Anda di halaman 1dari 5

Kota Yogyakarta translit Kutha Ngayogyakarta, adalah ibu kota dan pusat pemerintahan Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kota Yogyakarta adalah kediaman bagi Sultan
Hamengkubuwana dan Adipati Paku Alam. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota terbesar di
Indonesia dan kota terbesar keempat di wilayah Pulau Jawa bagian selatan menurut jumlah
penduduk.

Nama Yogyakarta terambil dari dua kata, yaitu Ayogya atau Ayodhya yang berarti "kedamaian" dan
Karta yang berarti "baik". Ayodhya merupakan kota yang bersejarah di India di mana wiracarita
Ramayana terjadi. Tapak keraton Yogyakarta sendiri menurut babad (misalnya Babad Giyanti) dan
leluri (riwayat oral) telah berupa sebuah dalem yang bernama Dalem Gerjiwati; lalu dinamakan ulang
oleh Sunan Pakubuwana II sebagai Dalem Ayogya

Geografi
Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code (yang
membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota ini terletak pada
jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari Semarang, dan 65 KM dari Surakarta, pada jalur
persimpangan Bandung – Semarang – Surabaya – Pacitan. Kota ini memiliki ketinggian sekitar
112 m dpl.
Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata
rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air
yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.

Iklim

Kota Yogyakarta beriklim tropis, dengan tipe iklim muson tropis.Angin muson timur–tenggara
yang bersifat kering dan dingin menyebabkan musim kemarau di kota Yogyakarta dan angin
muson terjadi pada periode Mei hingga Oktober. Sedangkan angin muson barat–barat daya
yang bersifat lembab dan membawa banyak uap air menyebabkan musim penghujan di wilayah
kota Yogyakarta dan angin muson ini bertiup pada periode November hingga April.

Iklim dan cuaca mempunyai sifat spesifik untuk suatu tempat, sehingga
keadaannya sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini menyebabkan
adanya perbedaan kondisi hidrologi dan tanaman yang mampu beradaptasi pada
daerah yang berbeda kondisi iklimnya.

Curah hujan tahunan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berkisar antara


718 mm/th sampai 2992.3 mm/th, curah hujan yang rendah umumnya dijumpai di
wilayah Gunungkidul dan Bantul, sedangkan curah hujan yang relatif tinggi dijumpai
di wilayah Sleman. Curah hujan terbesar selama kurun waktu 1994-1997 terjadi di
Kabupaten Sleman, yaitu tahun 1995 dengan intensitas 2992.3 mm/tahun. Curah
hujan paling kecil terjadi di Kabupaten Gunungkidul yaitu 197.6 mm/tahun pada
tahun 1997. Berdasarkan fakta ini dapat diketahui bahwa Kabupaten Sleman
merupakan daerah yang memiliki potensi sumberdaya air yang besar ditinjau dari
banyaknya input dari air hujan. Selain itu potensi sumberdaya air berdasar input curah

Sosial

Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut :


- Kota Yogyakarta : 509.146 jiwa (14,92)
- Kabupaten Bantul : 805.166 jiwa (23,59)
- Kabupaten Kulonprogo : 448.187 jiwa (13,13)
- Kabupaten Gunungkidul : 753.008 jiwa (22,06)
- Kabupaten Sleman : 897.676 jiwa (26,30)

Kondisi sosial budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain meliputi Kependudukan;
Tenaga Kerja, dan Transmigrasi; Kesejahteraan Sosial; Kesehatan; Pendidikan; Kebudayaan;
dan Keagamaan

Laju pertumbuhan penduduk di DIY antara 2003-2007 sebanyak 135.915 jiwa atau kenaikan rata-rata
pertahun sebesar 1,1%. Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk di DIY menunjukkan kecenderungan
yang meningkat dari 72,4 tahun pada tahun 2002 menjadi 72,9 tahun pada tahun 2005. Ditinjau dari
sisi distribusi penduduk menurut usia, terlihat kecenderungan yang semakin meningkat pada
penduduk usia di atas 60 tahun.

Proporsi distribusi peduduk berdasarkan usia produktif memiliki akibat pada sektor tenaga kerja.
Angkatan kerja di DIY pada 2010 sebesar 71,41%.[10] Di sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja
paling besar adalah sektor pertanian kemudian disusul sektor jasa-jasa lainnya. Sektor yang potensial
dikembangkan yaitu sektor pariwisata, sektor perdagangan, dan industri terutama industri kecil
menengah serta kerajinan. Pengangguran di DIY menjadi problematika sosial yang cukup serius
karena karakter pengangguran DIY menyangkut sebagian tenaga-tenaga profesional dengan tingkat
pendidikan tinggi.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah kependudukan, dan ketenagakerjaan adalah dengan
mengadakan program transmigrasi. Pelaksanaan pemberangkatan transmigran asal DIY sampai pada
tahun 2008 melalui program transmigrasi sejumlah 76.495 KK atau 274.926 jiwa. Ditinjau dari pola
transmigrasi sudah mencerminkan partisipasi, dan keswadayaan masyarakat, melalui Transmigrasi
Umum (TU), Transmigrasi Swakarsa Berbantuan (TSB) dan Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM).
Untuk pensebarannya sudah mencakup hampir seluruh provinsi. Rasio jumlah tansmigran swakarsa
mandiri pada 2010 mencapai 20% dari total transmigran yang diberangkatkan.[10]

Budaya
Kesenian daerah merupakan kekayaan budaya yang harus dilestarikan.
Kab. Kulon progo mempunyai perkumpulan tari sebanyak 402 kelompok,
seni musik sebanyak 651 kelompok, seni teater sebanyak 244 kelompok,
dan seni rupa sebanyak 4 kelompok yang merupakan seni lukis. Dan jumlah organisasi sosial/ LSM/
organisasi massa dan wanita tercatat sebanyak 226 organisasi.

DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible
(non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya
sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem
sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat. DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan
Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan
peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih
terlestari keberadaannya, merupakan embrio dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat
dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya dan beradat tradisi. Selain itu,
Provinsi DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua diantaranya yaitu museum Ullen Sentalu dan
museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase benda cagar
budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, seangkan kunjungan ke museum menca

DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible
(non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya, dan benda cagar budaya
sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni,
sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.

DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar
Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan
Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio,
dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan
terutama dalam berseni budaya, dan beradat tradisi. Selain itu, DIY juga mempunyai 30 museum,
yang dua di antaranya yaitu Museum Ullen Sentalu, dan Museum Sonobudoyo diproyeksikan
menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase benda cagar budaya tidak bergeak dalam
kategori baik sebesar 41,55%, sedangkan kunjungan ke museum mencapai 6,42%

Beberapa museum yang terletak di DIY, antara lain

Museum Biologi Universitas Gadjah Mada

Museum Affandi

Museum Anak Kolong Tangga


Museum Batik dan Sulaman Yogyakarta

Museum Benteng Vrederburg

Museum Gembira Loka

Museum Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia

Museum Lingkungan Batik Joglo Cipto Wening

Terdapat juga beberapa galeri seni yang berada di Yogyakarta, antara lain:

Bentara Budaya Yogyakarta

Museum dan Tanah Liat

Galeri Wahyu Mahyar

Galeri Affandi

Ekonomi

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dinilai memiliki banyak potensi untuk bisa meningkatkan
pertumbuhan ekonomi pada 2020. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi DIY di atas 6% atau
lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang berkisar pada angkat 5%.

Yogyakarta memiliki potensi, modal dan ekosistem seperti sumber daya manusia (SDM)
yang unggul, pelaku UMKM yang sangat banyak dan unggul, destinasi wisata yang semakin
atraktif bagi turis, bandara internasional baru di Kulonprogo dengan segala peluangnya,
serta warisan budaya yang sangat kaya luar biasa

modal dan ekosistem yang dapat mendukung menjadi pusat pengembangan ekonomi kreatif.
Jogja mempunyai potensi yang terus dikembangkan sehingga dapat menjadi sentra industri kreatif
di Indonesia. Sumber Daya Manusia manusia yang melimpah, SDM terdidik, banyaknya sarana
pendidikan khususnya perguruan tinggi, serta berbagai komunitas kreatif di DIY dinilai menjadi
pendorong industri kreatif terus berkembang di Yogyakarta. Tentu keunggulan-keunggulan
tersebut harus digenjot sedemikian rupa sehingga mampu mendorong DIY akan sangat
disayangkan jika akhirnya sumber daya manusia ini hanya menuntut ilmu di Yogyakarta tetapi
akhirnya bekerja didaerah lain. Apabila industri kreatif di Yogyakarta dapat berkembang pesat,
Tentu akan menjadi hal yang membanggakan sekaligus menjadi percontohan daerah lain. DIY
dikenal kuat dalam ekonomi kreatif sektor fashion, kuliner dan kerajinan.

Faktor Pendukung

1. Jogja merupakan pusat kebudayaan, pariwisata, pendidikan dan ekonomi kreatif


2. Tingginya kualitas SDM (Indeks Pembangunan Manusia no 2 di Indonesia setelah
Jakarta)
3. Sudah terbentuknya komunitas digital. (http://jogjadigitalvalley.com)
4. Dukungan Pemerintah melalui Rumah Kreatif Jogja (http://www.rumahkreatifjogja.id)

Potensi Investasi
1. Pengembangan Sektor perfilman, Animasi
2.  Animasi,
3.  Seni dan desain grafis
4. Fashion,
5. Kerajinan dan kuliner.
6. Industri pupuk
7. Pengolahan hasil laut
8. Pengembangan pasar seni dan kerajinan
9. Tempat wisata/belanja
10. Kost
11. Kuliner dan masih banyak lagi

Pariwisata bagi Kota Yogyakarta sudah merupakn sebuah industri. Sebagi sebuah
industri, sektor ini banyak melibatkan sektor ekonomi lainnya, seperti sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,
sewa dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Kontribusi sektor-sektor itu dalam
PDRB mencapai 78,6% dari seluruh kegiatan perekonomian masyarakat Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai