Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MANAJEMEN KOMPENSASI

“Jurnal Internasional dengan Variabel Sub Pokok Kompensasi yang


Mempengaruhi dan Tidak Mempengaruhi”

Dosen Pengampu: Drs. Ami Dilham, M.Si.

Disusun Oleh:

Nama : Elfida Utary Tanjung


NIM : 180502117

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
JURNAL PERTAMA: VARIABEL KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3) MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN

“Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Disiplin Kerja Terhadap


Kinerja Karyawan di Jasa Lingkungan Kota Yogyakarta”
Oleh:
M. Hibbul Watoni
(2019)
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keselamatan dan
kesehatan kerja serta disiplin kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Lingkungan
Hidup Kota Yogyakarta baik secara parsial maupun simultan. Populasi dalam penelitian
ini adalah 220 pegawai Bagian Sanitasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.
Penelitian ini melibatkan 135 sampel yang dipilih menggunakan teknik random
sampling. Penelitian ini menggunakan data primer dan dikumpulkan melalui
penyebaran kuesioner. Validitas dan reliabilitas kuesioner telah diuji sebelum
pemberian. Kemudian data dianalisis dengan analisis regresi linier berganda, uji-t, uji-f,
dan uji determinasi menggunakan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengujian parsial variabel keselamatan dan kesehatan kerja (X1) dan disiplin kerja (X2)
memiliki pengaruh berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai (Y) pada Dinas
Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Sedangkan pengujian secara simultan variabel
keselamatan dan kesehatan kerja (X1) dan disiplin kerja (X2) berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai (Y) pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.
Kata Kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Disiplin Kerja, Kinerja Karyawan

1. PERKENALAN
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, setiap perusahaan wajib melaksanakan upaya untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja dengan melindungi keselamatan pekerja dan sarana
produksi. Sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 pasal
87 (1) mengatur bahwa setiap jenis usaha harus memiliki sistem keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dalam sistem manajemen perusahaan. Perusahaan
memiliki tanggung jawab untuk memberikan instruksi, pelatihan, dan pengawasan

1
untuk memastikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam sistem
manajemen perusahaan, baik perusahaan swasta maupun milik negara karena berkaitan
dengan kegiatan yang melindungi dan memelihara sumber daya atau aset perusahaan.
Namun, disiplin kerja juga harus dimiliki oleh karyawan karena selalu
diharapkan menjadi ciri khas yang menonjol dari setiap sumber daya manusia dalam
organisasi. Melalui disiplin, organisasi akan berjalan dengan baik dan berhasil mencapai
tujuannya. Oleh karena itu, kesadaran karyawan akan disiplin kerja sangat diperlukan.
Pekerjaan di bidang sanitasi harus dilakukan dengan hati-hati dan karyawan harus
menggunakan alat dengan tepat sesuai dengan prosedur operasi standar yang ditetapkan
oleh perusahaan. Ketika karyawan disiplin, maka akan membuat mereka merasa
nyaman dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja mereka. Kinerja karyawan
merupakan isu utama dalam suatu organisasi, apakah organisasi atau perusahaan
tersebut dapat mencapai tujuannya atau tidak, tergantung pada kinerja karyawan
tersebut. Oleh karena itu, dalam menerapkan manajemen kinerja karyawan, perusahaan
harus mampu mengintegrasikan tujuannya sendiri dengan tujuan karyawan.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta adalah instansi pemerintah yang
bertanggung jawab terhadap pemantauan lingkungan, peningkatan kapasitas,
peningkatan keindahan dan kebersihan. Dalam hal ini, Bagian Sanitasi dari instansi ini
memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan sampah. Divisi ini memiliki dua tugas
penting yaitu pengangkutan sampah dan sanitasi kota. Dinas ini telah menyediakan
peralatan yang lengkap untuk para pekerja lapangan (pengangkut sampah dan
pembersih jalan). Para pekerja lapangan memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan
kerja dan masalah kesehatan terkait pekerjaan. Oleh karena itu, semua karyawan di
bidang ini harus disiplin menggunakan semua peralatan untuk meminimalkan risiko.

2. LATAR BELAKANG TEORITIS


2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan lingkungan adalah
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan sehat. Dengan
demikian, dapat meminimalkan atau menghilangkan risiko kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang disebabkan oleh pekerjaan yang pada akhirnya dapat

2
meningkatkan efisiensi dan kinerja karyawan. Bentuk dasar dari kata 'keselamatan'
adalah 'aman'. Hal ini terkait dengan kondisi yang bebas dari kecelakaan. Ridley
(2008) menyatakan bahwa keselamatan kerja berarti proses perencanaan dan
pengendalian situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dengan
menyusun prosedur operasi standar sebagai acuan kerja. Widodo (dalam Silalahi
dan Rumondang, 2015) menyatakan bahwa keselamatan mengacu pada upaya
untuk mencegah tindakan atau kondisi tidak aman yang dapat mengakibatkan
kecelakaan. Dia mengusulkan empat aspek yang mendukung keselamatan kerja,
seperti:
a. Adanya aspek keselamatan kerja,
b. Kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja,
c. Bekerjalah dengan seksama, dan
d. Melakukan prosedur kerja dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan
kerja.
Kesehatan yang dalam bahasa Inggris berarti ‘sehat’ tidak hanya berarti
ketika seseorang tidak memiliki penyakit, tetapi pengertian ‘sehat’ berarti sehat
secara fisik, mental, dan sosial. Kesehatan kerja mengacu pada kebebasan dari
kekerasan fisik. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor di lingkungan kerja
termasuk kerja lembur, stres, emosi, atau gangguan fisik (Mondy dan Noe, 2005).
Sucipto (2014) mengemukakan beberapa fungsi kesehatan kerja di perusahaan,
yaitu:
a. Identifikasi dan penilaian risiko kesehatan di tempat kerja.
b. Memberikan saran tentang perencanaan dan pengorganisasian, dan praktik
kerja termasuk desain tempat kerja.
c. Memberikan nasihat, informasi, pelatihan, dan pendidikan tentang kesehatan
kerja dan Alat Pelindung Diri (APD).
d. Melakukan survey kesehatan kerja.
e. Keterlibatan dalam proses rehabilitasi.
f. Mengelola pertolongan pertama dan tindakan darurat.
Jackson dkk. (2011) menyatakan bahwa “Keselamatan dan kesehatan kerja
berkaitan dengan perlindungan kondisi fisik dan psikologis pekerja”. K3 adalah
ilmu multidisiplin tentang pemeliharaan dan peningkatan lingkungan kerja,

3
keselamatan kerja, kesehatan, dan keselamatan pekerja serta melindunginya dari
bahaya pelaksanaan pekerjaan dan mencegah kerugian akibat kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau polusi di lingkungan kerja.
Tujuan penerapan K3 adalah untuk meminimalkan atau mencegah
terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau kerugian material. Tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja menurut Lamm, Massey & Perry (2006) adalah
memberikan rasa aman dan nyaman bagi karyawan yang bekerja pada semua jenis
dan tingkat pekerjaan; mewujudkan masyarakat yang aman, sehat, dan sejahtera;
dan menciptakan tempat kerja yang bebas dari bahaya atau cedera/penyakit akibat
kerja; dan meningkatkan produktivitas. Selanjutnya, ada beberapa manfaat dari
penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan seperti yang
dikemukakan oleh Mondy (2008), yaitu: 1) Mengurangi Absensi, 2) Mengurangi
Biaya Klaim Kesehatan, 3) Mengurangi Perputaran Karyawan, dan 4)
Meningkatkan Produktivitas.

2.2 Disiplin Kerja


Disiplin kerja sangat penting untuk pengembangan organisasi terutama
untuk memotivasi karyawan dalam bekerja baik secara individu maupun kelompok.
Disiplin mencerminkan rasa tanggung jawab individu terhadap tugas-tugas mereka.
Heidjrachman dan Husnan, 2002 (dalam Sinambela, 2016) menyatakan bahwa
disiplin mengacu pada individu atau kelompok mematuhi peraturan/perintah dan
berinisiatif untuk mengambil tindakan jika diperlukan. David dalam Mangkunegara
(2001) menyatakan bahwa disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan
manajemen untuk memperkuat pedoman organisasi.
Disiplin menurut Hasibuan (2001) adalah kesadaran dan kesediaan individu
untuk mentaati segala peraturan perusahaan dan norma sosial yang berlaku. Dalam
hal ini, kesadaran mengacu pada sikap untuk secara sukarela mematuhi semua
aturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawab sendiri. Disiplin pegawai dapat
dilihat berdasarkan aspek-aspek berikut (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007):
a. Disiplin sebagai salah satu aspek budaya perusahaan.
b. Disiplin berkaitan dengan kemungkinan terjadinya distorsi atau isu mengenai
kinerja perusahaan.

4
c. Itu muncul karena kesadaran diri atau paksaan karyawan.
d. Motif karyawan untuk diakui sebagai orang baik atau model karyawan.
e. Tidak semua karyawan memiliki tingkat kedisiplinan seratus persen karena ada
faktor internal dan eksternal.
f. Disiplin pegawai tidak selalu berkaitan dengan produktivitas kerja, artinya
disiplin harus dilengkapi dengan kecerdasan.
g. Tindakan perusahaan dalam memberikan penghargaan kepada karyawan.
h. Disiplin karyawan berkaitan dengan peluang karir.

2.3 Kinerja Karyawan


Kinerja berasal dari kata job performance atau kinerja aktual yang dicapai
oleh individu. Kinerja (kinerja) mengacu pada hasil kerja baik kualitas maupun
kuantitas yang dicapai oleh pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya. Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas
atau kualitas produk atau jasa yang dihasilkan oleh karyawan (Luthans, 2011).
Seperti yang diterjemahkan oleh HarbaniPasolong, Robbins menyatakan “Kinerja
adalah hasil evaluasi kerja yang dilakukan oleh karyawan dibandingkan dengan
kriteria yang telah ditentukan” (Pasolong, 2007). Selain itu, Moeheriono (2012)
mendefinisikan kinerja sebagai gambaran tingkat pencapaian atas pelaksanaan
suatu program atau kebijakan dalam mencapai tujuan, sasaran, visi, dan misi
perusahaan yang dituangkan dalam rencana strategis perusahaan. Mangkunegara
(2005) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai:
a. Faktor individu meliputi kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan
demografi.
b. Faktor psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran, dan
motivasi.
c. Faktor organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur,
dan desain pekerjaan.

3. METODE
3.1 Populasi, Pemilihan Sampel, Sampel

5
Sugiyono (2014) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek/subjek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan
oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian disimpulkan. Populasi penelitian ini
adalah pekerja lapangan di Dinas Kebersihan Lingkungan Kota Yogyakarta dengan
jumlah 220 pekerja lapangan.
Penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling dimana sampel
dipilih tanpa mempertimbangkan tingkat populasi (Sugiyono, 2014). Penelitian ini
melibatkan 135 responden yang terdiri dari pekerja lapangan di Bagian Sanitasi
Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.

3.2 Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data cross-sectional karena hanya
mengumpulkan data selama kerja lapangan (Ghozali, 2009). Sumber data adalah
data primer yang diperoleh langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan
melalui penyebaran kuesioner.

3.3 Variabel Pengujian


Variabel adalah setiap item yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti untuk
mendapatkan informasi tentangnya kemudian dibahas dan disimpulkan (Sugiyono,
2014).
a. Variabel Dependen. Sugiyono (2014) menyatakan bahwa variabel dependen
sering disebut sebagai variabel output, kriteria atau konsekuen. Variabel terikat
dari penelitian ini adalah kinerja (Y) yang diukur dengan kuesioner.
Mangkunegara (2009) mengusulkan indikator kinerja yang meliputi kualitas,
kuantitas, pelaksanaan tugas, dan tanggung jawab.
b. Variabel Independen. Sugiyono (2014) menyatakan bahwa variabel bebas
sering disebut sebagai stimulus, prediktor atau anteseden. Penelitian ini
menggunakan dua variabel bebas yaitu keselamatan dan kesehatan kerja (X1)
dan disiplin kerja (X2).
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, Sinambela, 2016 (dalam
Mangkunegara, 2002) menyoroti bahwa pemikiran dan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) untuk menjamin perlindungan kondisi fisik dan psikologis

6
karyawan pada khususnya dan manusia pada umumnya untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan sejahtera. Gary Dessler (1997) mengemukakan indikator
kesehatan dalam kesehatan kerja, yaitu:
a. Kondisi karyawan adalah kondisi yang dialami karyawan yang mendukung
pekerjaannya.
b. Lingkungan kerja adalah lingkungan yang lebih luas dari tempat kerja yang
mendukung pekerjaan karyawan.
c. Perlindungan karyawan merupakan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan
untuk menunjang kesejahteraan karyawan.
Disiplin kerja adalah kemampuan karyawan untuk bekerja secara teratur dan
berkesinambungan sesuai dengan ketentuan/aturan yang berlaku (Sinambela, 2016).
Indikator disiplin kerja meliputi: ketepatan waktu, pakaian rapi, kepatuhan terhadap
aturan, dan tanggung jawab.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA


4.1 Menguji Instrumen Penelitian
Kuesioner diuji sebelum kerja lapangan untuk melihat validitas dan
reliabilitasnya. Pengujian dilakukan kepada 30 responden kemudian dianalisis
hasilnya menggunakan SPSS versi 20 for Windows.
a. Uji Validitas. Validitas kuesioner diuji. Kuesioner yang valid dapat mengukur
apa yang akan diukur. Dengan kata lain, untuk memeriksa apakah pertanyaan
yang dirancang dalam kuesioner dapat mengukur apa yang akan diukur
(Adhila, Fitriani, dan Ismanto, 2014). Jika nilai r-hitung > r-tabel, maka dapat
dikatakan butir-butir soal tersebut valid.
Tabel 1. Uji Validitas Variabel Keselamatan dan Kesehatan Kerja

7
Tabel 2. Uji Validitas Variabel Disiplin Kerja

Tabel 3. Uji Validitas Kinerja Karyawan

b. Uji Reliabilitas. Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur kuesioner


sebagai indikator suatu variabel atau konstruk (Adhila, Fitriani, dan Ismanto,
2013). Kuesioner dapat diandalkan jika orang memberikan tanggapan yang
konsisten terhadap pertanyaan dari waktu ke waktu. Reliabilitas diuji dengan
Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai
Cronbach Alpha > 0,60. Hasil uji reliabilitas keselamatan dan kesehatan kerja,
disiplin kerja, dan kinerja karyawan dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 4. Uji Reliabilitas

8
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai Cronbach Alpha untuk
masing-masing variabel adalah > 0,60. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini reliabel.

c. Analisis Regresi Berganda. Analisis regresi berganda untuk menganalisis


pengaruh antara variabel keselamatan dan kesehatan kerja dan disiplin kerja
terhadap kinerja pegawai pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan hasil SPSS 20 for windows, dapat diketahui bahwa persamaan


regresi linier berganda adalah: Y = 3,955 + 0,346X1 + 0,373X2
1) Nilai konstanta sebesar 3,955 menyatakan jika tidak terdapat variabel
keselamatan dan kesehatan kerja (X1) dan disiplin kerja (x2) maka nilai
kinerja pegawai (y) sebesar 3,955.
2) Nilai koefisien regresi X10.346 menyatakan jika terjadi peningkatan satu
satuan pada variabel keselamatan dan kesehatan kerja maka kinerja
pegawai akan meningkat sebesar 0,346.
3) Nilai koefisien regresi X2 0,373 menyatakan jika terjadi peningkatan satu
satuan pada variabel disiplin kerja, maka kinerja pegawai akan meningkat
sebesar 0,373.

d. Uji-T
1) Hipotesis Pertama
H01: Tidak ada pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja
pegawai.

9
Ha1: Ada pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja
pegawai.
Hasil uji signifikansi variabel keselamatan dan kesehatan kerja (X1)
terhadap kinerja pegawai (Y), dengan nilai taraf signifikansi = 0,05 dengan
df = (jumlah data-2), 135-2 = 133, maka nilai t-tabel adalah 1,978 dengan t-
hitung 8,329. Berdasarkan perhitungan tersebut menunjukkan bahwa t-
hitung = 8,329 > t-tabel = 1,978. Artinya keselamatan dan kesehatan
kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan atau H0
ditolak. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan
nilai probabilitas = 0,000 < = 0,05 maka H0 ditolak.

2) Hipotesis Kedua
H02: Tidak ada pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai.
Ha2: Ada pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai.
Hasil uji signifikansi variabel keselamatan dan kesehatan kerja (X3)
terhadap kinerja karyawan (Y) menunjukkan nilai taraf signifikansi = 0,05
dengan df = (jumlah data-2), 135-2 = 133 dengan nilai t-tabel = 1,978 dan t-
hitung 5,508. Hal ini menunjukkan bahwa t-hitung = 5,508 lebih besar dari
> t-tabel = 1,978. Kemudian variabel disiplin kerja berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan atau H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa hasil
analisis data menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap
disiplin kerja dengan nilai probabilitas = 0,000 < = 0,05, atau H0 ditolak.

e. Uji-F. Hasil uji signifikansi antara keselamatan dan kesehatan kerja, stres
kerja, dan disiplin kerja dengan kinerja pegawai pada Dinas Lingkungan Hidup
Kota Yogyakarta diperoleh nilai tingkat kepercayaan = 0,05 dan df (derajat
kebebasan) = 133 dengan Nilai F-hitung sebesar 183.509 dan nilai F-tabel
sebesar 2,67. Hal ini menunjukkan bahwa F-hitung lebih tinggi dari F-tabel
(183.509 > 2.67). Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan
kerja, dan disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai di
lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Dengan kata lain Ha

10
diterima. Selanjutnya nilai sign-count 0,000 < alpha (α) = 0,05 menunjukkan
bahwa variabel keselamatan dan kesehatan kerja, stres kerja, dan disiplin kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

f. Uji Koefisien Determinasi (R²). Koefisien determinasi (R ²) menunjukkan


nilai 0,808 untuk penelitian ini. Dalam hal ini, 80,8% kinerja pegawai Dinas
Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta dapat dijelaskan oleh variabel bebas yaitu
keselamatan dan kesehatan kerja, dan disiplin kerja, sedangkan sisanya atau
19,2% dijelaskan oleh variabel lain.

4.2 Diskusi
a. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
di Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan nilai thitung sebesar 8,329 > nilai t tabel
sebesar 1,978 dengan tanda = 0,000 < = 0,05. Dalam hal ini keselamatan dan
kesehatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Hasil ini sesuai dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Ilfani (2013)
dimana keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
b. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Lingkungan
Hidup Kota Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan nilai t-hitung sebesar 5,508 > nilai t-tabel
sebesar 1,978 dengan tanda = 0,000 < = 0,05. Dalam hal ini disiplin kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Prawatya (2012) yang menyatakan bahwa disiplin kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
c. Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja, dan disiplin kerja terhadap
kinerja pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh simultan
keselamatan dan kesehatan kerja, stres kerja, dan disiplin kerja terhadap kinerja
pegawai di lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Hal ini
berdasarkan nilai F-hitung sebesar 183,509 > nilai F-tabel sebesar 2,67 dengan

11
nilai tanda hitung 0,000 < alpha (α) = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan
koefisien determinasi (R²) = 0,808 dan pengaruh keselamatan dan kesehatan
kerja, dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta mencapai nilai 80,8%, sedangkan sisanya
atau 19,2%. dijelaskan oleh variabel lain selain keselamatan dan kesehatan
kerja, dan disiplin kerja.

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan data, dapat disimpulkan bahwa:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan.
2. Disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.
3. Keselamatan dan kesehatan kerja, dan disiplin kerja secara simultan
mempengaruhi kinerja karyawan.

5.2 Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, peneliti membuat rekomendasi
sebagai berikut:
1. Jasa Lingkungan
a. Berdasarkan hasil penelitian diketahui variabel keselamatan dan kesehatan
kerja serta disiplin kerja yang mempengaruhi kinerja pegawai. Dengan
demikian, diharapkan dapat terus meningkatkan kinerja pegawai melalui
pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja, serta disiplin kerja.
b. Dinas Lingkungan Hidup diharapkan lebih banyak memberikan pelatihan
tentang keselamatan kerja dan selalu mengingatkan pentingnya menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja, disiplin kerja, dan menghindari stres
dalam bekerja.
2. Studi Lebih Lanjut

12
a. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel. Oleh karena itu, penelitian
selanjutnya diharapkan dapat menambahkan lebih banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan.
b. Pengukuran kinerja pegawai harus dilakukan oleh pimpinan/atasan atau
pegawai lainnya.
c. Populasi penelitian ini hanya mencakup satu bidang, maka penelitian
selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah populasi untuk
mendapatkan hasil yang lebih mendekati kondisi sebenarnya.

JURNAL PERTAMA: VARIABEL KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA (K3) TIDAK MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN

“Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan


Melalui Kepuasan Kerja”
Oleh:
Vivin Maharani Ekowati dan Firqiyatul Makhfudloh Amin
(2018)

Abstrak: Banyak perusahaan yang kurang memperhatikan kesehatan dan keselamatan


karyawan dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pada
karyawan. Kecelakaan tidak diinginkan dan tidak dapat diprediksi ketika terjadi, tetapi
dapat diantisipasi. Terciptanya kondisi aman dari kemungkinan terjadinya kecelakaan
akan memudahkan kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan dan menguji
peran kepuasan kerja sebagai mediator antara kesehatan dan keselamatan kerja dengan
kinerja karyawan. Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research dimana data
dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan analisis jalur.
Sampel terdiri dari 50 responden. Studi ini menemukan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja tidak berpengaruh pada kinerja karyawan, dan kepuasan kerja dapat
memediasi hubungan antara kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kinerja
karyawan.

13
Kata Kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kepuasan Kerja, Kinerja
Karyawan

1. PENDAHULUAN
PT. PLN (Persero) di Kediri adalah perusahaan yang bergerak di bidang
kelistrikan yang melayani pembayaran listrik, pengaduan gangguan listrik, pesangon
pensiun pegawai dll PLN sesuai dengan pekerjaan. Namun di lapangan belum
seluruhnya dilaksanakan, masih banyak pegawai yang tidak memperhatikan
keselamatannya dengan tidak menggunakan peralatan yang sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur. Kecelakaan tidak diinginkan dan tidak dapat diprediksi tetapi
dapat diantisipasi. Terciptanya kondisi aman dari kemungkinan terjadinya kecelakaan
akan memudahkan kinerja perusahaan. Ada beberapa cara untuk mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja. Salah satunya dengan meningkatkan frekuensi penggunaan alat
pelindung diri dalam produksi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menunjukkan kondisi fisiologis dan
psikologis tenaga kerja yang ditimbulkan dari lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan. Jika perusahaan melakukan langkah-langkah keselamatan dan kesehatan
yang efektif, lebih sedikit pekerja yang menderita cedera atau penyakit jangka pendek
atau panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka. Pemahaman yang baik tentang K3
dapat meningkatkan perhatian tenaga kerja dalam menghindari bahaya cedera di tempat
kerja. Pengenalan kerja dan bahaya kecelakaan sangat penting untuk keselamatan. Oleh
karena itu, pengenalan keselamatan kerja kepada tenaga kerja harus dimulai sejak dini
dan diberikan dalam rangka penerapan K3 di tempat kerja.
Perusahaan berkewajiban menyelenggarakan pekerjaan pemeliharaan yang
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif guna mencapai kesehatan
pekerja yang optimal sebagai potensi produktif untuk dikembangkan. Perusahaan harus
memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan kepada tenaga kerja untuk meningkatkan
produktivitas perusahaan. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan tahap
akhir dari pengendalian kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Walaupun
penggunaan alat pelindung diri merupakan hal yang penting bagi pekerja, namun pada
kenyataannya masih banyak pekerja yang tidak menggunakannya. Hal ini disebabkan
oleh banyak faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja.

14
Menurut Hasibuan kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan
dan mencintai pekerjaan yang telah diberikan. Sikap ini tercermin dari semangat kerja,
disiplin kerja. Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati
dalam pekerjaan dengan mengukur pujian terhadap pekerjaan, penempatan, perlakuan,
peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik. Robbins menyatakan bahwa
kepuasan kerja dapat meningkatkan kinerja. Kinerja pegawai merupakan upaya
organisasi dalam mengelola kompetensi pegawai secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga pegawai memiliki tingkat kinerja yang diharapkan, mampu
memberikan hasil yang optimal, dan mampu mencapai tujuan organisasi.
Beberapa penelitian terkait K3 antara lain Lin bahwa loyalitas memiliki efek
positif pada aturan keselamatan dan tanggung jawab keselamatan individu melalui
budaya keselamatan. Selain itu, budaya keselamatan juga berpengaruh positif terhadap
kinerja. Demikian pula Subramaniam menunjukkan dampak K3 terhadap kinerja
pegawai. Chaughey menyatakan bahwa K3 berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Jalalkamali menunjukkan bahwa kepuasan kerja mempengaruhi kinerja karyawan.
Temuan yang berbeda dapat dilihat pada Walters ia menemukan bahwa keselamatan
kerja tidak berpengaruh langsung pada kinerja tetapi melalui lingkungan kerja yang
kondusif. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kesehatan dan keselamatan
kerja terhadap kinerja karyawan, menguji kepuasan kerja sebagai mediator hubungan
antara kesehatan dan keselamatan kerja, dan kinerja karyawan.

2. HIPOTESIS PENELITIAN
Mondy menyatakan bahwa keselamatan adalah perlindungan karyawan dari
cedera terkait pekerjaan. Termasuk dalam jaminan keselamatan adalah faktor-faktor
yang berkaitan dengan cedera, stres berulang, tempat kerja, dan kekerasan dalam rumah
tangga. Sementara itu, kesehatan adalah kebebasan baik dari fisik maupun emosional.
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional positif dalam mengevaluasi pengalaman
kerja. Ketidakpuasan kerja akan muncul ketika harapan tidak terpenuhi. Kepuasan kerja
memiliki banyak dimensi dan setiap dimensi akan menghasilkan perasaan puas secara
keseluruhan dengan pekerjaan itu sendiri, tetapi pekerjaan juga memiliki arti yang
berbeda bagi orang lain. Ada beberapa indikator kepuasan kerja menurut As'ad: (a)
kepuasan finansial, (b) kepuasan fisik, (c) kepuasan sosial, (d) kepuasan psikologis.

15
Kinerja merupakan hasil kerja seseorang secara keseluruhan dalam menjalankan
tugas, seperti standar kerja, target atau sasaran dan kriteria yang telah ditentukan dan
disepakati sebelumnya. Ada beberapa indikator menurut Dharma, yaitu: (a) kuantitas,
(b) kualitas, dan (c) waktu. Kinerja yang baik merupakan langkah menuju pencapaian
tujuan individu. Oleh karena itu kinerja merupakan suatu tujuan yang menentukan
dalam mencapai tujuan individu baik material maupun non material atau dengan kata
lain untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani. Subramaniam
menyatakan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja mempengaruhi kinerja pegawai.
Temuan Bronkhorst dan Brenda juga menyatakan bahwa kesehatan kerja berpengaruh
terhadap kinerja. Simamora menjelaskan bahwa dengan memperhatikan kesehatan dan
keselamatan karyawan, perusahaan telah menjalankan fungsi manajemen sumber daya
manusia, menjaga kondisi fisik, mental dan sikap karyawan, sehingga mereka tetap
produktif untuk mencapai tujuan perusahaan.
H1: Keselamatan kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan.
H2: Kesehatan kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan.

Jalalkamali menemukan bahwa kepuasan kerja mempengaruhi kinerja karyawan.


Demikian pula, Yousef menunjukkan ada korelasi positif dan signifikan antara
kepuasan dengan keamanan kerja dan kinerja. Kuswadi menjelaskan bahwa karyawan
yang puas bekerja dengan kualitas yang lebih tinggi lebih produktif. Caughey dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa K3 berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Kavanaugh juga menemukan bahwa K3 berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Handoko
menyatakan bahwa kondisi kepuasan atau ketidakpuasan kerja menjadi umpan balik
yang akan mempengaruhi kinerja di masa yang akan datang. Dengan demikian,
hubungan antara kinerja dan kepuasan kerja menjadi suatu sistem yang
berkesinambungan.
H3 : Kepuasan kerja memediasi pengaruh kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan.
H4: Kepuasan kerja memediasi pengaruh keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan.

3. METODE
Jenis penelitian ini adalah explanatory. Menurut Supriyanto & Maharani explanatory
research adalah penelitian untuk menguji variabel-variabel yang dihipotesiskan.

16
Hipotesis ini menggambarkan hubungan antara dua variabel, untuk mengetahui apakah
variabel tersebut berhubungan atau tidak dengan variabel lain. Populasi meliputi seluruh
karyawan PT. PLN Wilayah Kediri, dengan jumlah sampel 50 orang. Analisis jalur
digunakan sebagai analisis data dalam penelitian ini. Hal ini digunakan untuk
menganalisis pola hubungan antar variabel dan untuk mengetahui pengaruh langsung
dan tidak langsung variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).

IV. HASIL DAN DISKUSI


A. Pengembangan Diagram Jalur
Analisis jalur menguji pengaruh antar variabel seperti keselamatan kerja, kesehatan
kerja, kepuasan kerja, dan kinerja karyawan. Pengembangan diagram jalur dapat
digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Pengembangan Diagram Jalur

B. Model Kecocokan Kecocokan


Pengukuran goodness of fit menggunakan total koefisien determinan (Rm2) yang
menunjukkan model struktural yang terbentuk mampu merepresentasikan data.
Rumusnya sebagai berikut:
RM2 1 – (1-R12) x (1-R22)
RM2 1 – (1 – 0,151) x (1- 0,230)
RM2 1 – 0,0347
RM2 0,965

17
Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai total koefisien determinan adalah sebesar 0,965
atau 96,5%. Artinya model struktural yang terbentuk dapat menjelaskan sekitar 96,5%
varian data. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa akurasi model jalur adalah 96,5%.

C. Uji Hipotesis
Asumsi dasar pengambilan keputusan untuk pengujian hipotesis adalah dengan
menggunakan T-statistik, dimana nilai T statistik lebih besar dari nilai t tabel yaitu
1,960 menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hasil uji hipotesis adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai koefisien sebesar 0,173 dan t Statistik
sebesar 1,120, lebih kecil dari nilai t tabel 1,960. Artinya keselamatan kerja tidak
berpengaruh terhadap variabel kinerja karyawan. Hubungan antara keselamatan kerja
dengan kinerja karyawan diperoleh nilai koefisien sebesar 0,173 dan T Statistik sebesar
1,120, lebih kecil dari nilai T Tabel 1,960. Artinya, keselamatan kerja tidak berpengaruh
terhadap variabel kinerja karyawan. Dengan demikian, hipotesis 1 ditolak. Sedangkan
untuk hubungan kesehatan kerja dengan kinerja pegawai menunjukkan nilai koefisien
0,086 dan nilai T statistik 0,534 lebih kecil dari nilai T Tabel 1,960. Artinya kesehatan
kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dengan demikian, hipotesis 2 juga
ditolak. Berdasarkan hasil analisis data, hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja
karyawan diperoleh nilai T Statistik sebesar 2,460, lebih besar dari T Tabel 1,960.
Artinya kepuasan kerja mempengaruhi kinerja pegawai. Nilai koefisien sebesar 0,349
atau dengan kata lain menunjukkan adanya pengaruh positif antara kepuasan kerja
terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian, hipotesis 3 diterima. Sedangkan untuk

18
hasil uji hubungan antara kesehatan kerja, kepuasan kerja, dan kinerja karyawan
diperoleh nilai T Statistic sebesar 2,180, lebih besar dari T Tabel 1,960, dan nilai
koefisien sebesar 0,300. Dengan demikian, kesehatan kerja berpengaruh tidak langsung
terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. Dengan demikian, hipotesis 4
diterima.

Hasil uji pengaruh tidak langsung antara keselamatan kerja dan kinerja karyawan
melalui kepuasan kerja, menunjukkan bahwa T-Statistic sebesar -1.494, lebih kecil dari
T Tabel 1.960, dan nilai koefisien sebesar -0,206. Artinya kepuasan kerja tidak dapat
memediasi pengaruh keselamatan kerja terhadap kinerja. Jadi, hipotesis 5 adalah
ditolak. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keselamatan kerja tidak
berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. PLN, Kediri. Temuan ini mengkonfirmasi
Walters bahwa keselamatan kerja tidak mempengaruhi kinerja karyawan. Namun
temuan ini bertentangan dengan Subrahmaniam yang menyatakan bahwa keselamatan
kerja mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut Mangkunegara kesehatan dan
keselamatan kerja mempunyai tujuan untuk meningkatkan keserasian kerja dan
partisipasi kerja pegawai. Dengan meningkatnya keserasian kerja dan partisipasi kerja
maka akan berdampak pada peningkatan kinerja pegawai. Untuk mencapai kinerja
karyawan, diperlukan program keselamatan dan kesehatan kerja, dengan fungsi sebagai
berikut: (1) melindungi karyawan dari kondisi kesehatan dan keselamatan kerja yang
berbahaya; (2) membantu penyesuaian fisik pegawai agar sehat dan produktif; (3)
membantu pencapaian dan pemeliharaan kinerja fisik, mental, dan kesehatan kerja
pegawai yang tinggi tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Kondisi ini
menegaskan bahwa kinerja tidak hanya didukung oleh kesehatan kerja, tetapi juga oleh
faktor-faktor lain. Seperti yang dikemukakan oleh Handoko bahwa lingkungan kerja
menjadi nilai keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat mempengaruhi pekerjaan
karyawan. Temuan ini mendukung Sakariyau dan Latip yang menyatakan bahwa
kesehatan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Namun, kepuasan kerja
mempengaruhi kinerja karyawan. Bronkhorst dan Brenda menunjukkan bahwa
kesehatan kerja dengan kondisi psikososial yang baik mampu menjaga kesehatan mental
dan fisik karyawan. Kepuasan kerja, dalam temuan penelitian ini, tidak dapat memediasi
keselamatan kerja bahwa loyalitas berpengaruh positif terhadap aturan keselamatan dan

19
keselamatan individu dan kinerja karyawan. Hal ini didukung oleh tanggung jawab Lin
melalui budaya keselamatan. Temuan ini berbeda dengan Yousef bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kepuasan dan keamanan kerja dan kinerja. Kavanaugh
menyatakan ada pengaruh K3 terhadap kepuasan kerja. Temuan ini juga menunjukkan
korelasi positif yang signifikan antara kepuasan dan keamanan kerja dan komitmen
organisasi, serta antara kepuasan dan keamanan kerja dan kinerja. Hal ini menunjukkan
adanya ketidakpuasan kerja di PT. PLN Kediri karena keselamatan kerja yang buruk.
Beberapa kelalaian juga dilakukan oleh karyawan saat melakukan pekerjaan, tidak
mematuhi peraturan dan melemahkan, mengabaikan penggunaan peralatan keselamatan,
keselamatan karyawan terancam. Kondisi tersebut dapat menyebabkan karyawan tidak
puas dengan pekerjaannya. Dengan menerapkan program keselamatan kerja diharapkan
dapat meminimalisir risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kepuasan Kerja
Mediasi Pengaruh Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Temuan ini
mendukung Kuswadi bahwa karyawan yang puas cenderung bekerja dengan kualitas
tinggi dan bekerja lebih produktif. Hal ini juga menegaskan Jalalkamali menunjukkan
pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Temuan ini relevan dengan
pendapat Mondy, kesehatan mengacu pada kebebasan baik dari fisik maupun
emosional. Masalah di bidang ini dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kinerja
karyawan. Cedera dan penyakit terkait pekerjaan lebih sering terjadi. Kondisi pekerja
yang sehat akan menghasilkan produktivitas kerja yang baik. Oleh karena itu, kesehatan
kerja memiliki peran penting dalam mencapai kepuasan kerja dan kinerja karyawan
yang tinggi.

V. KESIMPULAN
Keselamatan kerja tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan. Hal ini
dikarenakan sebagian karyawan tidak menggunakan alat keselamatan kerja yang sudah
menjadi ketentuan perusahaan. Kesehatan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja
pegawai. Pelayanan kesehatan karyawan di PT. PLN Kediri sudah ada. Namun hal itu
tidak cukup dan berdampak pada kinerja pegawai. Selanjutnya, kepuasan kerja tidak
dapat memediasi keselamatan dan kinerja karyawan. Artinya untuk mencapai kinerja
yang baik, keselamatan harus ditingkatkan agar karyawan merasa puas dalam bekerja.
Selain itu, kepuasan kerja dapat memediasi hubungan antara kesehatan kerja dengan

20
kinerja karyawan. Hal ini dikarenakan fasilitas kesehatan yang memadai dan dapat
meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Karyawan yang puas akan lebih produktif
daripada karyawan yang tidak puas. Dengan kepuasan kerja yang tinggi diharapkan
karyawan memiliki kinerja yang lebih baik dan lebih tinggi. Untuk penelitian
selanjutnya, diharapkan dapat mempertimbangkan beberapa kelemahan dan kekurangan
dalam penelitian ini atau menambahkan variabel lingkungan kerja untuk mencapai hasil
yang lebih dalam dan luas.

21

Anda mungkin juga menyukai