen to Chihiro
no Kamikakushi ini, tetapi dia juga hampir mengambil bagian dalam seluruh
pembuatan anime ini mulai dari membuat cerita, menggambar, menyutradarai dan
bahkan membuat soundtrack anime ini. Dalam pembuatan anime ini pun, dalam
sebuah video yang merekam proses pembuatan anime Sen to Chihiro no
Kamikakushi, Miyazaki mengakui dia banyak terinspirasi dari hal-hal sekitarnya,
misalnya tokoh utama Chihiro, terinspirasi dari anak perempuan temannya kemudian
tempat-tempat seperti rumah makan yang ada di dalam anime tersebut, dia
terinspirasi dari bangunan-bangunan rumah makan yang berada di dekat Studio
Ghibli yang merupakan tempat favorit Hayao Miyazaki. Semua inspirasi yang dia
miliki, dia campurkan ke dalam anime ini dengan sangat baik.
Penulis memilih anime Sen to Chihiro no Kamikakushi karena anime ini bisa
disebut sebagai anime yang kompleks dalam menyiratkan kondisi yang sedang
terjadi di Jepang. Kondisi yang diangkat tersebut dapat menjadi kritik sosial yang
ingin disampaikan oleh Miyazaki. Kondisi tersebut digambarkan secara tersirat di
dalam beberapa tokoh-tokoh serta adegan-adegan yang terdapat di dalam anime
tersebut. Dalam anime Spirited Away ini terdapat beberapa tokoh seperti Chihiro atau
Sen, orang tua Chihiro, Haku, Yubaba, Rin, No Face dan sebagainya yang masing-
masing memiliki sifat yang dapat ditafsiran tersendiri jika kita kaitkan dengan
kondisi dan keadaan masyarakat di dunia khususnya di Jepang pada saat ini.
Sen to Chihiro no Kamikakushi (Spirited Away) menceritakan mengenai
seorang anak perempuan yang berusia 10 tahun bernama Chihiro. Dia dan
keluarganya pindah ke rumah baru. Ketika dalam perjalanan pulang dari sekolah
menuju rumah mereka dengan mengendarai mobil, ayahnya ingin mengambil jalan
pintas, tetapi sepertinya jalan yang mereka lalui salah. Kemudian mereka berhenti di
depan terowongan. Ayah dan ibu Chihiro sangat penasaran dengan apa yang ada di
4

ujung terowongan, maka mereka masuk ke terowongan itu. Awalnya Chihiro tidak
mau, tetapi karena dia takut sendiri menunggu di ujung terowongan tersebut, maka
dia mengikuti kedua orang tuanya. Kemudian setelah mereka masuk ke terowongan
itu, terdapat tempat yang cukup asing bagi mereka. Ketika melihat-lihat sekitar,
orang tua Chihiro melihat ada restoran yang terdapat banyak sekali makanan tetapi
tidak ada yang menjaganya. Ayah dan ibu Chihiro tergiur dan langsung memakan
makanan tersebut dan mengatakan akan membayar nanti ketika si pemilik datang.
Chihiro sempat menegur mereka, tetapi orang tuanya tidak mau mendengar dan terus
makan karena mereka berpikir tidak masalah mereka makan dulu, karena nanti
mereka akan bayar. Akan tetapi, Chihiro kemudian mendapati orang tuanya menjadi
babi. Ternyata di tempat itu terdapat makhluk-makhluk siluman ketika malam sudah
tiba. Chihiro sangat ketakutan. Dia kemudian bertemu Haku. Haku yang menolong
Chihiro. Haku menyarankan agar Chihiro bekerja dengan seorang pemilik
permandian air panas bernama Yubaba agar dia bisa menolong orang tuanya.
Anime Sen to Chihiro no Kamikakushi ini sendiri berlatar belakang waktu
ketika Jepang pasca hancurnya バブル経済 (baca: baburu keizai) atau gelembung
ekonomi (bubble economy) yang membawa dampak perubahan besar pada
masyarakat Jepang. Banyak sekali kondisi-kondisi di Jepang yang mengalami
perubahan dramatis pasca hancurnya gelembung ekonomi ini.
Penulis melihat banyaknya kondisi atau permasalahan yang bisa diangkat
melalui anime Sen to Chihiro no Kamikakushi karya Hayao Miyazaki ini. Namun,
penulis melihat adanya kecenderungan Miyazaki memunculkan adegan yang
menunjukkan keserakahaan manusia dalam anime Sen to Chihiro no Kamikakushi ini
dimana keserakahan yang digambarkan oleh Hayao Miyazaki ini cenderung pada
sifat ketamakan manusia yang membawa sikap konsumtif.
Konsumerisme memiliki banyak bentuk dan kategori. Maka berangkat dari
latar belakang yang penulis miliki, penulis dengan ini ingin meneliti mengenai
perspektif konsumersime dengan mendalami bentuk konsumerisme yang dilakukan
oleh tokoh yang akan diteliti yang digambarkan oleh Miyazaki melalui anime
karyanya, Sen to Chihiro no Kamikakushi atau yang dikenal dengan Spirited Away
ini.
5

1.2 Masalah/ Isu Pokok


Berdasarkan latar belakang masalah yang tertulis di atas, penulis ingin
menganalisis mengenai masalah perspektif konsumerisme dalam anime Sen to
Chihiro no Kamikakushi atau Spirited Away karya Hayao Miyazaki.

1.3 Formulasi Masalah


Berdasarkan dari masalah atau isu pokok yang akan diangkat oleh penulis,
maka penulis akan memformulasikan masalah mengenai perspektif konsumerisme
berdasarkan beberapa tokoh dalam anime Sen to Chihiro no Kamikakushi atau
Spirited Away karya Hayao Miyazaki.

1.4 Ruang Lingkup Permasalahan


Untuk mempersempit dan memfokuskan penelitian ini, penulis akan
membatasi data analisis seputar tokoh yaitu orang tua Chihiro, Yubaba dan Kaonashi
serta cuplikan anime yang menunjukkan fenomena konsumersime di dalam anime
Sen to Chihiro no Kamikakushi karya Hayao Miyazaki.

1.5 Tujuan Penelitian


Melalui penelitian ini, penulis memiliki tujuan untuk mengetahui perspektif
konsumerisme dalam anime Sen to Chihiro no Kamikakushi atau Spirited Away
karya Hayao Miyazaki sekaligus untuk memahami bentuk-bentuk konsumerisme
yang terjadi pada masyarakat Jepang dalam anime tersebut.

1.6 Tinjauan Pustaka


Untuk tinjauan pustaka, penulis menggunakan penelitian-penelitian
sebelumnya. Penelitian sebelumnya berupa bahasan secara singkat mengenai adanya
perspektif konsumerisme di dalam anime Sen to Chihiro no Kamikakushi atau
Spirited Away karya Hayao Miyazaki.
Napier (2005:180) menegaskan bahwa anime Spirited Away merupakan
sebuah kritik eksplisit dari gaya hidup konsumerisme. Hill (2008:29) melanjutkan ini
jelas benar, anime ini lebih jauh dalam upaya mendidik, mengevaluasi dampak
konsumerisme budaya Jepang.
Kemudian hal ini diperkuat oleh Hayao Miyazaki sendiri seperti yang ditulis
di dalam Reider (2005:7) menyebutkan bahwa dunia sekarang telah menjadi sangat
6

ambigu, tetapi meskipun ambigu, dunia menjadi kelewat batas dan mencoba untuk
mengonsumsi (segalanya). Ini adalah tema dari anime ini yang dengan jelas
mendeskripsikan sedemikian rupa dunia pada zaman sekarang dalam bentuk fantasi.
Berangkat dari tinjauan pustaka ini, penulis akan mengembangkan penelitian
sebelumnya dengan membahas lebih detail mengenai perspektif konsumerisme di
dalam anime Sen to Chihiro no Kamikakushi atau Spirited Away karya Hayao
Miyazaki. Penulis akan meneliti melalui cuplikan-cuplikan yang mengandung
perspektif konsumerisme sehingga dapat terbukti adanya konsumerisme tersebut
dalam anime Sen to Chihiro no Kamikakushi karya Hayao Miyazaki.

Anda mungkin juga menyukai