Farhan Nanda Saputra - 43219010005 - TB 2 AKSYAR
Farhan Nanda Saputra - 43219010005 - TB 2 AKSYAR
Disusun Oleh :
Farhan Nanda Saputra
43219010005
Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamiin, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya kepada kami semua, sehingga saya
bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah atas junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.
Tujuan saya membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi Tugas Besar 2 pada mata
kuliah Akuntansi Keuangan Syariah. Dan juga makalah ini bertujuan untuk memberikan ilmu
dan juga wawasan lebih kepada para pembaca, tanpa rahmat dan pertolongan-Nya tidaklah
mungkin saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan penuh kesadaran dan kerendahan
hati, dalam pembuatan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan serta dukungan
dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya,
diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga makalah ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Akad...............................................................................................................................3
B. Mudharabah..................................................................................................................3
Ketentuan Hukum Mudharabah:.............................................................................................6
C. Musyarakah...................................................................................................................8
D. Murabahah.....................................................................................................................10
BAB III....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN..............................................................................................................13
B. SARAN............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ekonomi Syariah merupakan salah satu jenis sistem ekonomi yang saat ini
berkembang di dunia, terutama negara-negara dengan mayoritas penduduk
muslim. Penerapan ekonomi syariah sebagai sistem dilandaskan nilai-nilai Islam
yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist.
Tujuan utama dari sistem ekonomi syariah (ekonomi Islam) selaras dengan
tujuan dari penerapan syariat (hukum) agama Islam, yaitu untuk mencapai tatanan
yang baik serta terhormat sehingga menciptakan kebahagiaan dalam lingkup dunia
dan akhirat. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ekonomi juga menjadi perhatian
dalam agama Islam. Menurut Muhammad Abu Zahra, seperti dicatat dalam buku
Memahami Ekonomi (2018), terdapat tiga sasaran utama yang menjadi tujuan dari
ekonomi syariah, yaitu:
1
Ada 5 prinsip Ekonomi Islam. Berikut daftar 6 prinsip ekonomi Islam beserta
penjelasannya:
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana praktik mudharabah dalam keuangan/akuntansi syariah?
2. Bagaimana praktik musyarakah dalam keuangan/akuntansi syariah?
3. Bagaimana praktik murabahah dalam keuangan/akuntansi syariah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami bagaimana praktik mudharabah dalam keuangan/akuntansi syariah
2. Memahami bagaimana praktik musyarakah dalam keuangan/akuntansi syariah
3. Memahami bagaimana praktik murabahah dalam keuangan/akuntansi Syariah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad
Akad syariah adalah istilah yang digunakan untuk menyebut jenis perjanjian
atau kesepakatan dalam transaksi syariah.
B. Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana
pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama
dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari
pengelola.
Mudharabah dapat diartikan sebagai akar kerjasama usaha antara dua pihak,
yaitu antara pengelola usaha yang disebut sebagai mudharib dan pihak memiliki
3
modal disebut sebagai shahibul maal. Melalui pembiayaan ini,
pemberi modal memperoleh bagi hasil secara terus menerus selama usaha masih
berjalan. Besar keuntungan yang diperoleh dibagi atas dasar kesepakatan yang telah
ditentukan di kontrak awal.
Akad mudharabah dibagi menjadi dua jika dilihat dari segi transaksi, yaitu:
Bank wajib memeberitahukan kepada pemilik mengenai nisbah dan tata cara
pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara risiko yang
dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan,
maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.
Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai
bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau penarikan lainnya kepada
penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau
tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.
Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuia dengan
perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo
negative.
4
Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang
telah disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan
diperlakukan sma seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah
dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.
Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabugan dan deposito tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh
bank dan wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana
simpanan khusus.
Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata
cara pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara risiko
yan dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai
kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.
Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank
wajib memisahkan dana ini dari rekening lainnya.
Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertitifikat atau tanda
penyimpanan (bilyet) dposito kepada deposan.
5
Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:
Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank
wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus daicatat pada pos
tersendiri dalam rekening administrative.
Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang
diamanatkan oleh pemilik dana.
Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara
pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil.
6
Selanjutnya PSAK Nomor 105 Paragraf 14 dan 15, jika nilai investasi mudharabah
turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan
kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana maka penurunan nilai tersebut diakui
sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. Namun jika sebagian
investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau
kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.
Pengakuan bagi hasil mudharabah tercantum dalam PSAK Nomor 105 Paragraf 20,
jika investasi mudharabah melebihi satu periode laporan, maka penghasilan usaha
diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati.
Selanjutnya Paragraf 21, kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad
mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian
investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara: (i) Investasi mudharabah
setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi, dan (ii) Pengembalian investasi
mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
PSAK Nomor 105 Paragraf 23, kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola
dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.
Sedangkan Paragraf 24, bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana
diakui sebagai piutang. Terkait dengan pengukuran pembiayaan yang diterapkan oleh
BSM sesuai dengan PSAK Nomor 105 Paragraf 13
(a) investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan. Selanjutnya Paragraf 13
(b) investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar
aset non kas pada saat penyerahan: (i) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai
tercatatnya diakui maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan
diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah. (ii) Jika nilai wajar lebih rendah
daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
Pengukuran bagi hasil mudharabah tercantum dalam PSAK Nomor 105 Paragraf 11,
pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau
7
bagi laba (profit sharing). Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian
hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset).
Sedangkan jika berdasarkan prinsip laba, dasar pembagian adalah laba neto (non profit)
yaitu bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah
C. Musyarakah
Secara bahasa Musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti al-ikhtilath
(percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit
dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau perserikatan usaha. Secara etimologis,
musyarakah adalah penggabungan, percampuran atau serikat. Musyarakah berarti
kerjasama kemitraan atau dalam bahasa Inggris disebut partnership.
Secara fiqih, dalam kitabnya, as-Sailul Jarrar III: 246 dan 248, Imam Asy-Syaukani
menulis sebagai berikut, “(Syirkah syar‟iyah) terwujud (terealisasi) atas dasar sama-sama
ridha di antara dua orang atau lebih, yang masing-masing dari mereka mengeluarkan
modal dalam ukuran yang tertentu. Kemudian modal bersama itu dikelola untuk
mendapatkan keuntungan, dengan syarat masing-masing di antara mereka mendapat
keuntungan sesuai dengan besarnya saham yang diserahkan kepada syirkah tersebut.
Namun manakala mereka semua sepakat dan ridha, keuntungannya dibagi rata antara
mereka, meskipun besarnya modal tidak sama, maka hal itu boleh dan sah, walaupun
saham sebagian mereka lebih sedikit sedang yang lain lebih besar jumlahnya. Dalam
kacamata syariat, hal seperti ini tidak mengapa, karena usaha bisnis itu yang terpenting
didasarkan atas ridha sama ridha, toleransi dan lapang dada.
Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi di antara para pemilik modal (mitra
musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam
suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan
kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
BMT mencatat anggota yang telah membayar bagi hasil BMT akan disajikan kedalam
laporan keuangan pada pos pendapatan bagi hasil musyarakah. Anggota yang belum
melunasi kewajibannya pada saat akad berakhir yaitu investasi dan bagi hasil yang belum
dibayarkan diakui sebagai piutang. Jika masa akad berakhir anggota masih belum
mampu mengembalikan investasi dan bagi hasil sepenuhnya maka BMT melakukan
rescheduling (perpanjangan jangka waktu pembiayaan) atau reconditioning
(perpanjangan atau pengurangan jumlah angsuran), tetapi anggota tetap harus mampu
mengembalikan investasi dan bagi hasil sepenuhnya di akhir masa akad. Namun apabila
pokok investasi dan bagi hasil telah ditutup maka pembiayaan berakhir dan anggota akan
diberikan bonus berupa potongan bagi hasil. Misalnya jika anggota melakukan
pembiayaan selama 12 bulan, anggota tersebut telah melakukan angsuran investasi dan
bagi hasilnya setiap bulan selama 5 bulan, kemudian anggota tersebut akan membayar
sisa investasi dan bagi hasil sekaligus maka pembiayaan akan berakhir dengan pihak
BMT memberikan bonus berupa potongan bagi hasil. Jadi pihak anggota akan membayar
investasi sejumlah pokok cicilan selama 7 bulan dan bagi hasil yang dibayarkan hanya
pada bulan penutupan atau pada bulan ke 6 saja.
D. Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli suatu barang dimana penjual menyebutkan
harga jual yang terdiri atas harga pokok dan tingkat keuntungan tertentu atas barang
dimana harga jual tersebut disetujui oleh pembeli. Dalam akad murabahah, penjual
(dalam hal ini adalah bank) harus memberi tahu harga poduk yang dibeli dan
10
menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Saat ini, produk inilah yang
paling banyak digunakan oleh bank Syariah karena paling mudah dalam
implementasinya dibandingkan dengan produk pembiayaan lainnya.
Jika dalam pembelian aset tersebut anggota mendapatkan diskon dari pemasok,
maka oleh pihak koperasi syariah diskon pembelian tersebut dalam perhitungannya
mengurangi harga pembelian barang, karena terjadi sebelum terjadinya akad murabahah
maka diskon pembelian menjadi hak pembeli.
Keuntungan yang disepakati sebesar 2.5% dari harga perolehan barang, dimana
presentase keuntungan tersebut berasal dari ketentuan yang berlaku dalam koperasi
syariah dan akun yang digunakan untuk memasukkan keuntungan yang akan diperoleh
adalah pendapatan potensial murabahah.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tujuan utama dari sistem ekonomi syariah (ekonomi Islam) selaras dengan tujuan
dari penerapan syariat (hukum) agama Islam, yaitu untuk mencapai tatanan yang baik
serta terhormat sehingga menciptakan kebahagiaan dalam lingkup dunia dan akhirat. Hal
ini menunjukkan bahwa masalah ekonomi juga menjadi perhatian dalam agama Islam.
Menurut Muhammad Abu Zahra, seperti dicatat dalam buku Memahami Ekonomi
(2018), terdapat tiga sasaran utama yang menjadi tujuan dari ekonomi syariah, yaitu:
B. SARAN
Adapun saran yang ingin disampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi para
pembaca, agar sekiranya mau memberikan pendapat yang sehat dan bersifat membangun
demi kemajuan penulisan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://tirto.id/apa-itu-ekonomi-islam-dan-tujuannya-pengertian-menurut-para-
ahli-gik3
https://www.ocbcnisp.com/en/article/2021/08/31/akad-syariah
https://kamus.tokopedia.com/m/mudharabah/
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/konsep-operasional-
PBS.aspx#:~:text=Mudharabah%20adalah%20bentuk%20kerja%20sama,maal
%20dan%20keahlian%20dari%20mudharib.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani Press.
14