Anda di halaman 1dari 44

Studi Kasus

- Dinamika
Komunitas
Kelompok 6 - Ekologi B
Nama Anggota Kelompok

Rizqi Wulandari Dinar Septianingrum


190210103026 190210103097

Fitria
Nafik Nurul Haq
Nurhafisah
190210103124 190210103131
POKOK BAHASAN
01 02 03
Latar Belakang Permasalahan Metode Penelitian

04 05
Hasil dan Pendapat Kelompok
Pembahasan dan Solusi
Identitas Jurnal

Judul :Succession of Plant Spesies Following a


Forest Fire on Mount Talang, West
Sumatera
Jenis :International Journal of Environment,
Agriculture and Biotechnology (IJEAB)
Vol(No) :4(1)
Tahun :2019
Penulis :Chika Sumbari, Aswaldi Anwar Indra
Dwipa
Halaman :15-19
01
Latar Belakang
Latar Belakang
Latar belakang peneliti melakukan penelitian ini
diantaranya yaitu:
● Untuk mengidentifikasi vegetasi yang
tumbuh setelah kebakaran hutan
● Untuk mengetahui pengaruh kebakaran
hutan terhadap proses suksesi.
PERMASALAHAN
Analisis
Permasalahan
● Adanya kebakaran hutan yang mengakibatkan
penurunan keberagaman hayati pada wilayah
Hutan Gunung Talang
● Adanya kehilangan benih vegetasi alami yang
terjadi akibat kebakaran hutan
● Menurunnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas
tanah, sehingga akan berdampak pula pada semua
aspek ekosistem seperti fauna, tanah, air, iklim,
udara, dan manusia.
● Dampak dari kebakaran hutan terletak pada
komposisi jenis tumbuhan, penurunan kualitas dan
kuantitas tegakan pohon yang disebabkan oleh
suhu panas pada wilayah tersebut.
METODE
PENELITIAN
Pengamatan
Tanggal :Mei-Juli 2018
Tempat :1. Lahan bekas kebakaran kawasan gunung
Talang
2. Herbarium Biology Jurusan, Fakultas Sains
dan Matematika, Universitas Andalas
Alat : Peta lokasi pengamatan, Global Positioning
system (GPS), termo-higrometer, tali,
gunting, meteran, kompas, parang, pisau,
bor-belgi, kamera, buku identifikasi dan
vegetasi, alat tulis
Bahan : Hutan alam dan hutan pasca-kebakaran
Analisis Metode Penelitian
● Penelitian ini dilakukan dengan membuat petak
pengamatan vegetasi dengan ukuran, 2m x 2m untuk
tingkat semai, 5m x 5m untuk tingkat pancang, 10m x
10m untuk tingkat tiang, dan 20m x 20m untuk
tingkat pohon.
● Penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan
observasi dengan menganalisis indeks nilai penting
dengan menggunakan perhitungan
● Dengan rumus:
❖ Indeks Nilai Penting = Kepadatan Relatif + Relatif
Frekuensi (Untuk bibit dan anakan)
❖Indeks Nilai Penting = Kepadatan Relatif + Relatif
Frekuensi + Relatif Dominasi (Untuk tiang dan
pohon tingkat)
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Vegetasi
1. Ditemukan beberapa vegetasi setelah kebakaran
hutan melanda. Sebagaimana yang tercantum
pada tabel 1
2. Terdapat satu jenis vegetasi yang belum dapat
diindentifikasi karena organ reproduksinya yang
masih belum lengkap, sehingga peneliti
mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasi vegetasi tersebut.
3. Ditemukan jenis vegetasi yang jarang terlihat
dan ditemukan di hutan hujan tropis.
B. Analisis
Vegetasi

Tabel 1 menunjukkan hasil


identifikasi vegetasi dari jenis
tumbuhan yang tumbuh setelah
kebakaran hutan
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Famili
Poaceae dapat ditemukan di hutan alam dan
hutan setelah kebakaran. Persentase indeks
nilai penting tanaman Melastoma trachyphyllum
di kawasan hutan pasca bakar juga lebih tinggi
dari hutan alam hutan alam I dan II. Tingginya
nilai penting dapat menunjukkan tingginya
tingkat dominansi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa tanaman Melastoma
trachyphyllum adalah tanaman yang pertama
menempati lingkungan terbuka setelah
kebakaran terjadi.
Tanaman Similac sp dan A6
menumbuhkan vegetasi yang tumbuh
setelah kebakaran hutan, dimana
tumbuhan ini tidak ditemukan di hutan
alam I dan II. Keberadaan tumbuhan ini
setelah kebakaran menunjukkan bahwa
kebakaran dapat mempengaruhi benih di
deposit tanah yang mendorong berbagai
bentuk adaptasi tumbuhan terhadap lahan
setelah kebakaran hutan terjadi.

A6 Similac sp
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa tidak ada anakan
tanaman tumbuh di hutan yang terbakar setelah
hutan pasca kebakaran I dan II. Hal ini terjadi karena
anakan tanaman yang tergolong anakan regenerasi
alami lebih tinggi dari 1,5 m dengan diameter batang
kurang dari 10 cm, dan ini juga disebabkan oleh
jangka waktu yang pendek pada saat pengamatan
setelah kebakaran terjadi tiga bulan tidak termasuk
vegetasi dalam kategori anakan. Pada Tabel 3 jenis
Gahria javanica memilki nilai penting tertinggi,
disusul oleh Melastoma trachyphyllum. Hal ini berarti
bahwa Gahria javanica dan Melastoma trachyphyllum
merupakan tumbuhan yang paling mendominasi di
kedua hutan alam tersebut.
Pada Tabel 4 dapat terlihat bahwa tidak ada tanaman
pohon-pohon kecil yang tumbuh di post hutan bakar I
dan hutan pasca bakar II. Ini terjadi karena tiang adalah
kategori pohon muda yang memiliki diameter batang
10-20 cm. Itu juga karena pendeknya waktu
pengamatan yang dilakukan setelah kebakaran terjadi
tiga bulan tidak membuat jenis vegetasi termasuk
dalam kategori pohon kecil. Hal ini juga menunjukkan
bahwa karena kebakaran akan menimbulkan dampak
yang besar. Dampak ini akan menyebabkan punahnya
spesies flora yang ada sebelumnya
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa persentase indeks
kepentingan tertinggi yang keduanya hutan alam adalah
jenis tumbuhan Vaccinicum vangiaefolium . Indeks
nilai-nilai yang sangat penting dapat menunjukkan
penguasaan atau dominasinya juga tinggi. Pada Tabel 5
dapat dilihat bahwa tidak ada pohon hutan tingkat
vegetasi yang tumbuh di hutan pasca-bakar pertama dan
pasca-bakar II. Ini terjadi karena tingkat pohonnya
termasuk kategori pohon dewasa memiliki diameter lebih
dari 20 cm. Dengan kondisi ini membutuhkan waktu yang
lama untuk dapat tumbuh menjadi tanaman baru dalam
rentang waktu kurang dari satu tahun setelah terjadinya
kebakaran. Kemungkinan lain yang terjadi adalah untuk
proses suksesi sekunder yang kompleks membutuhkan
jangka waktu yang cukup lama atau puluhan tahun untuk
mencapai keseimbangan atau homeostatis.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ditemukan sebanyak
22 jenis vegetasi i yang tumbuh setelah kebakaran hutan dan dapat
teridentifikasi dengan baik.. Peneliti melakukan penelitian selama
3 bulan, dimulai dari bulan Mei hingga Juli pada tahun 2018
dengan membuat petak pengamatan vegetasi dan data observasi
yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus serta
dilanjutkan dengan melakukan analisis indeks nilai penting.
PENDAPAT dan
SOLUSI
Pendapat terhadap Penelitian :

● Metode penelitian yang digunakan merupakan


metode observasi secara langsung, sehingga
peneliti akan mendapatkan hasil penelitian
yang nyata dan dapat dibuktikan
keakuratannya.
Solusi terhadap Penelitian :

● Jumlah peneliti terbatas sehingga


membutuhkan waktu penelitian yang lebih
panjang
● Jumlah peneliti terbatas sehingga harusnya
didukung oleh kecanggihan teknologi untuk
mempermudah proses identifikasi vegetasi
● Seharusnya peneliti mencantumkan kondisi
hutan tersebut sebelum kebakaran hutan
terjadi, sehingga pembaca dapat mengetahui
perbedaan antara sebelum dan sesudah
kebakaran terjadi.
Upaya Pencegahan Kebakaran Hutan :

● Hal yang dapat dilakukan seperti mengurangi


penggunaan kendaraan bermotor milik pribadi.
Penggunaan kendaraan bermotor tetap dapat
dilakukan, akan tetapi menggunakan fasilitas
kendaraan yang umum yang telah tersedia.
● Meminimalisir penggunaan AC untuk menekan
produksi gas CFC.
● Melakukan restorasi tumbuhan secara berkelanjutan
pada hutan hutan yang gundul.
● Selain itu, juga dapat dengan menganalisis dampak
lingkungan serta memperketat syarat administrasi
dalam tahapan perencanaan pembangunan suatu
pabrik atau bangunan lainnya yang berpotensi untuk
mengurangi jumlah ruang terbuka hijau.
JURNAL KEDUA
Identitas Jurnal

Judul : Plankton Community Structure in PLTA


Koto Panjang Reservoir, Kampar
District, Riau Province
Jenis : IOP Conf. Series: Earth and Environmental
Science
Vol : 430
Tahun :2020
Penulis : E Sumiarsih, N Aryani, T Warningsih, I
Mulyani, I F Hasibuan
Halaman : 1-8
LATAR BELAKANG
Sistem budidaya ikan di Waduk Koto Panjang dilakukan secara intensif yaitu dengan
memberikan pakan secara terus menerus, sehingga tidak semua pakan yang diberikan dimakan
oleh ikan yang ada di dalam keramba, namun ada juga yang terbuang dan tersebar di sekitar
perairan. Adanya sisa makanan yang terbuang dan tersebar serta sisa metabolisme yang terbuang
ke dalam air akan menyebabkan peningkatan zat gizi. Peningkatan nutrisi akan menyebabkan
peningkatan kesuburan air. Keadaan ini dapat mempengaruhi komunitas organisme plankton yang
ada di perairan. Jenis dan kondisi kepadatan plankton dapat menjadi dasar untuk menganalisis
kelimpahan sumber daya dan berperan penting dalam mempengaruhi produktivitas primer perairan.
Status kesuburan Waduk Koto Panjang termasuk dalam kategori tercemar sedang dan status
kesuburan air berdasarkan Indeks Nygard di sekitar Waduk DAM Koto Panjang termasuk perairan
eutrofik. Eutrofikasi terjadi karena bertambahnya unsur hara di dalam air. Peningkatan unsur hara
diduga erat kaitannya dengan keberadaan keramba jaring apung, dan penggunaan pupuk di
perkebunan kelapa sawit, yang akan berdampak pada pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton.
PERMASALAHAN
Permasalahan

1. Bagaimana struktur komunitas plankton


di Waduk PLTA Koto Panjang di
Kabupaten Kampar?
2. Bagaimana kualitas perairan di sekitar
keramba waduk Koto Panjang?
METODE
PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode survei, terutama dengan mengamati dan
mengambil sampel secara langsung di sekitar waduk PLTA Koto Panjang di area lokasi bendungan.

- Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data
lapangan berupa data kualitas air yang diamati di lapangan atau dianalisis di laboratorium,
sedangkan data sekunder berupa data yang diperoleh dari pemerintah daerah yang terkait dengan
penelitian ini.

- Penentuan lokasi sampling dilakukan secara purposive sampling. Untuk mendapatkan data
kelimpahan plankton dan kualitas air di sekitar Waduk Koto Panjang maka lokasi pengambilan
sampel dibagi menjadi 3 titik pada area lokasi bendungan, sehingga dapat mewakili perairan di
sekitar Waduk Koto Panjang. Kriteria untuk setiap stasiun adalah sebagai berikut:
• Stasiun I: Merupakan kawasan di sekitar Jembatan Tanjung Alai yang memiliki

kavling 90-100 KJA. Ini stasiun berada di posisi 00'16'50.3" LU - 100046 '37.8" BT.

• Stasiun II: Merupakan daerah sekitar Pulau Gadang yang memiliki 200 - 300 KJA kavling.

Stasiun ini adalah terletak di posisi 00 '16 '55.03584" LU - 100049 '35.02596" BT.

• Stasiun III: Merupakan kawasan di sekitar lokasi bendungan dengan kepadatan aktivitas

KJA yang relatif tinggi berjumlah sekitar 800 - 950 KJA kavling. Stasiun ini berada di posisi 00 '16

'51,1" LU - 100051 '16,9" BT.


HASIL DAN
PEMBAHASAN
Struktur Komunitas
Plankton

Hasil identifikasi plankton menunjukkan bahwa perairan PLTA Koto Panjang reservoar terdapat 11 kelas dari 8
jenis fitoplankton, yaitu Chlorophyceae, Chyanophyceae, Zygematophyceae, Bacillariophyceae, Trebouxiophyceae,
Synurophyceae, Dinophyceae, dan Cryptophyceae. Sedangkan zooplankton terdiri dari copepoda, krustasea, dan
Braniciopoda. Kelimpahan plankton ditemukan di sekitar perairan Waduk Koto Panjang pada masing-masing stasiun
berkisar antara 69451 individu / L - 76650 individu / L. Kelimpahan tertinggi tercatat pada lokasi titik 3 dan terendah
terdapat pada lokasi titik 1 situs bendungan.
Terdapat nutrisi yang melimpah dari sisa pakan dan feses ikan untuk pertumbuhannya. Indeks keanekaragaman
plankton (H') selama penelitian di setiap titik lokasi penelitian 4,86 – 5,35. Nilai H' menunjukkan bahwa stabilitas
komunitas di semua lokasi tersebut tinggi (H'> 3). Indeks Dominansi (D) ( 0,5) yang berarti tidak terdapat dominasi
jenis plankton tertentu di waduk PLTA Koto Panjang. Hal ini sejalan dengan pendapat Weber (1973) dalam Siagian
(2012) yang menyatakan bahwa indeks dominansi antara 0-1. Jika nilainya mendekati 0 (0,5) berarti ada spesies yang
mendominasi spesies lainnya. Selain itu juga disebutkan bahwa jika indeks keanekaragaman menurunkan indeks,
dominasi akan meningkat. Perairan yang baik adalah perairan yang dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya
berbagai jenis plankton. Untuk 0,54 – 0,62 hal ini menunjukkan bahwa nilai E mendekati 1 (> 0,5) yang berarti
keseragaman organisme akuatik dalam keadaan seimbang sehingga tidak terjadi persaingan baik memperebutkan
tempat maupun makanan.
Kualitas perairan di
sekitar Keramba Waduk
Koto Panjang
Suhu perairan selama penelitian berkisar antara 31 – 32°C.
Kisaran suhu perairan tersebut bila dikaitkan dengan kelangsungan
hidup organisme perairan khususnya plankton masih pada suhu
optimum untuk pertumbuhannya. Kemudian kecerahan berkisar antara
152 - 293 cm, pada titik 2 berkisar antara 204 - 134 cm dan pada titik 3
berkisar antara 146 - 185 cm.

Nilai TSS di kawasan waduk PLTA Koto Panjang secara umum


baik bagi kehidupan plankton karena berkisar antara 7-10 mg/L.
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, jumlah padatan
tersuspensi yang diizinkan adalah 50 mg/L. Jika dibandingkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, total kandungan padatan
tersuspensi di Waduk PLTA Koto Panjang masih dapat ditoleransi dan
masih di bawah ambang batas baku mutu
Kandungan oksigen terlarut di sekitar perairan waduk PLTA Koto Panjang berkisar antara 2,92 – 5,83 mg/l.
Kandungan oksigen terlarut termasuk dalam kategori baik karena tidak melebihi baku mutu yang ditentukan.
Kandungan karbon dioksida bebas selama penelitian di perairan termasuk dalam kategori baik untuk kehidupan
organisme akuatik dengan kisaran 7,90 mg/L - 9,98 mg/L. Karbon dioksida di perairan tidak boleh melebihi 12 mg/L
dan tidak boleh kurang dari 2 mg/L.

Kandungan nitrat dan fosfat di sekitar perairan keramba jaring apung waduk PLTA Koto Panjang tergolong baik
untuk kehidupan biota perairan, untuk nitrat di semua titik pengamatan berada di bawah 10 mg/L dan fosfat di bawah
0,2 mg/L. Hasil pengukuran rata-rata keasaman (pH) selama penelitian menunjukkan bahwa pH perairan relatif sama
pada semua stasiun yaitu 5 dan 6 atau bersifat asam. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air menyebutkan bahwa nilai pH untuk perairan kelas II (Baku Mutu Perikanan) adalah 6-9. pH optimum yang baik
untuk pertumbuhan plankton adalah pada kisaran 6,2-8,6.
KESIMPULAN
Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia masih dalam kondisi baik untuk pertumbuhan
organisme perairan khususnya plankton. Hal ini menunjukkan bahwa perairan waduk PLTA Koto
Panjang tidak tercemar. Dan itu dengan keragaman indeks stabilitas tinggi. Tidak terdapat dominasi
jenis plankton tertentu di perairan waduk PLTA Koto Panjang di sekitar keramba dan keseragaman
organisme perairan dalam keadaan seimbang.
PENDAPAT dan
SOLUSI
PENDAPAT : Menurut kelompok kami,
pada jurnal menggunakan metode survei sudah
sangat efektif, yaitu dengan mengamati dan
mengambil sampel secara langsung di sekitar
waduk PLTA Koto Panjang di area lokasi
bendungan. Dimana dari metode tersebut dapat
diketahui nilai kelimpahan plankton, nilai struktur
komunitas, dan nilai indeks dominasinya.
SOLUSI :

Pengambilan data tersebut tentunya memiliki effort


yang lebih serta ketelitian untuk mendapatkan data
yang efesien. Maka peneliti harus benar-benar fokus
serta hati-hati dalam pengambilan data tersebut
karena lokasinya yang ada disekitar bendungan
yang bisa membahayakan. Serta harus tetap
menjaga dan mempertahankan kondisi tersebut agar
perairan Waduk PLTA Panjang tetap pada kondisi
yang optimum untuk pertumbuhan biota perairan.
TERIMAKASIH !

Anda mungkin juga menyukai