MENOLAK DAN DITOLAK jangan takut untuk menolak (bagi perempuan) dan jangan hancur saat ditolak
(bagi pria).
Sekarang mari kita belajar lebih lanjut bagaimana semestinya bersikap
Beberapa minggu kita belajar tentang kalau menolak dan ditolak itu kita alami. pergumulan pasangan hidup mulai dari menentukan kriteria, mendoakan, diskusi dengan 1. Yang menolak pemimpin rohani, sampai mengajak berdoa, dan Bagi kita yang menolak, tentulah harus menjelaskan alasan menolak itu akhirnya mengikatkan relasi dalam wadah dengan baik. Penjelasannya harus dengan suasana yang baik, tidak dengan pacaran. Tetapi kalau sedikit menilik ke belakang, suasana kemarahan atau kebencian. Penjelasan dengan kata-kata yang sopan untuk masuk ke ruang pacaran, tentu kedua belah dengan bahasa yang baik akan sangat menghormati pihak yang ditolak. pihak akan mempertimbangan dengan matang Kemudian selepas perjumpaan itu, haruslah keduanya membangun relasi terlebih dahulu. Karena ada pertimbangan yang persaudaraan yang normal, tidak bermusuhan. harus diambil, maka menolak dan ditolak adalah hal yang wajar dan dimungkinkan. Demikian pula semestinya tidak menjadi persoalan besar ketika 2. Yang ditolak mengalami keadaan tersebut. Jika kita berada di posisi yang ditolak, tentu ini posisi yang tidak mudah. Perasaan kita bisa hancur, sedih bercampur marah dan sulit menerima Relasi pasangan hidup adalah proses mencari tahu kehendak Tuhan. keputusan itu. Namun, sejak awal kita sudah pelajari bersama bahwa relasi Relasi pasangan hidup itu harus dibangun dengan orang yang tepat. Maka tidak pasangan hidup itu bukan suatu keputusan yang diambil tanpa pertimbangan boleh terlalu cepat mengambil keputusan. Untuk menuju pengambilan keputusan matang. Demikian pula saat kita ditolak, pastilah pihak yang menolak itu punya itu semestinya sudah melewati pergumulan doa yang serius, diskusi yang serius pertimbangan-pertimbangan matang. Prinsipnya, kita harus menerima dan bersama pemimpin rohani, dan telah melewati beberapa waktu pengujian. Kalau menghormati keputusan itu. Selepas ditolak, kita tidak boleh mengintimidasi keputusan berpacaran itu diambil tanpa ada proses di atas, ada kemungkinan pihak yang menolak, entah ancaman dalam bentuk apapun. Sama juga seperti relasi yang dibangun akan sangat rapuh. Akan ada banyak hal-hal mengejutkan sikap di atas, bangunlah relasi persaudaraan yang normal dengan orang itu, yang bisa membuat menyesal, tetapi di sisi perasaan sudah terikat cukup kuat. Ini tidak bermusuhan. Memang perasaan kita akan hancur, itu tidak masalah, kita menjadi persoalan tersendiri nantinya. Sudah terlanjur berpacaran, sudah bisa selesaikan bersama Tuhan dan pemimpin rohani. Perlu bersikap tunduk terlanjur dekat dengan keluarganya, tetapi di tengah perjalanan relasi itu ada hal- kepada kedaulatan Tuhan dan mengimani bahwa keadaan itu adalah yang hal yang keduanya tidak bisa menerima, entah karakter, kondisi keluarga, terbaik dari Tuhan. Tuhan tidak mungkin mencelakai kita. Perasaan hancur, perbedaan nilai hidup, dsb. bermelow-melow, sedih, dan semua perasaan terluka lainnya tidak apa-apa Maka dari itu, sangatlah penting untuk sungguh-sungguh mengambil berlangsung sehari-dua hari, seminggu-dua minggu, bahkan sebulan. Tetapi waktu pribadi dengan Tuhan dan dengan pemimpin rohani mempergumulkan dan jangan lebih dari tiga bulan, itu tandanya kita perlu konseling dengan Psikiater. mendiskusikan sampai pada akhirnya akan memutuskan berpacaran dengannya Perasaan hancur bisa dipulihkan, asal jangan sampai hidupnya hancur. (HS) atau tidak. Seandainya di masa pergumulan dan pengujian ini mulai menemukan hal-hal yang tidak bisa diterima, dan hal-hal itu adalah hal yang serius, maka