Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TEKNIK PENGENDALIAN GULMA

PADA TANAMAN KEDELAI

Oleh:
ASRAN (20420008)

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLO
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAU BAU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah berkembang sejak timbulnya
pertanian. Gulma ini akan merugikan tumbuhan pokok, karena dapat mengambil zat hara
dalam tanah sehingga tanaman pokok terganggu. Meskipun gulma tidak mengakibatkan
kematian pada tanamantetapi akan menimbulkan hasil yang kurang memuaskan karena di
dalam tanah terjadi persaingan pengambilan zat makan. Tanaman kedelai di wilayah tropika
seperti Indonesia tidak dapat di pisahkan dengan pertumbuhan gulma yang bertindak sebagai
competitor tanaman.
Pengendalian gulma merupakan suatu usaha untuk menekan populasi gulma sampai jumlah
tertentu sehingga tidak menimbulkan kerugian pada tanaman yang di budidayakan. Kerugian
yang di timbulkan oleh gulma biasanya di sebabkan oleh sifat gulma yang mempunyai daya
saing tinggi terhadap linkungan tumbuh yang di gunakan secara bersaman. Komponen
teknologi pengendalian gulma termasuk salah satu komponen budidaya yang memerlukan
biaya tinggi. Usaha pengendalian telah dilakukan dengan berbagai cara, namun belum
menuntaskan masalah kehadiran gulma di lapang. Banyak factor yang masih perlu di teliti
seperti sifat setiap jenis gulma, pengelolaan tanaman, kesuburan tanah, dan iklim. Oleh karena
itu, penulis berusaha menghimpun berbagai informasi mengenai pengendalian gulma pada
tanaman kedelai.
2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui berbagai jenis gulma yang terdapat pada budidaya kedelai.
b. Untuk mengetahui macam-macam pengendalian gulma yang dapat dilakukan pada
budidaya kedelai.
c. Untuk mentahui pengendalian yang paling efektif
BAB II
PEMBAHASAN

Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Dalam
beberapa waktu terakhir permintaan kedelai meningkat yakni sekitar 1,8% per tahun. Dalam
pertanian terdapat jenis cara bercocok tanam yaitu dengan menggunakan system Tanpa Olah
Tanah (OTP). Dengan kemajuan zaman, laju permintaan kedelai belum dapat di imbangi oleh
laju peningkatan produksi kedelai akibat adanya kendala dari sistem tanam petani serta
organisme pengganggu tumbuhan, antara lain hama, penyakit, gulma dan nematode. Gulma
adalah tumbuhan yang dapat menimbulkan kerugian. Tanaman kedelai yang tumbuh bersaing
dengan gulma hasilnya menurun sebesar 18-76%. Pengendalian menggunakan herbisida akhir-
akhir ini di anggap kurang ramah lingkungan sehingga petani mulai beralih menggunakan
pengendalian gulma secara kultur teknik yang di anggap lebih efektif.
Kerugian tanaman budidaya yang di akibatkan oleh kehadiran gulma cukup beragam
tergantung jenis dan populasi gulma. Selain kerugian yang dilihat dari sisi kompetisi, terdapat
juga beberapa jenis gulma yang mempunyai sifat alelopati yaitu kemampuan mengeluarkan zat
yang bersifat racun dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman tertentu. Misalnya
imperata cylindrical menghasilkan zat phenol, Juglans nigra dapat memproduksi hydroksi
juglon, Artemisia absinthium mengeluarkan zat absintin. Tetapi gejala alelopati ini masih sulit
diamati di lapang karena gejala yang lebih menonjol biasanya disebabkan oleh sifat kima tanah
seperti keracunan Fe, Al maupun Mg. Rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh pada petaan
tempat pertanaman kedelai perlu disiangi. Gulma merupakan saingan tanaman kedelai dalam
hal kebutuhan air, unsur hara, sinar matahari, dan juga kemungkina menjadi tanaman inang
hama atau penyakit. Teknik pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara :
1. Preventif (pencegahan)
2. Pengendalian gulma secara fisik
3. Pengendalian gulma secara biologis
4. Pengendalian gulma secara kimiawi
1. Pengendalian Gulma Secara Preventif
Cara pengendalian antara lain :
a. Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma.
b. Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang.
c. Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan ternak.
d. Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan.
e. Pembersihan ternak yang akan di angkut.
f. Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya.

2. Pengendalian Gulma Secara Fisik


a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor
yang berfungsi untuk memberantas gulma. Tergantung beberapa factor seperti
siklus hidup dari gulma, penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi.

b. Pembabatan
Pembabatan umumnya hanya efektif mematikan gulma setahun dan relative
kurang efektif untuk gulma tahunan. Waktu penyiangan dilakukan pada saat
tanaman berumur 2-4 minggu setelah tanaman bersamaan dengan kegiatan
pemukan susulan. Penyiapan berikutnya pada waktu tanaman kedelai telah selesai
bebunga. Penyiangan dapat mengganggu proses persarian bunga, sehingga akan
menurunkan produksi antara 10%-50%. Cara penyiangan (pendangiran) adalah
dengan membersihkan rumput-rumput liar disekitar tanaman kedelai sambil
menggemburkan tanah secara hati-hati agartidak merusak perakaran tanaman. Alat
untuk penyiangan rumput dapat menggunakan parang atau kored atau cangkul.
c. Penggenangan
Penggenangan efektif untuk memberantas gulma dengan menggenangi sedalam
15-25 cm selama 3-8 minggu. Harus cukup terendam sehingga pertumbuhan gulma
tertekan.

d. Pembakaran
Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45-55°C,
kematian dari sel-sel yang hidup pada sushu di atas disebabkan oleh koagulasi pada
protoplasmanya. Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk
membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas.
Pembakaran juga dapat mematikan insekta dan hama lain serta penyakit seperti
cendawan, bakteri kekurangan dari system ini dapat memperbesar erosi.

e. Mulsa (Mulching)
Penggunaan Mulsa untuk mencegah cahaya matahari tidak sampai ke gulma,
sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan
pertumbuhan yang baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat
digunakan untuk mulsa antara lain: jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji,
kertas, dan plastik. Perlakuan mulsa terbaik di peroleh pada mulsa plastic perak
hitam.

3. Pengendalian Gulma Secara Biologis


Populasi gulma ditekan dengan menggunakan musuh alami berupa hama, penyakit
atau jamur yang dapat menekan atau mematikan gulma, tetapi tidak terdampak pada
tanaman budidaya. Cara ini belum banyak dilakukan di Indonesia, karena terbatasnya
musuh alami yang telah ditemukan dan dianggap mudah dan aman untuk digunakan.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi musuh alami adalah: tidak merusak tanaman
budidaya, siklus hidupnya sesuai dengan gulma yang diberantas, yakni populasinya akan
meningkat jika populasi gulma meninfkat dan sebaliknya.
4. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan herbisida. Herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk
mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non
selektif. Macam herbisida yang dipilih bias kontak maupun sistemik, dan penggunaanya
bisa pada saat pertanaman, saat pratumbu atau pasca tumbu. Keuntungan
pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang
luas. Beberapa segi negatifnya ualah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek
residu terhadap pencemaran lingkungan. Sehubungan dengan sifatnya ini maka
pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-
cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil.
Menurut penelitian yang dilakukan perkasa (2016), herbisida paraqued efektif
menekan gulma pada pertanaman kedelai dengan bobot kering gulma total lebih rendah
pada 4, 6, dan 8 MST. Gulma golongan teki Cyperus iria paling dominan dilahan
percobaan dengan NJD 37,7%. Pengendalian gulma menggunakan herbisida glifosat
memberikan produktivitas kedelai lebih tinggi, mencapai 3,7 t/ha. Aplikasi herbisida pre
emergence sebaiknya dilakukan sebelum tanam kedelai. Aplikasi herbisida post
emergence perlu dilakukan secara hati-hati menggunakan sungkup nozzle untuk
mencegah keracunan pada tanaman.
Menurut Latifa (2015), hasil penelitiannya menunjukan bahwa, tanpa olah tanah
maupun olah tanah sempurna tidak mempengaruhi bobot kering gulma, pertumbuhan
tanaman kedelai maupun hasil tanaman kedelai. Budidaya tanaman kedelai dapat
disimpulkan tidak memerlukan pengolahan tanah sempurna. Bobot kering gulma,
pertumbuhan tanaman kedelai maupun hasil tanaman kedelai lebih di pengaruhi oleh
teknik pengendalian gulma. Perlakuan G1 (penyiangan 15+30+45+60 hst) adalah
perlakuan terbaik dalam pengendalian gulma, yaitu mampu menekan berat kering
gulma yaitu sebesar64.96-88.47%. perlakuan G4 (herbisida pratumbuh Metribuzin 2 1
ha dan penyiangan 30 hst) adalah perlakuan terbaik dalam meningkatkan komponen
pertumbuhan tanaman dan produksi. Perlakuan G4 (herbisida pra tumbuh Metribuzin 2
1 ha cenderung menunjukan berat kering tanaman, luas daun dan hasil t ha tertiggi.
Perlakuan G4 (Herbisida pra tumbuh Metribuzin 2 1 ha-1 dan pnyiangan 30 hst) mampu
meningkatkan luas daun 30%- 45%, berat kering tanaman 55% dan hasil tanaman
sebesar 47,29%. Pengendalian gulma dengan mengkombinasikan metode mekanik
(penyiangan) dan kimiawi (herbisida) lebih di anjurkan dalam usaha mrnurunkan
populasi gulma guna meningkatkan produktivitas dalam budidaya tanaman kedelai
selain perlakuan bebas gulma.
BAB III
PENUTUP

Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dari penjelasan pengendalian gulma di atas adalah
sebagai berikut :

1. Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah
berkembang sejak timbulnya pertanian.
2. Pengendalian gulma merupakan suatu usaha untuk menekan populasi gulma sampai
jumlah tertentu sehingga tidak menimbulkan kerugian pada tanaman yang di
budidayakan.
3. Teknik pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara : preventif (pencegahan);
pengendalian gulma secara fisik; pengendalian gulma secara biologis; pengendalian
gulma secara kimiawi.
4. Pengendalian gulma secara fisik dapat dilakukan dengan pengolahan tanah,
pembabatan, penggenangan, pembakaran dan pemulsaan (Mulching).
5. Syarat yang harus dipenuhi musuh alami adalah : tidak merusak tanaman budidaya,
siklis hidup sesuai dengan gulma yang diberantas, yakni populasinya akan meningkat jika
populasi gulma meningkat dan sebaliknya.
6. Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan
herbisida.
DAFTAR PUSTAKA

Harsono, A. 1998. Implementasi Pengendalian Gulma Terpadu pada kedelai.


Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.

Latifa, R, Y. Dkk. 2015. Pengaruh pengendalian gulma terhadap tanaman kedelai


(Glycine max (L.) Merri). Jurnal Produksi Tanaman 3 (4) : 311-320.

Muchlis, M. Adie dan Ayda Krisnawati. 2016. Biologi Tanaman kedelai. Balitkabi. Malang.

Perkasa, A.Y. M. Ghulamahdi, dan D. Guntoro. 2016. Penggunaan Herbisida untuk


Pengendalian Gulma pada Budi Daya Kedelai Jenuh Air di Lahan Pasang Surut.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 35(1) 63-70.

Ratnawati. 2015. Teknik Pengendalian Gulma (fisik, biologi, dan kimiawi) pada Tanaman
Kedelai. http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/797-teknik-
pengendalian-gulma-fisik-biologi-dan-kimiawi-pada-tanaman-kedelai. Diakses tanggal
28 November 2017 pukul 17.00 WIB.

Rukmana, R. 1996. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Santoso, Budhi R. dan Runik Diah P. 2016. Pengendalian Gulma pada Kedelai. Balitkabi. Malang.

Sarawa, dkk. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L.) yang Diberi
Pupuk Guanodan Mulsa Alang-alang. JURNAL AGROTEKNOS 2 (2) : 97-105 ISSN: 2087-
7706.

Syarif, N. 2010. Pemanfaatan Mulsa Gulma umtuk Pengendalian Gulma pada Tanaman Kedelai
Dilahan Kering. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai