Oleh
Dr. Dwi Purnomo, M.Pd.
KATA PENGANTAR
Dwi Purnomo
DAFTAR ISI
Halaman Sampul i
............................................................................................
Halaman ii
Judul ...............................................................................................
Logo ……………………………………………………………………….. iii
Kata iv
Pengantar ...............................................................................................
Daftar v
Isi .......................................................................................................
Halaman Persembahan …………………………………………………….. vi
Bab I PENDAHUUAN
1.1 Teori Sebagai Pendukung Pembelajaran 1
……….......................................
1.2 Fungsi 2
Teori .............................................................................................
1.3 Definisi Beberapa 5
Istilah ..........................................................................
1.4 Bagaimana Teori Di 8
Bangun ...................................................................
1.5 Verifikasi 10
Teori ........................................................................................
Bab II BAHAN AJAR PEMBELAJARAN
2.1 Bahan Ajar 13
………………………..........................................................
2.2 Jenis-jenis Bahan Ajar 14
………………………………………………......
2.3 Langkah Penyusunan Bahan Ajar ……….............................................. 15
2.4 Menyusun Peta Bahan Ajar 16
…………………………………..................
2.5 Kriteria Menyusun Bahan Ajar
………………………………………....
Tujuan Umum:
Setelah mempelajari materi pada Bab I, mahasiswa diharapkan dapat
memahami konsep teori sebagai pendukung kegiatan pembelajaran dengan
mengukuti pola piker secara deduktif atau indukstif. Selain itu mahasiswa dapat
mengaplikasikan teori ke dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan siswa,
baik di kelas maupun di luar kelas pada tingkat satuan pendidikan tertentu..
Tujuan Khusus
Secara lebih khusus, setelah mempelajari materi Bab I diharapkan
mahasiswa:
1. Dapat mendefinisikan kembali pengertian teori sebagai pendukung kegiatan
pembelajaran;
2. Dapat menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan fungsi teori;
3. Dapat mendefinisikan beberapa istilah yang berkaiatan dengan teori dalam
pembelajaran;
4. Dapat menjelaskan langkap dan tahapan teori dapat dibangun sebagai penduung
kegiatan pembelajaran;
5. Dapat menjeleskan konsep pengembangan teori secara bertahap berdasartkan
pendekatan induktif dan deduktif.
1.1 Teori sebagai Pendukung Pembelajaran
Hal terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah bagaimana metode dan
model pembelajaran yang digunakan, teori pendukung sebagai pembangun ide dan
gagasan yang dapat muncul dalam setiap pembelajaran yang dilakukan serta strategi
apa yang mendasari pelaksanaannya. Oleh karena itu pengembangan bahan ajar
dalam matematika perlu diperhatikan oleh setiap calon guru atau bahkan guru
sekalipun. Untuk sampai pada maksud dan tujuan tersebut, diawal pembahasan Bab I
dalam bahan ajar ini terlebih dahulu dibahas tentang pengertian teori, mengapa kita
membutuhkan teori, apa fungsi teori, serta bagaimana suatu teori dapat membangun
bukunya menyatakan, perumusan teori bukan hanya penting, akan tetapi sebagai
sesuatu yang sangat vital bagi psikologi dan pendidikan sehingga menjadi maju dan
Contoh.
1. Materi penjumlahan berulang sering dianggap sebagai susuatu yang tidak
menurut siswa walaupun secara nyata prosesnya berbeda. Bagi sebagian siswa
Memang bahwa hasinya adalah sama yaitu 24 tetapi secara proses adalah salah
jika 4+4+4+4+4+4 = 4x6. Dengan demikian masih diperlukan pengetahuan dan
2. Hal lain yang juga masih sering terjadi adalah tentang pembelajaran konsep
lingkaran
r r
22
K=π . d= d
Pada pembelajaran konsep keliling lingkaran ditulis 7
Penulisan keliling dan luas lingkaran seperti bentuk diatas menunjukkan bahwa
22 22
π= π≠ .
konstanta 7 . Konsep ini yang diluruskan kembal bahwa 7
22
Hal ini dikarenakan π adalah bilangan tidak rasional sedangkan 7 adalah
bilangan rsional.
3. Ketika membelajarkan bahan ajar soal ceritera hendaklah seorang guru atau calon
bentuk soal dikondisikan dengan lingkungan sekitar anak, dan diharapkan untuk
dapat mengurangi bentuk soal ceritera yang bersifat tektual. Dengan demikian
untuk membuat soal ceritera pada siswa sekolah dasar dapat dikondisikan dengan
lingkungan anak dimana bertempat tinggal. Artinya ketika di lingkunan tidak ada
suatu objek maka jangan dijadikan subjek tersebut sebagai materi soal ceritera.
4. Materi Sistem Persamaan Linear dengan dua Peubah (SPLDV) yang diberikan
teori tentang cara menyelesaikan SPLDV harus dipahami dengan baik oleh
seorang guru atau calon guru. Bahwa selesaian sistem persamaan tersebut dapat
menghasilkan jawaban akhir yang sama. Namun demikian jika dikaitkan dengan
Aljabar Linear bahwa sistem persamaan linear ada yang konsisten dan tidak
konsisten. Yang konsisten dapat bersifat trivial (mempunyai satu jawab) atau
{2 x+y=5¿¿¿¿
Akan menghasilkan x = 2 dan y=1 sebagai selesaiannya baik menggunakan cara
Tugas kita sebagai guru dapat mengembangkannya menjadi soal yang berbentuk:
a.
{2 x−y=1¿¿¿¿ atau
b.
{ x+3y=4¿¿¿¿
Untuk bahan ajar Sistem Persamaan Linear dengan Tiga Peubah di satuan
pendidikan Sekolah Lanjutan Atas tentu akan lebih banyak cara yang dapat
digunakan untuk menyelesaikannya. Para mahasiswa dapat mempelajarinya
n
5. Ketika guru menjelaskan bahan ajar tentang bentuk perpangkatan (a+b )
( a+b )0 =1
( a+b )1=a+b
( a+b )2=a2 +2 ab+b2
( a+b )3 =a3 +3 a2 b+3 ab 2 +b3
( a+b )4 =a 4 +4 a3 b+6 a2 b2 +4 ab3 +b 4
................................................................
( a+b )n =(0n )a n b0 +(1n )a n−1 b1 +(2n )a n−2 b2 +(3n )a n−3 b 3 +. ..+(nn−1 )a1 b n−1 +(nn )a0 bn
n
n!
∑ (ni )an−i b i (ni )=C n i=
i=0 dengan (n−i)!i!
y 7
2.
( )
x+
3
=. . .
4
3. Suku ke 4 dari (2 x− y) adalah ...
6
4. Suku ke 6 dari ( x+2 y ) adalah ...
dan seterusnya.
dalamnya telah dicapai karena para ahli yang terlibat dalam menyusun gagasan selalu
mendasarkan pola pikirnya pada suatu teori tertentu. Dengan teori tersebut maka
lahirlah teori-teori baru yang sebelumnya tidak ada dan munculnya ide-ide baru
sebagai pembangun konsep, disamping itu teori juga menyebabkan suatu eksperimen
pemahaman. Walaupun apa yang dihasilkan oleh psikologi dan pendidikan tidak
sehebat bidang ilmu yang lain dan teori yang ada tidak serta merta didukung oleh
sebagai langkah dalam penelitian telah dilakukan dan dilaksanakan sesuai aturan
penentunya. Dengan demikian tidak berarti bahwa observasi empiris kurang penting
teoritis murni. Ilmu pengetahuan berkembang bila teori dan observasi empiris
dimana terletak kekurangan dari teori. Keduanya harus selalu ada, teori-teori yang
dengan fungsi teori untuk melahirkan hipotesis tetapi dengan implikasi yang lebih
kuat. Suatu teori bukan hanya membawa ilmuwan pada pengajuan pertanyaan-
pertanyaan yang mungkin akan berguna, melainkan juga teori itu dapat
adanya planet-planet yang pada saat itu belum terdeteksi. Dengan menggunakan teori
Newton, dan dengan mengamati orbit-orbit dari planet yang telah dikenal, dapat
terhadap matahari. Dengan cara ini akhirnya planet-planet luar yang lainnya
ditemukan. Demikian pula pada suatu saat dalam masa perkembangan teori genetika
ditemukan hanya sesudah (dan mungkin juga hanya karena) teori yang mempre-iksi
ada hubungannya. Jumlah penelitian yang dilakukan dalam bidang pendidikan dan
psikologi sangat banyak, sering ditemukan beberapa hal yang bertentangan dalam
penelitian tersebut. Hal yang sama juga dapat terjadi jika kita mengamati suatu
keadaan yang bersifat sambil lalu. Kompleksnya perilaku yang diperlihatkan oleh
seseorang dalam suatu hari, apalagi prilaku yang diperlihatkan oleh satu kelas, tentu
Untuk menjelaskan kegunaan teori di atas secara konkrit, marilah kita ambil
teori warna. Persepsi warna dalam dunia tampak ditentukan oleh kekomplekan
permukaan yang begitu rumit. Dalam berbagai teori warna yang telah dirumuskan,
dari sejumlah reseptor warna dasar (biasanya tiga warna) yang terdapat dimata. Teori
melainkan juga dengan adanya teori ini dapat diatur sejumlah besar fenomena
Kegunaan semacam ini dari suatu teori menunjukkan salah satu keuntungan
dalam penelitian. Salah satu kegunaan teori adalah untuk menyampaikan pada para
yang baik dapat menghemat usaha-usaha yang tidak berguna dengan menunjukkan
dimana kiranya terletak keuntungan jika dilakukan penelitian. Nilai heuristika yang
dimiliki oleh teori ini sangat penting untuk melakukan penelitian pada berbagai
tingkatan.
Marilah kita perhatikan kembali teori warna. Pada awalnya ditemukan teori
ini hanya terdapat tiga warna warna dasar, para peneliti terus melakukan penelitian
atas dasar psikologi seolah-olah ada warna lain yang akan muncul dan sifatnya
Namun demikian harus tetap diperhatikan keuntungan teori ini dapat ditinjau
dari dua segi yaitu suatu teori yang kurang baik konstruksinya, atau suatu teori yang
pertanyaan yang salah atau dapat menyebabkan suatu penelitian yang tidak terarah.
dibakar menjadi arang, mengapa dua warna yang dicampur akan menimbulkan warna
lain dan sebagainya. Banyak kejadian di dunia ini ditentukan atau disebabkan oleh
Fungsi teori memberikan penjelasan luas sekali maknanya dan tidak jarang
disalahgunakan. Setiap kejadian dapat dijelaskan oleh suatu teori selama penjelasan
tersebut masuk akal atau paling sedikit melibatkan kejadian yang diamati. Suatu teori
yang adekuat bukan hanya menjelaskan dengan cara post hoc, melainkan dengan
dikaitkan dengan kejadian yang lain. Suatu teori merupakan generator penjelasan-
penjelasan. Dengan demikian fungsi teori yang dapat memberikan penjelasan
ldari suatu teori. Tanpa membahas semuanya, jelas terlihat bahwa teori merupakan
alat yang ampuh bagi seorang ahli. Snelbecker (1974) mengemukakan bahwa
psikologi, apakah yang diamati tersebut suatu proses belajar misalnya atau suatu
individu. Bahwa manusia itu belajar merupakan fakta yang nyata. Yang tidak jelas
adalah bagaimana manusia itu belajar atau mengapa manusia itu belajar. Dengan
bahwa bagaimanapun baiknya atau inklusifnya suatu teori, tidak setiap masalah dapat
dipecahkan oleh teori tersebut. Tetapi tanpa teori sering kita tidak tahu kemana dan
Dalam bagian ini akan diberikan definisi beberapa istilah yang banyak
digunakan dalam pendidikan dan psikologi dan ditemukan dalam bahan ajar, diantara
istilah tersebut adalah teori, hipotesis, model, konstruk, hukum dan prinsip.
a. Teori
yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan yang lain dan
juga pada data yang diamati. Selanjutnya digunakan untuk memprediksi dan
variabel-variabel. Tidak seperti teori, hipotesis tidak perlu merupakan hasil dari suatu
sistem yang tersusun dari proposisi-proposisi, hipotesis itu hanya menyatakan bahwa
suatu observasi mendatang akan mempunyai bentuk tertentu. Pernyataan ini pada
umumnya terbagi menjadi 2 kategori, pertama hubungan itu bersifat korelatif (suatu
perubahan dalam x secara sistematis berhubungan dengan suatu perubahan dalam y),
kedua hubungan tersebut bersifat causatif atau seba akibat (suatu perlakuan terhadap
yang tentantif dalam pencarian yang tidak ada hentinya tentang penjelasan yang lebih
teliti mengenai bidang studi. Namun demikian setiap hipotesis tidak perlu diturunkan
c. Model
masalah. Jadi model adalah suatu struktur konseptual yang telah berhasil
membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain, dan biasanya dalam bidang
d. Konstruk
klasifikasi dari benda-benda atau kejadian sehingga dengan satu simbul sejumlah
“jumlah neuron-neuron dalam korteks” atau “penggunaan DNA yang lebih cepat”
maka orang ini jelas menggunakan konsep tersebut sebagai suatu hipotesis.
Sebaliknya suatu definisi seperti “ intelegensi adalah sesuatu yang diukur oleh tes
kedua hal yang dibahas di atas mewakili kasus-kasus yang ekstrim dan mungkin
psikologi yang lain. “Belajar” dapat berarti sesuatu yang dipandang dari segi
fisiologis, dan dapat pula dipandang dari segi prilaku. Pada umumnya apakah
hipotesis, itu tergantung pada kesukaan probadi illmuwan dalam mengkonstruk suatu
teori.
mempunyai dasar empiris, namun belum dapat disebut sebagai suatu hukum. Hal ini
dikarenakan prinsip tersebut belum mendasar atau belum cukup mantap. Banyak para
ahli psikologi dan ahli pendidikan menggunakan istilah hukum dan prinsip saling
bergantian.
teori merupakan istilah yang paling inklusif dan umum, sedangkan istilah lain dapat
teori ini mengikuti rumus yang direncanakan secara hati-hati dan secara umum
tidak disangsikan bahwa cara untuk mengkonstruksi teori merupakan suatu proses
yang sifatnya sangat individual dan tidak dapat dimasukkan satupun dalam
klasifikasi.
Perlu diingat bahwa setiap pernyataan tentang bagaimana suatu teori itu
sekali-kali tidak khas bagi seseorang yang sebenarnya mengkonstruksi teori tersebut.
Dalam hal in terdapat dua metode dalam mengkonstruksi suatu teori, yaitu metode
Ilmuwan deduktif dalam bekerjanya berangkat dari hal yang sifatnya umum
ditentukan oleh teori tersebut. Dalam teori semacam ini mula-mula dirumuskan
hipotesis yang bernilai benar dipertahankan. Dengan cara yang sama, postulat-
postulat yang menghasilkan teorema atau hipotesis yang terbukti benar tetap
dipertahankan, sehingga selama periode tertentu teori ini mengalami koreksi sendiri.
Teori deduktif selalu berada dalam proses koreksi, dan karena itu banyak
jika sebagian besar dari postulat tersebut tidak benar, teori akan menyebabkan
menyusun sistem-sistem yang lebih tinggi tingkatnya sebagai generalisasi dari teori
keuntungan, yaitu orang yang mengkonstruksi teori ini tidak pernah jauh dari
pernyataan-pernyataan yang “kebenarannya” cukup valid. Namun demikian
yang rendah tingkatnya. Diantaranya ada yang tidak khas, fungsinya bertumpang
c. Keadaan Sekarang
Dua cara konstruksi teori yang telah dikemukakan di atas sebenarnya merupakan
dua hal yang ekstrim. Ilmuwan pada umumnya ada yang suka dengan deduktif, tetapi
ada juga yang menyukai konstruksi induktif. Pilihan antara metode deduktif dan
bidangnya. Bila seseorang merasa bahwa bidang psikologi ada fakta-fakta tertentu
yang sudah mantap sekali, dan sudah ada cukup pemahaman tentang bekerjanya
Sebaliknya, bila seseorang kurang yakin akan nilai-nilai ilmiah dari data psikologi
yang ada, maka pendekatan induktif akan lebih baik. Dalam bidang psikologi ada
Pada suatu saat mungkin timbul suatu pertanyaan tentang “kebenaran” suatu
teori yang telah dirumuskan. Sebenarnya yang menjadi masalah bukan kebenaran
teori, melainkan yang ingin diketahui apakah teori tertentu relatif lebih baik daripada
teori yang lain, dan apakah bagian tertentu dari suatu teori memerlukan perbaikan.
Oleh karena itu untuk menguji (memverifikasi) suatu teori dapat dilakukan dengan
a. Secara Sintaks
Salah satu tes suatu teori adalah apakah teori tersebut secara internal konsisten
dan logis. Oleh karena semua teori disusun atas dasar postulasi hubungan antara
konstruk-konstruk, maka dari seorang ilmuwan diminta bahwa teorinya tunduk pada
konstruk yang digunakannya dalam teorinya dapat saling dihubungkan dan akhirnya
dihubungkan pada data sebenarnya. Aturan-aturan ini dapat bersifat matematis atau
verbalistis. Ketelitian secara sintaktik lebih diharapkan dari sains daripada psikologi
b. Secara Semantiks
generalisasi yang benar dan prediksi yang valid. Hal ini disebut semantiks. Pada
dasarnya suatu teori dapat lulus atau gagal pada saat diuji secara eksperimen. Hal ini
berarti bahwa suatu teori harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.
Hal inilah yang merupakan masalah yang ditemukan berulang kali dalam menilai
Eksperimen akan banyak digunakan untuk mengetahui nilai relatif dari suatu
teori terhadap teori yang lain. Suatu teori dinilai lebih dari teori lainnya bila kedua
teori ini membuat prediksi-prediksi yang berbeda dan bukti-bukti empiris lebih
menyokong prediksi-prediksi dari teori yang satu dibandingkan dengan prediksi yang
berasal dari teori lainnya. Inilah yang disebut tes semantik suatu teori. Dalam
kenyataannya setelah dilakukan eksperimen hanya sedikit kasus yang menunjukkan
bahwa suatu teori jelas lebih unggul dari teori lainnya. Sering para peneliti
menafsirkan suatu bukti yang negatif dari tes semantik. Hal ini merupakan suatu
petunjuk bahwa masih banyak penelitian dilakukan dan bukan sebagai suatu tanda
bahwa teori ini tidak boleh digunakan lagi. Para peneliti itu dapat memutuskan
bahwa konsep yang mereka teliti mungkin berpengaruh pada proses-proses belajar,
Dalam hal ini mungkin diperlukan alat ukur yang lain atau variabel-variabel lain
pengaruh umpan balik dalam belajar. Jika kesimpulan yang diambil bahwa umpan
balik belum diberikan secara jelas pada subjek, atau umpan balik diberikan terlalu
Hal lain yang juga harus diperhatikan ialah bagaimana “sempurnanya” prediksi
seharusnya dalam suatu teori. Tentang hal ini terdapat dua konsepsi yaitu klasik dan
yang sempurna dan menghasilkan penjelasan yang tidak dapat disangkal. Konsep
dalam membuat prediksi, tetapi kita tidak mengharapkan akan mempunyai ketelitian
dan filsafat sains beberapa tahun terakhir. Posisi klasik disebut juga posisi
“diterministik”.
Posisi apapun yang dianut oleh seseorang tentang hal ini, namun tes yang penting
tentang teori adalah sejauh mana prediksi yang dihasilkan suatu teori ditunjang oleh
bukti empiris.
c. Parsimoni
Yang kurang penting bila dibandingkan dengan kedua tes tentang teori yang telah
diuraikan di atas adalah parsimoni. Aturan ini mengemukakan bahwa bila dua teori
kelihatannya sama sahihnya ditinjau dari segi semantik maupun sintaktik, maka teori
belum terjawab mengenai kesachihan semantik dari sebagian besar teori-teori dalam
Selain ketiga tes tersebut yang telah dikemukakan di atas, masih ada beberapa
cara dalam memverifikasi teori. Dengan kriteria yang ada, perlu ditegaskan bahwa
yang penting bukannya untuk menemukan suatu teori yang benar atau dipercaya atau
Tujuan Umum:
Setelah mempelajari Bab II, mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep
bahan ajar dan cara mengembangkannya sehingga dapat merencanakan, membuat,
menyiapkan dan mengaplikasikan bahan tersebut pada tingkat satuan pendidikan
tertentu.
Tujuan Khusus
Secara lebih khusus, setelah mempelajari materi Bab I diharapkan
mahasiswa:
1. Dapat merencanakan bahan ajar yang sesuai dengan tingkat satuan pendidikan
tertentu berdasarkan kurikulum yang berlaku.
2. Dapat membuat bahan ajar yang sesuai dengan tingkat satuan pendidikan
tertentu berdasarkan kurikulum yang berlaku.
3. Dapat menyiapkan bahan ajar yang sesuai dengan tingkat satuan pendidikan
tertentu berdasarkan kurikulum yang berlaku.
4. Dapat menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan tingkat satuan pendidikan
tertentu berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Tindak Lanjut
Mahasiswa dapat mengembangkan lagi beberapa pengertian tentang
pengertian yang mendukungntya termasuk didalamnya harus dlihat
bagaimana penerapannya dalam satuan pendidikan dasar, menengah atau
perguruan tinggi.
2.2 Jenis-jenis Bahan Ajar
Setelah memahami definisi bahan ajar dalam pembelajaran secara umum, kita
selanjutnya dapat mengembangkan definisi bahan sesuai dengan kompetensi kita
masing-masing. Khusus yang berkaitan dengan pembelajaran matematika tentu defisi
bahan ajar yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dibawah ke ranah mata pelajaran
matematika di setiap satuan pendidikan tertentu.
Selanjutnya marilah kita kenali beberapa jenis bahan ajar dalam
pembelajaran. Mulyasa (2006), menjelaskan bentuk-bentuk bahan ajar atau materi
pembelajaran antara lain:
2. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Nana Sujana (2002
yang didalamnya berisikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, topik yang akan
kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas, Peranan guru
kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan,
Lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa, program evaluasi yang akan
dilaksanakan.
didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga
modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar. Usman
Basyiruddin mengatakan bahwa modul dirumuskan sebagai salah satu unit yang
lengkap yang berdiri sendiri, terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang disusun
untuk membantu para siswa dalam mencapai sejumlah tujuan belajar yang telah
suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah
untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk
para guru.
atau sarana pembelajaran yang berisi materi yang bertujuan agar peserta didik dapat
belajar mandiri atau dengan bimbingan guru dalam kegiatan belajar mengajar dan
cara untuk mengevaluasi yang dirancang secara sistematis, dan menarik untuk
karakteristik tertentu, misalnya berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap, berisi
rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis, berisi tujuan belajar
yang dirumuskan secara jelas dan khusus, memungkinkan siswa belajar mandiri, dan
merupakan realisasi perbedaan individual. Modul dapat dikatakan baik dan menarik
a. Self Instructional
Melalui modul siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada
pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional , maka dalam modul harus;
1) Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas.
pembelajaran.
10) Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat
penguasaan materi.
pembelajaran dimaksud.
b. Self Contained
Materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang
dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah
karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan
pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan
c. Stand Alone
Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus
modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk
mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih
menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka
d. Adaptive
multimedia hendaknya tetap “up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi
e. User Friendly
menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user
friendly.
Tujuan Pembuatan Modul
pendidikan bisa dicapai secara efektif dan efisien. Para siswa dapat mengikuti
program pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banyak
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembuatan modul bertujuan agar peserta
didik:
1) Dapat belajar dengan kesanggupan dan menurut lamanya waktu yang digunakan
mereka masing-masing.
3) Memberikan peluang yang luas untuk memperbaiki kesalahan dan remedial dan
banyaknya ulangan
Komponen-komponen Modul
1) Petunjuk guru
Guru harus benar-benar mengetahui dan menguasai bahan yang akan disajikan dan
prinsip-prinsip penyampaiannya. Dalam hal ini ada dua hal pokok yang harus
dikembangkan yaitu:
a) Uraian umum tentang kedudukan dan keadaan modul tertentu dalam rangka
Dalam komponen ini terdapat beberapa hal, yakni; tentang identifikasi modul
yang tampak dalam sampul atau jilid yang berkenaan dengan nama, nomor modul,
kelas, dan waktu yang disediakan. Petunjuk untuk siswa yang berupa penjelasan
waktu yang disediakan untuk menyelesaikan suatu modul. Tujuan pelajaran yang
hendak dicapai oleh siswa, pokok-pokok materi yang harus dipelajari, alat peraga
yang akan dipergunakan, dan petunjuk tentang kegiatan belajar baik untuk membaca,
3) Lembaran Kerja
belajar sendiri, baik dalam bentuk pedoman observasi maupun tempat tugas-tugas.
Dalam lembaran kerja nampak topik-topik berupa persoalan yang harus diselesaikan
4) Alat Evaluasi
Alat evaluasi dalam modul bisa berupa lembar observasi atau tes. Tes ini
berisikan pedoman penggunaan lembaran tes, lembaran jawaban, dan kunci jawaban.
Tes tersebut dapat dilakukan pada pretes dan post-tes. Dengan demikian dapat dilihat
dari kemajuan anak antara sebelum dan sesudah mempelajari modul tertentu.
modul yaitu: merumuskan sejumlah tujuan intruksional secara spesifik dan dalam
tingkah laku yang operasional yang dapat diamati dan dapat diukur.
tersebut.
d) Menyusun alasan atau rasional akan pentingnya modul tersebut dipelajari siswa
f) Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar siswa, hingga seberapa jauh
tersebut.
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi
paling tidak tentang:
1. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
2. Kompetensi yang akan dicapai
3. Content atau isi materi
4. Informasi pendukung
5. Latihan-latihan
6. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
7. Evaluasi
8. Balikan terhadap hasil evaluasi
Pembelajaran dengan modul juga memungkinkan peserta didik yang memiliki
kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih
kompetensi dasar dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Selain itu, juga
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung
kepada kehadiran pendidik.
3. Buku teks
Buku teks pelajaran pada umumnya merupakan bahan tertulis yang menyajikan ilmu
pengetahuan atau buah pikiran dari pengarangnya yang disusun secara sistematis
berdasarkan kurikulum yang berlaku. Buku teks berguna untuk membantu pendidik
dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku,
menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran dan memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari
pelajaran baru.
6. Model (maket)
Model (maket) merupakan bahan ajar yang berupa tiruan benda nyata untuk
menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui, apabila menghadirkan objek
atau benda tersebut langsung ke dalam kelas, sehingga nuansa asli dari benda
tersebut masih bisa dirasakan oleh peserta didik tanpa mengurangi struktur aslinya,
sehingga pembelajaran menjadi lebih.
6. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa
dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang
perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai
Pustaka, 1996).
Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian
brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin
saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik
dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya
memuat satu kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah
menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
7. Leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat
dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta
mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat
menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
8. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang
bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi
siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan
pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu
melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan
ajar.
Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai
bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok yang
harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara
menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang
antara ular, tikus dan lingkungannya.
9. Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar
setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan
sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa
melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau
mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang
diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara
baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam
menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa
petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
a) Standar Kompetensi
Standar kompetensi yaitu kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
mendiskripsikan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
dapat dicapai pada setiap tingkatan. Standar kompetennsi terdiri dari beberapa
kompetensi dasar sebagai acuan baku yang wajib dipenuhi dan berlaku secara
nasional. Dalam konteks pembuatan bahan ajar, maka tugas kita adalah menentukan
standar kompetensi yang ingin dipenuhi oleh peserta didik.
b). Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator
kompetensi. Untuk pembuatan bahan ajar, maka dalam hal ini kita mesti
mengidentifikasikan kompetensi dasar-kompetensi dasar yang diharapkan bisa
dikuasai oleh peserta didik.
c) Indikator Ketercapaian Hasil Belajar
Indikator yaitu rumusan kompetensi yang spesifik, yang dapat dijadikan
sebagai acuan kriteria penilaian dalam menentukan kompeten atau tidaknya peserta
didik. Setelah menganalisis kompetensi dasar, maka indikator adalah hal berikutnya
yang mesti kita analisis. Sehingga, kita dapat mengetahui kompetensi yang spesifik,
yang nantinya dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan bahan ajar
yang tepat.
d) Materi Pokok
Materi pokok adalah sejumlah informasi utama yang berisi pengetahuan,
keterampilan, auan nilai yang disusun sedemikian rupa oleh pendidik agar peserta
didik menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Materi pokok adalah objek
analisis berikutnya yang harus kita telaah. Jadi setelah menganalisis indikator, maka
kita berlanjut pada analisis materi pokok. Materi pokok ini menjadi salah satu acuan
utama dalam menyusun isi bahan ajar.
e) Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah suatu aktivitas yang didesain oleh pendidik supaya
dilakukan oleh para peserta didik agar mereka menguasai kompetensi yang telah
ditentukan melalui kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan. Jadi, pengalaman
belajar haruslah disusun secara jelas dan operasional, sehingga langsung bisa
dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran.
Itulah lima komponen utama yang harus kita pahami sebelum kita melakukan
analisis kurikulum. Selanjutnya, dalam hubungannya dengan analisis kurikulum,
analisis pengalaman belajar ditunjukkan untuk mengidentifikasi bentuk serta bahan
ajar yang tepat dan sesuai untuk aktivitas pembelajaran yang dilakukan peserta didik.
Kemudian, jika kita sudah sampai pada analisis pengalaman belajar (yang akan
dilakukan oleh peserta didik) tersebut.
Berdasarkan analisis kurikulum ini, maka kita dapat mengetahui jumlah
bahan ajar yang harus dibuat dan disiapkan dalam satu semester tertentu. Selain itu,
kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi jenis bahan ajar yang relevan dan cocok
untuk digunakan.
Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari silabus mata pelajaran. Sedangkan
jenis bahan ajar agar dapat diturunkan dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas
pengalaman belajar diuraikan, maka akan semakin mudah bagikita untuk
menentukan jenis bahan ajarnya. Dan jika analisis dilakukan terhadap seluruh standar
kompetensi, maka akan diketahui pula banyaknya bahan ajar yang harus disiapkan.
2) Analisis Sumber Belajar
Setelah melakukan analisis kurikulum, langkah selanjutnya dalam menganalis
kebutuhan belajar adalah menganalisis sumber belajar. Apa dan bagaimana analisis
sumber belajar itu dilakukan, tidaklah susah. Yang penting kita harus memahami
terlebih dahulu bahwa sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan untuk
penyusunan bahan ajar perlu dilakukan analisis. Andapun kriteria analisis terhadap
sumber belajar tersebut dilakukan berdasarkan kesesuaian, ketersediaan, dan
kemudahan dalam memanfaatkannya. Cara analisis sumber belajar adalah dengan
menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan.
Berikut ini merupakan penjelasan kriteria dalam menganalsis sumber belajar.
a. Kriteria Ketersediaan
Kriteria ketersediaan berkenaan dengan ada tidaknya sumber belajar di
sekitar kita. Jadi kriteria pertema ini mengacu pada pengadaan sumber belajar.
Usahakan agar sumber belajar yang kita gunakan prakti dan ekonomis, sehingga kita
mudah untuk menyediakannya. Jika sumber belajar tidak ada atau tempatnya jauh,
maka sebaiknya jangan kita gunakan.
b. Kriteria Kesesuaian
Kriteria kesusaian maksudnya adalah apakah sumber belaar itu sesuai atau
tidak dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi, hal utama yang
dilakukan dalam kriteria kedua ini adalah memahami kesesuaian sumber belajar yang
dipilih dengan kompetensi yang mesti dicapai oleh peserta didik. Jika sumber belajar
tenyata dinilai membantu peserta didik untuk menguasai kompetensi yang harus
mereka kuasai, maka sumber belajar itu layak untuk digunakan. Namun, jika tidak,
sebaiknya jangan digunakan.
c. Kriteria Kemudahan
Kriteria kemudahan maksudnya adalah mudah atau tidaknya sumber belajar
itu disediakan maupun digunakan. Jika sumber belajar itu membutuhkan persiapan,
keahlian khusus, serta perangkat lain yang rumit, sedangkan kita jelas-jelas belum
mampu untuk menggunakannya, maka sebaiknya jangan digunakan. Kita sebaiknya
memilih sumber belajar yang mudah pengadaan maupun pengoperasiannya. Dengan
demikian, bahan ajar itu bisa benar-benar efektif membuat peserta didik menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan.
3) Analisis Karakteristik Siswa
Analisi karakteristik siwa ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan
perkembangan siswa, yaitu siswa yang akan menjadi sasaran bukub teks. Kebutuhan
atau motivasi siwa merupakan kekuatan yang dapat menimbulkan tingkat antusiasme
dan semangat dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam
diri individu itu sendiri maupun dari luar individu itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA