Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

STUDI KELAYAKAN APOTEK SWASTIKA FARMA

Disusun Oleh :
EISA SWASTIKA
Nim : I4C020070
Mahasiswa PKPA Apotek Hutami
Periode Oktober 2021

Apoteker Pengampu : apt. Dra. Hartinsiah

UNIVERSITAS NEGERI JENDERAL

SOEDIRMANFAKULTAS ILMU-ILMU

KESEHATAN PENDIDIKAN PROFESI

APOTEKER PURWOKERTO

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara


sendiri- sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat. Salah
satu unit pelayanan kesehatan adalah apotek. Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh apoteker. Tujuan
pendirian apotek antara lain sebagai tempat pengabdian profesi apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melakukan peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan bahan obat,
meningkatkan kesehatan setempat khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat secara rasional
dalam praktik pengobatan sendiri (swamedikasi) (Kemenkes RI, 2017).
Kecamatan Kembaran terdiri dari 16 desa dan memiliki luas wilayah
2.591,776 Ha atau 25,92 Km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2019 sebanyak
82.537 jiwa. Sarana pelayanan kesehatannnya sendiri berupa 1 poliklinik, 2
puskesmas, 1 puskesmas pembantu, poskesdes di masing-masing desa dan 6 apotek
(BPS Kabupaten Banyumas, 2020). Menurut Kemenkes RI (2017), Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota dapat mengatur persebaran apotek di wilayahnya dengan
memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
Berdasarkan Keputusan Bupati Banyumas Nomor 445/228 Tahun 2019 Tentang
Kuota dan Persebaran Apotek Per Kecamatan di Kabupaten Banyumas, kuota
apotek Kecamatan Kembaran yaitu 22 apotek sehingga saat ini Kecamatan
Kembaran masih belum memenuhi kuota. Karenanya, akses masyarakat terhadap
sarana kesehatan terutama pelayanan kefarmasian masih terbatas. Hal ini menjadi
peluang untuk pembangunan apotek baru sehingga masyarakat dapat mengakses
obat- obatan yang bermutu dan lengkap untuk meningkatkan kualitas kesehatannya.
Sebelum mendirikan sebuah apotek, perlu dilakukan studi kelayakan yang
merupakan penilaian suatu rancangan secara komprehensif mengenai rencana
pendirian apotek baru. Tujuan dilakukannnya studi ini ialah untuk menilai potensi
apotek sebagai sarana kesehatan yang layak, menghindari risiko kerugian,
memudahkan perencanaan, pelaksanaan pekerjaan, pengawasan dan pengendalian.
Aspek-aspek yang diperhatikan dalam studi kelayakan apotek yaitu lokasi, target
pasar dan pemasaran, teknik operasi, sumber daya manusia, manajemen
organisasi, ekonomi sosial, finansial dan dampak lingkungan.

1.2 Visi dan Misi


a. Visi

Menjadi apotek terpercaya dan unggul dalam layanan dan kinerja yang
berbasispelayanan kepada masyarakat.

b. Misi

- Memberikan pelayanan kefarmasian secara profesional, tepat dan ramah


kepadamasyarakat.
- Menyediakan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang bermutu,
amandan memiliki izin edar.
- Memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat tentang
penggunaanobat secara rasional dalam praktik pengobatan sendiri.
- Memiliki sumber daya manusia yang bertanggung jawab dan profesional
yangselalu mengembangkan kompetensinya.
BAB II
ANALISIS TEKNIS

1.1 Peta Lokasi dan Lingkungan


Apotek Swastika Farma direncanakan beralamat di Jl. KH. Ahmad Dahlan,
Dusun I, Karangsoka, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Lokasi apotek ini terbilang sangat strategis karena terletak di pinggir jalan raya yang
selalu ramai dilewati oleh angkutan umum dan kendaraan pribadi, terlebih daerah ini
dekat dengan kampus. Apotek ini berada pada permukiman penduduk (kampung, dan
400 m dari perumahan), berjarak 600 m dari kampus, dan 250 m dari Rumah Sakit JIH
yang sedang dalam proses pembangunan. Lokasinya mudah diakses karena terletak
persis di pinggir jalan raya dengan fasilitas lahan parkir yang luas. Keberadaan apotek di
Desa Karangsoka pun masih belum ada (BPS Kabupaten Banyumas, 2020). Selain itu,
jarak apotek lain dari lokasi apotek yang kami rencanakan sejauh 550 m. Di Kembaran
masih jarang dijumpai apotek, sehingga harapannya apotek ini bisa berkembang pesat,
ditambah lagi dengan sedang didirikannya Rumah Sakit JIH.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Apotek Swastika Farma


Gambar 2.2 Real Map Lokasi Apotek Swastika Farma

1.2 Layout Apotek Swastika Farma


1.3 Sarana dan Prasarana
Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan dan
kemudahan dalam menjamin mutu dan pemberian pelayanan kepada pasien serta
harus memiliki luas yang mencukupi dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi dari apotek. Apotek Swastika
Farma memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang terdiri dari:
1. Sarana :
a. Kursi tunggu pelanggan (2 buah sofa)
b. Ruang konseling dan cek kesehatan
c. Meja Konseling (1 buah)
d. Kursi (6 buah)
e. Meja kerja apoteker/ TTK (1 buah)
f. Meja peracikan obat (1 buah)
g. Meja Administrasi (1 buah)
h. Etalase OTC (1 buah)
i. Rak obat (4 buah)
j. Etalase alat kesehatan (1 buah)
k. Lemari narkotika (1 buah)
l. Lemari psikotropika (1buah)
m. Lemari dokumen (1 buah)
n. Lemari pendingin (1 buah)
o. Wastafel (2 buah)
p. Toilet (1)
q. Gudang (1)
2. Prasarana
a. Timbangan dan anak timbangan (1)
b. Termometer ruangan (1)
c. Mortir dan stemper (1)
d. Gelas ukur (1)
e. Spygmomanometer(1)
f. Alat ukur gula darah, kolesterol, dan asam urat (Easy touch 3 in 1)
g. Pot plastik berbagai ukuran (50)
h. Etiket (biru dan putih) (50)
i. Kertas perkamen (1 pack)
j. Streples, gunting, dan alat tulis lain (1)
k. Plastik (2 bungkus)
l. Kipas angin (1)
m. Komputer (2)
n. Kloset (1)
o. Tisu wc (1)
p. Bak penampung air (1)
q. Keset (1)
r. Plang nama apotek (1)
s. Telepon (1)

Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan dalam pembangunan apotek adalah :
a. Sumber air yang memenuhi syarat
b. Alat pemadam kebakaran
c. Sanitasi yang memenuhi persyaratan
d. Penerangan yang baik
e. Papan nama apotek
f. Kelengkapan administrasi
g. Kondisi suhu ruangan
BAB III
ANALISIS PASAR
3.1 Peluang Pasar
Lokasi Apotek Swastika Farma yang dipilih di Jalan KH. Ahmad Dahlan,
Dusun I, Karangsoka, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Lokasi di wilayah dengan lalu lintas yang cukup ramai,
b. Kemudahan akses karena lokasi di pinggir jalan raya,
c. Belum terdapat apotek di Desa Karangsoka,
d. Terdapat proyek pembangunan Rumah Sakit JIH Purwokerto di wilayah tersebut,
e. Lokasi disekitar pemukiman warga dan kampus.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa lokasi apotek yang akan dibangun cukup strategis. Selanjutnya dapat
ditentukan target pemasaran yang potensial bagi apotek tersebut yaitu :
a. Masyarakat yang melewati apotek,
b. Penduduk sekitar apotek dan wilayah desa/kelurahan yang termasuk ke dalam
Kecamatan Kembaran,
c. Pasien dari fasilitas pelayanan kesehatan sekitar apotek
Data penunjang dalam mendukung pemilihan lokasi ini, dilihat dari beberapa
aspek seperti:
1) Data Fasilitas Kesehatan Lain
Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Kembaran tahun 2020 terdapat sejumlah
1 Poliklinik, 2 Puskesmas Tanpa Rawat Inap, 1 Puskesmas Pembantu, dan 6
Apotek yang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Selain itu, di Kecamatan Kembaran
sendiri memiliki jumlah tenaga kesehatan yang dapat dilihat di Tabel 3.2. Jarak
antara lokasi pendirian apotek dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain yang
berdekatandapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.1 Jumlah Sarana Kesehatan Kecamatan Kembaran
Poliklinik/Balai Puskesmas
No Desa/Kelurahan Pengobatan Pembantu Tanpa Rawat Inap Apotek

1. Ledug - - - -
2. Pliken - 1 - 1
3. Purwodadi 1 - - -
4. Karangtengah - - 1 -
5. Kramat - - - 1
6. Sambeng Wetan - - - -
7. Sambeng Kulon - - - -
8. Purbadana - - - -
9. Kembaran - - - 2
10. Bojongsari - - - -
11. Karangsoka - - - -
12. Dukuhwaluh - - - 2
13. Tambaksari Kidul - - - -
14 Bantarwuni - - - -
15. Karangsari - - - -
16. Linggasari - - 1 -
Kembaran 1 - 2 6
(BPS Kabupaten Banyumas, 2020)

Tabel 3.2 Jumlah petugas kesehatan di Fasyankes Kecamatan Kembaran


Unit Kerja Dokter umum Dokter gigi Bidan Apoteker Asisten Apoteker
Kembaran I 2 - 21 1 1
Kembaran II 2 1 21 1 -
Total 4 1 42 2 1
(Badan PPSDM Kesehatan, 2021)

Tabel 3.3 Jarak Antara Lokasi Pendirian Apotek dengan Fasilitas Kesehatan Lain
Sarana Kesehatan Lain Lokasi Jarak

Proyek Rumah Sakit JIH Jl. KH. Ahmad Dahlan, Kembaran, 250 m
Purwokerto Banyumas.
Apotek UMP Jl. Raya Dukuhwaluh, Kembaran, 550 m
Banyumas.
Apotek Astari Jl. Senopati No. 22, Kembaran, 950 m
Banyumas.
Puskesmas Kembaran I Jl. KH. Abdurrahman Wahid, 1,5 km
Kembaran, Banyumas.
Puskesmas Kembaran II Jl. Raya Kramat No. 1, Kembaran, 6 km
Banyumas.
2) Data Kependudukan
Tabel 3.4 Data Luas Wilayah, Jumlah Desa/kelurahan, Jumlah Penduduk,
JumlahRumah Tanga dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Kembaran

Luas Jumlah Rata-Rata Kepadatan


Wilayah Jumlah Jumlah Rumah Jiwa/Rumah Penduduk
Kecamatan Desa penduduk
(km2) Tangga Tangga per km2

Kembaran 25,92 16 82.537 21.310 3,9 3.184,30

(Dinas Kesehatan Banyumas, 2019)

a. Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

(BPS Kabupaten Banyumas, 2020)

b. Berdasarkan Pekerjaan
Sumber penghasilan utama sebagian penduduk di Kecamatan
Kembaran adalah pada sektor perdagangan, jasa-jasa, pertanian,
industri, dan konstruksi (Gambar 3.2)
Gambar 3.2 Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk
(BPS Kabupaten Banyumas, 2020)

3.2 Strategi Pemasaran


3.2.1 Segmentasi
Apotek Swastika Farma berlokasi di Jl. KH. Ahmad Dahlan, Dusun I,
Karangsoka, Kecamatan Kembaran. Dalam penentuan strategi pemasaran yang
baik, perlu dilakukan segmentasi pasar agar proses pemasaran yang dilakukan
efektif. Berdasarkan data demografi penduduk mengenai pekerjaan
masyarakat di Kecamatan Kembaran, sumber penghasilan utama sebagian
penduduk di KecamatanKembaran adalah pada sektor perdagangan, jasa-jasa,
pertanian, industri, dan konstruksi.
Berdasarkan data pekerjaan masyarakat maka calon konsumen dapat
dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
- Masyarakat yang termasuk kelompok ekonomi bawah
- Masyarakat yang termasuk kelompok ekonomi menengah
- Masyarakat yang termasuk kelompok ekonomi atas
1. Targeting
Target pemasaran pada Apotek Swastika Farma dilakukan dengan
melayani permintaan obat resep maupun non resep bagi semua lapisan
masyarakat, baik masyarakat yang melalui apotek, masyarakat yang
tinggal di sekitar apotek, serta pasien dari fasilitas kesehatan di sekitar
apotek. Pelayananyang diberikan antara lain:
a. Keberadaan apoteker selama apotek beroperasi (Pukul 07.30-21.30
WIB)
b. Pelayanan pharmaceutical care, yang meliputi :
- Pemberian informasi obat dan KIE kepada pasien atau
masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi,
- Pemberian informasi obat dan KIE pada pasien atau masyarakat
yangmembeli obat menggunakan resep,
- Pemberian konseling kepada pasien kondisi khusus (pasien
penyakit kronis seperti hipertensi dan DM, geriatri, pediatri,
serta ibu hamil danmenyusui),
- Pemberian informasi obat dan edukasi melalui media leaflet dan
brosur.
c. Pelayanan cek kolesterol, glukosa darah, dan asam urat.
2. Positioning
Fokus citra masyarakat terhadap Apotek Swastika Farma ialah
sebagai sarana pelayanan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat melalui pharmaceutical care dengan pelayanan informasi
obat, KIE, dan swamedikasi. Positioning pada motto Apotek Swastika
Farma yaitu, “Melayani dengan Tulus dan Senyuman”. Hal ini
menunjukan bahwa Apotek Swastika Farma diharapkan dapat
memberikan pelayanan kefarmasian yang maksimal bagi pasien dan
masyarakat.

3.3 Analisis SWOT


a. Strength (Kekuatan)
- Lokasi apotek yang strategis dan mudah diakses,
- Kondisi bangunan yang baik,
- Apotek yang menjadi pesaing di sekitar lokasi masih sedikit,
- Terdapat lahan parkir yang luas untuk mobil dan motor,
- Terdapat ruang konseling dan kursi tunggu bagi pasien,
- Menyediakan layanan cek kesehatan.

b. Weakness (Kelemahan)
- Apotek baru yang belum memiliki pelanggan.
c. Opportunities (Peluang)
- Berada di pinggir jalan raya yang ramai dan mudah diakses,
- Berada di dekat pemukiman warga dan kampus,
- Berada di dekat proyek pembangunan Rumah Sakit JIH Purwokerto,
- Belum ada apotek di Desa Karangsoka dan apotek terdekat dalam radius
550 m ada di Desa Dukuhwaluh.
d. Treat (Ancaman)
Apotek yang sudah berdiri terlebih dahulu memiliki basis pelanggan yang
lebih kuat sehingga perlu dilakukan pengenalan dan promosi secara intensif
agar bisa dikenal oleh masyarakat dengan baik.
BAB IV

ANALISIS MANAJEMEN APOTEK

4.1 Bentuk Badan Usaha


Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Badan usaha apotek memiliki Surat Izin Apotek yang
selanjutnya disingkat SIA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai izin untuk menyelenggarakan
Apotek. Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu
oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga administrasi.
Dalam pendirian apotek apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri
dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan
(Kemenkes RI, 2017).

4.2 Struktur Organisasi Apotek Swastika Farma

Apoteker Penanggung Jawab Apotek


(apt. Eisa Swastika, S.Farm.)

Apoteker Pendamping

Administrasi Tenaga Tekhnis Kefarmasian

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Apotek Swastika Farma

Analisis kerja personel Apotek Swastika Farma dijabarkan sebagai berikut :


Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian,
yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (Kemenkes RI, 2017).
4.2.1. Apoteker Penanggung Jawab
Apoteker penanggung jawab merupakan apoteker pemegang SIA.
Pemerintah daerah menerbitkan SIA apotek yang penerbitannya bersama dengan
penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA. Surat Izin Praktik Apoteker
yang selanjutnya disingkat SIPA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktik kefarmasian (Kemenkes RI, 2017).
Dalam menyelenggarakan apotek, apoteker bertanggung jawab terhadap
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di
apotek sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat
dan keamanannya. Apoteker penanggung jawab apotek memiliki tugas dalam
melaksanakantanggung jawab professional kefarmasian di apotek, antara lain:
a. Memimpin seluruh kegiatan apotek.
b. Berkewajiban serta bertanggung jawab penuh untuk mengelola apotek yang
meliputi beberapa bidang antara lain, pelayanan kefarmasian, administrasi dan
keuangan, serta personalia.
c. Melakukan langkah‐langkah untuk mengembangkan hasil dan kualitas apoteker.
d. Pengelolaan sediaaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
e. Melakukan pemeriksaan gula darah, kolesterol, trigeserida, tensi dan asam urat.

4.2.2. Apoteker Pendamping


Apoteker pendamping merupakan sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apteker pendamping
memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker yang selanjutnya disingkat STRA,
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian kepada
apoteker yang telah diregistrasi (Kemenkes RI, 2017). Apoteker Pendamping
bertanggungjawab penuh kepada Apoteker Penanggung jawab Apotek dan
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai apoteker pendamping sesuai dengan
petunjuk dan atau instruksi dari APA.
Apoteker pendamping memiliki tugas dalam melaksanakan tanggungjawab
professional kefarmasian di apotek, antara lain:
a. Melakukan pelayanan kefarmasian.
b. Melaksanakan tugas dan kewajiban APA, apabila APA berhalangam hadir
selama jam kerja apotek.
c. Dalam pelaksanaan segala tindakan terutama hal penting yang mendasar dan
strategis harus mendapat persetujuan dari APA.
4.2.2. Tenaga Teknis Kefarmasian
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi dan Analis Farmasi. Tenaga Teknis Kefarmasian memiliki Surat
Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya disingkat SIPTTK,
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada
tenaga teknis kefarmasian sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan
praktik kefarmasian (Kemenkes RI, 2017). Apotek Swastika Farma akan merekrut
dua tenaga teknis kefarmasian yang salah satunya akan merangkap sebagai bagian
administrasi Apotek. Adapun tugas tenaga tekhnis kefarmasian di apotek, antara
lain:
a. Membantu tugas apoteker dalam pelayanan resep maupaun non resep.
b. Menjalankan penjualan dan pembayaran.
c. Mengecek ketersediaan obat harian.
d. Mendokumentasikan secara lengkap semua transaksi pada buku penjualan
danmengimput ke sistem komputer.
e. Membantu pelanggan dalam memberikan informasi menganai suatu produk.
f. Memberikan laporan dan hasil penjualan disertai bukti transaksi kepada APA
secaraharian.
g. Menjaga lingkungan Apotek.

4.3. Analisis Manajemen Apotek

Bidang manajemen yang terdapat di Apotek Swastika Farma meliputi


perencanaan, pengadaan, penerimaan, pencatatan, penataan, penyimpanan, pelaporan
dan pemusnahan. Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
merupakan tahap awal untuk menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP yang sesuai dengan kebutuhan (Kemenkes RI, 2020).
Perencanaan obat di Apotek Swastika akan menggunakan metode kombinasi yaitu
pola konsumsi dan epidemiologi. Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.Penerimaan dan pemeriksaan
merupakan salah satu kegiatan pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan
jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan Faktur Pembelian dan/atau Surat Pengiriman
Barang yang sah (Kemenkes RI, 2020). Penerimaan barang di Apotek Swastika
Farma akan dilakukan oleh tenaga administrasi dan atau apoteker dengan Apoteker
Penanggung Jawab (APA) sesuai dengan standar ketetapan yang dikeluarkan oleh
Dirjen Bina Kefarmasian dan IAI (2011).
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian (Kemenkes RI, 2020). Pengadaan
obat ini akan dilakukan Apotek Swastika Farma melalui pembelian dengan cara
pemesanan melalui telepon atau sales yang datang ke apotek dengan menggunakan
surat pemesanan obat kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF). Untuk menjamin
ketersediaan obat dan efisiensi anggaran perlu dilakukan analisis saat perencanaan
(Kemenkes RI, 2020). Evaluasi perencanaan di Apotek Swastika Farma dilakukan
dengan cara analisis VEN (Vital, Esensial, Non Esensial). Sediaan farmasi
kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan,
pemusnahan sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2020). Apotek Swastika Farma akan melakukan
pemusnahan obat-obat tersebut menggunakan alat insenerator yang dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan.

4.4. Standar Prosedur Operasional


Standar Prosedur Operasional (SPO) yaitu untuk menjamin mutu pelayanan
kefarmasian sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. SPO pengelolaan sediaan
farmasi diantaranya;
a. SPO penerimaan obat dan barang,
b. SPO penyimpanan obat,
c. SPO pemesanan obat dan barang,
d. SPO konseling,
e. SPO pelayanan resep.
4.5. Produk Apotek
1. Perbekalan Farmasi
a) Obat Keras (Obat dengan Resep dan OWA),
b) Obat bebas (OTC) dan bebas terbatas,
c) Alat kesehatan: timbangan badan, masker, termometer, perban, sarung
tangan, kateter, spuit, dan lain-lain,
d) Produk jamu, suplemen dan vitamin, makanan dan minuman kesehatan,
perlengkapan bayi (bedak, botol susu bayi, sabun, susu, madu, dll) dan
perlengkapan lansia.
2. Perlengkapan
a) Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan
- Timbangan analitik,
- Mortir dan stamper,
- Pot obat.
b) Alat perbekalan farmasi
- Etalase obat,
- Lemari penyimpan obat narkotika dan psikotropika,
- Lemari pendingin tempat penyimpanan suppositoria, vaksin, dan obat-
obatinjeksi,
- Kertas copy resep,
- Kertas perkamen,
- Etiket dan plastik pengemas.
c) Alat administrasi
- Blanko pesanan obat, kartu stok obat, faktur dan nota penjualan dan kuitansi,
- Buku defekta, buku pembelian, penerimaan dan buku keuangan,
- Surat pesanan (surat pesanan umum, surat pesanan prekursor, surat
pesananOOT, surat pesanan narkotika dan surat pesanan psikotropika),
- Buku pencatatan narkotika dan psikotropika,
- Buku pencatatan penyerahan resep.
d) Perlengkapan lainnya
- Alat kasir dan kertas,
- Alat cek kesehatan (sphygmomanometer, alat cek gula darah, asam
urat, dankolestrol).
4.6. Daftar Obat

Daftar obat yang akan diadakan oleh Apotek Swastika Farma berdasarkan data
10 besar penyakit di Kabupaten Banyumas (2009), ditampilkan pada tabel 4.1:

Tabel 4.1 Data 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Puskesmas di Kabupaten Banyumas
No. Penyakit Jumlah
1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut 129.512
2 Dispepsia 32.986
3 Dermatitis 28.237
4 Rematik 22.464
5 Hipertensi 22.423
6 Diare 14.710
7 Pharingitis 7.270
8 Febris 7.079
9 Asma 5.664
10 Cepalgia 5.405

Berdasarkan data epidemiologi tersebut, maka berikut beberapa jenis obat yang
akandisediakan di Apotek Swastika Farma:
No. Penyakit Obat
Obat batuk OTC (Bromhexin, Ambroxol, Dextromethrophan, GG)
Obat flu OTC (Pseudoefedrin, Efedrin, Fenilpropanolamin)
1 ISPA Antihistamin (CTM)
Antiinflamasi (Metilprednisolon, Deksametason)
Antibiotik (Amoxicillin, Ciprofloxacin, Cefadroxil)
PPI (Omeprazole, Lansoprazole)
Antasida
2 Dispepsia
H2RA (Ranitidin, Famotidin, Simetidin)
Sukralfat
Antiinflamasi topikal yang mengandung kortikosteroid
3 Dermatitis (Hidrokortison, Prednisolon, Deksametason)
Antihistamin (Loratadin, Cetirizin)
Antiinflamasi oral mengandung kortikosteroid oral (Deksametason,
Prednisolon, Metilprednisolon)
Antibiotik (Amoxicillin, Eritromisin)
Sampo antiketombe (mengandung Asam Salisilat, Ketokonazol,
Sulfat)

Metilprednisolon tablet
Ibuprofen
Piroxicam tablet dan salep
4 Rematik Meloxicam
Celecoxib tablet
Na diklofenat tablet
Asam mefenamat tablet
Diuretik (Furosemid)
Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (β-Blocker) ( Bisoprolol )
5 Hipertensi ACE-Inhibitor (Captropril, Enalapril, Lisinopril )
ARB (Losatan, Ibesartan, Candesartan)
Antagonis Kalsium (Amlodipin, Nifedipin)
Loperamide, Attapulgit, Kaolin pektin, Zink Sulfat, Oralit
6 Diare
Cotrimoxazol
Antibiotik (Amoxicillin)
Paracetamol tablet
7 Pharingitis
Guaifenesin/GG
Vitamin C
Paracetamol tablet, Paracetamol sirup, Paracetamol drop
8 Febris
Ibuprofen
Kortikosteroid Sistemik (Prednisone, Metilprednisolon)
ICS (Budesonide, Fluticasone)
SABA (Salbutamol, Terbutaline)
9 Asma
LABA (Formoterol, Salmeterol)
SAMA (Ipratopium Bromide)
LAMA (Ipratopium)
10 Cepalgia Aspirin, Paracetamol, Ibuprofen
BAB V

ANALISIS KEUANGAN

5.1 Modal

5.1.1 Sarana dan Prasarana

a. Peralatan dan Perlengkapan

Perlengkapan Jumlah Harga Total

Sofa Tunggu Pelanggan 2 346.000 692000


Meja Konseling 1 450.000 450000
Kursi 6 125.000 750000
Meja Kerja Apoteker/ TTK 1 450.000 450000
Meja Peracikan Obat 1 450.000 450000
Meja Administrasi 1 420.000 420000
Etalase OTC 2 2.500.000 5000000
Rak Obat 4 2.400.000 9600000
Etalase Alat Kesehatan 1 2.476.900 2476900
Lemari Narkotika 1 700.000 700000
Lemari Psikotropika 1 160.000 160000
Lemari Dokumen 1 350000 350000
Paket Mesin Kasir 1 1700000 1700000
Lemari Pendingin 1 1500000 1500000
Printer dan Scanner 1 830000 830000
Komputer 1 2000000 2000000
Neonbox Apotek 1 660000 660000
Papan Nama Apoteker 1 250000 250000
Total 28438900
b. Perlengkapan Administrasi

Perlengkapan Biaya
Buku penjualan 80.000
Buku faktur penjualan 90.000
Buku surat pesanan obat 90.000
Buku pemesanan precursor 90.000
Buku pemesanan psikotropik 50.000
Buku pemesanan narkotika 50.000
Buku salinan resep 80.000
Kartu stok obat 40.000
Nota dan Kwitansi 50.000
Buku defekta 50.000
Buku catatan penjualan 50.000
Buku catatan pembelian 50.000
Buku catatan narkotika 50000
Buku catatan psikotropika 50000
Buku catatan keuangan 50000
Stempel dan tinta 50000
Kalkulator 160000
Total 1.130.000

c. Buku-buku standar dan bacaan

Nama buku Biaya


Farmakope Indonesia Edisi VI 160000
ISO 120000
MIMS 220000
Total 500000
d. Perlengkapan lain-lain

Perlengkapan Biaya
Timbangan dan anak timbang 2000000
Mortir dan stemper 110000
Plastik klip, kresek 100000
Pot salep, cangkang kapsul 200000
Etiket 20000
Kertas perkamen 20000
Alat tulis kantor 50000
Vas bunga 300000
Termometer ruangan 190000
Thermogun 300000
Wastafel 380000
Kloset 235000
Tisu wc 60500
Bak penampung air 156000
Keset 118.000
Kipas angin 198.000
Telepon dan internet 700000
Apar 150.000
Sphygmomanoneter 600.000
Timbangan 135.000
Alat cek kolesterol, gula darah, asam urat 315000
Total 6337500

e. Biaya pengadaan obat awal dan alat kesehatan

Pengadaan Biaya

Pengadaan obat (generik dan non-generik) 80.000.000


Pengadaan alat-kesehatan 10000000
Pengadaan susu, peralatan, bayi, kosmetika, dll 10000000
Total 100.000.000
f. Biaya Perizinan

Keperluan Biaya
Berkas (print, fotocopy, materai) 300000
Pengurusan surat rekomendasi dll 700000
Total 1000000

TOTAL MODAL

Keperluan Biaya

Peralatan dan perlengkapan 28438900


Perlengkapan administrasi 1.130.000
Buku-buku standar dan bacaan 500000
Perlengkapan lain-lain 6337500
Biaya pengadaan obat awal dan alat
100.000.000
kesehatan
Biaya perizinan 1000000
Cadangan modal 25000000
Total Modal 162.406.400

5.2 Biaya Tetap (Fixed Cost)

a. Biaya rutin bulanan


Karyawan Jumlah Biaya Total

Gaji Apoteker Penanggung jawab apotek 1 2800000 2800000

Gaji apoteker pendamping 1 2600000 2600000


Gaji tenaga teknis kefarmasian 2 1900000 3800000
Iuran BPJS Kesehatan 5 150000 750000
JKM 1 10500 10500
APJ
JHT 1 129500 129500
Iuran BPJS JKM 1 8250 8250
APING
Ketenagakerjaan JHT 1 101750 101750
JKM 2 6000 12000
TTK
JHT 2 74000 148000
Tagihan listrik dan air 1 200000 200000
Tagihan telepon dan internet 1 150000 150000
Total 10710000
b. Biaya rutin tahunan
Keperluan Biaya Total
THR APJ @ 1 x Rp. 2.800.000 Rp. 2.800.000
karyawan APING @ 1 x Rp.2.600.000 Rp. 2.600.000
TTK @ 2 x Rp. 1.900.000 Rp. 3.800.000
Sewa bangunan Rp. 50.000.000 Rp. 50.000.000
Biaya pemeliharaan bangunan Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000
Biaya rutin bulanan @ 12 x Rp. 10710000 Rp. 128.520.000
Total Rp. 190.720.000

5.3 Investasi

Total Investasi = Total Modal + Total Biaya Tetap


= Rp. 162.406.400 + Rp. 190.720.000
= Rp. 353.126.400

5.4 Perolehan Omset Per Tahun

5.4.1 Pendapatan dari penjualan


% Hasil
No Sumber pendapatan Hasil
pendapatan
1 Penjualan obat resep
Asumsi resep masuk 10/ bulan (margin 30% )
Rp. 6.000.000 0,44
Asumsi harga rata-rata resep = Rp. 50.000
@ 10 resep x 12 bulan x Rp. 50.000
2 Penjualan obat bebas (margin 20%)
Asumsi penjualan 1 hari = Rp. 1.500.000 Rp. 540.000.000 39,61
@ Rp. 1.500.000 x 30 hari x 12 bulan
3 Pejualan OWA (margin 30%)
Asumsi penjualan 1 hari = Rp. 1.500.000 Rp. 540.000.000 39,61
@ Rp. 1.500.000 x 30 hari x 12 bulan
4 Penjualan alat kesehatan (margin 20%)
Asumsi penjualan 1 hari = Rp. 550.000 Rp. 198.000.000 14,52
@ Rp. 550.000 x 30 hari x 12 bulan
5 Penjualan perlengkapan bayi, kosmetika, dll
(margin 30%)
Rp.72.000.000 5,28
Asumsi penjualan 1 hari = Rp. 200.000
@ 200.000 x 30 hari x 12 bulan
6 Layanan cek kesehatan (margin 20%)
Asumsi pelayanan 1 hari = Rp. 20.000@ Rp. 7.200.000 0,53
Rp. 20.000 x 30 hari x 12 bulan
Total Penjualan Rp. 1.363.200.000 100%

5.4.2 Keuntungan yang diharapkan


a. Resep
- Keuntungan = 30%
- Indeks resep = 100% + 30% =130% (1,3)
b. Obat bebas
- Keuntungan = 20%
- Indeks Obat bebas = 100% + 20% =120% (1,2)
c. OWA
- Keuntungan = 30%
- Indeks Obat bebas = 100% + 30% =130% (1,3)
d. Alat-alat kesehatan
- Keuntungan = 30%
- Indeks alat-alat kesehatan = 100% + 30% =130% (1,3)
e. Perlengkapan bayi, kosmetika, dll
- Keuntungan = 30%
- Indeks perlengkapan bayi, kosmetika, dll = 100% + 30% =130% (1,3)
f. Layanan cek kesehatan
- Keuntungan = 20%
- Indeks layanan cek kesehatan = 100% + 20% =120% (1,2)

5.4.3 Indeks penjualan


a. Indeks penjualan resep
= persentase penjualan resep x indeks resep
= 0,44% x 1,3
= 0,0057
b. Indeks penjualan obat bebas
= persentase penjualan obat bebas x indeks obat bebas
= 39,61% x 1,15
= 0,47
c. Indeks penjualan OWA
= persentase penjualan OWA x indeks OWA
= 39,61% x 1,3
= 0,51
d. Indeks penjualan alat-alat kesehatan
= persentase penjualan alat-alat kesehatan x indeks alat-alat kesehatan
= 14,52% x 1,3
= 0,188
e. Indeks penjualan perlengkapan bayi, kosmetika, dll
= persentase penjualan perlengkapan bayi, kosmetika, dll x indeks perlengkapan
bayi,kosmetika, dll
= 5,28% x 1,15
= 0,069
f. Indeks layanan cek kesehatan
= persentase layanan cek kesehatan x indeks layanan cek kesehatan
= 0,53% x 1,2
= 0.0063
Indeks Penjualan Total = 0,02 + 0,63 + 0,49 + 0,02 + 0,07 + 0,02
= 1,259
5.4.4 Laba rugi

Indeks Penjualan = 1,259

Indeks Laba Total = 1,25 – 1 = 0,259

0,259
Laba Kotor = 1,259 x 100% = 20,62%

Laba Kotor = Rp. 1.363.200.000 x 20,62%


= Rp. 281.174.287,3

𝑅𝑝. 190.720.000
Biaya Tetap = −
𝑅𝑝. 90.454.287, 31
= Rp. 452.271,4366
Pajak 0,5%

= Rp. 22.61.357,183
Zakat 2,5%

Laba Netto (Laba Bersih) = Rp. 87.740.658,69

5.4.5 Payback Period (PP)


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
PP = 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑝. 353.126.400
PP = 𝑅𝑝. 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
87.740.658,69

PP = 4,02 = 4 tahun

5.4.6 Return Of Investment (ROI)


𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROI = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑥 100 %
𝑅𝑝. 87.740.658,69
ROI = 𝑅𝑝. 353.126.400 𝑥 100 %

ROI = 24,8 %

5.4.7 Break Event Point (BEP)

1
BEP = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑥 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
1−
𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

1
BEP = 1 𝑥 𝑅𝑝. 190.720.000
1−
1,259

BEP = Rp. 953.600.000/ tahun

= Rp. 79.466.666,67 / bulan

= Rp. 2.648.888/ hari


BAB VI
KESIMPULAN

Pendirian Apotek Swastika Farma di Jalan KH. Ahmad Dahlan, Karangsoka,


Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah telah melewati berbagai
analisis studi kelayakan apotek seperti analisis lokasi, analisis pasar, analisis
manajemen dan analisis keuangan. Dari berbagai pertimbangan tersebut, pendirian
apotek ini memiliki prospektif jangka panjang yang cukup menjanjikan untuk
berkembang dan bersaing dengan apotek lain. Hal ini dilihat dari segi pelayanan untuk
masyarakat maupun segi bisnis yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Badan PPSDM Kesehatan. 2021. Data Fasyankes KEMBARAN I (Online).


http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/info/fasyankes?unit=1031458 Diakses pada
24 Oktober 2021
Badan PPSDM Kesehatan. 2021. Data Fasyankes KEMBARAN II (Online).
http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/info/fasyankes?unit=1031459 Diakses pada
24 Oktober 2021
BPS Kabupaten Banyumas. 2020. Kecamatan Kembaran Dalam Angka 2020. Banyumas.
CV Prima Puspa Sari
Dinkes Kabupaten Banyumas. 2009. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas (Online). https://slideplayer.info/amp/2615248/
Diakses pada 24 Oktober 2021
Dinkes Kabupaten Banyumas. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas
Tahun 2014. Banyumas: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek.
Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2020. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Kementrian kesehatan. Jakarta.
Keputusan Bupati Banyumas Nomor 445/228 Tahun 2019 Tentang Kuota dan Persebaran
Apotek Per Kecamatan di Kabupaten Banyumas.

Anda mungkin juga menyukai