Anda di halaman 1dari 13

Pengertian System Pencernaan dan Organ Yang terlibat di Dalamnya

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah: Anatomi
Fisiologi Manusia)

Dosen Pengampu :
EFRIDA PIMA SARI TAMBUNAN, M.Pd

Disusun oleh:

Kel.II /BIOLOGI-1

DEVI SIRUWAHNI : 0704183102


NUR KHADIJAH : 0704182088

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN

Mei 2021
KATA PENGANTAR

Puji yukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian
System Pencernaan dan Organ yang Terlibat didalamnya”.Makalah ini dibuat unruk memenuhi
tugas Anatomi Fisiologi Manusia.
Penulis mengucap kan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karna itu
penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang sekiranya dapat membangun dan memotivasi
penulis untuk berkarya lebih baik lagi di masa mendatang.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Anatomi Fisiologi
Manusia Ibu Efrida Pima Sari Tambunan, M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyusun makalah ini dengan baik. Dan pada akhirnya kepada Allah juga penyusun mohon
taufik dan hidayah, semoga usaha kami mendapat manfaat yang baik. Serta mendapat ridho Allah
SWT. Aamiin ya rabbal alamin.

Medan, Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................iii

BABI:
Pendahuluan......................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Perumusan Makalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1

BAB II :
PEMBAHASAN................................................................................................................2

5. Peran enzim dalam proses pencernaan...................................................................2


6. Gerakan dan sekresi gastrointestinal.......................................................................3
7. Absorpsi zat makanan ...........................................................................................4
8. Kelainan sistem pencernaan..................................................................................5

BAB III:
PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................9
B. Saran........................................................................................................................9
Daftar Pustaka...................................................................................................................10

BAB I
ii
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Makanan yang kita makan tidak selamanya berguna bagi tubuh. Di dalam tubuh kita
terdapat organ-organ tubuh yang sangat berperan penting dalam proses pencernaan. Dimana
antara organ yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Jika ada salah satu organ yang
mengalami gangguan maka sistem pencernaan di dalam tubuh manusia tidak akan
berlangsung secara optimal. 
Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan dan
mempersiapkannya untuk di proses oleh tubuh. Makanan adalah tiap zat atau bahan yang
dapat digunakan dalam metabolisme guna memperoleh bahan-bahan untuk memperoleh
tenaga atau energi. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat
sederhana dan dapat diserap oleh usus, kemudian digunakan oleh jaringan tubuh.
Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena sintesis berbagai enzim yang terkandung
dalam berbagai cairan pencernaan. Setiap enzim mempunyai tugas khusus dan bekerja atas
satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis makanan lainnya. Agar
makan itu berguna bagi tubuh, maka makanan itu harus di distribusi oleh darah sampai pada
sel-sel di seluruh tubuh  Sistem pencernaan terdiri atas suatu saluran panjang yaitu saluran
cerna yang dimulai dari mulut sampai anus, dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan yang
letaknya di luar saluran. 

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang dimaksud Peran enzim dalam proses pencernaan?
2. Apa Yang dimaksud Gerakan dan sekresi gastrointestinal?
3. Apa Yang dimaksud Absorpsi zat makanan?
4. Bagaimana Kelainan sistem pencernaan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui defenisi Peran Enzim Dalam Peroses Pencernaan
2. Mengetahui Macam Macam Gerakan dan Sekresi Gastrointestinal
3. Mengetahui Absopsi Zat Makanan
4. Mengetahui Kelainan Sistem Pencernaan
BAB II

1
PEMBAHASAN

5. Peran enzim dalam proses pencernaan


Pencermaan merupakan langkah awal yang penting dalam pengambilan bahan
makanan oleh tubuh kita. Makromolekul nutrien dan nutrien lain yang molekulnya masih
cukup besar yang perlu ditentukan terlebih dahulu menjadi molekul-molekul kecil sehingga
dapat diabsorpsi oleh tubuh melalui dinding usus halus. Selanjutnya, makanan dibawa oleh
aliran darah untuk menyebarkan ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya. Pada
hakikatnya, sistem pencernaan atau sistem pencernaan tubuh kita berupa saluran panjang
yang kenyal dan berkelok-kelok mulai dari mulut, lambung, usus sampai anus.Makanan yang
akan dicerna bergerak sepanjang saluran tersebut.Banyak enzim dan zat kimia lain yang
berasal dari berbagai macam organ tubuh berada dalam saluran ini.Rongga mulut
mengandung air liur yang disekresi oleh 3 pasang kemasan ludah, yaitu pemegang parotis,
submaksilaris, dan sublingualis. Sekitar 99,3% saliva adalah udara dan 0,7% zat padat, yang
berupa zat organik dan zat anorganik. Zat organik tersebut antara lain musin yang berperan
sebagai pelicin rongga mulut untuk mencari dan enzim ptialin (salivary amylase) yang dapat
mengkatalisis hidrolisis atau mengatur makro- molekul amilum. Lambung atau perut besar
merupakan kantung yang terletak di rongga perut agak ke sebelah kiri.Getah lambung
disekresi oleh sel utama (chief cell) dan sel parietal. Getah lambung yang mengisi lumen
lambung terdiri atas 99,4% udara. Sisanya tersusun atas musin, garam-garam anorganik, dan
enzim-enzim pencemaan, yaitu pepsin (gastric proteinase), renin (gastric caseinase), dan
lipase lambung (gastric lipase). Asam klorida lambung yang diproduksi oleh sel-sel pihak
yang berperan sebagai aktivator pepsinogen menjadi pepsin dan membunuh manusia atau
bakteri-bakteri yang masuk ke dalam lambung bersama-sama makanan atau minuman.
Bagian saluran pencernaan yang paling panjang adalah usus halus (usus) yang terdiri atas
duodenum (usus dua belas jari), jejunum (usus kosong), dan ileum (usus penyerapan). Pada
duodenum bermuara dua saluran, yang satu berasal dari kantung empedu dan yang lain
berasal dari pankreas.
Getah usus halusmengandung enzim-enzimyang terdapat pada dinding usus. Enzim-
enzim tersebut adalah:
a) Enterokinase, yang berperan sebagai aktivator tripsinogen dan erepsinogen.
b) Beberapa peptidase, seperti aminopeptidase, tripeptidase dan, dipeptidase.
d) Disakaridase-disakaridase yang memecah disakarida menjadi 2 molekul
monosakarida, misalnya laktase, maltase, dan sakarase.
2
d) Glukosidase dan Fosfatase.
Enzim-enzim yang dimuntahkan dari pankreas ke dalam usus halus antara lain
deoksiribonuklease, ribo-nuklease, steapsin (lipase pankreas), amilopsin (amilase pankreas),
dan tiga buah proenzim, yaitu tripsinogen, kemotripsinogen, dan prokarboksipeptidase.
Praenzim ketiga ini di dalam penggunaan yang mengalami aktivasi yang masing-masing
berubah menjadi tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidase.Garam-garan natrium dari cair-
an empedu yang masuk ke dalam usus adalah natrium taurokolat dan natriun glikokolat yang
ikut berperan dalam proses pencernaan lemak dalam usus, sedangkan natrium bikarbonat
membuat suasana usus jadi alkalis sehingga enzim-enzim yang bekerja di situ dapat bekerja
dengan baik. Garam natrium ini di- peroleh dari pankreas.Di dalam mulut, polisakarida
makanan, yaitu amilum, mengalami sistem pencernaan secara mekanis karena gigi dan secara
enzimatik karena adanya ptialin atau amilase ludah. Ptialin mengkatalisis hidrolisis amilum
menjadi maltosa. Perubahan amilum menjadi maltosa tidak berjalan spontan, tetapi ber- tahap
yang dilengkapi dengan hasil antara: amilodekstrin, eritrodekstrin, akrodekstrin, dan dekstrin-
dekstrin lain yang mempunyai rantai pendek (oligosakarida).Di dalam mulut, amilum yang
diubah menjadi maltosa hanya sebab makanan berada di dalam mulut hanya sebentar.
Bersama-sama makanan lain, amilum yang telah tercerna maupun yang belum akan masuk ke
dalam lambung. Protein dan lemak dalam mulut hanya mengalami sistem pencernaan secara
mekanis dan tidak secara enzimatik sebab dalam mulut tidak ada enzim yang mengkatalisis
protein dan lemak.
6. Gerakan dan sekresi gastrointestinal
Sekresi gastrin walaupun umunyadasar fungsi sel-selmasih belumdiketahui dengan
pasti, ada bukti-buktimenyelidiki yang mengarah pada prinsip- prinsip dasar sekresi oleh sel
bijak, sebagai berikut:
1. Zat nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sekresi harus berdifusi atau
berpindah secara aktif dari kapiler ke dalam dasar sel pelindung.
2. Banyak mitokondria yang terletak di dalam sel peduli dengan menggunakan energi
oksidasi untuk Resep adenosin trifosfat (ATP).
3. Energi dari ATP bersama-sama dengan zat-zat yang sesuai (disediakan oleh nutrisi)
kemudian digunakan untuk sintesis zat-zat organik.Sintesis ini terjadi dalam retikulum
endoplasma dan kompleks Golgi.Ribosom yang melekat pada retikulum ini terutama
berperan pada pesanan protein yang akan disekresikan.
4. Bahan sekretorik dibawa ke tubulus retikulum endoplasmik, melewati sepanjang
vesikel kompleks Golgi yang terletak di dekat ujung sekretorik sel.
3
5. Dalam kompleks Golgi sekretorik zat- zat tersebut kemudian, ditambahkan,
dipekatkan dan dikeluarkan ke dalam sitoplasma dalam bentuk sekretorik yang tersimpan di
dalam aplikasi sel-sel sekretorik.
6. Vesikel-vesikel ini tetap tersimpan sampai sinyal-sinyal pengontrol saraf atau
sinyal hormonal berjalan sel untuk mengeluarkan isi vesikel melalui ekso- stosis. Diduga
sinyal kontrol awal meningkatkan permeabilitas sel terhadap ion kalsium sehingga ion
tersebut masuk ke dalam sel. kesepian masa perkapalan banyak vesikel untuk berfusi dengan
membran sel dan kemudian membuka permukaan luarnya sehingga dapat mengeluarkan
isinya ke luar sel (eksositosis).
7. Absorpsi Zat Makanan
Sistem gizi berarti tindakan konsumsi sampai dengan status gizi. Tahapan yang
terjadi pada sistem gizi adalah pencernaan makanan dan penyerapan.Pencernaan adalah
proses penghancuran makanan dari mulut sampai usus. Pada sistem pencernaan yang perlu
diperhatikan kesehatan sistem pencernaan (gigi, mulut, lambung dan usus), keberadaan enzim
(Amilase, Lipase, Laktose), dan daya cema makanan.Setelah mengalami pencernaan,
penyerapan zat gizi ke dalam darah dan diangkut ke sel tubuh. Sistem pencernaan,
pencernaan, absorpsi, dan transportasi umum.
Makanan harus mengalami perubahan di dalam saluran yang diatur sedemikian rupa
sehingga dapat diubah bentuknya menjadi sederhana yang dapat diubah ke dalam darah untuk
selanjutnya diangkut oleh darah atau sel tubuh.Perubahan menjadi bentuk-bentuk sederhana
yang dilakukan melalui sistem pencernaan dalam saluran. Pencernaan dilakukan melalui
perubahan mekanis dan kimiawi.Secara mekanis, makanan dihancurkan melalui proses
mengunyah dan proses peristaltik.Proses peristaltik yaitu proses mengaduk dan mendorong
makanan yang dimungkinkan oleh gerakan kontraksi dan relaksasi dinding saluran sehingga
makanan terdorong ke bawah.Secara kimiawi makanan dihancurkan oleh enzim-enzim
pencernaan. Setelah makanan dicerna, selanjutnya terjadi proses absorpsi. Absorpsi zat-zat
gizi terjadi pada permukaan usus halus. Saluran pencernaan bekerja secara selektif. Bahan-
bahan yang dibutuhkan tubuh dipecah ke dalam bentuk-bentuk yang dapat diserap dan
diangkut ke seluruh tubuh. Sebagian bahan yang tidak dapat digunakan dikeluarkan dari
tubuh. Sistem absorpsi menggunakan empat cara: pasif, fasilitatif, aktif, dan fagositosis.
Absorpsi pasif terjadi bila zat gizi tanpa mengeluarkan alat angkut atau energi. Hanya
sebagian kecil zat gizi yang diabsorpsi secara pasif, yaitu air dan beberapa mineral.
Penyerapan fasilitatif menggunakan alat angkut protein untuk memindahkan zat gizi dari
saluran cema ke sel yang mengabsorpsi. Absorpsi aktif menggunakan alat angkut protein dan
4
energi. Absorpsi fagositosis adalah cara absorpsi di mana membran sel-sel epitel "are" zat-
zat yang akan diabsorpsi Dengan cara ini dapat diabsorpsi butiran besar, seperti protein utuh.
8. Kelainan sistem pencernaan
1. Atresia Oesofagus
a. Tinjauan Umum
Sejarah
Atresia esophagus atau suatu deformitas yang bermanifestasi berupa tidak terbentuk
sempurnanya oesofagus.Oesofagus adalah kerongkongan atau suatu organ yang berhubungan
dengan tabung yang terhubung ke mulut dengan lambung.
Deformitas rongga kerongkongan ini pertama kali ditemukan oleh Hirscprung seorang
ahli anak dari Copenhagen pada abad 17 (1862) dengan adanya lebih kurang 14 kasus atresia
esophagus. Meskipun sejarah penyakit atresia oesofagus dan fistula trakeoesofagus telah
dimulai pada abad ke 17, namun penanganan bedah terhadap deformitas tersebut tidak
berubah sampai tahun 1869. Baru pada tahun 1939, Leven dan Ladd telah berhasil
menyelesaikan penanganan terhadap atresia esophagus. Lalu tahun 1941 seorang ahli bedah
Cameron Haight dari Michigan telah berhasil melakukan operasi pada atresia oesofagus dan
sejak itu pulalah bahwa atresia oesofagus sudah termasuk kelainan bawaan yang bisa rusak.
b. Jenis Atresia Oesofagus
Terdapat 2 jenis atresia oesofagus yaitu dengan atau tidak dengan fistula trakeo-
oesofagus. Manifestasi atresia oesofagus berupa a). 90% ujung oesofagus buntu, b). 4 1/3
bagian kerongkongan bagian bawah berhubungan dengan saluran peristiwa karina, c) 90%
tidak mempunyai fistula dan sisanya bermacam-macam bentuk.Kelainan lumen oesofagus ini
biasanya dilengkapi dengan fistula trakeooesofagus. Atresia oesofagus sering mengalami
kelainan bawaan seperti kelainan jantung.Kelainan gastrointestinal (atresia duodeni atresiani,
kelainan tulang (hemivertebrata)
c. Klasifikasi
1) Kalasia Deformitas oesofagus terjadi pada bagian bawah oesofagus, yaitu pada
bagian yang bersambungan dengan organ lambung dan tidak menutup rapat. Akibatnya, bayi
baru lahir sering mengalami gumoh atau regurgitasi.
2) Akalasia Deformitas oesofagus pada bagian distal yang tidak dapat membuka
sehingga terjadilah suatu keadaan stenosis atau atresia. Penyebab akalasia adalah adanya
kartilago trakea yang tumbuh ektopik pada oesofagus distal.
d. Tanda dan Gejala
1). Segera setelah lahir neonatus mengeluarkan sekresi oral yang tidak dapat ditelan.
5
2). Hipersalivasi
3). Sianosis karena saliva masuk ke saluran pernafasan
4). Perut tampak membuncit, hal ini menunjukkan adanya fistula trakeooesofagus
5). Jika neonatus diberi minum dapat menyebabkan bayi bersin, batuk dan tercekik,
namun tidak terjadi demikian pada neonatus dengan BBLR, tetapi sebabkan
sianosis dan apnoe.
6). Pemberian air dapat menyebakan tersedak dan gumoh, karena cairan tidak dapat
mencapai lambung dan terjadi regurgitasi.
7). Cara diagnosis: dengan memasukkan selang nasogastrik dengan lubang yang
besar untuk melihat patensi esophagus.
e. Penatalaksanaan
1). Penatalaksanaan atresia oesofagus adalah dengan mencegah regurgitasi terjadi.
Caranya, dengan memosisikan bayi setengah duduk.Dapat pula dilakukan sekret suction
sewaktu-waktu, pelaksanaan Penatalaksanaan berupa melakukan rujukan untuk tindakan
pembedahan untuk memperbaiki atresia dan untuk menutup fistulauntuk menghindari
pnemoni aspirasi.

2. Atresia Rekti dan Ani


a. Pengertian Anomali pada organ kolon, dengan manifestasi berupa tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian rektum dan anus.
b. Etiologi Etiologi secara pasti dan ani belum diketahui. Anomali organ kolon ini
terjadi akibat tidak sempurnanya pembangunan dan perkembangan struktur dari organ kolon
pada kehamilan antara 7 10 minggu.Bila didapati orang tua yang memiliki riwayat
mengalami anomali atresia rekti dan peluang sebesar 25% dapat diturunkan.
c. Klasifikasi: 1). Stenosis (saluran menyempit) rektum yang lebih rendah atau pada
anus.2). Membran anus yang menetap.3).Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu
terletak pada bermacam jarak dari peritonium. Jika dalam fistula: pada wanita disebut fistula
rektovaginal, pada pria disebut fistula rektourinarius). 4). Lubang anus yang terpisah dengan
ujung rektum yang buntu.
d. Tanda dan Gejala
5). Adanya kembung dan muntah dalam 24-28 jam setelah lahir.
6). Ada mekonium pada urine atau vagina.
7). Dapat dengan memasukkan jari kelingking atau termometersepanjang 2 cm, dan
tidak ditemukan anus.
6
8). Jika disusui, bayi akan muntah
9). Pada auskultasi terdengar hiperperistaltik
10). Pemeriksaan radiologi dengan tegak dan terbalik dapat melihat sejauh mana
terdapat penyumbatan.
Penatalaksanaan pada kasus anomali atresia rekti dan ani penatalaksanaan dengan
tindakan rekonstruksi pembedahan untuk pembuatan anus.
1). Jika ujung usus berada pada letak tinggi, pengobatan umumnya dilakukan dengan
3 prosedur:
a).Pembuatan stoma pada usus, yang dikenal dengan kolostomi. Neonatus akan
membutuhkan kantong khusus untuk menampun faeces.
b).Anoplasti yaitu menarik turun rektum ke posisi anus, dimana akan dibuat anus
buatan. Jika terdapat fistula kandung kemih atau vagina, maka fistula harus ditutup.
c).Penutupan stoma, beberapa bulan kemudian setelah anus baru telah sembuh.
d).Jika ujung usus berada pada letak rendah di pelvis, pembuatan anus dengan operasi
tunggal.
e).Gunakan salep pelindung kulit, karena peristaltik meningkat setelah operasi dan
dapat menyebabkan ruam popok yang berat.
f). Bayi diizinkan pulang jika sudah dapat minum, peristaltik normal dan tidak
merasakan nyeri dan bebas demam
3. Atresia Duodenum
a.Pengertian Anomali pada organ duodenum dengan manifestasi tidak
berkembangnya duodenum atau usus duabelas jari dengan baik yang terjadi pada saat masa
embrionik kehamilan. Akibatnya tidak terjadi perjalanan bolus dari lambung ke usus.
Anomali ini pada umumnya terjadi di bawah ampula vateri. Angka kejadian 1 / 300-4500
kelahiran hidup. Lebih dari 40% dari kasus terjadi pada neonatusdengan sindrom down.
b.Penyebab Penyebab langsung atresia duodenum belum diketahui secara jelas.
Namun kerusakan pada duodenum terjadi karena pasokan darah yang rendah pada masa
kehamilan sehingga duodenum mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi.
c.Tanda dan Gejala
1). Muntah terjadi beberapa jam sesudah lahir
2).Muntah proyektil dan berwarna hijau (warna empedu)
3). Tidak kencing setelah disusui
4). Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium
5). Perut di bagian epigastrium tampak membuncit
7 sebelum muntah
6). Foto abdomen dalam posisi tegak akan pelebaran lambung dan bagian proksimal
duodenum tanpa adanya udara di bagian lain usus (double bubblelook-ance).

c.Penatalaksanaan pada kasus anomali atresia duodenum adalah dengan melakukan


tindakan pra bedah rutin pada bayi baru lahir. Tindakan Pra Bedah meliputi:
1). Koreksi dehidrasi yang biasanya tidak parah karena diagnosis dibuat secara dini.
2).Lambung Tuba Naso dengan drainase bebas dan penyedotan setiap jam.
Penatalaksanaan selanjutnya adalah kolaborasi untuk pembedahan duodenum yaitu
duodenostomi yang berguna untuk mengurangi penyempitan obstruksi dan sisa usus
biaya karena sering kali ditemukan obstruksi lanjut. Setelah dilakukan pembedahan,
maka tindakan pasca bedah dapat berupa perawatan pasca bedah dan melakukan
penghisapan setiap jam dari saluran tuba gastronomi yang mengalami drainase bebas
serta memberikan cairan intravena dapat memberikan makanan melalui tuba

BAB III
PENUTUP
8
A. Kesimpulan
Sistem pencernaan merupakan sistem yang sangat penting bagi manusia karena sistem
pencernaan menyerap vitamin, nutrisi, mineral, lemak, protein dan karbohidrat yang sangat di
butuhkan oleh tubuh manusia untuk melakukan aktfitas sehari-hari. Sistem pencernaan sangat
dibutuhkan keberadaannya bagi manusia yang berfungsi untuk homeostatis pada tubuh yang
berfungsi sebagai menstransfer nutrisi, air, elektrolit yang dapat dari lingkungan luar atau
sering disebut juga eksternal ke lingkungan pada dalam atau disebut internal..

B. Saran
Sebaiknya kita memperbayak mengonsumsi makanan yang bergizi agar tubuh kita tidak
mengalami kekurangan asupan nutrisi (makanan yang mengandung karbohidrat, protein,
mineral,lemak dan vitamin). Dan sebaiknya kita juga menjaga kesehatan sistem pencernaan
dengan cara mengontrol konsumsi makanan yang kita makan setiap hari agar tubuh selalu
sehat.

DAFTAR PUSTAKA

9
Sumardjo, damin. 2008. Pengantar kimia. Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran Dan
Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: buku kedokteran IGC.
Adriani, Merryana dan wijatmadi, bambang. 2012. Pengantar gizi masyarakat. Jakarta:
kencana.
Pattola, dkk. 2020. Gizi kesehatan dan penyakit. Medan: yayasan kita menulis
Maryanti, dwi. 2019. Monograf Kelainan Bawaan. Yogyakarta: deepublish.
Marifati, I. S., & Kesuma, C. (2018). Pengembangan Sistem Pakar Mendeteksi Penyakit
Pencernaan Menggunakan Metode Naive Bayes Berbasis Web. Jurnal Evolusi, 6(1).
Rianti, Y. R. T. (2015). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Gangguan Pencernaan Pada
Anak Dengan Metode Forward Chaining. JSiI (Jurnal Sistem Informasi), 2.
Permatasari, L., & Wangko, S. (2011). Peran Sel Gastrin (Sel G) Dalam Saluran
Pencernaan. Jurnal Biomedik: Jbm, 3(3).

10

Anda mungkin juga menyukai