- Dinamika
Komunitas
Kelompok 6 - Ekologi B
Nama Anggota Kelompok
Fitria
Nafik Nurul Haq
Nurhafisah
190210103124 190210103131
POKOK BAHASAN
01 02 03
Latar Belakang Permasalahan Metode Penelitian
04 05
Hasil dan Pendapat Kelompok
Pembahasan dan Solusi
Identitas Jurnal
A6 Similac sp
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa tidak ada anakan
tanaman tumbuh di hutan yang terbakar setelah
hutan pasca kebakaran I dan II. Hal ini terjadi karena
anakan tanaman yang tergolong anakan regenerasi
alami lebih tinggi dari 1,5 m dengan diameter batang
kurang dari 10 cm, dan ini juga disebabkan oleh
jangka waktu yang pendek pada saat pengamatan
setelah kebakaran terjadi tiga bulan tidak termasuk
vegetasi dalam kategori anakan. Pada Tabel 3 jenis
Gahria javanica memilki nilai penting tertinggi,
disusul oleh Melastoma trachyphyllum. Hal ini berarti
bahwa Gahria javanica dan Melastoma trachyphyllum
merupakan tumbuhan yang paling mendominasi di
kedua hutan alam tersebut.
Pada Tabel 4 dapat terlihat bahwa tidak ada tanaman
pohon-pohon kecil yang tumbuh di post hutan bakar I
dan hutan pasca bakar II. Ini terjadi karena tiang adalah
kategori pohon muda yang memiliki diameter batang
10-20 cm. Itu juga karena pendeknya waktu
pengamatan yang dilakukan setelah kebakaran terjadi
tiga bulan tidak membuat jenis vegetasi termasuk
dalam kategori pohon kecil. Hal ini juga menunjukkan
bahwa karena kebakaran akan menimbulkan dampak
yang besar. Dampak ini akan menyebabkan punahnya
spesies flora yang ada sebelumnya
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa persentase indeks
kepentingan tertinggi yang keduanya hutan alam adalah
jenis tumbuhan Vaccinicum vangiaefolium . Indeks
nilai-nilai yang sangat penting dapat menunjukkan
penguasaan atau dominasinya juga tinggi. Pada Tabel 5
dapat dilihat bahwa tidak ada pohon hutan tingkat
vegetasi yang tumbuh di hutan pasca-bakar pertama dan
pasca-bakar II. Ini terjadi karena tingkat pohonnya
termasuk kategori pohon dewasa memiliki diameter lebih
dari 20 cm. Dengan kondisi ini membutuhkan waktu yang
lama untuk dapat tumbuh menjadi tanaman baru dalam
rentang waktu kurang dari satu tahun setelah terjadinya
kebakaran. Kemungkinan lain yang terjadi adalah untuk
proses suksesi sekunder yang kompleks membutuhkan
jangka waktu yang cukup lama atau puluhan tahun untuk
mencapai keseimbangan atau homeostatis.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ditemukan sebanyak
22 jenis vegetasi i yang tumbuh setelah kebakaran hutan dan dapat
teridentifikasi dengan baik.. Peneliti melakukan penelitian selama
3 bulan, dimulai dari bulan Mei hingga Juli pada tahun 2018
dengan membuat petak pengamatan vegetasi dan data observasi
yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus serta
dilanjutkan dengan melakukan analisis indeks nilai penting.
PENDAPAT dan
SOLUSI
Pendapat terhadap Penelitian :
- Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data
lapangan berupa data kualitas air yang diamati di lapangan atau dianalisis di laboratorium,
sedangkan data sekunder berupa data yang diperoleh dari pemerintah daerah yang terkait dengan
penelitian ini.
- Penentuan lokasi sampling dilakukan secara purposive sampling. Untuk mendapatkan data
kelimpahan plankton dan kualitas air di sekitar Waduk Koto Panjang maka lokasi pengambilan
sampel dibagi menjadi 3 titik pada area lokasi bendungan, sehingga dapat mewakili perairan di
sekitar Waduk Koto Panjang. Kriteria untuk setiap stasiun adalah sebagai berikut:
• Stasiun I: Merupakan kawasan di sekitar Jembatan Tanjung Alai yang memiliki
kavling 90-100 KJA. Ini stasiun berada di posisi 00'16'50.3" LU - 100046 '37.8" BT.
• Stasiun II: Merupakan daerah sekitar Pulau Gadang yang memiliki 200 - 300 KJA kavling.
Stasiun ini adalah terletak di posisi 00 '16 '55.03584" LU - 100049 '35.02596" BT.
• Stasiun III: Merupakan kawasan di sekitar lokasi bendungan dengan kepadatan aktivitas
KJA yang relatif tinggi berjumlah sekitar 800 - 950 KJA kavling. Stasiun ini berada di posisi 00 '16
Hasil identifikasi plankton menunjukkan bahwa perairan PLTA Koto Panjang reservoar terdapat 11 kelas dari 8
jenis fitoplankton, yaitu Chlorophyceae, Chyanophyceae, Zygematophyceae, Bacillariophyceae, Trebouxiophyceae,
Synurophyceae, Dinophyceae, dan Cryptophyceae. Sedangkan zooplankton terdiri dari copepoda, krustasea, dan
Braniciopoda. Kelimpahan plankton ditemukan di sekitar perairan Waduk Koto Panjang pada masing-masing stasiun
berkisar antara 69451 individu / L - 76650 individu / L. Kelimpahan tertinggi tercatat pada lokasi titik 3 dan terendah
terdapat pada lokasi titik 1 situs bendungan.
Terdapat nutrisi yang melimpah dari sisa pakan dan feses ikan untuk pertumbuhannya. Indeks keanekaragaman
plankton (H') selama penelitian di setiap titik lokasi penelitian 4,86 – 5,35. Nilai H' menunjukkan bahwa stabilitas
komunitas di semua lokasi tersebut tinggi (H'> 3). Indeks Dominansi (D) ( 0,5) yang berarti tidak terdapat dominasi
jenis plankton tertentu di waduk PLTA Koto Panjang. Hal ini sejalan dengan pendapat Weber (1973) dalam Siagian
(2012) yang menyatakan bahwa indeks dominansi antara 0-1. Jika nilainya mendekati 0 (0,5) berarti ada spesies yang
mendominasi spesies lainnya. Selain itu juga disebutkan bahwa jika indeks keanekaragaman menurunkan indeks,
dominasi akan meningkat. Perairan yang baik adalah perairan yang dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya
berbagai jenis plankton. Untuk 0,54 – 0,62 hal ini menunjukkan bahwa nilai E mendekati 1 (> 0,5) yang berarti
keseragaman organisme akuatik dalam keadaan seimbang sehingga tidak terjadi persaingan baik memperebutkan
tempat maupun makanan.
Kualitas perairan di
sekitar Keramba Waduk
Koto Panjang
Suhu perairan selama penelitian berkisar antara 31 – 32°C.
Kisaran suhu perairan tersebut bila dikaitkan dengan kelangsungan
hidup organisme perairan khususnya plankton masih pada suhu
optimum untuk pertumbuhannya. Kemudian kecerahan berkisar antara
152 - 293 cm, pada titik 2 berkisar antara 204 - 134 cm dan pada titik 3
berkisar antara 146 - 185 cm.
Kandungan nitrat dan fosfat di sekitar perairan keramba jaring apung waduk PLTA Koto Panjang tergolong baik
untuk kehidupan biota perairan, untuk nitrat di semua titik pengamatan berada di bawah 10 mg/L dan fosfat di bawah
0,2 mg/L. Hasil pengukuran rata-rata keasaman (pH) selama penelitian menunjukkan bahwa pH perairan relatif sama
pada semua stasiun yaitu 5 dan 6 atau bersifat asam. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air menyebutkan bahwa nilai pH untuk perairan kelas II (Baku Mutu Perikanan) adalah 6-9. pH optimum yang baik
untuk pertumbuhan plankton adalah pada kisaran 6,2-8,6.
KESIMPULAN
Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia masih dalam kondisi baik untuk pertumbuhan
organisme perairan khususnya plankton. Hal ini menunjukkan bahwa perairan waduk PLTA Koto
Panjang tidak tercemar. Dan itu dengan keragaman indeks stabilitas tinggi. Tidak terdapat dominasi
jenis plankton tertentu di perairan waduk PLTA Koto Panjang di sekitar keramba dan keseragaman
organisme perairan dalam keadaan seimbang.
PENDAPAT dan
SOLUSI
PENDAPAT : Menurut kelompok kami,
pada jurnal menggunakan metode survei sudah
sangat efektif, yaitu dengan mengamati dan
mengambil sampel secara langsung di sekitar
waduk PLTA Koto Panjang di area lokasi
bendungan. Dimana dari metode tersebut dapat
diketahui nilai kelimpahan plankton, nilai struktur
komunitas, dan nilai indeks dominasinya.
SOLUSI :