Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hortikultura berasal dari kata “hortus” (garden atau kebun) dan “colere”

(to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai

usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.

Sehingga hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang

mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam

GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk

dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan. Ditinjau dari fungsinya

tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin,

mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani

karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari

tanaman hias/bunga) (Anonim, 2011).

Hortikultura sebagai salah satu sub sektor pertanian memegang peranan

penting dan strategis karena peranananya sebagai komponen utama pola pangan.

Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan memegang bagian

penting dari keseimbangan pangan yang dikonsumsi. Komoditas hortikultura juga

memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga usaha agribisnis hortikultura dapat

menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani. Hal ini karena komoditas

hortikultura memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis,

serta ketersediaan sumber daya lahan.

Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan

pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

1
sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai

ekonomi tinggi. Produksi sayuran Indonesia meningkat setiap tahun dan

konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun (Adiyoga,1999).

Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan jenis sayuran yang

sering dijadikan bumbu dan masakan. Contohnya dalam sup, sayur asem, sambal

tomat masakan lainnya. Selain itu, tomat juga sering dijadikan minuman seperti

jus tomat. Namun selain enak dimakan, tomat juga memiliki banyak manfaat bagi

kesehatan dan kecantikan. Diantaranya menghilangkan jerawat, menghaluskan

kulit dan sebagai masker untuk wajah. Untuk pengobatan, tomat dipercaya dapat

mengobati wasir, menurunkan tekanan darah tinggi, mencegah penyakit jantung.

Kandungan zat antioksidan yang bernama lycopen dalam kandungan tomat juga

dapat menangkal sel-sel kanker seperti kanker prostat, kanker payudara, kanker

leher rahim dan endometrium.

Tabel 1. Perkembangan Produktivitas, Produksi, dan Luas Lahan Tomat di


Indonesia Tahun 2009-2013
Tahun Produktivitas Produksi (Ton) Luas Panen (Ha)
(Ton/Ha)
2009 15,27 853.061 55.881
2010 14,58 891.616 61.154
2011 16,65 954.046 57.302
2012 15,75 893.504 56.724
2013 16,61 992.780 59.758
Sumber : BPS dan Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian, 2014

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa produktivitas, produksi dan luas

panen mengalami penurunan dan kenaikan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

karena faktor eksternal seperti perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi dan
sangat berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tomat. Namun, pada akhir

tahun 2013 terjadi peningkatan. Sementara itu, khusus untuk provinsi Jawa Barat

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Hasil Per Hektar Tomat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Hasil per Ha
(Ton/Ha)
Jawa Barat 12.679 353.340 27,82
Sumber : BPS dan Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian, 2014

Tomat merupakan tanaman herba semusim yang tumbuh tegak dengan

tinggi berkisar antara 0,5-2,5 m dan bercabang. Tomat memiliki akar tunggang.

Batang berbentuk silinder dan bercabang. Kulit batang memiliki warna hijau dan

berambut. Warna daun hijau tua dan merupakan daun majemuk menyirip ganjil.

Tanaman tomat dapat tumbuh baik di musim kemarau dengan pengairan

yang cukup. Pertumbuhan tanaman tomat akan baik bila udara sejuk, suhu pada

malam hari antara 100C - 200C dan pada siang hari antara 190C - 290C. Suhu yang

terlalu tinggi akan menyebabkan buah banyak rusak karena sengatan matahari.

Suhu terlalu rendah menyebabkan pertumbuhan terhambat. Tanaman tomat

memerlukan sinar matahari yang cukup, kalau kekurangan sinar matahari akan

menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non

parasit. Intensitas sinar matahari sangat penting dalam pembentukan vitamin C

dalam buah tomat. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin

C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi.

Tanaman tomat hanya dapat diusahakan di tempat-tempat yang tidak

kekurangan air. Tanaman tomat akan tumbuh baik bila ditanam pada tanah-tanah
yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5 - 6, tanah sedikit mengandung pasir

dan banyak mengandung humus. Tomat dapat tumbuh baik di dataran tinggi

maupun di dataran rendah dengan curah hujan sedang.

Karakteristik penting produk pascapanen buah dan sayuaran adalah bahan

tersebut masih hidup dan masih melanjutkan fungsi metabolisme. Akan tetapi

metabolisme tidak sama dengan tanaman induknya yang tumbuh dengan

lingkungan aslinya, karena produk yang telah dipanen mengalami berbagai bentuk

stres seperti hilangnya suplai nutrisi, kondisi yang berbeda dengan

pertumbuhannya yang ideal dengan adanya peningkatan suhu, kelembaban, proses

panen sering menimbulkan pelukaan berarti, pengemasan dan transportasi dapat

menimbulkan kerusakan mekanis lebih lanjut, orientasi gravitasi dari produk

pascapanen umumnya sangat berbeda dengan kondisi alamiahnya, hambatan

ketersediaan CO2 dan O2, hambatan regim suhu dan sebagainya.

Produk hortikultura ini bersifat mudah rusak (perishable), sehingga perlu

penanganan khusus. Produk harus dipanen dan dipindahkan melalui beberapa

sistem penanganan dan transportasi ke tempat penggunaannya seperti pasar retail

atau langsung ke konsumen dengan menjaga sedapat mungkin status hidupnya

dan dalam kondisi kesegaran optimum. Jika stres terlalu berlebihan yang melebihi

toleransi fisik dan fisiologis, maka terjadi kematian. Secara umum, proses

penanganan produk hortikultura di Indonesia masih kurang baik. Hal ini

berdampak terhadap tingkat kerusakan produk yang tinggi hingga mencapai

kisaran 40%. Kerusakan produk ini akan dibebankan kepada produk yang terjual

(kondisi baik), sehingga harga produk menjadi mahal.


Sistem logistik merupakan salah satu komponen rantai pasokan pada sub

sistem agribisnis yang mempunyai peranan penting mulai dari proses produksi

sampai tahap pendistribusian produk sehingga produk dapat diperoleh konsumen

tepat waktu dengan kualitas dan kuantitas yang optimal. Fungsi lain dari sistem

logistik adalah menjaga kontinuitas produksi agar tetap dapat memenuhi

permintaan konsumen yang tidak terbatas.

Perusahaan mengantarkan produknya ke pelanggan menggunakan jaringan

distribusi logistik. Sebuah jaringan distribusi terdiri dari aliran produk dari

produsen ke konsumen melalui titik-titik pemindahan, pusat distribusi (gudang),

dan pengecer. Peranan jaringan distribusi dan manajemennya merupakan hal yang

sangat penting bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan.

Oleh karena itu perbaikan sistem distribusi produk hortikultura, perlu mendapat

perhatian lebih serius.

Perencanaan saluran distribusi harus dilakukan secara baik dengan

mengintegrasikan proses-proses bisnis di antara para pelaku. Dalam hal ini

optimalisasi kinerja logistik dalam pendistribusian akan menjadi faktor penting

untuk menanggulangi permasalahan diatas, sehingga perlu dilakukan penerapan

sistem logistik yang efektif dan efisien agar produk hortikultura sampai kepada

konsumen akhir dalam kondisi baik tanpa pengurangan kualitas. Untuk mencapai

hasil yang efisien dan efektivitas semua itu mutlak memerlukan pengorganisasian

yang baik atau sering diistilahkan dengan manajemem logistik yang terpadu

sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam melaksanakan kegiatannya.


Dinamika lingkungan di mana rantai pasokan berkembang dan tuntutan

untuk memperpendek masa siklus distribusi produk mewajibkan perusahaan

merancang ulang jaringan distribusi logistik. Beberapa masalah yang harus

diperhatikan perusahaan adalah waktu produksi, lokasi persediaan, dan

penempatan gudang untuk pelanggan. Keputusan yang diambil harus

memperhatikan semua faktor dan dikoordinasikan dengan semua rantai pasokan

demi terciptanya efisiensi. Koordinasi ini terutama diperlukan dalam lingkungan

yang dinamis di mana pengaturan jaringan distribusi logistik kadang berubah

secara signifikan dari perencanaan awal. Untuk memaksimalkan nilai sistem

logistik yang diupayakan, diperlukan variasi rencana mengenai pengambilan

keputusan untuk setiap tahapan aktivitasnya. Perencanaan sistem logistik yang

mendukung juga mempengaruhi desain dan operasional sistem logistik yang akan

diberlakukan guna menciptakan efisiensi dan efektifitas produksi suatu barang dan

jasa.

Pangalengan merupakan salah satu sentra penghasil sayur-sayuran terbesar

di Kabupaten Bandung Selatan. Letak geografis dan keadaan iklim di

Pangalengan merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan penghasilan

komoditas hortikultura ini. Berikut akan disajikan daftar komoditas tanaman

sayuran yang diusahakan oleh Kelompok tani Katata :

Tabel 3. Komoditas Sayuran yang ditanam di Pangalengan


No Komoditas Jumlah Petani
1. Kentang 17
2. Tomat 18
3. Zucchini 1
4. Kenya bean 1
5. Wortel 10
6. Kol 4
7. Labu 4
8. Lobak 3
9. Sayuran Lainnya 7
(Sumber: data primer, 2015)

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa komoditas tomat sangat diminati

untuk diusahakan oleh petani lokal di Kelompok Tani Katata, yaitu berjumlah 18

petani. Kelompok Tani Katata yang berada di Desa Margamekar, Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat adalah salah satu sentra penghasil

tanaman hortikultura. Komoditas yang diusahakan oleh Kelompok Tani Katata

terdiri dari sayuran buah dan sayuran umbi, yaitu zucchini, kenya bean, tomat

beef, tomat tw, labu siam, kentang, lobak dan wortel.

Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil satu komoditas

untuk diteliti, yaitu tomat. Tomat yang diproduksi oleh Kelompok Tani Katata

merupakan tomat lokal varietas toti dan amala. Tomat ini adalah tomat yang

sering kita temukan dan konsumsi sehari-hari. Besarnya permintaan tomat di

Kelompok Tani Katata sendiri mencapai 8-10 ton/minggu, yang akan dipasarkan

ke tiga supplier ritel modern yang sudah menjadi mitranya yaitu Giant (Jakarta

dan Bandung), Trimitra, dan Amazing Farm. Namun anggota Kelompok Tani

sendiri belum mampu untuk memenuhi semua permintaan pasar sehingga

Kelompok Tani Katata memiliki beberapa petani mitra untuk membantu

pemenuhan permintaan tomat tersebut. Kemampuan produksi tomat di Kelompok

Tani Katata adalah 4 ton/minggu.


Berdasarkan karakteristiknya tomat adalah salah satu dari sekian banyak

komoditas hortikultura yang bernilai ekonomis namun sangat tinggi tingkat

kesensitifannya dilihat dari kondisi fisik yang mudah rusak sehingga diperlukan

kehati-hatian yang sangat ekstra dalam sistem distribusi logistiknya. Tomat juga

merupakan sayuran buah yang memiliki banyak sekali manfaat dan kegunaannya.

Berdasarkan hal diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan pengamatan pada

komoditas ini, bagaimana agar mutu dan kualitas tomat tetap terjaga selama

proses pasca panen hingga sampai ke tangan konsumen.

Salah satu upaya dalam mengatasi dan meminimalisir permasalahan

ataupun kendala yang terjadi disepanjang jalur pendistribusian logistik di

Kelompok Tani Katata hingga sampai ke pasar terstruktur, maka perlu diciptakan

peningkatan sistem kinerja logistik yang optimal agar proses produksi hingga

distribusi dapat berjalan efektif dan efisien. Kinerja sistem logistik yang optimal

dipengaruhi dengan ketepatan jumlah, waktu, tempat, dan pengiriman distribusi

yang menjamin terjaganya kestabilan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produk

yang dihasilkan sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen dengan baik dan

memperoleh keuntungan yang optimal.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:


1. Bagaimana keragaan sistem logistik pada rantai pasok tomat di Kelompok

Tani Katata Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten

Bandung Jawa Barat?

2. Bagaimana kinerja sistem logistik pada rantai pasok tomat di Kelompok

Tani Katata Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten

Bandung Jawa Barat?

3. Bagaimana aktivitas-aktivitas yang terjadi pada sistem logistik tomat di

Kelompok Tani Katata serta biaya yang dibebankan terhadap aktivitas

tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi masalah, maka tujuan yang ingin dicapai

melalui penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana keragaan sistem logistik dalan

mendistribusikan produk dari pusat distribusi ke pasar terstruktur yang

sudah menjadi mitra Kelompok Tani Katata.

2. Mengidentifikasi dan mengukur kinerja sistem logistik pada rantai pasok

tomat di Kelompok Tani Katata Desa Margamekar, Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung Jawa Barat.

3. Mengetahui setiap aktivitas yang terjadi disepanjang sistem logistik pada

rantai pasok tomat serta biaya yang dibebankan dari setiap aktivitas

tersebut.

1.4 Kegunaan Penelitian


Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil dari penelitian yang

dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak

Kelompok Tani Katata dalam penerapan sistem distribusi logistik yang

optimal pada rantai pasok tomat sehingga dapat meningkatkan kuantitas,

kualitas, dan kontinuitas pasokan tomat.

2. Hasil penelitian yang dilakukan juga diharapkan dapat membantu

menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca

khususnya tentang penerapan sistem logistik yang optimal pada rantai

pasok produk pertanian khususnya tomat.

3. Bagi peneliti secara khusus dapat meningkatkan kemampuan dalam

mengidentifikasi masalah, menganalisis, dan menemukan solusi yang tepat

bagi permasalahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai