Lsporan Seminar Kasus Untuk Kep
Lsporan Seminar Kasus Untuk Kep
Lsporan Seminar Kasus Untuk Kep
DISUSUN OLEH:
KEPERAWATAN
A. Latar Belakang
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam
dimensi fisik, spikospiritual, lingkungan dan sosial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Asuhan keperawatan masalah aktual terhadap nyeri merupakan gangguan rasa nyaman
nyeri dimana The International association for The Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan atau ancam kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi tersebut nyeri
merupakan suatu gabungan dari komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis)
(Wiarto, 2017). Akibat yang ditimbulkan adalah mual, kebingungan, kelelahan, sulit
tidur. Apabila tidak segera diatasi maka akan menyebabkan terhambatnya jaringan sel
otak. (Maria, 2017).
Nyeri adalah pengalaman subjektif yang umum terjadi pada anak-anak, baik karena
ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada anak-anak sulit untuk
diidentifikasi secara akurat. Hal ini tentu berakibat pemberian manajemen nyeri tidak
efektif sehingga menimbulkan dampak negatif berupa peningkatan intensitas, frekuensi,
durasi nyeri atau derajat terkait kerusakan pada tubuh anak-anak (Trube & Hoyle, 2014).
Nyeri juga dapat menstimulasi gejala aspek fisiologis berupa tanda-tanda vital, seperti
tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu (El-Gawad &
elsayed,2015; Karakaya & Gozen, 2015).
Nyeri yang dirasakan oleh setiap anak-anak akan berbeda-beda karena beberapa
alasan. Anak-anak yang usianya lebih muda biasanya akan merasakan nyeri yang lebih
hebat dari pada anak-anak yang usianya lebih tua. (Sikorova & Hrazdilova, 2011)
Salah satu yang menjadi sumber utama nyeri yang sering dilakukan pada anak-anak
adalah Prosedur medis invasif (El-Gawad & Elsayed, 2014; Silva, Pinto, Gomes, &
Barbosa, 2011). Sejalan dengan penelitian Harrison,et al (2014), yang menyatakan bahwa
anak-anak mengalami nyeri sedang sampai berat sekitar 82% saat menjalani perawatan
akibat prosedur invasif. Maka dari itu, anak-anak sangat khawatir dan merasa terganggu
dengan prosedur medis invasif. (Caprili, Vagnoli, Bastiani, & Messeri, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mahasiswa tentang nyeri dengan perilaku
pengkajian nyeri pada an. D di Baitunnisa 2 RSISA Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa tentang nyeri di Baitunnisa
2 RSISA Semarang.
b. Mengetahui gambaran tindakan mahasiwa dalam melakukan pengkajian nyeri an.
D di RSISA Semarang.
c. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan keperawatan
dalam pengkajian nyeri an. D.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
3. Psikospiritual (kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri,
seksualitas, dan makna kehidupan).
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam
dimensi fisik, spikospritual, lingkungan dan sosial. Akibat yang ditimbulkan adalah mual,
kebingungan, kelelahan, sulit tidur. Apabila tidak segera diatasi maka akan menyebabkan
terhambatnya jaringan sel otak. (Maria,2017).
Nyeri adalah sebuah pengalaman sensori serta emosional yang rasanya sangat tidak
enak atau menyenangkan akibat terjadinya sebuah kerusakan jaringan di bagian tubuh
manusia.
B. Klasifikasi/jenis/macam
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Nyeri akut
Nyeri akut yaitu pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onsetmendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis yaitu pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari tiga
bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
C. Fisiologi
Menurut Masjoer (2000) untuk memudahkan dalam memahami nyeri, maka perlu
mempelajari 3 komponen fisiologi nyeri, antara lain:
D. Gangguan/masalah
Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada rasa aman dan nyaman.
1. Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh kecelakaan yang
terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami pasien lansia.
2. Oksigen Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigenakan
mempengaruhi keamanan pasien.
3. Pencahayaan Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Tata
pencahayaan dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan pasien rawat
inap.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat,
diagnosa medis, tanggal dan jam masuk.
b. Identitas Penanggungjawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan,
alamat, hubungan dengan pasien.
2. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama, alasan masuk rumah sakit, factor pencetus, lamanya keluhan,
timbulnya keluhan (bertahap, mendadak), upaya yang dilakukan untuk mengatasi,
factor yang memperberat
3. Riwayat kesehatan lalu
a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit
sekarang).
b. Kecelakaan
c. Pernah dirawat : (penyakit, operasi, waktu)
d. Alergi (obat atau lainnya)
e. Imunisasi
4. Riwayat Kesehatan keluarga
a. Susunan kesehatan keluarga (genogram: 3 generasi)
b. Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga (Dx. Medis yang berhubungan
dengan penyakit pasien)
c. Penyakit yang sedang diderita keluarga (Dx. Medis yang berhubungan dengan
penyakit pasien)
5. Riwayat kesehatan lingkungan
a. Kebersihan rumah dan lingkungan
b. Kemungkinan terjadinya bahaya
II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Menjelaskan tentang pola yang dipahami pasien tentang kesehatan & bagaimana
kesehatannya dikelola.
a. Persepsi pasien tentang kesehatan diri
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan gizi /makanan
yang kuat pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri, imunisasi,
dll )
d. Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan pasien bila
sakit, kemana pasien biasa berobat bila sakit)
e. Kebiasaan hidup (konsumsi obat-obatan/ jamu, konsumsi alkohol, konsumsi
rokok, konsumsi kopi, kebiasaan berolahraga)
f. Faktor sosioekonomi yang berhubungan dengan kesehatan (penghasilan, asuransi/
jaminan kesehatan, keadaan lingkungan tempat tinggal)
2. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
1) Pola BAB (frekwensi, waktu, warna, konsistensi, penggunaan
pencahar/enema, adanya keluhan diare/konstipasi)
2) Adakah perubahan dalam kebiasaan BAB (terpasang kolostomi/ileostomy)
b. Pola BAK (frekwensi, waktu, warna, jumlah)
3. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan
b. Olahraga yang dilakukan (jenis dan frekwensi)
c. Kesulitan /keluhan dalam aktifitas
1) Pergerakan tubuh
2) Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan, dll)
3) Berhajat (BAK/BAB)
4) Keluhan sesak nafas setelah melakukan aktifitas
5) Mudah merasa kelelahan
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Kebiasaan tidur (Waktu tidur, lama tidur dalam sehari)
b. Kesulitan tidur (mudah terbangun, sulit memulai tidur, insomnia, dll)
5. Pola Nutrisi-Metabolik
Pola makan, pola minum, Diet khusus, nafsu makan, mual, muntah, stomatitis, BB
naik turun 6 bulan terakhir, kesulitan menelan.
6. Pola Kognitif-Perseptual sensori
a. Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi (penglihatan, pendengaran)
b. Kemampuan kognitif (kemampuan mengingat, bicara dan memahami pesan yang
diterima, pengambilan keputusan yang bersifat sementara)
c. Kesulitan yang dialami (sering pusing, menurunnya sensitifitas terhadap nyeri dan
panas/dingin)
d. Persepsi terhadap nyeri dengan menggunakan pendekatan P, Q, R, S,T
Menjelaskan tentang pola koping, toleransi terhadap stress dan support sistem
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut (D.0077)
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
b. Ansietas (D.0080)
Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyabab :
1. Krisis situasional.
2. Kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Krisis maturasional.
4. Ancaman terhadap konsep diri.
5. Ancaman terhadap kematian.
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7. Disfungsi sistem keluarga.
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat.
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain).
12. Kurang terpapar informasi.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif.
1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan akibat.
3. Sulit berkonsenstrasi.
Objektif.
1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor.
Subjektif.
1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia.
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak berdaya.
Objektif.
1. Frekuensi napas meningkat.
2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremos.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu.
Kondisi Klinis Terkait.
1. PenyakitKronis.
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana opersai
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang
c. Resiko Infeksi (D.0142)
Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko
1. Penyakit kronis (mis. diabetes. melitus)
2. Efek prosedur invasi
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
Gangguan peristaltik
Kerusakan integritas kulit
Perubahan sekresi pH
Penurunan kerja siliaris
Ketuban pecah lama
Ketuban pecah sebelum waktunya
Merokok
statis cairan tubuh
6. Ketidakdekuatan pertahanan tubuh sekunder :
Penurunan homolobin
Imununosupresi
Leukopenia
Supresi respon inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
Observasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Ansietas
Reduksi ansietas (i.09314)
Observasi
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Monitor tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
Pahami situasi yang membuat anxietas
Dengarkan dengan penuh perhatian
Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu
Risiko Infeksi
Pencegahan infeksi (i.14539)
Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
Batasi jumlah pengunjung
Berikan perawatan kulit pada area edema
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Ajarkan etika batuk
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
Ekspektasi : Menurun
Kriteria hasil :
Ekspektasi : Menurun
Kriteria hasil :
E. Evaluasi Keperawatan
SOAP
▪ Subjective.
Data Subjektif: berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kehawatiran dan keluhannya
▪ Objective
Data objektif: Pendokumentasian dari hasil observasi, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium. Catatan medis dapat dimasukkan dalan data objektif sebagai
data penunjang
▪ Analysis/ Assessment
Kesimpulan dari data subjektif dan data Objektif. Data ini diselaraskan dengan tujuan
dan kriteria hasil yang ditetapkan / luaran yang ditetapkan. Analisa data juga
mencakup diagnosis/ masalah keperawatan.
▪ Planning
Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana disusun berdasarkan
analisis dan interpretasi dataa. Rencana bertujuan mengusahakan tercapainya kondisi
optimal dan kesejahteraan pasien, Rencana harus bias mencapai tujuan dan kriteria
tujuan uyang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Usia : 10 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLB
Nama : Ny. S
Usia : 41 Tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
Ibu pasien mengatakan sejak lahir buah dzakar pasien berada di atas. Alasan masuk ke
rumah sakit yaitu pasien dan keluarga pasien ingin berupaya untuk membuat posisi
buah dzakar normal yaitu berada di bawah. Kemudian pasien di bawa ke RSI Sultan
Agung pada tanggal 30 September 2021, lalu pasien dibawa ke poli bedah untuk
pemeriksaan awal dengan hasil pasien akan menjalani program op orchidopexy testis
Dx. Selanjutnya pasien dipindahkan ke ruang Baitun Nisa 1 untuk mempersiapkan
pasien dalam program tersebut. Pasien mengalami masalah ini merupakan bawaan
sejak lahir.
Pasien memiliki penyakit bawaan sejak lahir berupa UDT Kanan, dari penuturan ibu
pasien setelah pasien dilahirkan kondisi usus keluar dari perut terbawa tali pusar,
sehingga pasien harus menjalani operasi untuk mengembalikan usus pada posisi
normal. Pada usia 3 tahun pasien sering sakit demam, batuk, dan filek lalu di periksa
ke RS Karyadi namun tidak ada diagnosa penyumbatan saluran kemih. Setelah
beberapa tahun gejala penyakit timbul seperti pasien sering demam dan terdapat
pembengkakan pada wajah. Setelah dilakukan pemeriksaan di RSI Sultan Agung pada
bulan Maret 2021 ternyata terjadi penyumbatan pada saluran kemih sehingga harus
menjalani operasi ureteroskopi.
Ibu pasien mengatakan tidak memiliki alergi dan riwayat imunisasi pasien tidak
lengkap, pasien hanya mendapatkan imunisasi Hep BI, DPT I, Boster I Polio I, HiB I,
dan Campak.
Ket :
Merah : pasien garis lurus : garis perkawinan
Abu-abu : meninggal garis ke bawah : garis keturunan
Biru : belum meninggal garis putus-putus : garis serumah
Kotak : laki-laki Lingkaran : perempuan
Anggota keluarga tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan kondisi semua anggota
keluarga saat ini dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
5. Riwayat kesehatan lingkungan
Keadaan rumah dan lingkungan pasien bersih tidak ada debu dan ada ventilasi
disetiap ruangan. Rumah pasien terdapat dua pintu,di depan dan di belakang dan tidak
ada tanda bahaya disekitar rumah dan lingkungannya serta jauh dari limbah pabrik.
II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan tidak merasakan sakit dan ibu pasien mengetahui bahwa
anaknya memiliki kelainan di anggota tubuh pasien sejak lahir. Ibu pasien berupaya
untuk melakukan pengobatan ke Rumah Sakit ketika pasien sakit dan tidak
mengkonsumsi obat-obat warung, dan riwayat imunisasi pasien tidak lengkap, pasien
hanya mendapatkan imunisasi Hep BI, DPT I, Boster I Polio I, HiB I, dan Campak.
Pasien hanya berolahraga di sekolahnya.
Selama sakit
Pasien mengeluh sakit akibat luka post op orchidopexy testis dx dan ibu pasien
mengetahui kelainan yang diderita pasien sejak lahir, oleh karena itu ibu pasien
membawa pasien ke RSI Sultan Agung, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Saat ini pasien meminum obat sesuai anjuran dari dokter. Untuk masalah keuangan
rumah sakit dibiayai dengan menggunakan BPJS.
2. Pola eliminasi
a. Eliminasi Feses
Sebelum sakit :
Frekwensi berhajat 2 x sehari dipagi dan sore hari dengan konsistensi padat dan
tidak terdapat darah, serta pasien tidak meminum obat pencahar. Tidak memiliki
keluhan diare.
Selama sakit:
Frekuwensi berhajat dari tanggal 01 Okotber 2021 Pukul 14:00 pasca operasi
pasien belum BAB.
b. Eliminasi urin
Sebelum sakit :
Frekwensi minimal 7 x sehari ketika mandi dan sebelum berwudhu dengan warna
bening agak kekuningan kurang lebih 4.000 ml per hari sesuai intake ke dalam
tubuh.
Selama sakit :
Frekwensi minimal 5x sehari ketika rasa ingin BAK muncul dengan warna kuning
kurang lebih 3.500 ml perhari sesuai intake ke dalam tubuh. Pasien terpasang
kateter post op.
3. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit :
Pasien selalu menghabiskan harinya dirumah bermain bersama adiknya, dan pasien
jarang bermain bersama teman-temannya.
Aktivitas 0 1 2 3 4 Keterangan :
Selama sakit :
Pasien hanya berbaring di bed rawat inap Baitun Nisa 1 dan hanya beraktivitas sebatas
dari bed ke toilet.
Aktivitas 0 1 2 3 4 Keterangan :
Sebelum sakit :
Pasien belum mampu berkomunikasi, mengekspresikan dan memahami orang lain
dengan baik. Ibu merupakan orang terdekat dan sangat berpengaruh bagi pasien,
pasien selalu meminta bantuannya. Ibu pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam
berhubungan dengan keluarganya.
Selama sakit :
Pasien belum mampu berkomunikasi, mengekspresikan dan memahami orang lain
dengan baik. Ibu merupakan orang terdekat dan sangat berpengaruh bagi pasien,
pasien selalu meminta bantuannya. Ibu pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam
berhubungan dengan keluarganya.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien belum mampu beraktivitas sepenuhnya sendiri dan
masih belajar dalam solat lima waktu dengan baik dan tidak ada pertentangan dengan
kesehatan dan keyakinannya.
Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien belum mampu beraktivitas sepenuhnya sendiri dan
masih belajar dalam solat lima waktu dengan baik dan tidak ada pertentangan dengan
kesehatan dan keyakinannya.
III. PEMERIKSAAN FISIK (head to toe)
1. Kesadaran : composmentis
GCS : 15
2. Penampilan : cemas dan gelisah
3. Vital sign
TD : 123/87 mmHg
N : 100 x/ menit
RR : 24 x/ menit
Suhu : 36˚C
SpO2 : 99%
4. Kepala: kepala cepal, bentuk kepala lonjong, rambut berwarna hitam, dan bersih
5. Mata: mata bersih, dapat melihat dengan jelas, pupil isokor,tidak anamis dan tidak
menggunakan alat bantu
6. Hidung: bersih, tidak ada secret, tidak memakai oksigen
7. Telinga: bentuk simetris, berfungsi kurang baik, tidak menggunakan alat bantu, dan
tidak ada tanda gejala infeksi
8. Mulut & Tenggorokan: tidak ada kesulitan menelan, mukosa bibir tidak kering,
tidak ada sianosis, dan tidak ada pembengkakan tiroid.
9. Dada
a. Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi normal S₁, S₂
b. Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris dan dinding dada sejajar dengan perut
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan pengembangan dada
kanan dan kiri simetris
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : bunyi vesikuler
10. Abdomen
Inspeksi : bentuk dada simetris, ada luka post op ureteroskopi bulan
Maret 2021, dan ada bekas luka di bawah pusar luka post op mengebalikan usus ke
posisi normal pasca dilahirkan, tidak ada lebam, jejas, benjolan, dan nanah.
Suhunya normal : 36˚C
13. Kulit
Pasien berkulit bersih kecoklatan, sedikit lembab, turgor cukup baik, dan tidak
terdapat edema.
14. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
PPT
PT 10.3 9.3 – 11.4 detik
PT (Kontrol) 11.3 9.3 – 12.7 detik
APTT
APTT H 30.5 21.8 – 28.4 detik
APTT (Kontrol) 25.1 21.2 – 28.6 detik
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu H 109 60 – 100 mg/dL
Ureum 20 10 – 50 mg/dL
Creatinin 0.75 0.50 – 1.20 mg/dL
IMUNOLOGI
HbsAg (Kuantitatif) 0.02 Non Reaktif IU/mL Metode CLIA
<0.05 Metode CLIA
Reaktif >=0.05
2) Pemeriksaan Radiologi
Thorax besar (Non Kontras)
Cor tak membesar
Pulmo tak tampak kelainan saat ini
3) Diit yang diperoleh
Nasi 3 x sehari
4) Terapi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b.d Kekhawatiran mengalami kegagalan (Tindakan operasi) d.d pasien
tampak tegang, gelisah, sulit tidur, merasa cemas
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d mengeluh nyeri dan
tampak meringis serta gelisah
3. Resiko infeksi d.d perubahan tubuh primer
D. Rencana Keperawatan
Tanggal Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi Paraf
dan waktu keperawatan hasil
1 oktober Ansietas Setelah diberikan Reduksi ansietas
2021, asuhan keperawatan Observasi :
pukul selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda – tanda
10.00 wib maka tingkat ansietas ansietas
pada pesien menurun Terapeutik :
dengan kriteria hasil : 1. Ciptakan suasana
1. Verbilisasi terapeutik untuk
khawatir akibat menumbuhkan
kondisi yang kepercayaan
dihadapi 2. Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
2. Perilaku gelisah 3. Dengarkan dengan
menurun penuh perhatian
3. Perilaku tegang Edukasi :
menurun 1. Jelaskan prosedur dan
4. Keluhan pusing konpensasi yang
menurun mungkin dialami
5. Anoreksia 2. Informasikan secara
menurun factual mengenai
6. Pola berkemih diagnosis,
membaik pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5. Latih tekhik relaksasi
1 oktober Nyeri kronis Setelah diberikan Manajemen nyeri
2021, asuhan keperawatan Observasi
1. lokasi, karakteristik,
pukul selama 3 x 24 jam
durasi, frekuensi, kualitas,
10.00 wib maka tingkat nyeri intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
pada pesien menurun
dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi respon nyeri
non verbal
1. Keluhan nyeri
4. Identifikasi faktor yang
menurun dengan memperberat dan
memperingan nyeri
skala numeric 0-2
5. Identifikasi pengaruh
2. Meringis menurun nyeri pada kualitas hidup
6. Monitor efek samping
3. Gelisah menurun
penggunaan analgetik
4. Kemampuan Terapeutik
Berikan teknik
menuntaskan
nonfarmakologis untuk
aktivitas meningkat mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Perawatan kenyamanan
Observasi
1. Identifikasi gejala yg tdk
menyenangkan
Terapeutik
1. Berikan posisi
nyaman
2. Berikan pemijatan
Edukasi
1. Ajarkan terapi
relaksasi dan Latihan
pernafasan
1 oktober Resiko infeksi Setelah diberikan Pencegahan infeksi
2021, asuhan keperawatan Observasi :
pukul selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda dan gejala
10.00 wib maka tingkat infeksi infeksi
pada pesien menurun Terapeutik :
dengan kriteria hasil : 1. Batasi jumlah
pengunjung
1. Kemerahan
2. Berikan perawatan
menurun kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum
2. Nyeri menurun
dan sesudah kontak
menjadi skala 0- dengan pasien dan
lingkungan pasien
2
4. Pertahankan teknik
3. Bengkak aseptik pada pasien
berisiko tinggi
menurun
Edukasi
4. Kultur area luka 1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
membaik
2. Ajarkan cara mencuci
5. Nafsu makan tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa
membaik
kondisi luka atau luka
operasi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasipemberian
imunisasi, jika perlu
E. Implementasi Keperawatan
Tgl/jam Diagnosa Implementasi Respon TTD
Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
Tgl/jam Diagnosa Kep Catatan Perkembangan TTD
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien UDT dengan post operasi Orchidopexy testis hari ke-1,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian adalah ansietas dan nyeri pada luka
post operasi orchidopexy testis dan bertambah saat pasien bergerak dan duduk. Pasien
belum mampu mengontrol dirinya dan merasa gelisah dan cemas.
c. Risiko infeksi dibuktikan dengan Perubahan tubuh primer yang tidak adekuat.
3. Tindakan yang dilakukann dan diaplikasikan secara mandiri dan kolaborasi sesuai
kebutuhan dan prioritas pasien.
4. Selama 3 hari dilakukan intervensi keperawatan, masalah pada pasien dapat teratasi
seperti masalah nyeri teratasi serta ansietas teratasi.
B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan kepada perawat untuk mengajarkan dan mendorong pasien untuk melakukan
teknik relaksasi distraksi pada pasien dengan post operasi orchidopexy testis, selain itu
pasien dan juga keluarga pasien diinformasikan untuk dapat meredakan kecemasan.
2. Bagi Mahasiswa
Teruntuk mahasiswa melakukan praktik di rumah sakit mampu dan bisa melakukan
asuhan keperawatan secara holistik dengan melakukan pengkajian secara tepat dan
mendalam terkait kasus yang ditemui. Kemudian mahasiswa mampu menentukan
masalah keperawatan sesuai prioritas dan mampu menyusun rencana keperawatan terkait
masalah yang ditemui. Lalu mampu meimplementasikan rencana keperawatan yang telah
disusun dan mampu melakukan evaluasi terhadap masalah yang ditemui
DAFTAR PUSTAKA