Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH PERSONAL HYGIENE

SEKSUALIATAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Metode Belajar Keperawatan
(BLOK PK 004)

Dosen Pengampu : Ibu Sri Aminingsih, S. Kep., Ns., M. Kes.

Disusun Oleh :

Trifena Hepy Rahma Dani D3A2021.019


Veronika Galuh Puspaningrum D3A2021.034
Sabrina Aprilia Astuti D3A2021.039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayahnya, penulis bisa menyelesaikan tugas , makalah yang berjudul “
Personal Hygiene Seksualitas ’’. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
BLOK 004 yang diberikan oleh Ibu Sri Aminingsih, S. Kep., Ns., M. Kes.
Penulisan makalah ini tidak mungkin selesai tanpa dukungan dan
partisipasi dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dra. Endang Dwi Ningsih, M.M. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PANTI KOSALA yang telah memberikan izin dalam penulisan
makalah ini.
2. Ibu Sri Aminingsih, S. Kep., Ns., M. Kes. selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah
ini hingga selesai.
3. Para pembaca yang budiman yang telah meluangkan waktu untuk
membaca makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menginformasikan tentang
Personal Hygiene Seksualitas kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk kesempurnaan
makalah ini di kesempatan yang akan datang.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan seks sangatlah penting untuk diberikan kepada remaja, bahkan
sejak masih kanak-kanak. Anak- anak dan remaja rentan terhadap informasi
yang salah mengenai seks. Tujuan penulisan ini, diharapkan melalui
pendidikan seks , orang tua dapat memberikan informasi yang sepatutnya
sesuai kebutuhan dan umur anak. Selain itu, dengan pendidikan seks anak
juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual beresiko sehingga
mereka dapat menghindarinya. Dengan menggunakan pemdekatan
penelitian kualitatif yaitu studi literature, dengan menggali berbagai informasi
berkenan dengan pendidikan seks pada remaja, maka diperoleh , pertama:
pendidikan seks harus dianggap sebagian dari proses pendidikan untuk
memperkuat pengembangan kepribadian, kedua: orang tua memiliki peran
penting menanggulangi perilaku seks yang menyimpang adalah dengan cara
orang tua mengajarkan pendidikan seks secara langsung dan continue pada
anak sendini mungkin di dalam keluarga.
B. Tujuan
1. Meningkatkan derajat kesehatan genetalia
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4. Pencegahan penyakit
5. Meningkatkan kepercayaan diri
C. Manfaat
1.
2. Memperoleh referensi ilmiah tentang Parenteral SC .

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

B. Pemberian Kurkumin Melalui Subkutan (SC)


Penelitian tentang sediaan injeksi subkutan kurkumin oleh Ranjan et al.,
(2016) dilakukan formulasi dan karakterisasi nanopartikel kurkumin yang
dienkapsulasi oleh polimer lipid DMPC (1,2-dimyristoylsnglycero-3-
phosphocholine) and DMPG (1,2-dimyristoyl-sn-glycero-3- phospho-rac-[1-
glycerol]) dengan rasio (7:3) untuk terapi kanker paru-paru sel tidak kecil.
Farmakokinetik formulasi nanopartikel kurkumin kemudian diukur dan dilakukan
studi xenograft pada mencit yang membawa tumor A-549. Mencit diberi
perlakuan injeksi subkutan formulasi nanopartikel kurkumin. Hasilnya, formulasi
nanopartikel kurkumin memiliki ukuran ± 90 nm, dengan efisiensi enkapsulasi
kirakira 93%. Studi xenograft pada mencit menggambarkan efektivitas formulasi
nanopartikel kurkumin secara signifikan menghambat pertumbuhan tumor
setelah dilakukan pemberian secara subkutan.
Formulasi injeksi kurkumin yang dapat diberikan secara subkutan juga
telah diteliti oleh Park et al, (2017) dimana formulasi sediaan kurkumin
melibatkan carboxymethyl cellulose (CMC) dan chitosan (CHI) dalam proses
cross-linking sehingga menghasilkan hidrogel yang kemudian diformulasikan
menjadi mikrokapsul kurkumin. Larutan kemudian diinjeksikan secara subkutan
pada mencit. Hasilnya, formulasi mikrokapsul kurkumin yang diuji secara in-vivo
dapat mempertahankan senyawa aktif kurkumin dalam waktu lama karena
adanya hidrogel yang terbentuk dari CMC dan CHI sehingga dapat memberikan
efek depot (lepas lambat).
Efek lepas lambat senyawa kurkumin juga telah diteliti oleh Shahani et al
(2010), yang memformulasi sediaan mikropartikel curcumin untuk injeksi.
Formulasi menggunakan polimer poly(D,L-lactide-coglycolide) atau PGLA.
Hasilnya mikropatikel kurkumin didapat memiliki diameter kira-kira 22 µm. Injeksi
dilakukan melalui subkutan pada mencit, kurkumin terdeteksi dalam darah dan
jaringan lain selama hampir sebulan.

C. Pemberian Androgeafolida Melalui Subkutan (SC)


Penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman et al., (2010) bertujuan untuk
mengevaluasi aktivitas antinosiseptif dan antiedematogenik adrografolida yang
diberikan kepada hewan uji secara subkutan. Kristal adrografolida dilarutkan
dalam larutan dimetil sulfoksida (DMSO) terlebih dahulu sebelum diuji. Dosis
yang dipakai adalah 10 ,25 dan 50 mg/kg BB mencit. Hasil uji menunjukkan
adanya aktifitas antinosiseptif dan antiedematogenik pada adrografolida yang
berguna untuk menghilangkan rasa sakit dan mengobati inflamasi.

D. Teknik Pengerjaan :
1. Bersihkan dengan air dan desinfektan tingkat tinggi.
2. Regangkan kulit untuk mengurangi rasa sakit.
3. Serongkan jarum menghadap ke atas, bila terbalik serpihan kulit ikut dan
menyumbat lubang jarum.
4. Bayang-bayang jarum dikulit harus terlihat.
5. Bila disuntik keluar darah, suntikan batal karena suntikan terlalu dalam.
6. Harus timbul benjolan dan tak ada darah keluar.
7. Bekas suntikan jangan ditekan/digosok karena kemungkinan obat keluar.

E. Tujuan Penyuntikan :
1. Mendapat reaksi setempat.
2. Memberi kekebalan/imunisasi.

F. Alat dan Bahan :


1. Bak spuit berisi obat yang akan diberikan.
2. Sarung tangan medis dalam bak instrumen.
3. Kapas/tisu alkohol.
4. Bengkok.
5. Catatan permintaan obat.
6. Safety box.

G. Prosedur Penyuntikan :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Memasuki ruang rawat pasien dengan mengucapkan salam.
3. Menutup kembali pintu/sampiran untuk menjaga privasi pasien.
4. Memperkenalkan diri pada pasien.
5. Menanyakan identitas pasien, mencocokkan dengan gelang identitas dan
catatan permintaan obat.
6. Mengkaji keadaan umum pasien.
7. Menjelaskan prosedur dan tujuan. Jelaskan indikasi pemberian obat,
kemungkinan efek samping, cara pemberian obat (SC) dan daerah suntikan.
8. Cuci tangan dengan teknik hand washing/ hand rubbing dan tempatkan alat
secara ergonomis.
9. Membimbing pasien untuk berdoa sebelum tindakan dilakukan.
10. Gunakan sarung tangan.
11. Pastikan pasien dengan nyaman dan bebakan daerah suntikan dari
pakaiaan
12. Bersihkan daerah suntikan dengan kapas/tisu alkohol secara melingkar
dari tengah ke arah luar, tunggu sampai alkohol kering.
13. Regangkan kulit dengan cara mencubit menggunakan jari telunjuk dan ibu
jari tangan tidak dominan atau dengan meregangkannya.
14. Buka tutup spuit, tusukan jarum secara mantap dan cepat dengan sudut
45o.
15. Peganglah spuit dengan tangan tidak dominan dan tarik plunger dengan
tangan dominan (apirasi) untuk memastikan jarum tidak masuk kedalam
pembulu darah. Jika pada saat dilakukan aspirasi terdapat darah, cabut
jarum, buang spuit dan siapkan sntikan lain.
16. Jika tidak ada darah yang teraspirasi, suntikan obat secara perlahan.
17. Setelah obat masuk, cabut jarum dengan cepat.
18. Tekan daerah suntikan dengan kapas/tisu alkohol agar darah tidak keliuar.
19. Buang spuit ke dalam safety box.
20. Bantu pasien marapikan diri.
21. Kaji keadaan umum pasien setelah penyuntikan. Apabila pasien dalam
keadaan yang baik segera bereskan alat.
22. Lepaskan srung tangan. Cuci tangan dengan teknik hand washing/hand
rubbing.
23. Jelaskan pada pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan.
24. Meninggalkan ruangan pasien dengan mengucapkan salam.
25. Dokumentasikan tindakan.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Beberapa senyawa aktif yang berasal dari tanaman telah dilaporkan berpotensi
untuk dikembangkan sistem pemberiannya secara parenteral untuk
meningkatkan sistem penghantaran. Dua senyawa aktif tersebut adalah kurkumin
dan andrografolida. Kurkumin merupakan senyawa aktif yang ulasan
pembahasan pengembangannya dapat diberikan melalui intravena (IV),
intramuscular (IM), subkutan (SC), dan Intradermal (ID) sedangkan untuk
senyawa Andrografolida dapat diformulasikan untuk pemberian melalui
intravena(IV), intramuskular (IM), dan subkutan (SC).

B. Saran
Perkembangan teknologi memungkinkan formulasi Kurkumin dan Adrografolida
untuk diberikan secara parenteral. Hal ini dapat menjadi dasar penelitian lebih
lanjut terhadap pemilihan eksipien, stabilitas formulasi sediaan dan manfaat serta
efek samping aplikasinya pada manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Gulati, N., dan Gupta, H. 2011. Parenteral drug delivery: A review. Recent
Patents on Drug Delivery and Formulation,. 5(2), 133–145.
Hitesh B. 2010. A prolonged release parenteral drug delivery system – an
overview. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and
Research. 3(1): 1-11
Sheikh, R, Rajsingh T. R, Garland, M. J, Woolfson, A. D, dan Donelly, R. F. 2011.
Mucoadhesive drug delivery system. Journal of Pharmacy and Bioallied
Sciences; 3(1): 89-100.
Ranjan, A.P., Mukerjee, A., Gdowski, A., Helson, L., Bouchard, A., Majeed, M.,
dan Vishwanatha, J. K. 2016. Curcumin-ER prolonged subcutaneous
delivery for the treatment of non-small cell lung cancer. Journal of
Biomedical Nanotechnology, 12(4):679-88.
Park,S., Kim, D., Panta, P., Heo, J. Y., Lee, H. Y., Kim, J. H., Min, B. H., dan Kim,
M. S. 2017. An intratumoral injectable, electrostatic, cross-linkable
curcumin depot and synergistic enhancement of anticancer activity. NPG
Asia Mater, 9(1):1-14
Shahani, K., Swaminathan, S. K,, Freeman, D., Blum, A., Ma, L., dan Panyam, J.
2010. Injectable sustained release microparticles of curcumin: a new
concept for cancer chemoprevention. Cancer Research. 70(11):4443-
4452
Sulaiman, M. R., Zakaria, Z. A., Abdul Rahman, A., Mohamad, A. S., Desa, M.
N., Stanslas, J., Moin,S., dan Israf, D. A .2010. Antinociceptive and
Antiedematogenic Activities of Andrographolide Isolated From
Andrographis paniculata in Animal Models, Biological Research For
Nursing, 11(3);293–301.
Majestika Septikasari, S.ST., MPH. 2018. Konsep Dasar Pemberian Obat.
Cilacap. 978-602-60725-4-2.

Anda mungkin juga menyukai