Disusun Oleh
KELOMPOK 1 :
Eka (P201801025)
2018
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat serta
hidayahnya kepada kami, sehingga pembuatan makalah ini yang berjudul
“Cornelia M Ruland dan Sherly M. Moore (Peaceful End of Life)” sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan.
1. DR.PH. HJ. Tasnim., SKM., MPH sebagai ketua sekolah tinggi ilmu
kesehatan STIKES Mandala Waluya Kendari
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.......................................................................................................... 3
B. Tujuan penulisan..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
a. Sejarah Teori Peaceful End of Life........................................................................... 5
b. Sumber Teori Peaceful End of Life.................................................................... 6
c. Konsep Utama Teori Peaceful End of Life.......................................................... 6
d. Hubungan Antara Beberapa Konsep ............................................................... 9
e. Asumsi- Asumsi Perlunya Teori Peaceful End of Life............................... 11
BAB III HASIL ANALISIS
Penerapan teori Peaceful End of Life................................................................. 12
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan.............................................................................................................. 14
b. Saran.......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah disiplin profesional yang menerapkan banyak
bentuk pengetahuan dan keterampilan berfikir kritis dalam setiap situasi
klien melalui prnggunaan teori keperawatan dalam proses keperawatan.
Dalam hal ini keperawatan komunitas juga menggunakan beberapa teori
dalam penerapan asuhan keperawatannya yang bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara optimal untuk meningkatkan
derajat kesehatatan masyarakat, salah satunya adalah asuhan keperawatan
gerontik yang merupakan suatu pelayanan profesional yang berdasarkan
ilmu dan kiat atau tehknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-
spiritual dan kultural yang holistik yang ditujukan pada klien lanjut usia baik
sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-kanak,
masa dewasa dan masa tua (Nugroho W, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemunduran secara fisik maupun psikologis. Kemunduran fisik ditandai
dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran,
pengelihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ
vital, sensitif emosional meningkat dan kurang gairah. Peran perawat sangat
diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan para usia lanjut pada
taraf yang setinggi-tingginya sehigga terhindar dari prnyakit atau gangguan,
sehingga lansia tersebut masih dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
3
Salah satu teori yang dapat diterapkan di keperawatan komunitas
adalah teori Peaceful End of Life. Teori Peaceful End of Life merupakan teori
yang dikemukakan oleh dua orang wanita yang bernama Cornelia M Ruland
dan Sherly M. Moore dengan menekankan bahwa upaya tenaga keperawatan
dalam memberikan pelayanan pada klien dengan tujuan memberikan
sesuatu yang positif seperti bebas dari rasa sakit, merasa nyaman, merasa
dihargai dan dihormati, berada dalam kedamaian dan ketenangan,
merasakan kedekatan dengan orang lain yang signifikan dan orang yang
merawatnya dan juga merasakan kedekatan dengan orang lain yang
signifikan dan orang yang merawatnya. Sehingga teori ini memiliki gambaran
untuk dapat diterapkan dikeperawatan komunitas khususnya gerontik.
B. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang middle range theory Peaceful End of Life
2. Menerapkan middle range teory Peaceful End of Life dalam
keperawatan komunitas
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Teori Peaceful End of Life
Teori Peaceful End of Life dikemukakan oleh dua orang wanita yaitu :
1. Cornelia M Ruland
Cornelia M Ruland adalah seorang direktur di pusat penelitian
keperawatan dan konsultasi dalam pengambilan keputusan dalam
bidang keperawatan di Rikshospitales University Hospital Oslo
Norwegia. Cornelia M.Ruland memperoleh gelar Ph.D dibidang
keperawatan pada tahun 1998 di Case Western University, Cleveland,
Ohio Amerika Serikat. Dia mendirikan suatu program yaitu extensive
research program yang menangani pengembangan dalam
pengambilan keputusan dan kerjasama dengan pasien dalam
pelayanan kesehatan, serta pengembangan, pelaksanaan, dan
evaluasi dari sistem informasi dalam mendukung program yang
dibuatnya.
Fokus kegiatan yang dilaksanakan oleh Cornelia M.Ruland
adalah: (1) memberikan penjelasan ketika klien mendapatkan suatu
tindakan yang sulit yang mana klien membutuhkan bantuan untuk
memahami hal tersebut serta memahami keuntungan dan kerugian
dari alternatif tindakan yang diberikan, (2) penanganan terhadap
kondisi knonis atau sakit yang lama.
2. Sherly M. Moore
Sherly M. More adalah ketua perkumpulan penelitian dan profesor
bidang keperawatan di School of Nursing, Case Western Reserve
University. Degree di Psychiatri and Mental Health Nursing (1990)
serta gelar Ph.D bidang keperawatan pada tahun 1993. Setelah studi
doktoralnya selesai, dia mulai bekerja sama dengan ahli-ahli
keperawatan seperti Joyce J Fitzpatrick, Jean Johson, dan Elizabeth
Lenz untuk menggunakan dan mengembangkan teori keperawatan.
5
B. Sumber Teori Peaceful End of Life
Teori Peaceful End of Life Teori bersumber dari beberapa kerangka
teori, yaitu sebagai berikut :
a. Struktur, proses, dan outcome model
Strcture, process dan outcome model merupakan model klasik
yang dikemukakan oleh Donabedian (Ruland and More 1998, dalam
Tomey and Aligood, 2006), model ini menjadi kerangka utama dari
teori End of Life (EOL).
Pada teori EOF, struktur adalah system keluarga yang
menerima perawatan dari tenaga professional di unit perawatan
klinik/rumah sakit. Sedangkan proses merupakan tindakan yang
diberikan, dalam hal ini tindakan keperawatan yang bertujuan
memberikan sesuatu yang positif dan penyembuhan bagi pasien
seperti : (1) bebas dari rasa sakit, (2) mengalami kenyamanan, (3)
merasa dihargai dan dihormati, (4) berada dalam kedamaian dan
ketenangan, dan (5) merasakan kedekatan dengan orang lain yang
signifikan dan orang yang merawatnya
b. Preference Teori
Preference teori dikemukakan oleh Brandt, 1997 dengan
konsep utama adalah kualitas hidup (quality of life), memberikan
signinifikan terhadap teori EOL. Pada teori preference ini, hidup yang
baik diartikan seseorang mendapatkan sesuatu sesuai dengan
keinginan. Pendekatan ini sangat cocok dengan perawatan dengan
teori EOF yang bisa diterapakan pada orang yang mengalami sakit.
6
1. Bebas dari rasa sakit
Bebas dari penderitaan dan gejala distres merupakan bagian
dari pengalaman klien EOL. Nyeri diartikan sebagai sensori yang tidak
menyenangkan atau pengalaman emosional yang dihubungkan
dengan kerusakan jaringan yang potensial atau aktual. (Lenz, Suppe,
Gift, Pugh, & Milligan, 1995 dalam Tomey & Alligood, 2006).
2. Merasa nyaman
Merasa nyaman (Comfort) menurut Colcaba (1991) merupakan
bebas dari ketidaknyamanan, pernyataan terhadap sesuatu
kesenangan, kepuasan, dan apapun yang membuat hidup mudah atau
menyenangkan (Ruland & Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood,
2006).
3. Merasa dihargai dan dihormati
Setiap klien dengan penyakit terminal dihormati dan dinilai
sebagai manusia (Ruland & Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood,
2006). Konsep ini menggabungkan pemikiran dari penghargaan
personal yang diungkapkan dengan prinsip etik autonomi atau respect
for persons, yang menyatakan bahwa seseorang seharusnya
diperlakukan sebagai autonomous agents dan seseorang dengan
autonomi diberi hak perlindungan (United States, 1978 dalam Tomey
& Alligood, 2006).
4. Berada dalam kedamaian dan ketenangan
Damai merupakan perasaan yang tenang, harmonis, dan
memuaskan, bebas dari kecemasan, kegelisahan, kekhawatiran, dan
ketakutan (Ruland & Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood, 2006).
Suatu pernyataan kedamaian termasuk dalam fisik, psikologis, dan
dimensi spiritual.
5. Merasakan kedekatan dengan orang lain yang signifikan dan orang
yang merawatnya
7
Kedekatan merupakan perasaan yang menghubungkan dengan
orang lain yang merawat (Ruland & Moore, 1998 dalam Tomey &
Alligood, 2006). Hal itu melibatkan kedekatan fisik dan emosional
yang diungkapkan melalui ketenangan dan hubungan yang dekat.
Ruland dan Moore juga memaparkan enam (6) konsep utama yang
merupakan peryataan-peryataan yang saling berkaitan. Pernyataan-
peryataan itu sebagai berikut (Ruland & Moore, 1998 dalam Tomey &
Alligood, 2006) :
1) Pemantauan, penanganan menghilangkan rasa sakit, dan
pemberian farmakologi dan nonfarmakologi membantu pasien
dalam mengurangi rasa sakit.
2) Pencegahan, pemantauan dan menghilalangkan rasa tidak
nyaman , memberikan istirahat, memberikan relaksasi,
memberikan kepuasan, dan mencegah komplikasi membantu
kenyamanan pasien
3) Pengambilan keputusan tentang perawatan termasuk klien dan
yang lainnya, memperlakukan pasien dengan memerhatikan
kewibaaan pasien, bersikap empati dan menghargai, perhatian
terhadap kebutuhan pasien, membantu pasien merasakan
diperhatikan dan dihormati.
4) Pemberian dukungan emosi, pemantau pernyataan pasien atas
kecemasan terhadap tindakan pengobatan, menumbuhkan
kepercayaan, penyediaan panduan bagi pasien dan orang lain bila
menghadapi masalah praktek, dan penyediaan presensi fisik bagi
pemberi perawatanjika diburuhkan untuk membantu pasien
berada dalam kondisi damai/tenang.
5) Menghadirkan partisipasi orang lain dalam pemberian perawatan,
merasakan kesedihan, kecemasan, permasalahan orang lain, dan
menghadirkan kelaurga dapat membantu klien untuk lebih dekat
dengan orang lain dan orang yang merawatnya.
8
6) Pengalaman pasien atas bebas dari rasa sakit, merasa nyaman,
merasa di hormati dan dihargai, merasa damai/tenang, dan
merasa dekat dengan orang lain dan orang yang merawatnya
dapat membantu pasien menghadapi kedamaian diakhir hidupnya.
9
Peaceful End of Life
Merasa dekat
Bebas dari Merasa Merasa Merasa dg orla dan
rasa Nyaman dihormati damai/ orang yg
sakit Dan dihargai tenang merawat
Menyediakan bantuan fisik terhadap orang lain yang memberikan perawatan jika diperlukan
Gambar 2.1 Hubungan antara beberapa konsep dari teori Peaceful End of
Life
(dari Ruland, C.M., & Moore, S.M (1998) dalam Tomey&Alligood,
2006)
10
E. Asumsi- Asumsi Perlunya Teori Peaceful End of Life
Perawatan yang kompleks dan holistik dibutuhkan untuk
mendukung peaceful EOL. Asumsi menurut teori Ruland and Moore
(1998) meliputi:
1. Kejadian dan perasaan yang dialami pada klien EOL adalah personal
dan individualistik
2. Pelayanan keperawatan adalah penting untuk menciptakan peaceful
EOL pada klien. Perawat mengkaji dan menginterpretasikan isyarat
yang merefleksikan pengalaman EOL seseorang serta melakukan
intervensi untuk mempertahankan kedamaian atau ketenangan,
bahkan saat klien tidak dapat berbicara secara verbal di akhir
hidupnya.
3. Keluarga termasuk significant others dan merupakan bagian penting
dalam perawatan EOL
4. Tujuan dari perawatan EOL adalah untuk memaksimalkan
pengobatan serta memberikan perawatan yang terbaik yang
disediakan dengan ukuran kenyamanan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mencapai kematian yang damai atau
tenang.
11
BAB III
HASIL ANALISIS
12
Selain kesehatan fisik yang perlu dipahami, juga ada kesehatan
mental, misalnya depresi. Depresi pada lansia memiliki latar belakang yang
agak berbeda dengan orang dewasa lainnya, karena depresi pada lansia lebih
sering timbul akibat berbagai penyakit fisik yang dideritanya. Suatu
ketergantungan hidup pada orang lain timbul pada sebagian lansia yang
kondisi fisiknya memang sudah tidak sempurna lagi, sehingga merupakan
fenomena kedua penyebab adanya depresi.
Selain hal tersebut diatas kecemasan lansia yang mengalami penyakit
kronis dapat memunculkan masalah terhadap terjadinya kecemasan dalam
menghadapi kematian diantaranya adalah terjadinya perubahan yang drastis
dari kondisi fisiknya yang menyebabkan timbulnya penyakit tertentu dan
menimbulkan kecemasan dimana lansia merasa adanya perasaan khawatir,
cemas atau takut terhadap kematian itu sendiri, tidak berdaya, lemas, tidak
percaya diri, tidak tentram, dan gelisah.
Faktor lain yang menyebabkan timbulnya kecemasan pada lansia yang
mengalami penyakit kronis adalah selalu memikirkan penyakit yang
dideritanya, kendala ekonomi, waktu berkumpul dengan keluarga yang
dimiliki sangat sedikit karena anak-anaknya tidak berada satu
rumah/berlainan kota dengan subyek, sering merasa kesepian, kadang sulit
tidur dan kurangnya nafsu makan karena selalu memikirkan penyakit yang
dideritanya
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan pada
lansia yang mengalami penyakit kronis maupun pada lansia dalam kondisi
menghadapi kematian salah satunya dengan membebaskan lansia dari rasa
sakit, memberikan rasa nyaman dan menyenangkan, memberikan
penghormatan dan penghargaan terhadap lansia sehingga lansia merasakan
bahwa dirinya dihormati dan dihargai keberadaannya, membatu lansia agar
terbebas dari kegelisahan, kekhawatiran, maupun ketakutan baik secara
biopsikososial dan spiritual.
13
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori Peaceful End of Life merupakan teori yang menjelaskan upaya
tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan pada klien dengan tujuan
memberikan sesuatu yang positif terhadap klien seperti bebas dari rasa sakit,
merasa nyaman, merasa dihargai dan dihormati, berada dalam kedamaian
dan ketenangan, merasakan kedekatan dengan orang lain yang signifikan dan
orang yang merawatnya dan juga merasakan kedekatan dengan orang lain
yang signifikan dan orang yang merawatnya.
Dalam keperawatan komunitas penerapan teori Peaceful end of life
sangat tepat bila diimplementasikan pada asuhan keperawatan pada lansia,
baik lansia yang berada dalam keluarga maupun lansia yang berada di
institusi seperti panti jompo. Lansia menganggap bahwa perasaan kasihan
yang di tunjukkan kepada mereka (lansia) merupakan suatu kesalahan
karena mengisyaratkan bahwa mereka (lansia) sudah tidak mampu lagi
melakukan aktifitasnya. Hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan
maupun ketidaknyamanan dalam hidupnya diluar kecemasannya terhadap
penurunan aktivitas yang di alaminya. Sehingga dalam hal ini sangat tepat
dterapkan teori Peaceful end of life.
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai teori
konseptual keperawatan menurut M Ruland dan Sherly M. Moore. Semoga
makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena
itu kritik atau saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Tomey and alligood, 2006, Nursing Theorists and Their Work, sixth edition,
Missouri: Mosby
15