Disusun oleh
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
rahmat, ridha, dan karunianya sehingga laporan Praktikum dapat diselesaikan tepat
waktu. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
selalu menjadi teladan bagi umatnya.
Kegiatan praktikum ini dilakukan sesuai tugas dan arahan yang diberikan sebagai
pembelajaran bagi mahasiswa mengenai identifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI)
pada produk olahan pangan perikanan dan peternakan. Dengan begitu pengetahuan dan
pengalaman mahasiswa akan bertambah.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Produk Pangan olahan adalah Produk Makanan atau minuman hasil proses
pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan
seperti pengeringan, pengalengan pembekuan, pengemasan dan sebagainya.
Keamanan pangan olahan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan olahan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang
dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (Menperin,
2010). Pangan olahan yang diproduksi harus sesuai dengan cara produksi pangan
olahan yang baik untuk menjamin mutu dan keamanannya. selain itu, pangan harus
layak konsumsi yaitu tidak busuk, tidak menjijikkan dan bermutu baik, serta bebas
dari cemaran biologi, kimia dan fisik (BPOM, 2015).
1
kulit dari hewan ternak yg bernilai gizi tinggi karena kaya akan protein, lemak,
mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh. Salah satu jenis ikan yang
kandungan gizinya tinggi adalah ikan lele. Ikan lele dapat diolah menjadi berbagai
macam olahan. Proses pengolahan ikan lele yang digunakan hanya dagingnya saja
sedangkan tulangnya menjadi limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Apabila limbah itu tidak dimanfaatkan lama kelamaan akan menjadi sampah dan
mencemari lingkungan, untuk itu perlu adanya tindakan lanjut pengolahan limbah
tulang ikan lele agar bermanfaat dan tidak mencemari lingkungan.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya tugas kelompok ini yaitu dapat mahasiswa diharapkan
mengetahui, menganalisis dan menentukan perbedaan produk olahan dalam
komoditas perikanan dan peternakan di dalam slaka industri dengan produk yang
2
memiliki label SNI, serta mengetahui tujuan diberikannya perizinan edar produk
olahan perikanan dan peternakan.
1.3 Manfaat
Kegiatan tugas kelompok ini dapat menambah wawasan mengenai produk olahan
perikanan dan peternakan yang memiliki label SNI serta mengetahui dan
menerapkan tujuan dari diberikannya izin SNI dalam sebuah pengedaran suatu
produk.
1.4 Ruang lingkup
1. Memahami pengertian Standar Nasional Indonesia (SNI) pada produk pangan
2. Mengetahui pengaruh Standar Nasional Indonesia (SNI) pada produk pangan
3. Menganalisis penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada produk pangan
olahan perikanan dan peternakan.
4. Mengetahui perbedaan antara produk pangan SNI dan Non-SNI
3
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan Pemberlakuan SNI terhadap semua bentuk kegiatan dan produk untuk
melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi
nasional dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, sebagaimana standar produk
yang diberlakukan di berbagai negara, adalah suatu Standar yang sangat dibutuhkan
dalam dunia bisnis, terutama yang mementingkan adanya jaminan mutu dan
keamanan produk bagi konsumen. Standar dapat membawa manfaat juga
membantu dalam menyelaraskan spesifikasi teknis produk dan jasa yang membuat
perusahaan lebih efisien dan dapat meningkatkan daya saingnya untuk perdagangan
internasional. Kesesuaian produk dengan standar membantu meyakinkan
konsumen bahwa produk tersebut aman, efisien dan baik untuk digunakan. Fungsi
dari Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu salah satu instrumen regulasi teknis
yang dapat melindungi kepentingan konsumen nasional dan sekaligus produsen
dalam maupun luar negeri. Melalui regulasi teknis yang berbasiskan standardisasi
dapat dicegah beredarnya barang-barang yang tidak bermutu di pasar domestik
4
khususnya yang terkait dengan kesehatan, keamanan, keselamatan, dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup. Demikian halnya melalui instrumen yang sama, dapat
dicegah masuknya barang-barang impor bermutu rendah yang mendistorsi pasar
dalam negeri karena berharga rendah.
5
g. Bermanfaat dari sisi ekonomi (Quality not Quantity), kesehatan (Quality
Control) dan keselamatan (Safety Procedure) , maupun lingkungan hidup
(Syarat kandungan tertentu).
2.3 Penerapan SNI Pada Produk Pangan Olahan Perikanan Dan Peternakan
Komoditas produk olahan perikanan dan peternakan merupakan komoditas
strategis dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat terutama protein hewani,
sehingga dalam proses produksi produk olahan perikanan dan peternakan harus
memiliki standar yang dapat menentukan layak sebuah produk untuk dipasarkan.
Dalam penerapannya produksi pangan olahan dapat dilihat berdasarkan evaluasi
dilapangan dan data statistik peternakan Sumatera Barat tahun 2019 terlihat bahwa
populasi sapi potong, kambing dan unggas mendominasi populasi ternak di
Sumatera Barat begitu juga produksi ternak berupa daging, telur dan susu beserta
produk olahannya. Produk hasil peternakan terutama daging dan telur mempunyai
peran yang cukup besar dalam konteks ketahanan pangan serta dari produk daging,
komoditas daging sapi memiliki kontribusi cukup besar (41.16%) terhadap
kebutuhan daging Sumatera Barat pada tahun 2019 baik untuk kebutuhan daging
segar maupun produk olahan daging yang meliputi dendeng, kerupuk kulit, sate,
bakso, burger, sosis, nugget dan rendang sebagai makanan spesifik Sumatera Barat
yang sudah mendunia. pemantauan lapangan dan evaluasi yang dilakukan pada
Minggu I Januari 2020 sampai minggu IV April 2020 pada pelaku usaha
pengolahan hasil peternakan terutama olahan daging dan susu (sapi dan kambing)
bahwa penerapan jaminan mutu dan keamanan pangan dalam proses penanganan
dan pengolahan produk masih terbatas sehingga mutu produk akhir yang dihasilkan
belum standar atau bervariasi biarpun produk yang dihasilkan sudah dipasarkan
secara luas. Dalam rangka menyikapi kenyataan tersebut sekaligus untuk
peningkatan daya saing produk olahan peternakan sangat diperlukan penerapan
mutu dan keamanan pangan. Mutu dan Keamanan Pangan sendiri dapat dicapai
dengan menerapkan program jaminan mutu dan keamanan pangan pada budidaya,
pasca panen dan pengolahan mencakup penerapan persyaratan dasar (GFP, GHP
dan GMP) dan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan berdasarkan
sistem HACCP nantinya. Penerapan SNI pada produk pangan lainnya juga terdapat
pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal
6
Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) terus
dukung peningkatan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk
perikanan. Kegiatan ini digagas untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik
sesuai dengan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 19/PERMEN-
KP/2019 tentang Tata Cara Pemberian Surat Persetujuan Penggunaan Tanda
Standar Nasional Indonesia Tuna dalam Kemasan Kaleng dan Tanda Standar
Nasional Indonesia Sarden dan Makarel dalam kemasan Kaleng Secara Wajib dan
Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 6 tahun 2019 tentang Skema
Penilaian Kesesuaian Terhadap Standar Nasional Indonesia Sektor Pangan.
7
Produk olahan pangan dengan label SNI dan produk pangan olahan tanpa label SNI
(Non-SNI) memiliki perbedaan, diantaranya :
a. Kualitas produk
Produk yang memiliki label SNI tentu saja sudah memiliki batas-batas tertentu
yang harus dicapai. Hal ini meliputi bagian-bagian yang dapat menunjang
kualitas yang baik, diantarannya: tempat produksi, bahan baku produk,
higientasi dan sanitasi produk, pengemasan produk, ruang simpan produk. Hal
ini akan menjadi suatu penilaian untuk suatu produk diakui masuk kategori
Standar Nasional Indonesia. Berbeda hal nya dengan produk yang belum
terverfikasi uji SNI. Maka kualitas produk yang dihasilkan tidak dapat terjamin,
karena produk belum tentu sudah sesuai standar produksi yang ada. Sehingga
dengan adanya uji SNI memberikan rasa kepercayaan dan keyakinan pada
konsumen bahwa produk tersebut memiliki kualitas yang standar dan tidak
menimbulkan keraguan.
b. Akses pemasaran
Produk yang sudah memiliki Standar Nasional Indonesia akan mudah
memasuki pasar modern, swalayan, atau pasar dunia (ekspor). Hal ini
memudahkan produk untuk dipasarkan ditempat yang baik. Karena pasar
modern, swalayan dan lain sebagainya akan menjual produk-produk yang sudah
berlabel SNI, dengan begitu tidak timbul rasa khawatir pada produk yang dijual.
Sehingga terdapat perbedaan pada produk yang dijual dengan terverifikasi SNI
dan produk yang tidak memiliki Standar Nasional Indonesia. Selain itu juga
dengan adanya uji SNI maka setiap produk yang dipasarkan ada harga rata-rata
dari setiap produk. Sehingga harga produk stabil dan tidak berbeda terlalu jauh
diantara setiap pasar.
Dari beberapa hal tersebut dapat diperoleh perbedaan produk yang memiliki
standar nasional indonesia dengan produk yang tidak memiliki standar nasional
indonesia.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional, untuk memenuhi ketentuan
standar Nasional Insonesia dalam bentuk kegiatan, jasa, maupun produk agar dapat
pengizinan pemasaran didalam negeri maupun luar negeri yang bersaing secara
sehat. Salah satu penerapannya yaitu SNI pada olahan perikanan/peternakan,
berguna untuk memenuhi standar perbandingan cita rasa pada olahan hasil
perikanan atau hasil peternakan, menggunakan standar cita rasa yang berbeda
sebagai ciri khas dari produk dengan memberikan judul standar pada produk olahan
ikan atau daging ternak. SNI berpengaruh pada pemanfaatan teknologi, ekonomi
dan sosial. Standar pangan pada Produk olahan membantu dalam menyelaraskan
spesifikasi teknis produk dan jasa yang membuat industri olahan pangan menjadi
lebih efisien dan meningkatkan daya saingnya untuk perdagangan internasional.
Penerapan yang ada dilapangan untuk produk dengan label SNI masih belum
terpenuhi seluruhnya. Hal ini didapatkan dari evaluasi dilapangan dan data statistik
peternakan Sumatera Barat tahun 2019 pada populasi sapi potong, kambing dan
unggas bahwa penerapan jaminan mutu dan keamanan pangan dalam proses
penanganan dan pengolahan produk masih terbatas sehingga mutu produk akhir
yang dihasilkan belum standar atau bervariasi biarpun produk yang dihasilkan
sudah dipasarkan secara luas. Hal ini disebabkan terdapat produk yang wajib
memiliki SNI dan produk yang sukarela. Sehingga pada penerapannya terdapat
produk yang masih beredar tanpa labe SNI, misal pada produk yang memiliki SNI
yakni: Corned beef dalam kaleng, Keripik paru sapi, Bakso daging, Susu bubuk,
Yogurt (susu asam). Dan produk Non-SNI yakni: Ikan asin, Bandeng presto,
Pempek ikan, Amplang Ikan.
9
Daftar pustaka
Humas BSN. 2016. Penerapan SNI Untuk Mutu dan Keamanan Pangan. diunduh
pada hari Minggu, 5 Desember 2021. Https://bsn.go.id
10