Anda di halaman 1dari 7

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran yang diampu
oleh
Dr. Sururi, M.Pd.
Dr. Nani Hartini, M.Pd.

disusun oleh:
Azzahra Adawiyah Y (20010714087)
Bhuana Nasution (20010714084)
Boby Prayoga (1907878)
Salma Kamilawati (1909407)
Syahfiria Yulian Saputri (20010714078)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
A. Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen
yangmemproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar
daribahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi
yangwajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi pemerintahan. Sistemmanajemen
keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan sistemkeselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsurmanajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalamrangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja sertaterciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif (Azmi, 2008).
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
Sedangkan menurut Moenir, A.S (1987: 146) bahwa Keselamatan Kerja adalah suatu
keadaan dalam lingkungan kerja atau tempat kerja yang dapat menjamin secara
maksimal keselamatan orang-orang yang berada didaerah atau tempat tersebut, baik
orang tersebut pegawai ataupun bukan pegawai organisasi kerja itu. Menurut Ridley,
John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000,p.6), mengartikan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisidalam pekerjaan yang sehat dan aman
baik itu bagi pekerjaannya, perusahaanmaupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Pelaksanaan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya untuk menciptakan
tempat atau lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari kejadian kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
suatu perusahaan atau lingkungan kerja. Kesehatan tidak hanya berarti terbebasnya
seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik,
mental dan juga sehat secara sosial.
Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang
mengakibatkan cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3 berupaya
mempelajari fenomena kecelakaan, faktor penyebab, serta cara efektif untuk
mencegahnya. Upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesiamasih menghadapi
berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir yangmasih tradisional yang
menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah,sehingga masyarakat bersifat pasrah
terhadap kecelakaan kerja yang menimpamereka (Ramli, 2010).

B. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)


Program K3 merupakan upaya untuk menghindari dari menanggulangi
terjadinya kecelakaan serta peningkatan kondisi kesehatan kerja. Menurut Anwar
Prabu Mangkunegara (2009: 162) bahwa: Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
fisik, sosial dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya,
seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Menurut Randall S schuller dan Susan E. Jackson dikutip dan diterjemahkan


oleh Abdul Rosyid (1999: 197) mengemukakan tentang tujuan pentingnya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa, Jika perusahaan dapat menurunkan
tingkat dan beratnya kecelakaan-kecelakaan kerja, penyakit dan hal-hal yang
berkaitan dengan stress, serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para
pekerjanya, perusahaan akan semaki efektif. Peningkatan-peningkatan terhadap
hal ini akan menghasilkan: (1) meningkatnya produktivitas karena menurunnya
jumlah hari kerja yang hilang, (2) meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja
yang lebih berkomitmen, (3)menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi, (4)
tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena
menurunnya pengajuan klaim, (5) fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar
sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan dan, (6) rasio
seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.

C. Ruang Lingkup Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut Rachman (1990) dalam Suwardi dan Daryanto (2018:4) ruang
lingkup K3 meliputi semua aspek manusia sebagai tenaga kerja yang dilaksanakan
secara menyeluruh dari mulai perencanaan hingga produksi barang atau jasa dan
melibatkan semua level manajemen untuk menyukseskan keberhasilan K3.
Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja mencakup hal yang sangat
luas sehingga diperlukan pengelolaan yang sesuai agar program keselamatan dan
kesehatan kerja dapat tercapai dengan baik. Ruang lingkup K3 menurut Basir Barthos
(2004: 138) meliputi:
a. Ketentuan K3 berlaku disetiap tempat kerja yang mencakup 3 unsur
pokok (tenaga kerja, bahaya kerja dan usaha baik bersifat ekonomis
maupun sosial).
b. Ketentuan K3 berkait dengan perlindungan
c. Tenaga kerja
d. Alat, bahan dan mesin
e. Lingkungan
f. Proses produksi
g. Sifat pekerjaan
h. Cara kerja
i. Persyaratan K3 ditetapkan sejak perencaan, pembuatan, pemakaian
barang ataupun tekhnis dan seterusnya.
j. K3 merupakan tanggung jawab semua pihak,khususnya pihak yang
terkait dengan
k. penyelenggaraan suatu usaha.

D. Syarat-syarat Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)


Pemerintah dalam kegiatan mengelola keselamatan dan kesehatan kerja di
Indonesia telah menetapkan melalui perundang-undangan yaitu Undang-Undang No 1
tahun 1970 tentang syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipatuhi dan dipenuhi
oleh setiap perusahaan ataupun lembaga. Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun
1970 tentang syarat-syarat keselamatan kerja yaitu:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluasnya suhu,
cuaca, radiasi, suara berisik/gemuruh dan getaran, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan peredaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan, ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman dan barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakukan
dan menyimpan barang.
q. Mencegah terkenannya aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamatan pada pekerjaan yang
berbahaya, agar kecelakaannya tidak menjadi bertambah tinggi.

E. Faktor Penyebab Kecelakaan


Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat.Faktor
yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapatdiakibatkan
oleh 4 faktor penyebab utama (Husni:2003) yaitu:
a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan,dan
sikap.
b. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatanatau
keselamatan pekerja
c. Faktor sumber bahaya, yaitu perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya
karena metode kerjayang salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang
tidak sesuai dan sebagainya; Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang
tidak aman dari keberadaanmesin atau peralatan, lingkungan, proses, sifat
pekerjaan.
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya
pemeliharaan/perawatanmesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja
dengan sempurna.

Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan
Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak
dapat diduga“. Sebenarnya , setiap kecelakaan kerja itu dapatdiramalkan atau diduga
dari semula jika perbuatan dan kondisi tidakmemenuhi persyaratan. Oleh karena itu
kewajiban berbuat secara selamatdan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi
sesuai dengan standar yang diwajibkan.

Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamatmemiliki


porsi 80 % dan kondisi yang tidak selamat sebayak 20%. Perbuatanberbahaya
biasanya disebabkan oleh:

a. Sikap dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap.


b. Keletihan.
c. Gangguan psikologis.

F. Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Suryati Darmiatun dan Tasrial (2015:18) definisi prosedur K3 adalah
meliputi pencegahan deviasi-deviasi dari kegiatan dan tujuan K3 yang telah
ditetapkan sebelumnya. Menurut Suryati Darmiatun dan Tasrial (2015:18) ada hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pembuatan prosedur K3 dalam organisasi:
a. Komitmen organisasi dalam penerapan manajemen K3
b. Fokus/jenis, kompleksitas struktur dan ukuran organisasi
c. Sifat dan skala risiko-risiko organisasi.
d. Keterlaksanaan prosedur (mudah dioperasikan oleh user); dan
e. Keterukuran dan mampu evaluasi dari hasil pelaksanaan prosedur.
Menurut OHSAS 18001;2007 dalam Suryati Darmiatun dan Tasrial (2015:19)
ada beberapa tahap atau prosedur dalam keselamatan dan kesehatan kerja:
a. Identifikasi potensi bahaya dan melakukan penilaian dan pengendalian resiko.
b. Identifikasi peraturan K3 dan evaluasi pemenuhannya.
c. Kompetensi, pelatihan, dan kepedulian.
d. Komunikasi, partispasi, dan konsultasi.
e. Pengendalian dokumen.
f. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
g. Pemantauan dan Pengukuran Kinerja.
h. Evaluasi kesesuaian.
i. Investigasi kecelakaan kerja.
j. Penanganan ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan.
k. Audit Internal.

G. Jaminan Keselamatan Kerja


Menurut Mulia Nasution (1994: 178) bahwa Jaminan Keselamatan Kerja
adalah adanya jaminan keselamatan kerja yang dimaksudkan untuk mencegah dan
mengatasi risiko-risiko sosial ekonomi yang mengakibatkan hilangnya penghasilan
karena hari tua, cacat, kematian, dan kebutuhan tambhan biaya hidup untuk perawatan
waktu sakit atau mengalami kecelakaan kerja.

H. Sumber- Sumber Bahaya Kesehatan Tenaga Kerja


Berikut Sumber-Sumber Bahaya menurut Husni:
a. Faktor fisik, yang dapat berupa; suara yang terlalu bising, suhu yangterlalu tinggi
atau terlalu rendah, penerangan yang kurang memadai, radiasi,getaran mekanis,
tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, bau-bauandi tempat kerja,
kelembaban udara.
b. Faktor kimia, yang dapat berupa; gas/uap, cairan, debu-debuan, butirankristal dan
mentuk-bentuk lain, bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun.
c. Faktor biologis, yang dapat berupa; bakteri virus, jamur, cacing danserangga,
tumbuh-tumbuhan dan lain-lain yang hidup/ timbul dalam lingkungankerja.
d. Faktor faal, yang dapat berupa; sikap badan yang tidak baik pada waktukerja,
peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja, gerakyang
senantiasa berdiri atau duduk, proses, sikap dan cara kerja yang monoton,beban
kerja yang melampaui batas kemampuan.
e. Faktor psikologis, yang dapat berupa; kerja yang terpaksa/ dipaksakanyang tidak
sesuai dengan kemampuan, suasana kerja yang idak menyenangkan,pikiran yang
senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman kerjayang tidak
sesuai, pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkankecelakaan (Husni,
2003).

I. Pertanyaan
1. Bagaimana jika terjadi pelanggaran terhadap UU Keselamatan dan Kesehatan
Kerja misalnya pengusaha tidak menyediakan alat keselamatan kerja atau
perusahaan tidak memeriksakan kesehatan dan kemampuan fisik pekerja? bukan
kah seharusnya ada standar ataupun prosedur k3, namun mengapa hal tersebut
dapat terjadi?
2. Bagaimana cara mengatasi jika ada kecelakaan kerja yg tidak terduga di dalam
kantor?
3. Dalam bentuk apa jaminan keselamatan kerja itu? Dan apakah ada ketentuan
khusus untuk mendapat jaminan tersebut?

J. Referensi
Barthos, Basir. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta: Bumi Aksara.
Herry Syafrial, Ahmad Ardiansyah. 2020. PROSEDUR KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) PADA PT. SATUNOL MIKROSISTEM
JAKARTA. JURNAL ABIWARA Vol. 1, No. 2, Maret 2020, pp. 60-70 ISSN
2686-1577. DOI: https://doi.org/10.31334/abiwara.v1i2.794
Mangkunegara, Anwar P. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: Remaja Posdakarya.
Nasution, Mulia (1994). Manajemen Personalia. Jakarta: Djambatan.
Suma’mur. (1985). Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung
Agung.

Anda mungkin juga menyukai