Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nabilla Suci Ariestya

NIM : 02026018

Keperawatan Esensial

Perawatan Neonatal Esensial


Pelayanan neonatal esensial dimulai pada saat bayi lahir dan berlangsung sampai dengan
setelah kelahiran. Perawatan neonatal esensial merupakan suatu pelayanan yang digunakan untuk
menunjang kesehatan bayi baru lahir yang diberikan secara adekuat meliputi pencegahan hipotermi,
perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif, pencegahan infeksi, pemberian
imunisasi dan deteksi dini tanda bahaya dengan melakukan pemeriksaan fisik
Berdasarkan PERMENKES No.53 tahun 2014 pasal 2 menjelaskan bahwa pelayanan
kesehatan neonatal esensial bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi, terutama
dalam 24 jam pertama kehidupan. Pelayanan kesehatan neonatal menggunakan pendekatan
komprehensif dengan melakukan pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan penyakit (rehabilitatif)

A. Neonatal Esensial pada Saat Lahir


1. Kewaspadaan Umum (Universal Precaution)
Bayi baru lahir (BBL) rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
terkontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung atau pada saat setelah lahir.
Beberapa mikroorganisme perlu diwaspadai karena dapat ditularkan melalui percikan darah dan
cairan tubuh. Hal tersebut yang mendasari perlunya tenaga kesehatan melakukan tindakan pencegahan
infeksi pada saat melakukan pertolongan persalinan.
2. Penilaian Awal
Penilaian awal bayi baru lahir dilakukan dengan menjawab 4 pertanyaan sebelum dan setelah bayi
lahir.
a. Sebelum bayi lahir
1. Apakah bayi cukup bulan ?
2. air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?

b. Setelah bayi lahir


1. Apakah bayi menangis atau bernafas / tidak megap-megap ?
2. Apakah tonus otot baik / bayi bergerak aktif ?

Manajemen bayi baru lahir dilakukan mulai dari persiapan, penilaian, keputusan dan alternatif
tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan bayi baru lahir. Jika pada saat penilaian
diketahui bahwa bayi berumur cukup bulan, ketuban jernih, bayi menangis dan bernafas normal, tonus
otot bayi baik dan bayi dapat bergerak aktif maka petugas kesehatan dapat melakukan manajemen
asuhan bayi baru lahir normal, yaitu :

a) Menjaga bayi tetap hangat


b) Menghisap lendir dari mulut dam hidung ( jika diperukan)
c) Mengeringkan tubuh bayi
d) Memantau tanda bahaya
e) Melakukan pemotongan tali pusat dan mengikatnya tanpa memberi apapun. Pemotongan tali
pusat dilakukan sekitar 2 menit setelah lahir lahir atau setelah bidan menyuntikan oksitosin
kepada ibu untuk memberi waktu tali pusat mengalirkan darah dan juga zat besi kepada bayi
f) Melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
g) Memberikan imunisasi vitamin K1 1 mg secara intramuskular dipaha kiri anterolateral setelah
IMD
h) Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata
i) Melakukan pemeriksaan fisik
j) Memberi imunisasi hepatitis B dengan dosis 0,5 mL secara intramuskular, dipaha kanan
anterolateral kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vit.K

3. Pencegahan Kehilangan Panas

Kehilangan panas pada bayi baru lahir (BBL) dapat dicegah dengan melaukan beberapa cara, yaitu :

 Ruang bersalin yang hangat, suhunya minimal 25ºC, menutup semua jendela dan pintu.
Mengeringkan seluruh tubuh bayi tanpa membersihkan verniks, terutama pada tangan bayi.
Verniks dapat membantu tubuh bayi tetap hangat. Jangan lupa mengganti handuk yang basah
dengan kain /handuk yang kering.
 Meletakkan bayi di dada atau perut ibu agar agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi (skin to
skin).
 Melakukan insiasi menyusu dini (IMD)
 Menggunakan pakaian hangat (baju, topi, selimut).
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Penimbangan dilakukan setelah
1 jam bayi kontak kulit dengan ibu dan selesai menyusu. Sebaiknya selimuti tubuh bayi
dengan kain yang bersih dan kering agar tidak mudah kehilangan panas tubuh. Berat bayi
dapat dihitung dari selisih bayi berpakaian/ selimut dengan berat pakaian/ selimut. Sementara
memandikan bayi pada jam-jam pertama akan menyebabkan bayi mengalami hipotermi.
 Rawat gabung
 Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
 Trasnportasi yang hangat
 Pelatihan untuk petugas kesehatan dan konseling untuk keluarga
4. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat

Memotong tali pusat 2 menit pasca bayi lahir yang sebelumnya dilakukan penyuntikan
oksitosin terlebih dahulu. Tali pusat diusahakan agar tetap kering dan bersih, hingga mengering dan
terlepas dengan sendirinya. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan dengan air desinfeksi tingkat
tinggi (DTT) dan sabun, kemudian tali pusat dikeringkan kembali menggunakan kain bersih.
Memperhatikan tanda-tanda infeksi pada tali pusat seperti kemerahan pada kulit sekitar tali pusat,
bernanah atau bau

5. Menyusu Dini

Pemberian air susu ibu (ASI) dapat meningkatkan kasih sayang (asih), memberikan nutrisi
terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi (asah). Inisiasi menyusu dini (IMD) dilakukan
dengan beberapa langkah, yaitu:
Melahirkan, melakukan penilaian awal dan mengeringkan tubuh bayi.
Melakukan kontak kulit antara ibu dan bayi (skin to skin), minimal dilakukan selama 1 jam
Membiarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu.

6. Pencegahan Perdarahan
Sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, sehingga BBL akan beresiko
mengalami perdarahan baik perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi ataupun perdarahan
intrakranial. Perdarahan tersebut dapat dicegah dengan melakukan pemberian suntikan vitamin K1
(phytomenadion) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuskular pada anterolateral paha kiri. Suntikan
Vit.K1 diberikan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B

7. Pencegahan Infeksi Mata


Salep atau tetes mata yang digunakan untuk pencegahan infeksi diberikan segera setelah
proses IMD dan bayi selesai menyusu atau sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi
dianjurkan menggunakan salep antibiotik tetrasiklin 1%.

8. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi hepatitis B dilakukan 1-2 jam setelah pemberian imunisasi vitamin K1
secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis dilakukan untuk mencegah infeksi hebatitis B pada bayi
terutama pada jalur penularan ibu-bayi baik secara vertikal (penularan ibu ke bayi pada waktu
persalinan) atau secara horizontal (penularan dari orang lain).
Penderita hepatitis B dapat sembuh atau bahkan ada yang tetap membawa virus hepatitis B
didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis. Resiko penderita hepatitis B menjadi carrier
tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir maka risiko menjadi
carrier sebesar 90%, sedangkan jika terinfeksi pada waktu dewasa maka risiko menjadi carrier sebesar
5-10%

9. Pemberian Identitas
Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menjelaskan bahwa setiap
anak berhak mendapatkan identitas. Pemberian identitas pada bayi bertujuan agar tidak tertukar.
Tanda pengenal yang digunakan berupa gelang yang berisi identitas nama ibu, ayah, jam lahir, dan
jenis kelamin. Apabila fasilitas kesehatan memungkinkan juga dilakukan cap telapak pada kaki dan
tangan bayi pada rekam medis kelahiran.
10. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pada bayi bertujuan mengetahui sedini mungkin kelainan yang terjadi pada bayi.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, hendaknya terlebih dahulu melakukan persiapan dari mulai
alat, tempat, diri dan keluarga.

Hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan anamnesis pada ibu dan keluarga ialah :
a) Menanyakan keluhan yang dirasakan bayi
b) Penyakit yang diderita ibu yang mungkin akan berdampak pada bayinya seperti tubercolosis
(TBC), demam saat persalinan, ketuban pecah dini (KPD) >18 jam, hepatitis B atau C, sifilis,
Human Immunodeficiency Virus /Acquired Immuno Deficiency Syndrom (HIV/AIDS) dan
penggunaan obat
c) Cara, waktu, tempat bersalin, keadaan bayi saat lahir (langsung menangis /tidak) dan tindakan
yang diberikan pada bayi jika ada
d) Warna air ketuban
e) Riwayat bayi buang air kecil dan besar
f) Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap bayi.

11. Pemulangan Bayi Lahir Normal


Bayi yang dilahirkan normal dan tanpa masalah pada saat proses pengawasan di fasilitas
kesehatan minimal dipulangkan 24 jam setelah kelahiran, sementara tenaga kesehatan dapat
meninggalkan tempat persalinan paling cepat 2 jam setelah kelahiran.

B. Perawatan Neonatal Esensial pada Saat Setelah Lahir


 Menjaga bayi tetap hangat
Setelah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intrauterine ke ekstrauterine,
bayi harus tetap dijaga kehangatannya dari mulai penggunaan pakaian dan selimut yang lembut
dan hangat, penutup kepala, kaos kaki dan sarung tangan, melakukan kontak kulit untuk mejaga
kehangatan bayi dan ruangan yang hangat.

 Pemeriksaan setelah lahir menggunakan manajemen terpadu bayi sakit (MTBS)

 Pelayanan tindak lanjut


Proses penatalaksanaan kasus menggunakan MTBS membantu mengindentifikasi bayi
yang memerlukan kunjungan ulang. Jika bayi dibawa ke fasilitas kesehatan, petugas kesehatan
memberikan pelayanan tindak lanjut seperti yang disebutkan dalam pedoman MTBS. Pada saat
melakukan kunjungan ulang pada bayi, pemeriksaan dilakukan untuk melihat perkembangan yang
terjadi pada bayi, apakah membaik atau memburuk. Jika keadaan bayi memburuk segeralah
melakukan rujukan

Anda mungkin juga menyukai