Lsporan Seminar Kasus Untuk Kep

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN SEMINAR KASUS

ANALISA MASALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN

RASA NYAMAN (NYERI)

PADA AN. “D” DI RUANG BAITUNNISA 1

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

DISUSUN OLEH:

1 Suryo Agung Prabowo 40902000087


.
2 Alifia Noor Aisyah Ranna 40902000005
.
3 Siti Munawarah 40902000085
.
4 Muhammad Lintang 40902000058
.
5 Ahmad Huzaifi 40902000004
.
6 Nur Azmi 40902000068
.
7 Indah Rahmawati 40902000038
.
8 Linda Muawanah 40902000046
PROGRAM . STUDI D-III

KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG


2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam
dimensi fisik, spikospiritual, lingkungan dan sosial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Asuhan keperawatan masalah aktual terhadap nyeri merupakan gangguan rasa nyaman
nyeri dimana The International association for The Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan atau ancam kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi tersebut nyeri
merupakan suatu gabungan dari komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis)
(Wiarto, 2017). Akibat yang ditimbulkan adalah mual, kebingungan, kelelahan, sulit
tidur. Apabila tidak segera diatasi maka akan menyebabkan terhambatnya jaringan sel
otak. (Maria, 2017).

Nyeri adalah pengalaman subjektif yang umum terjadi pada anak-anak, baik karena
ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada anak-anak sulit untuk
diidentifikasi secara akurat. Hal ini tentu berakibat pemberian manajemen nyeri tidak
efektif sehingga menimbulkan dampak negatif berupa peningkatan intensitas, frekuensi,
durasi nyeri atau derajat terkait kerusakan pada tubuh anak-anak (Trube & Hoyle, 2014).
Nyeri juga dapat menstimulasi gejala aspek fisiologis berupa tanda-tanda vital, seperti
tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu (El-Gawad &
elsayed,2015; Karakaya & Gozen, 2015).

Nyeri yang dirasakan oleh setiap anak-anak akan berbeda-beda karena beberapa
alasan. Anak-anak yang usianya lebih muda biasanya akan merasakan nyeri yang lebih
hebat dari pada anak-anak yang usianya lebih tua. (Sikorova & Hrazdilova, 2011)

Salah satu yang menjadi sumber utama nyeri yang sering dilakukan pada anak-anak
adalah Prosedur medis invasif (El-Gawad & Elsayed, 2014; Silva, Pinto, Gomes, &
Barbosa, 2011). Sejalan dengan penelitian Harrison,et al (2014), yang menyatakan bahwa
anak-anak mengalami nyeri sedang sampai berat sekitar 82% saat menjalani perawatan
akibat prosedur invasif. Maka dari itu, anak-anak sangat khawatir dan merasa terganggu
dengan prosedur medis invasif. (Caprili, Vagnoli, Bastiani, & Messeri, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mahasiswa tentang nyeri dengan perilaku
pengkajian nyeri pada an. D di Baitunnisa 2 RSISA Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa tentang nyeri di Baitunnisa
2 RSISA Semarang.
b. Mengetahui gambaran tindakan mahasiwa dalam melakukan pengkajian nyeri an.
D di RSISA Semarang.
c. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan keperawatan
dalam pengkajian nyeri an. D.
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).

Kenyamanan dipandang secara holistik yang mencakup 4 aspek :

1. Fisik b.d sensasi tubuh.

2. Sosial b.d hubungan interpersonal, keluarga, sosial.

3. Psikospiritual (kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri,
seksualitas, dan makna kehidupan).

4. Lingkungan (latar belakang pengalaman eksternal manusia : cahaya, bunyi,


temperatur, warna dan unsur alamiah lainnya).

Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam
dimensi fisik, spikospritual, lingkungan dan sosial. Akibat yang ditimbulkan adalah mual,
kebingungan, kelelahan, sulit tidur. Apabila tidak segera diatasi maka akan menyebabkan
terhambatnya jaringan sel otak. (Maria,2017).

Nyeri adalah sebuah pengalaman sensori serta emosional yang rasanya sangat tidak
enak atau menyenangkan akibat terjadinya sebuah kerusakan jaringan di bagian tubuh
manusia.

B. Klasifikasi/jenis/macam
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Nyeri akut
Nyeri akut yaitu pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onsetmendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis yaitu pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari tiga
bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

C. Fisiologi
Menurut Masjoer (2000) untuk memudahkan dalam memahami nyeri, maka perlu
mempelajari 3 komponen fisiologi nyeri, antara lain:

1. Resepsi : Proses perjalanan nyeri.


2. Persepsi : Kesadaran seseorang terhadap nyeri.
Proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan
subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. Bahkan struktur otak yang
menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan
karena nyeri secara mendasar merupakan pengalaman subyektif yang
dialami seseorang sehingga sangat sulit untuk memahaminya.
3. Reaksi : Respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan nyeri.

D. Gangguan/masalah
Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada rasa aman dan nyaman.

1. Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh kecelakaan yang
terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami pasien lansia.
2. Oksigen Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigenakan
mempengaruhi keamanan pasien.
3. Pencahayaan Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Tata
pencahayaan dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan pasien rawat
inap.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
I. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat,
diagnosa medis, tanggal dan jam masuk.
b. Identitas Penanggungjawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan,
alamat, hubungan dengan pasien.
2. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama, alasan masuk rumah sakit, factor pencetus, lamanya keluhan,
timbulnya keluhan (bertahap, mendadak), upaya yang dilakukan untuk mengatasi,
factor yang memperberat
3. Riwayat kesehatan lalu
a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit
sekarang).
b. Kecelakaan
c. Pernah dirawat : (penyakit, operasi, waktu)
d. Alergi (obat atau lainnya)
e. Imunisasi
4. Riwayat Kesehatan keluarga
a. Susunan kesehatan keluarga (genogram: 3 generasi)
b. Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga (Dx. Medis yang berhubungan
dengan penyakit pasien)
c. Penyakit yang sedang diderita keluarga (Dx. Medis yang berhubungan dengan
penyakit pasien)
5. Riwayat kesehatan lingkungan
a. Kebersihan rumah dan lingkungan
b. Kemungkinan terjadinya bahaya
II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Menjelaskan tentang pola yang dipahami pasien tentang kesehatan & bagaimana
kesehatannya dikelola.
a. Persepsi pasien tentang kesehatan diri
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan gizi /makanan
yang kuat pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri, imunisasi,
dll )
d. Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan pasien bila
sakit, kemana pasien biasa berobat bila sakit)
e. Kebiasaan hidup (konsumsi obat-obatan/ jamu, konsumsi alkohol, konsumsi
rokok, konsumsi kopi, kebiasaan berolahraga)
f. Faktor sosioekonomi yang berhubungan dengan kesehatan (penghasilan, asuransi/
jaminan kesehatan, keadaan lingkungan tempat tinggal)
2. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
1) Pola BAB (frekwensi, waktu, warna, konsistensi, penggunaan
pencahar/enema, adanya keluhan diare/konstipasi)
2) Adakah perubahan dalam kebiasaan BAB (terpasang kolostomi/ileostomy)
b. Pola BAK (frekwensi, waktu, warna, jumlah)
3. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan
b. Olahraga yang dilakukan (jenis dan frekwensi)
c. Kesulitan /keluhan dalam aktifitas
1) Pergerakan tubuh
2) Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan, dll)
3) Berhajat (BAK/BAB)
4) Keluhan sesak nafas setelah melakukan aktifitas
5) Mudah merasa kelelahan
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Kebiasaan tidur (Waktu tidur, lama tidur dalam sehari)
b. Kesulitan tidur (mudah terbangun, sulit memulai tidur, insomnia, dll)
5. Pola Nutrisi-Metabolik
Pola makan, pola minum, Diet khusus, nafsu makan, mual, muntah, stomatitis, BB
naik turun 6 bulan terakhir, kesulitan menelan.
6. Pola Kognitif-Perseptual sensori
a. Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi (penglihatan, pendengaran)
b. Kemampuan kognitif (kemampuan mengingat, bicara dan memahami pesan yang
diterima, pengambilan keputusan yang bersifat sementara)
c. Kesulitan yang dialami (sering pusing, menurunnya sensitifitas terhadap nyeri dan
panas/dingin)
d. Persepsi terhadap nyeri dengan menggunakan pendekatan P, Q, R, S,T

P = paliatif/profokatif yaitu yang meningkatkan atau mengurangi nyeri

Q = Qualitas/Quantitas yaitu frekwensi dan lamanya keluhan dirasakan, deskripsi


sifat nyeri

R = Regio/tempat yakni lokasi sumber dan penyebarannya

S = Skala yaitu derajat nyeri dengan menggunakan rentang nila

T = Time yaitu kapan keluhan dirasakan dan lamanya keluhan berlangsung

7. Pola persepsi diri dan konsep diri


a. Persepsi diri (hal yang dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani perawatan,
perubahan yang dirasa setelah sakit)
b. Status emosi: bagaimana perasaan pasien saat ini, apakah perilaku non verbal
sesuai dengan perilaku verbalnya.
c. Konsep diri:
1) Citra diri/body image: bagaimana persepsi pasien terhadap tubuhnya, adakah
pengaruh penyakit yang dialami terhadap persepsi pasien tersebut.
2) Identitas: bagaimana status dan posisi pasien sebelum dirawat, bagaimana
kepuasan pasien terhadap status dan posisinya, bagaimana kepuasan pasien
sebagai laki-laki dan perempuan.
3) Peran: tugas/peran apa yang diemban pasien
dalamkeluarga/kelompok/masyarakat/, bagaimana kemampuan pasien dalam
melaksanakan peran tersebut, apakah selama dirawat pasien mengalam
perubahan dalam peran.
4) Ideal diri: bagaimana harapan pasien terhadap tubuh/posisi/perannya,
bagaimana harapan pasien terhadap lingkungan, bagaimana harapan pasien
terhadap dirinya.
5) Harga diri: bagaimana penilaian/penghargaan orang lain terhadap dirinya,
apakah pasien merasa rendah diri dengan keadaanya.
8. Pola Mekanisme Koping

Menjelaskan tentang pola koping, toleransi terhadap stress dan support sistem

a. Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan (sendiri atau dibantu)


b. Yang dilakukan jika menghadapi masalah (misal: memecahkan masalah,
mencari pertolongan/beerbicara dengan orang lain, makan, tidur, minum obat-
obatan, marah, diam dll)
c. Bagaimana upaya pasien dalam menghadapi masalahnya sekarang
d. Menurut pasien apa yang dapat dilakukan perawat agar pasien merasa nyaman
9. Pola Seksual-Reproduksi
a. Bagaimana pemahaman pasien tentang fungsi seksual
b. Adakah gangguan hubungan seksual disebabkan oleh berbagai kondisi
(fertilitas, libido, ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakian alat kontrasepsi)
c. Adakah permasalahan selama melakukan aktifitas seksual (ejakulasi dini,
impotent, nyeri selama berhubungan, perdarahan dll) terutama terkait dengan
penyakit yang diderita.
d. Pengkajian pada perempuan terutama pada pasien dengan masalah tumor atau
keganasan system reproduksi
1) Riwayat menstruasi (keteraturan, keluhan selama menstruasi)
2) Riwayat kehamilan (jumlah kehamilan, jumlah kelahiran, jumlah anak)
3) Riwayat pemeriksaan ginekologi misal pap smear
10. Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain
Mengkaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain (keluarga, tenaga
kesehatan, pasien lain), apakah keadaan penyakitnya mempengaruhi hubungan
tersebut.
a. Kemampuan pasien dalam berkomunikasi (relevan, jelas, mampu
mengekspresikan, mampu mengerti orang lain)
b. Siapa orang yang terdekat dan lebih berpengaruh pada pasien
c. Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah.
d. Adakah kesulitan dalam keluarga (hubungan dengan orang tua, hubungan
dengan saudara, hubungan perkawinan)
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
a. Bagaimana pasien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan.
b. Masalah yang berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama dirawat.
c. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut pasien yang bertentangan
dengan kesehatan.
d. Adakah pertentangan nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan yang
dijalani
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran
Composmentis, somnolen, apatis, stupor, soporo koma, koma
b. Penampilan
Lemah, pucat, dll
c. Vital sign : Suhu Tubuh, Tekanan Darah, Respirasi (jumlah, irama, kekuatan),
Nadi (jumlah, irama, kekuatan)
d. Kepala
Bentuk, rambut: warna, kebersihan, rontok, ketombe, dll
e. Mata
Kemampuan penglihatan, ukuran pupil, reaksi terhadap cahaya, konjungtiva
anemis/tidak, sklera ikterik/tidak, alat bantu, adanya sekret.
f. Hidung
Bagaimana kebersihannya, adakah secret, epistaksis, adakah polip, adakah nafas
cuping hidung, pemakaian oksigen.
g. Telinga
Bentuk, hilang pendengaran, alat bantu dengar, serumen, infeksi, tinnitus
h. Mulut dan Tenggorokan
Kesulitan/ gangguan bicara, pemeriksaan gigi, warna, bau, nyeri, Kesulitan
mengunyah/ menelan, posisi trakea, benjolan di leher, pembesaran tonsil,
bagaimana keadaan vena jugularis.
i. Dada
Jantung : Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Paru- paru : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
j. Abdomen : inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi
k. Genetalia : kebersihan daerah genital, adanya luka, tanda infeksi, bila terpasang
kateter kaji kebersihan kateter dan adanya tanda infeksi pada area pemasangan
kateter, adanya hemoroid
l. Ekstremitas atas dan bawah
 Inspeksi kuku, kulit (warna, kebersihan, turgor, adanya edema, keutuhan dll)
 Capilarry refill
 Kemampuan berfungsi (mobilitas dan keamanan) untuk semua ekstrimitas
yaitu kekuatan otot, koordinasi gerak dan keseimbangan, penggunaan alat
bantu.
 Bila terpasang infus : kaji daerah tusukan infus, kaji tanda-tanda infeksi pada
daerah tusukan infus, adanya nyeri tekan yang berlebihan pada daerah tusukan
infus.
m. Kulit
Kaji kebersihan, warna, kelembaban, turgor, adanya edema. Bila terdapat luka
maka kaji keadaan luka (kebersihan luka, adanya jahitan, ukuran luka, adanya
tanda infeksi pada luka, keadaan balutan luka).
n. Data Penunjang
 . Hasil Pemeriksaan Penunjang
Tuliskan data fokus terkait penyakit pada :
1) Pemeriksaan laborat
2) Pemeriksaan Radiologi
3) dll
 Diit yang diperoleh
 Therapy

B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut (D.0077)
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
b. Ansietas (D.0080)
Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyabab :
1. Krisis situasional.
2. Kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Krisis maturasional.
4. Ancaman terhadap konsep diri.
5. Ancaman terhadap kematian.
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7. Disfungsi sistem keluarga.
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat.
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain).
12. Kurang terpapar informasi.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif.
1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan akibat.
3. Sulit berkonsenstrasi.
Objektif.
1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur
 Gejala dan Tanda Minor.
Subjektif.
1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia.
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak berdaya.
Objektif.
1. Frekuensi napas meningkat.
2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremos.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu.
Kondisi Klinis Terkait.
1. PenyakitKronis.
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana opersai
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang
c. Resiko Infeksi (D.0142)
Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko
1. Penyakit kronis (mis. diabetes. melitus)
2. Efek prosedur invasi
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
 Gangguan peristaltik
 Kerusakan integritas kulit
 Perubahan sekresi pH
 Penurunan kerja siliaris
 Ketuban pecah lama
 Ketuban pecah sebelum waktunya
 Merokok
 statis cairan tubuh
6. Ketidakdekuatan pertahanan tubuh sekunder :
 Penurunan homolobin
 Imununosupresi
 Leukopenia
 Supresi respon inflamasi
 Vaksinasi tidak adekuat

Kondisi Klinis Terkait


1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit paru obstruktif
4. Diabetes melitus
5. Tindakan invasi
6. Kondisi penggunaan terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopedia
14. Gangguan fungsi hati
C. Intervensi Keperawatan
Nyeri Akut
Manajemen nyeri (I. 08238)

Observasi
 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Ansietas
Reduksi ansietas (i.09314)
Observasi
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
 Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat anxietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu
Risiko Infeksi
Pencegahan infeksi (i.14539)
Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu


LUARAN KEPERAWATAN (SLKI)
Tingkat nyeri (L.08066)
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional dengan onsetmendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan.

Ekspektasi : Menurun
Kriteria hasil :

 Keluhan nyeri menurun skala 5


 Meringis menurun skala 5
 Sikap protektif menurun skala 5
 Kesulitan tidur menurun skala 5
 Mual menurun skala 5
 Muntah menurun skala 5

Tingkat Ansietas ( L.09093)


Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.

Ekspektasi : Menurun
Kriteria hasil :

 Verbalisasi kebingungan menurun skala 5


 Verbalisasi khawatir kondisi yang di hadapi menurun skala 5
 Perilaku gelisah menurun skala 5
 Perilaku tegang menurun skala 5
 Konsentrasi membaik skala 5
 Pola tidur membaik skala 5
Tingkat Infeksi
Definisi : Drajat infeksi berdasarkan observasi atau sumber informasi
Ekspektasi : Menurun
Kriteria hasil :

 Demam menurun skala 5


 Kemerahan menurun skala 5
 Nyeri menurun skala 5
 Bengkak menurun skala 5
 Kadar sel darah putih membaik skala 5
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan setelah
perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien yang
bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak ataupun respon yang dapat
ditimbulkan oleh adanya masalah keperawatan serta kesehatan. Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat (Debora, 2013).

E. Evaluasi Keperawatan
SOAP
▪ Subjective.
Data Subjektif: berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kehawatiran dan keluhannya
▪ Objective
Data objektif: Pendokumentasian dari hasil observasi, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium. Catatan medis dapat dimasukkan dalan data objektif sebagai
data penunjang
▪ Analysis/ Assessment
Kesimpulan dari data subjektif dan data Objektif. Data ini diselaraskan dengan tujuan
dan kriteria hasil yang ditetapkan / luaran yang ditetapkan. Analisa data juga
mencakup diagnosis/ masalah keperawatan.
▪ Planning
Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana disusun berdasarkan
analisis dan interpretasi dataa. Rencana bertujuan mengusahakan tercapainya kondisi
optimal dan kesejahteraan pasien, Rencana harus bias mencapai tujuan dan kriteria
tujuan uyang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS

a. Identitas Pasien

Nama : An. DFS

Usia : 10 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SLB

Pekerjaan : Belum bekerja

Suku/ bangsa : Jawa

Alamat : Ds Rejosari Rt 03 Rw 03, Kec Kangkung, Kendal

Diagnosa Medis : UDT Kanan

Tanggal Masuk : 30 September 2021

Jam Masuk : 13:30 WIB

b. Identitas Penanggung jawab

Nama : Ny. S

Usia : 41 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa

Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Ds Rejosari Rt 03 Rw 03, Kec Kangkung, Kendal

Hubungan dengan pasien : Ibu


2. Status Kesehatan saat ini

Ibu pasien mengatakan sejak lahir buah dzakar pasien berada di atas. Alasan masuk ke
rumah sakit yaitu pasien dan keluarga pasien ingin berupaya untuk membuat posisi
buah dzakar normal yaitu berada di bawah. Kemudian pasien di bawa ke RSI Sultan
Agung pada tanggal 30 September 2021, lalu pasien dibawa ke poli bedah untuk
pemeriksaan awal dengan hasil pasien akan menjalani program op orchidopexy testis
Dx. Selanjutnya pasien dipindahkan ke ruang Baitun Nisa 1 untuk mempersiapkan
pasien dalam program tersebut. Pasien mengalami masalah ini merupakan bawaan
sejak lahir.

3. Riwayat kesehatan lalu

Pasien memiliki penyakit bawaan sejak lahir berupa UDT Kanan, dari penuturan ibu
pasien setelah pasien dilahirkan kondisi usus keluar dari perut terbawa tali pusar,
sehingga pasien harus menjalani operasi untuk mengembalikan usus pada posisi
normal. Pada usia 3 tahun pasien sering sakit demam, batuk, dan filek lalu di periksa
ke RS Karyadi namun tidak ada diagnosa penyumbatan saluran kemih. Setelah
beberapa tahun gejala penyakit timbul seperti pasien sering demam dan terdapat
pembengkakan pada wajah. Setelah dilakukan pemeriksaan di RSI Sultan Agung pada
bulan Maret 2021 ternyata terjadi penyumbatan pada saluran kemih sehingga harus
menjalani operasi ureteroskopi.

Ibu pasien mengatakan tidak memiliki alergi dan riwayat imunisasi pasien tidak
lengkap, pasien hanya mendapatkan imunisasi Hep BI, DPT I, Boster I Polio I, HiB I,
dan Campak.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Ket :
Merah : pasien garis lurus : garis perkawinan
Abu-abu : meninggal garis ke bawah : garis keturunan
Biru : belum meninggal garis putus-putus : garis serumah
Kotak : laki-laki Lingkaran : perempuan
Anggota keluarga tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan kondisi semua anggota
keluarga saat ini dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
5. Riwayat kesehatan lingkungan
Keadaan rumah dan lingkungan pasien bersih tidak ada debu dan ada ventilasi
disetiap ruangan. Rumah pasien terdapat dua pintu,di depan dan di belakang dan tidak
ada tanda bahaya disekitar rumah dan lingkungannya serta jauh dari limbah pabrik.
II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan tidak merasakan sakit dan ibu pasien mengetahui bahwa
anaknya memiliki kelainan di anggota tubuh pasien sejak lahir. Ibu pasien berupaya
untuk melakukan pengobatan ke Rumah Sakit ketika pasien sakit dan tidak
mengkonsumsi obat-obat warung, dan riwayat imunisasi pasien tidak lengkap, pasien
hanya mendapatkan imunisasi Hep BI, DPT I, Boster I Polio I, HiB I, dan Campak.
Pasien hanya berolahraga di sekolahnya.
Selama sakit
Pasien mengeluh sakit akibat luka post op orchidopexy testis dx dan ibu pasien
mengetahui kelainan yang diderita pasien sejak lahir, oleh karena itu ibu pasien
membawa pasien ke RSI Sultan Agung, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Saat ini pasien meminum obat sesuai anjuran dari dokter. Untuk masalah keuangan
rumah sakit dibiayai dengan menggunakan BPJS.
2. Pola eliminasi
a. Eliminasi Feses
Sebelum sakit :
Frekwensi berhajat 2 x sehari dipagi dan sore hari dengan konsistensi padat dan
tidak terdapat darah, serta pasien tidak meminum obat pencahar. Tidak memiliki
keluhan diare.
Selama sakit:
Frekuwensi berhajat dari tanggal 01 Okotber 2021 Pukul 14:00 pasca operasi
pasien belum BAB.
b. Eliminasi urin
Sebelum sakit :
Frekwensi minimal 7 x sehari ketika mandi dan sebelum berwudhu dengan warna
bening agak kekuningan kurang lebih 4.000 ml per hari sesuai intake ke dalam
tubuh.
Selama sakit :
Frekwensi minimal 5x sehari ketika rasa ingin BAK muncul dengan warna kuning
kurang lebih 3.500 ml perhari sesuai intake ke dalam tubuh. Pasien terpasang
kateter post op.
3. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit :

Pasien selalu menghabiskan harinya dirumah bermain bersama adiknya, dan pasien
jarang bermain bersama teman-temannya.

Aktivitas 0 1 2 3 4 Keterangan :

Makan dan minum √ 0 : Mandiri

Mandi √ 1 : Alat bantu

Berpakaian √ 2 : Dibantu orang lain

Berhajat √ 3 : Dibantu orang lain dan alat.

Berpindah √ 4 : Tergantung total

Selama sakit :
Pasien hanya berbaring di bed rawat inap Baitun Nisa 1 dan hanya beraktivitas sebatas
dari bed ke toilet.
Aktivitas 0 1 2 3 4 Keterangan :

Makan dan minum √ 0 : Mandiri

Mandi √ 1 : Alat bantu

Berpakaian √ 2 : Dibantu orang lain

Berhajat √ 3 : Dibantu orang lain dan alat.

Berpindah √ 4 : Tergantung total

4. Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan selalu tidur kurang lebih pukul 21:00 WIB - 04:00 WIB,
dengan lama tidur kurang lebih 8 jam setiap hari. Tidak ada keluhan kesulitan tidur.
Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien sedikit gelisah karena akan melakukan operasi dan
tidurnya menjadi terganggu, pasien tidur kurang lebih selama 5 jam karena sering
terbangun oleh rasa sakit pasca operasinya. Ibu pasien mengatakan selalu mengelus-
elus pasien agar terlelap tidur.
5. Pola nutrisi-metabolik
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan selalu makan 3 x 1 porsi perrhari, pasien mengatakan selalu
menghabiskan porsi makannya dan minum kurang lebih 2.000 ml, nafsu makan baik
tidak ada rasa mual dan muntah. Pasien mengatakan tidak memiliki program diet
khusus sekitar 6 bulan lalu BB kurang lebih 30 Kg.
Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan di RSI diberi diit nasi 3 x 1 porsi perhari, Ibu pasien
mengatakan makanannya tidak pernah habis karena nafsu makan berkurang. Dan
minum kurang lebih 1.500 ml. Pasien pasca operasi satu hari selanjutnya merasa mual
dan muntah sebanyak 2 kali.
6. Pola kognitif-perseptual sensori
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan, tetapi untuk pendengaran,
mengingat, berkomunikasi dan menerima pesan belum bisa berfungsi dan menerima
dengan baik, serta tidak mampu mengambil keputusan sendiri, Pasien masih
bergantung pada keputusan orang tuanya.
Selama sakit
Ibu pasien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan, tetapi untuk pendengaran,
mengingat, berkomunikasi dan menerima pesan belum bisa berfungsi dan menerima
dengan baik, serta tidak mampu mengambil keputusan sendiri, Pasien masih
bergantung pada keputusan orang tuanya. Pasien mengeluh nyeri. Persepsi terhadap
nyeri dengan pendekatan P, Q, R, S, T yaitu, P : nyeri ketika duduk dan nyaman saat
berbaring, Q : tajam, R : testis dan penis, S : 4, T: hilang timbul

7. Pola persepsi diri dan konsep diri


Ibu pasien mengatakan pasien ingin segera sehat dan dapat pulang agar bisa bermain
dengan adiknya dirumah dan bisa masuk sekolah lagi.
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien kurang percaya diri dengan tubuhnya, status sebagai
seorang anak laki-laki, menjalankan tugasnya dengan baik dibantu ibunya. Ibu pasien
berharap pasien,adiknya dan orangtuanya selalu sehat dan selalu menjadi keluarga
yang harmonis.
Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien merasa cemas dan gelisah dan menerima dengan
keadaannya saat ini, pasien berharap segera pulang dan bisa bersekolah dan main
bersama adiknya di rumah. serta memiliki orang tua yang selalu menyayanginya.
8. Pola Mekanisme Koping
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien belum mampu mengambil keputusan. Ketika ada
masalah pasien memberi tahu ibunya. Upaya jika pasien sakit langsung pergi ke
layanan kesehatan. Ibu pasien mengatakan perawat harus mengedukasi pasien agar
tetap semangat menjalani prosedur pengobatan yang ada.
Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan bahwa hak dan keputusan pasien adalah hasil diskusi
orangtua, pasien tidak ikut dalam mencari keputusan. Jika ada masalah pasien selalu
memberitahu ibunya. Ibu pasien mengatakan perawat harus memberi semangat
kepada setiap pasien dan keluarganya
9. Pola Seksual-Reproduksi
-
10. Pola Berhubungan dengan orang lain

Sebelum sakit :
Pasien belum mampu berkomunikasi, mengekspresikan dan memahami orang lain
dengan baik. Ibu merupakan orang terdekat dan sangat berpengaruh bagi pasien,
pasien selalu meminta bantuannya. Ibu pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam
berhubungan dengan keluarganya.
Selama sakit :
Pasien belum mampu berkomunikasi, mengekspresikan dan memahami orang lain
dengan baik. Ibu merupakan orang terdekat dan sangat berpengaruh bagi pasien,
pasien selalu meminta bantuannya. Ibu pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam
berhubungan dengan keluarganya.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien belum mampu beraktivitas sepenuhnya sendiri dan
masih belajar dalam solat lima waktu dengan baik dan tidak ada pertentangan dengan
kesehatan dan keyakinannya.
Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien belum mampu beraktivitas sepenuhnya sendiri dan
masih belajar dalam solat lima waktu dengan baik dan tidak ada pertentangan dengan
kesehatan dan keyakinannya.
III. PEMERIKSAAN FISIK (head to toe)
1. Kesadaran : composmentis

GCS : 15
2. Penampilan : cemas dan gelisah
3. Vital sign
TD : 123/87 mmHg
N : 100 x/ menit
RR : 24 x/ menit
Suhu : 36˚C
SpO2 : 99%
4. Kepala: kepala cepal, bentuk kepala lonjong, rambut berwarna hitam, dan bersih
5. Mata: mata bersih, dapat melihat dengan jelas, pupil isokor,tidak anamis dan tidak
menggunakan alat bantu
6. Hidung: bersih, tidak ada secret, tidak memakai oksigen
7. Telinga: bentuk simetris, berfungsi kurang baik, tidak menggunakan alat bantu, dan
tidak ada tanda gejala infeksi
8. Mulut & Tenggorokan: tidak ada kesulitan menelan, mukosa bibir tidak kering,
tidak ada sianosis, dan tidak ada pembengkakan tiroid.
9. Dada
a. Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi normal S₁, S₂
b. Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris dan dinding dada sejajar dengan perut
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan pengembangan dada
kanan dan kiri simetris
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : bunyi vesikuler
10. Abdomen
Inspeksi : bentuk dada simetris, ada luka post op ureteroskopi bulan
Maret 2021, dan ada bekas luka di bawah pusar luka post op mengebalikan usus ke
posisi normal pasca dilahirkan, tidak ada lebam, jejas, benjolan, dan nanah.
Suhunya normal : 36˚C

Auskultasi : bising usus normal 12 x per menit


Perkusi : terdengar bunyi timpani
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
11. Genetalia
Terdapat luka post op orchidopexy testis dx tanggal 01 oktober 2021, daerah genital
bersih, terpasang kateter dan tidak ada tanda atau gejala infeksi.
12. Ekstremitas atas dan bawah
Kekuatan otot menurun, tidak menggunakan alat bantu, tidak ada tanda atau gejala
infeksi di dareah tusukan infus, dan tidak ada nyyeri tekan berlebihan di daerah
tusukan.

Anggota Tubuh 1 2 3 4 5 keterangan

Tangan kanan √ 1. Tidak dapat bergerak


2. Dapat bergerak dengan bantuan alat
Tangan kiri √ 3. Dapat bergerak dengan bantuan
orang lain
Kaki kanan √ 4. Mampu bergerak, tetapi tidak mampu
menahan beban
Kaki kiri √ 5. Mampu bergerak dan mampu
menahan beban

13. Kulit
Pasien berkulit bersih kecoklatan, sedikit lembab, turgor cukup baik, dan tidak
terdapat edema.
14. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium

Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan


30 HEMATOLOGI
Sept Darah Rutin 1
2021
Hemogoblin 12.0 10.8 – 15.6 g/dL
Hematokrit 40.3 33.0 – 45.0 %
Leukosit 7.64 4.50 – 13.50 ribu/µL
Trombosit 404 156 - 408 ribu/µL

Golongan Darah/Rh B/Positif

PPT
PT 10.3 9.3 – 11.4 detik
PT (Kontrol) 11.3 9.3 – 12.7 detik

APTT
APTT H 30.5 21.8 – 28.4 detik
APTT (Kontrol) 25.1 21.2 – 28.6 detik

KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu H 109 60 – 100 mg/dL
Ureum 20 10 – 50 mg/dL
Creatinin 0.75 0.50 – 1.20 mg/dL

Elektrolit (Na, K, Cl)


Natrium 136.0 135 – 147 mmol/L
Kalium 4.10 3.5 – 5.0 mmol/L

IMUNOLOGI
HbsAg (Kuantitatif) 0.02 Non Reaktif IU/mL Metode CLIA
<0.05 Metode CLIA
Reaktif >=0.05
2) Pemeriksaan Radiologi
Thorax besar (Non Kontras)
 Cor tak membesar
 Pulmo tak tampak kelainan saat ini
3) Diit yang diperoleh
Nasi 3 x sehari

4) Terapi

RL 18 Tpm, Ketorolax 15 mg/ 12 jam intravena, Tablet Paracetamol 3 x 200


mg, dan Obat ondansetron 4 mg diberikan pada saat pasien merasa mual.
B. Analisa Data
No Tanggal Data Problem Etiologi Ttd
1 1 DS : ibu Pasien sering Ansietas Kekhawatiran
oktober mengeluh anaknya tidak D.0080 mengalami
2021 nafsu makan, merasa kegagalan
cemas (Tindakan
DO : tampak tegang, operasi)
gelisah, sulit tidur
a. Suhu tubuh :
36oc
b. Tekanan darah :
123/87 mmHg
c. Respirasi : 24/menit,
irama reguler
d. Nadi :
100/menit, brakikardi
e. Spo2 : 99%
2 1 DS : pasien mengeluh Nyeri akut agen pencedera
oktober sakit pada penis dan testis D.0077 fisik (prosedur
2021 P : nyeri Ketika duduk operasi)
dan nyaman saat
berbaring
Q : tajam
R : area sekitar penis dan
testis
S:4
T : hilang timbul
DO : : tampak meringis,
gelisah, dan pasien
terpasang kateter
Suhu tubuh : 36oc
f. Tekanan darah :
123/87 mmHg
g. Respirasi : 24/menit,
irama reguler
h. Nadi :
100/menit, brakikardi
Spo2 : 99%
3 1 DS : pasien post op Resiko Perubahan tubuh
oktober orchidopexy dx infeksi primer yang tidak
2021 DO pasien tidak demam, D.0142 adekuat
tidak ada nanah, dan tidak
ada bengkak disekitar
luka
Leukosit : 7.64 ribu/µL
Suhu tubuh : 36,5oc

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b.d Kekhawatiran mengalami kegagalan (Tindakan operasi) d.d pasien
tampak tegang, gelisah, sulit tidur, merasa cemas
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d mengeluh nyeri dan
tampak meringis serta gelisah
3. Resiko infeksi d.d perubahan tubuh primer

D. Rencana Keperawatan
Tanggal Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi Paraf
dan waktu keperawatan hasil
1 oktober Ansietas Setelah diberikan Reduksi ansietas
2021, asuhan keperawatan Observasi :
pukul selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda – tanda
10.00 wib maka tingkat ansietas ansietas
pada pesien menurun Terapeutik :
dengan kriteria hasil : 1. Ciptakan suasana
1. Verbilisasi terapeutik untuk
khawatir akibat menumbuhkan
kondisi yang kepercayaan
dihadapi 2. Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
2. Perilaku gelisah 3. Dengarkan dengan
menurun penuh perhatian
3. Perilaku tegang Edukasi :
menurun 1. Jelaskan prosedur dan
4. Keluhan pusing konpensasi yang
menurun mungkin dialami
5. Anoreksia 2. Informasikan secara
menurun factual mengenai
6. Pola berkemih diagnosis,
membaik pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5. Latih tekhik relaksasi
1 oktober Nyeri kronis Setelah diberikan Manajemen nyeri
2021, asuhan keperawatan Observasi
1. lokasi, karakteristik,
pukul selama 3 x 24 jam
durasi, frekuensi, kualitas,
10.00 wib maka tingkat nyeri intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
pada pesien menurun
dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi respon nyeri
non verbal
1. Keluhan nyeri
4. Identifikasi faktor yang
menurun dengan memperberat dan
memperingan nyeri
skala numeric 0-2
5. Identifikasi pengaruh
2. Meringis menurun nyeri pada kualitas hidup
6. Monitor efek samping
3. Gelisah menurun
penggunaan analgetik
4. Kemampuan Terapeutik
 Berikan teknik
menuntaskan
nonfarmakologis untuk
aktivitas meningkat mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Perawatan kenyamanan
Observasi
1. Identifikasi gejala yg tdk
menyenangkan
Terapeutik
1. Berikan posisi
nyaman
2. Berikan pemijatan
Edukasi
1. Ajarkan terapi
relaksasi dan Latihan
pernafasan
1 oktober Resiko infeksi Setelah diberikan Pencegahan infeksi
2021, asuhan keperawatan Observasi :
pukul selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda dan gejala
10.00 wib maka tingkat infeksi infeksi
pada pesien menurun Terapeutik :
dengan kriteria hasil : 1. Batasi jumlah
pengunjung
1. Kemerahan
2. Berikan perawatan
menurun kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum
2. Nyeri menurun
dan sesudah kontak
menjadi skala 0- dengan pasien dan
lingkungan pasien
2
4. Pertahankan teknik
3. Bengkak aseptik pada pasien
berisiko tinggi
menurun
Edukasi
4. Kultur area luka 1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
membaik
2. Ajarkan cara mencuci
5. Nafsu makan tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa
membaik
kondisi luka atau luka
operasi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasipemberian
imunisasi, jika perlu
E. Implementasi Keperawatan
Tgl/jam Diagnosa Implementasi Respon TTD
Keperawatan

1 Nyeri akut Mengidentifikasi lokasi, DS : Ibu pasien mengatakan nyeri


Oktobe b.d agen karakteristik, durasi, pada P : nyeri post operasi , Q :
r 2021 pencedera frekuensi, kualitas, tajam, R : testis dan penis, S : 4, T:
09.00 fisik intensitas dan skala nyeri hilang timbul
(prosedur DO : Pasien tampak meringis, dan
operasi) gelisah TD : 123/87 mmHg, N :
100 x/ menit, RR : 24 x/ menit,
Suhu : 36˚C, SpO2 : 99%

1 Nyeri akut b.d Mengidentifikasi faktor DS : Ibu pasien mengatakan nyeri


Oktobe agen yang memperberat dan pada saat duduk dan nyeri
r 2021 pencedera memperingan nyeri berkurang pada saat berbaring
09.15 fisik (prosedur DO : Pasien tampak gelisah
operasi)
1 Nyeri akut b.d Memberikan dan DS : Pasien mengangguk paham
Oktobe agen mengajarkan teknik terkait teknik non farmakologis
r 2021 pencedera nonfarmakologis untuk distraksi dan relaksasi
09.20 fisik (prosedur mengurangi rasa nyeri DO : Pasien tampak mengikuti
operasi) (mis. TENS, hypnosis, teknik relaksasi dan distraksi
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain
1 Nyeri akut b.d Memfasilitasi istirahat DS: Ibu pasien mengatakan tidur
Oktobe agen dan tidur nyaman dengan berbaring
r 2021 pencedera DO : Pasien tampak tidur dengan
09.25 fisik (prosedur nyaman dan di elus sama ibunya
operasi
1 Nyeri akut b.d Berkolaborasi pemberian DS : -
Oktobe agen analgetik DO : Ketorolax 15 mg/ 12 jam
r 2021 pencedera intravena, Tablet Paracetamol 3 x
09.30 fisik (prosedur 200 mg,
operasi)
1 Ansietas b.d Memonitor tanda-tanda DS : ibu pasien mengatakan
Oktobe kekhawatira ansietas anaknya merasa cemas.
r 2021/ n mengalami DO : pasien tampak cemas dan
Pukul kegagalan gelisah
09.40 (Tindakan
operasi)
1 Ansietas b.d Memahami situasi yang DS: ibu pasien mengatakan
Oktobe
r 2021 kekhawatiran membuat ansietas anaknya merasa cemas sebelum
09.50
mengalami waktu operasi
kegagalan DO: pasien tampak gelisah dan sulit
(Tindakan tidur sebelum operasi
operasi
1 Ansietas b.d Menjelaskan prosedur DS: ibu pasien mengatakan
Oktobe
kekhawatiran dan konpensasi yang mengerti akan prosedur operasi
r 2021
09.55 mengalami mungkin dialami yang akan dilakukan pada anaknya
kegagalan DO: ibu pasien dapat memahami
(Tindakan pejelasan dari perawat dengan baik
operasi
1 Ansietas b.d Menganjurkan keluarga DS: ibu pasien mengatakan pasien
Oktobe
kekhawatiran untuk tetap Bersama selalu ditemani di ruang rawat
r 2021
10.00 mengalami pasien, jika perlu DO : pasien selalu di damping
kegagalan ibunya di dalam ruangan/selama
(Tindakan perawatan
operasi
1 Ansietas b.d Melatih tekhik relaksasi DS: ibu pasien mengatakan
Oktobe
kekhawatiran anaknya bisa mempraktikan Teknik
r 2021
10.05 mengalami relaksasi
kegagalan DO: pasien melakukan Teknik
(Tindakan relaksasi Ketika nyerinya muncul
operasi
1 okt Risiko infeksi Memonitor luka Ds:
2021 dibuktikan P : luka post orchidopexy testis dx.
10.15 dengan Q : tajam
Perubahan R : testis dan penis
tubuh primer S : skala 4
yang tidak T: hilang timbul
adekuat.
Do:
Pasien tampak meringis
TD : 123/87 mmHg
N : 100 x / menit
RR : 24 x / menit
S : 36˚ C
SpO2 : 99%
1 okt Risiko infeksi Memonitor tanda-tanda Ds: -
2021 dibuktikan infeksi Do:
10.20 dengan Luka tertutup kasa, tidak
Perubahan merembes, tida berbau, tidak
tubuh primer berdarah, dan tidak ada nanah.
yang tidak TD : 123/87 mmHg
adekuat. N : 100 x / menit
RR : 24 x / menit
S : 36˚ C
SpO2 : 99%
1 okt Risiko infeksi Melepaskan balutan dan Ds:
2021 dibuktikan plester secara perlahan Pasien menyetujui tindakan ini
10.30 dengan Do:
Perubahan Balutan dan plester sudah terlepas
tubuh primer
yang tidak
adekuat.
1 okt Risiko infeksi Membersihkan dengan Ds:
2021 dibuktikan cairan NaCL Pasien mengatakan rasannya agak
10.40 dengan dingin ketika luka sedang
Perubahan dibersihkan dengan cairan NaCL
tubuh primer Do:
yang tidak Luka terlihat lebih bersih
adekuat.
1 okt Risiko infeksi Memasang balutan sesuai Ds:
2021 dibuktikan jenis luka Pasien menyetujui pemasangan
10.50 dengan balutan pada luka
Perubahan Ds:
tubuh primer Pasien dipasang balutan sesuai jenis
yang tidak luka
adekuat.
1 okt Risiko infeksi Mempertahankan teknik Ds:
2021 dibuktikan steril saat melakukan pasien mengikuti setiap arahan
10.55 dengan perawatan luka untuk menjaga luka agar tetap steril
Perubahan Do:
tubuh primer Alat yang digunakan selalu dalam
yang tidak kondisi steril
adekuat.
1 okt Risiko infeksi Mengganti balutan sesuai Ds:-
2021 dibuktikan jumlah eksudat dan Do:
10.57 dengan drainase Balutan diganti sesuai jumlah
Perubahan eksudat dan drainase
tubuh primer
yang tidak
adekuat.
1 okt Risiko infeksi Menjelaskan tanda dan Ds:
2021 dibuktikan gejala infeksi Pasien dan ibu pasien dapat mengisi
11.03 dengan form
Perubahan Do:
tubuh primer Tidak ada nanah, tidak panas, tidak
yang tidak bengkat, dan tidak ada bau di area
adekuat. post op. Jawaban 99 % benar
1 okt Risiko infeksi Mengajarkan prosedur Ds:
2021 dibuktikan perawatan luka secara Ibu pasien dapat menerapkan
11.07 dengan mandiri kembali prosedur perawatan luka
Perubahan Do:
tubuh primer Ibu pasien tampak menerapkan
yang tidak prosedur perawatan luka dengan
adekuat. benar

Tgl/jam Diagnosa Implementasi Respon TTD


Keperawatan

2 Nyeri akut Mengidentifikasi lokasi, DS : Ibu pasien mengatakan nyeri


Oktobe b.d agen karakteristik, durasi, pada P : nyeri post operasi , Q :
r 2021 pencedera frekuensi, kualitas, tajam, R : testis dan penis, S : 3, T:
09.00 fisik intensitas dan skala nyeri hilang timbul
(prosedur DO : Pasien tampak meringis, dan
operasi) gelisah TD : 110/70 mmHg, N : 90
x/ menit, RR : 24 x/ menit, Suhu :
36,5˚C, SpO2 : 99%

2 Nyeri akut b.d Mengidentifikasi faktor DS : Ibu pasien mengatakan nyeri


Oktobe agen yang memperberat dan pada saat duduk dan nyeri
r 2021 pencedera memperingan nyeri berkurang pada saat berbaring
09.15 fisik (prosedur DO : Pasien tampak gelisah
operasi)
2 Nyeri akut b.d Memberikan dan DS : Pasien mengagguk paham
Oktobe agen mengajarkan teknik terkait teknik non farmakologis
r 2021 pencedera nonfarmakologis untuk distraksi dan relaksasi
09.20 fisik (prosedur mengurangi rasa nyeri DO : Pasien tampak mengikuti
operasi) (mis. TENS, hypnosis, teknik relaksasi dan distraksi
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain
2 Nyeri akut b.d Memfasilitasi istirahat DS: Ibu pasien mengatakan tidur
Oktobe agen dan tidur nyaman dengan berbaring
r 2021 pencedera DO : Pasien tampak tidur dengan
09.25 fisik (prosedur nyaman dan di elus sama ibunya
operasi
2 Nyeri akut b.d Berkolaborasi pemberian DS : -
Oktobe agen analgetik DO : Ketorolax 15 mg/ 12 jam
r 2021 pencedera intravena, Tablet Paracetamol 3 x
09.30 fisik (prosedur 200 mg,
operasi)
2 Ansietas b.d Memonitor tanda-tanda DS : ibu pasien mengatakan
Oktobe kekhawatira ansietas anaknya merasa cemasnya mulai
r 2021/ n mengalami berkurang karena sudah menjalani
Pukul kegagalan prosedur operasi orchidopexy testis
09.40 (Tindakan dx.
operasi) DO : pasien tampak mulai tenang
2 Ansietas b.d Menganjurkan keluarga DS: ibu pasien mengatakan pasien
Oktobe
kekhawatiran untuk tetap Bersama selalu ditemani di ruang rawat
r 2021
09.50 mengalami pasien, jika perlu DO : pasien selalu di damping
kegagalan ibunya di dalam ruangan/selama
(Tindakan perawatan
operasi
2 Ansietas b.d Melatih tekhik relaksasi DS: ibu pasien mengatakan
Oktobe
kekhawatiran anaknya bisa mempraktikan Teknik
r 2021
09.55 mengalami relaksasi
kegagalan DO: pasien melakukan Teknik
(Tindakan relaksasi Ketika nyerinya muncul
operasi
2 Risiko infeksi Memonitor luka Ds:
Oktobe dibuktikan P : luka post orchidopexy testis dx.
r 2021 dengan Q : tajam
10.00 Perubahan R : testis dan penis
tubuh primer S : skala 3
yang tidak T: hilang timbul
adekuat.
Do:
Pasien tampak meringis
TD : 110/70mmHg
N : 90x / menit
RR : 24 x / menit
S : 36,5˚ C

2 Risiko infeksi Memonitor tanda-tanda Ds:


Oktobe dibuktikan infeksi Pasien mengatakan nyeri
r 2021 dengan Do:
10.05 Perubahan Luka tertutup kasa, tidak
tubuh primer merembes, tidak ada nanah, tidak
yang tidak ada darah, tidak ada bengkak dan
adekuat. tidak ada nyeri tekan berlebih.
TD : 118/80 mmHg
N : 85 x / menit
RR : 21 x / menit
S : 36,4˚ C
SpO2 : 98%
2 okt Risiko infeksi Melepaskan balutan dan Ds:
2021 dibuktikan plester secara perlahan Pasien menyetujui tindakan ini
10.15 dengan Do:
Perubahan Balutan dan plester sudah terlepas
tubuh primer
yang tidak
adekuat.
2 okt Risiko infeksi Membersihkan dengan Ds:
2021 dibuktikan cairan NaCL Pasien mengatakan rasannya agak
10.20 dengan dingin ketika luka sedang
Perubahan dibersihkan dengan cairan NaCL
tubuh primer Do:
yang tidak Luka terlihat lebih bersih
adekuat.
2 okt Risiko infeksi Memasang balutan sesuai Ds:
2021 dibuktikan jenis luka Pasien menyetujui pemasangan
10.30 dengan balutan pada luka
Perubahan Ds:
tubuh primer Pasien dipasang balutan sesuai jenis
yang tidak luka
adekuat.
2 okt Risiko infeksi Mempertahankan teknik Ds:
2021 dibuktikan steril saat melakukan pasien mengikuti setiap arahan
10.40 dengan perawatan luka untuk menjaga luka agar tetap steril
Perubahan Do:
tubuh primer Alat yang digunakan selalu dalam
yang tidak kondisi steril
adekuat.
2 okt Risiko infeksi Menjelaskan tanda dan Ds:
2021 dibuktikan gejala infeksi Ibu pasien dan pasien dapat mengisi
10.50 dengan form
Perubahan Do:
tubuh primer Tidak ada nanah, tidak panas, tidak
yang tidak bengkat, dan tidak ada bau di area
adekuat. post op. Jawaban 99 % benar
2 okt Risiko infeksi Mengajarkan prosedur Ds:
2021 dibuktikan perawatan luka secara Ibu pasien dapat menerapkan
10.55 dengan mandiri kembali prosedur perawatan luka
Perubahan Do:
tubuh primer ibu pasien tampak menerapkan
yang tidak prosedur perawatan luka dengan
adekuat. benar

Tanggal/ Diagnosa Implementasi Respon TTD


Jam Keperawatan

3 Nyeri akut b.d Mengidentifikasi lokasi, DS : Ibu pasien mengatakan nyeri


Oktober agen karakteristik, durasi, pada P : nyeri post operasi , Q :
2021 pencedera frekuensi, kualitas, tajam, R : testis dan penis, S : 3, T:
09.15 fisik (prosedur intensitas dan skala nyeri hilang timbul
operasi) DO : Pasien sedikit meringis dan
gelisah menurun, TD : 105/70
mmHg, N : 95 x/ menit, RR : 24 x/
menit, Suhu : 36,5˚C, SpO2 :
99%

3 Nyeri akut b.d Mengidentifikasi faktor DS : Ibu pasien mengatakan nyeri


Oktober agen yang memperberat dan pada saat duduk dan nyeri
2021 pencedera memperingan nyeri berkurang pada saat berbaring
09.20 fisik (prosedur DO : Pasien tampak gelisah
operasi)
3 Nyeri akut b.d Memberikan dan DS : Pasien mengangguk paham
Oktober agen mengajarkan teknik terkait teknik non farmakologis
2021 pencedera nonfarmakologis untuk distraksi dan relaksasi
09.25 fisik (prosedur mengurangi rasa nyeri DO : Pasien tampak mengikuti
operasi) (mis. TENS, hypnosis, teknik relaksasi dan distraksi
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain
3 Nyeri akut b.d Memfasilitasi istirahat DS: Ibu pasien mengatakan tidur
Oktober agen dan tidur nyaman dengan berbaring
2021 pencedera DO : Pasien tampak tidur dengan
09.30 fisik (prosedur nyaman dan di elus sama ibunya
operasi
3 Nyeri akut b.d Berkolaborasi pemberian DS : -
Oktober agen analgetik DO : Ketorolax 15 mg/ 12 jam
2021 pencedera intravena, Tablet Paracetamol 3 x
09.00 fisik (prosedur 200 mg,
operasi)
3 Ansietas b.d Memonitor tanda-tanda DS : ibu pasien mengatakan
Oktober
kekhawatira ansietas anaknya sudah tidak cemas
2021
09.15 n mengalami DO : pasien tidak cemas dan
kegagalan gelisah
(Tindakan
operasi)
3 Ansietas b.d Memahami situasi yang DS: ibu pasien mengatakan
Oktober
kekhawatiran membuat ansietas anaknya sudah tidak cemas
2021
09.20 mengalami DO: pasien tampak tenang
kegagalan
(Tindakan
operasi
3 Ansietas b.d Menganjurkan keluarga DS: ibu pasien mengatakan pasien
Oktober
kekhawatiran untuk tetap Bersama selalu ditemani di ruang rawat
2021
09.25 mengalami pasien, jika perlu DO : pasien selalu di damping
kegagalan ibunya di dalam ruangan/selama
(Tindakan perawatan
operasi
3 Ansietas b.d Melatih tekhik relaksasi DS: ibu pasien mengatakan
Oktober
kekhawatiran anaknya bisa mempraktikan Teknik
2021
09.30 mengalami relaksasi
kegagalan DO: pasien melakukan Teknik
(Tindakan relaksasi Ketika nyerinya muncul
operasi
3 Risiko infeksi Memonitor luka Ds:
Oktobe dibuktikan P : luka post orchidopexy testis dx.
r 2021 dengan Q : tajam
09.00 Perubahan R : testis dan penis
tubuh primer S : skala 2
yang tidak T: hilang timbul
adekuat.
Do:
Pasien tampak meringis
TD : 105/70mmHg
N : 95x / menit
RR : 24 x / menit
S : 36,5˚ C
SpO2 : 99%
3 Risiko infeksi Memonitor tanda-tanda Ds:
Oktobe dibuktikan infeksi Pasien mengatakan nyeri
r 2021 dengan Do:
09.15 Perubahan Luka tertutup kasa, tidak
tubuh primer merembes, tidak ada nanah, tidak
yang tidak ada darah, tidak ada bengkak dan
adekuat. tidak ada nyeri tekan berlebih.
TD : 105/70 mmHg
N : 95x / menit
RR : 24 x / menit
S : 36,5˚ C
SpO2 : 98%
3 Risiko infeksi Melepaskan balutan dan Ds:
Oktobe dibuktikan plester secara perlahan Pasien menyetujui tindakan ini
r 2021 dengan Do:
09.20 Perubahan Balutan dan plester lalu dilepas
tubuh primer
yang tidak
adekuat.
3 Risiko infeksi Membersihkan dengan Ds:
Oktobe dibuktikan cairan NaCL Pasien mengatakan rasannya agak
r 2021 dengan dingin ketika luka sedang
09.25 Perubahan dibersihkan dengan cairan NaCL
tubuh primer Do:
yang tidak Luka terlihat lebih bersih tidak
adekuat. merembes, tidak ada nanah, tidak
ada darah, tidak ada bengkak
3 Risiko infeksi Memasang balutan sesuai Ds:
Oktobe dibuktikan jenis luka Pasien menyetujui pemasangan
r 2021 dengan balutan pada luka
09.30 Perubahan Ds:
tubuh primer Pasien dipasang balutan sesuai
yang tidak jenis luka
adekuat.
3 Risiko infeksi Mempertahankan teknik Ds: -
dibuktikan steril saat melakukan Do:
Oktobe
dengan perawatan luka Tangan dan alat harus steril,
r 2021/ Perubahan pastikan sebelum memakai sarung
tubuh primer tangan semua alat telah disiapkan
Pukul
yang tidak didekat pasien dan terjangkau,
09.40 adekuat. pemakaian sarung tangan setelah
membuka balut, harus diganti
dengan sarung tangan steril.
3 Risiko infeksi Mengganti balutan sesuai Ds:-
Oktobe dibuktikan jumlah eksudat dan Do:
r 2021 dengan drainase Balutan diganti sesuai jumlah
09.50 Perubahan eksudat dan drainase
tubuh primer
yang tidak
adekuat.
3 Risiko infeksi Menjelaskan tanda dan Ds:
Oktobe dibuktikan gejala infeksi Pasien dan ibu pasien dapat
r 2021 dengan mengisi form
09.55 Perubahan Do:
tubuh primer Tidak ada nanah, tidak panas, tidak
yang tidak bengkat, dan tidak ada bau di area
adekuat. post op. Jawaban 99 % benar
3 Risiko infeksi Mengajarkan prosedur Ds:
Oktobe dibuktikan perawatan luka secara ibu pasien dapat menerapkan
r 2021 dengan mandiri kembali prosedur perawatan luka
10.00 Perubahan Do:
tubuh primer ibu pasien tampak menerapkan
yang tidak prosedur perawatan luka dengan
adekuat. benar

F. Evaluasi Keperawatan
Tgl/jam Diagnosa Kep Catatan Perkembangan TTD

1 okt Nyeri akut S : Pasien mengeluh nyeri. P : nyeri post


2021, berhubungan dengan operasi , Q : tajam, R : testis dan penis, S : 4, T:
puul agen pencedera fisik hilang timbul
12.00 O : pasien tampak gelisah dan meringis
TD : 123/87 mmHg, N : 100 x/ menit, RR : 24
x/ menit, Suhu : 36˚C, SpO2 : 99%
A : Tujuan belum tercapai, masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
-identifikasi lokasi,
karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas
nyeri
- berikan tehnik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (distraksi,relaksasi)
1 okt Ansietas b.d S : Ibu pasien mengatakan pasien merasa cemas
2021, kekhawatiran dan gelisah
puul mengalami O : pasien tampak cemas dan gelisah
12.15 kegagalan (Tindakan TD : 123/87 mmHg, N : 100 x/ menit, RR : 24
operasi x/ menit, Suhu : 36˚C, SpO2 : 99%
A : Tujuan belum tercapai, masalh belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan keluarga untuk tetap Bersama
pasien
1 okt Risiko infeksi S : Terdapat luka post op orchidopexy testis dx
2021, dibuktikan dengan O : Luka tampak bersih, tidak ada tanda atau
puul Perubahan tubuh gejala infeksi, luka tidak ada nanah dan tidak
12.30 primer yang tidak ada bengkak. TD : 123/87 mmHg, N : 100 x/
adekuat. menit, RR : 24 x/ menit, Suhu : 36˚C,
SpO2 : 99%
Leukosit : 7.64 Ribu/ µl
A : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum
teratasi
P : Pertahankan intervensi

Tgl/jam Diagnosa Kep Catatan Perkembangan TTD

2 okt Nyeri akut S : Pasien masih mengeluh nyeri. P : nyeri post


2021, berhubungan dengan operasi , Q : tajam, R : testis dan penis, S : 3, T:
puul agen pencedera fisik hilang timbul
12.00 O : pasien sedikit gelisah dan masih meringis
meringis, TD : 110/70 mmHg, N : 90 x/ menit,
RR : 24 x/ menit, Suhu : 36,5˚C, SpO2 :
99%
A : Tujuan belum tercapai, masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
-identifikasi lokasi,
karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas
nyeri
- berikan tehnik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (distraksi,relaksasi)

2 okt Ansietas b.d S : Ibu pasien mengatakan pasien masih merasa


2021, kekhawatiran cemas dan gelisah
puul mengalami O : pasien tampak cemas dan gelisah TD :
12.15 kegagalan (Tindakan 110/70 mmHg, N : 90 x/ menit, RR : 24 x/
operasi menit, Suhu : 36,5˚C, SpO2 : 99%
A : Tujuan belum tercapai, masalh belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan keluarga untuk tetap Bersama
pasien
2 okt Risiko infeksi S : Terdapat luka post op orchidopexy testis dx
2021, dibuktikan dengan O : Luka tampak bersih, tidak ada tanda atau
puul Perubahan tubuh gejala infeksi, luka tidak ada nanah dan tidak
12.30 primer yang tidak ada bengkak. TD : 110/70 mmHg, N : 90 x/
adekuat. menit, RR : 24 x/ menit, Suhu : 36,5˚C, SpO2
: 99% , Leukosit : 7.64 Ribu/ µl
A : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum
teratasi
P : Pertahankan intervensi

Tgl/jam Diagnosa Kep Catatan Perkembangan TTD

3 okt Nyeri akut S : Ibu pasien mengatakan pasien nyerinya


2021, berhubungan dengan menurun P : nyeri post operasi , Q : tajam, R :
puul agen pencedera fisik testis dan penis, S : 2, T: hilang timbul
12.00 O : pasien tampak gelisahnya menurun dan
tidak meringis , TD : 105/70 mmHg, N : 95 x/
menit, RR : 24 x/ menit, Suhu : 36,5˚C, SpO2:
99%
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : hentikan intervensi
3 okt Ansietas b.d S : Ibu pasien mengatakan pasien masih sudah
2021, kekhawatiran tidak merasa cemas dan gelisah
puul mengalami O : pasien tampak tenang TD : 105/70 mmHg,
12.15 kegagalan (Tindakan N : 95 x/ menit, RR : 24 x/ menit, Suhu :
operasi 36,5˚C, SpO2: 99%
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : hentikan intervensi
3 okt Risiko infeksi S : Terdapat luka post op orchidopexy testis dx
2021, dibuktikan dengan O : Luka tampak bersih, tidak ada tanda atau
puul Perubahan tubuh gejala infeksi, luka tidak ada nanah dan tidak
12.30 primer yang tidak ada bengkak. TD : 105/70 mmHg, N : 95 x/
adekuat. menit, RR : 24 x/ menit, Suhu : 36,5˚C, SpO2:
99%
A : Tujuan tercapai , masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien UDT dengan post operasi Orchidopexy testis hari ke-1,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian adalah ansietas dan nyeri pada luka
post operasi orchidopexy testis dan bertambah saat pasien bergerak dan duduk. Pasien
belum mampu mengontrol dirinya dan merasa gelisah dan cemas.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah:

a. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan (Tindakan operasi)

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

c. Risiko infeksi dibuktikan dengan Perubahan tubuh primer yang tidak adekuat.

3. Tindakan yang dilakukann dan diaplikasikan secara mandiri dan kolaborasi sesuai
kebutuhan dan prioritas pasien.

4. Selama 3 hari dilakukan intervensi keperawatan, masalah pada pasien dapat teratasi
seperti masalah nyeri teratasi serta ansietas teratasi.

B. Saran
1. Bagi Perawat

Diharapkan kepada perawat untuk mengajarkan dan mendorong pasien untuk melakukan
teknik relaksasi distraksi pada pasien dengan post operasi orchidopexy testis, selain itu
pasien dan juga keluarga pasien diinformasikan untuk dapat meredakan kecemasan.

2. Bagi Mahasiswa

Teruntuk mahasiswa melakukan praktik di rumah sakit mampu dan bisa melakukan
asuhan keperawatan secara holistik dengan melakukan pengkajian secara tepat dan
mendalam terkait kasus yang ditemui. Kemudian mahasiswa mampu menentukan
masalah keperawatan sesuai prioritas dan mampu menyusun rencana keperawatan terkait
masalah yang ditemui. Lalu mampu meimplementasikan rencana keperawatan yang telah
disusun dan mampu melakukan evaluasi terhadap masalah yang ditemui
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja.2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan indicator


diagnostic. Edisi I. Jakarta:DPP PPNI

Tim Pokja.2016.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan indicator


diagnostic. Edisi I. Jakarta:DPP PPNI

Tim Pokja.2016.Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan indicator diagnostic.


Edisi I. Jakarta:DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai