Anda di halaman 1dari 3

2. a. Mengapa terjadi perubahan kebudayaan dalam kehidupan manusia?

Secara umum, perubahan kebudayaan merupakan perubahan dalam sistem yang


menyangkut ide dalam kehidupan masyarakat. Perubahan kebudayaan juga dapat
dikatakan sebagai terjadinya kondisi ketidaksesuaian antar unsur-unsur budaya yang ada
dan akhirnya menciptakan keadaan yang tidak serasi bagi kehidupan. Perubahan budaya
dalam kehidupan masyarakat biasanya dapat terjadi jika masyarakat itu sendiri
menginginkan sebuah perubahan. Perubahan kebudayaan sebenarnya lebih mengacu pada
sebuah perubahan dalam proses tata sosial dalam masyarakat. Dimana, perubahan
kebudayaan ini dapat berlangsung dengan sangat cepat ataupun lambat dan umumnya
sangat tidak bisa disadari oleh masyarakat dalam sebuah Negara. Ada beberapa unsur-
unsur mendasar kebudayaan yang dikenal dengan tujuh unsur universal antara lain
Teknologi, Bahasa, Sistem Kemasyarakatan, Sistem Pengetahuan, Mata Pencaharian,
Sistem Religi, dan yang terakhir adalah Kesenian
Secara umum, penyebab terjadinya perubahan sosial budaya pada masyarakat
berasal dari faktor luar (eksternal) maupun dari dalam (internal). Faktor internal
merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini
masyarakat dapat berupa kolektif atau individual. Sebaliknya, faktor eksternal merupakan
faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat ,yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sosial. Sesuai beberapa penjelasan umum yang sudah disebutkan diatas, bahwa
sebenarnya kebudayaan itu bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
di sekitar masyarakat itu sendiri. Selain itu, kebudayaan bukan hanya berubah, melainkan
kebudayaan itu bermacam-macam, karena di setiap daerah yang berbeda, tentunya
memiliki kebudayaan yang berbeda pula sesuai dengan keadaan masyarakat itu sendiri.
Sesuai kata bahasa, bahwa orang yang tidak mengikuti perkembangan zaman, maka ia
akan tertinggal. Maka dari itu, tentunya kebudayaan juga berubah selaras dengan
perkembangan zaman.

b. Sejak pertama kali manusia muncul di muka bumi jutaan tahun yang lalu telah terjadi
berbagai perubahan kebudayaan. Ada tiga jenis revolusi terpenting dalam sejarah
perkembangan kebudayaan manusia, yaitu:
I. Zaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua) – Masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat awal
Zaman batu tua berlangsung pada 50.000-10.000 SM. Zaman ini disebut
sebagai zaman batu tua karena pada saat itu manusia menggunakan alat-alat batu
yang masih dibuat secara kasar dan sederhana. Pada zaman ini manusia hidup
secara nomaden atau berpindah-pindah dalam kelompok kecil (10-15 orang)
untuk mencari makanan. Pada zaman ini, manusia hanya mengenal berburu
(hewan) dan mengumpulkan makanan (buah dan umbi-umbian), mereka belum
mulai memasak atau bercocok tanam. Mereka berlindung dari alam dan hewan
buas dengan tinggal di dalam gua. Pada masa ini, manusia purba sudah mengenal
api. 
II. Zaman Mesolitikum (Zaman Batu Tengah) – Masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Merupakan peralihan zaman paleolitikum dan neolitikum. Manusia
pendukungnya yaitu bangsa Papua-Melanosoid. Manusia mulai hidup semi
menetap di gua-gua yang disebut Abris Sous Roche. Pada masa ini, laki-laki
berburu dan perempuan tinggal di gua untuk menjaga anak dan memasak. Hasil
budaya yang ditemukan pada zaman mesolitikum, yaitu:
a. Kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger ini berasal dari bahasa
Denmark, kjokken yang berarti “dapur” dan modding berarti “sampah”.
Kjokkenmoddinger adalah sampah-sampah dapur berupa tumpukan kulit kerang.
Kjokkenmoddinger ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera. Penemuan
hasil budaya dari kjokkenmoddinger adalah peeble, kapak genggam, kapak
pendek, dan pipisan. Pipisan merupakan batu penggiling yang digunakan untuk
menggiling makanan dan menghaluskan cat merah yang berasal dari tanah
merah. Cat merah ini diperkirakan digunakan untuk kepentingan religius dan
ilmu sihir.
b. Abris Sous Roche. Manusia pada zaman ini manusia purba tinggal di
gua-gua pada tebing pantai yang dinamakan Abris Sous Roche. Hasil budaya
yang ditemukan dari gua-gua tersebut yaitu peralatan dari batu yang telah diasah
serta peralatan dari tulang dan tanduk (banyak ditemukan di gua Lawa, Sampung,
Ponorogo, Jawa Timur, karena itu disebut sebagai Sampung Bone Culture). Abris
Sous Roche juga banyak ditemukan di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi
Selatan. Hasil budaya lain yang menonjol yaitu lukisan gua berupa cap tangan
yang diyakini sebagai bagian dari ritual agama, dianggap memiliki kekuatan
magis. Lukisan tsb banyak ditemukan di gua Leang-Leang, Sulawesi Selatan.
Cap jari tangan warna merah diperkirakan sebagai simbol kekuatan dan
perlindungan dati roh-roh jahat, sementara cap tangan jadi jarinya tidak lengkap
diperkirakan merupakan ungkapan duka atau berkabung.
III. Zaman Neolitikum (Zaman Batu Baru/ Batu Muda) – Masa bercocok tanam
Kehidupan manusia pada zaman ini sudah mulai menetap, tidak
berpindah-pindah. Jenis manusia yang hidup pada pada zaman ini yaitu Homo
Sapiens ras Mongoloide dan Austromelanosoide. Mereka juga sudah mengenal
bercocok tanam, namun masih melakukan perburuan. Mereka juga sudah dapat
menghasilkan bahan makanan sendiri (food producing). Hasil budaya
peninggalan pada zaman ini pembuatannya sudah lebih sempurna, lebih halus
dan disesuaikan dengan fungsinya. Alat-alat pada masa ini banyak digunakan
untuk pertanian dan perkebunan. Hasil kebudayaan yang terkenal yaitu:
– Kapak Lonjong: alat dari batu yang diasah berbentuk lonjong seperti
bulat telur. Diperkirakan digunakan dalam menebang pohon. Peninggalan ini
banyak ditemukan di Indonesia bagian timur, seperti Minahasa dan Papua.
– Kapak Persegi: berbentuk persegi panjang atau trapesium, mirip dengan
cangkul, digunakan untuk kegiatan persawahan.  Ukuran besar sering disebut
beliung atau pacul, yang berukuran kecil disebut tarah (tatah) dan digunakan
untuk mengerjakan kayu. Persebarannya di daerah Indonesia bagian barat, seperti
Sumatera, Jawa, dan Bali. 

Anda mungkin juga menyukai