Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

    A.   Latar Belakang

                 Berfikir sistem adalah suatu proses untuk memahami suatu fenomena dengan tidak hanya
memandang dari satu atau dua sisi tertentu. Dalam berfikir sistem ini, juga dapat dilihat adanya satu
kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen seperti atasan, bawahan, klega, dan pihak terkait
lainnya. Masing-masing komponen ini memiliki kontribusi terhadap tujuan sistem. Namun perlu disadari
bahwa satu bagian komponen tidak akan dapat berdiri sendiri dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam
hal ini, interaksi, kerja sama, dan komunikasi yang baik antarkomponen, antarpimpinan, bawahan,
kolega, dan yang lainnya, mutlak dibutuhkan.            

B.   Rumusan Masalah

1.    Apakah yang di maksud dengan berfikir ?

2.    Apakah yang di maksud system

3.    Apakah yang yang dimaksud berpikir system?

C.   Tujuan

1.    Mengetahui dan memahami apa itu berfikir

2.    Mengetahui dan memahami apa itu sistem

3.    Mengetahui dan memahami apa itu berfikir sistem

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Berpikir

1.    Definisi Berpikir

Berpikir berbeda dengan melamun untuk satu hal penting: adanya tujuan. Tujuan itu bisa berupa
mencari akar permasalahan, memecahkan permasalahan, atau mengambil kesimpulan. Berbagai macam
tujuan ini bisa digabungkan menjadi satu menjadi tujuan sederhana yaitu upaya untuk menjawab
pertanyaan. Pencarian akar permasalahan merupakan jawaban atas: "apa akar permasalahan?".
Pemecahan masalah juga merupakan jawaban atas: "Bagaimana memecahkan masalah ini?".

De Bono pernah menulis bahwa bertanya seperti membuat sebuah lubang di jalan yang kita akan lewati.
Untuk bisa melewati jalan tersebut, kita akan terdorong selalu untuk mencoba menutup lubang
tersebut. Ini berarti, bertanya memicu sebuah proses pembuatan jawaban, yaitu berpikir. Jika
dijabarkan prosesnya maka kualitas proses menjawab pertanyaan ini bergantung kepada keahlian
berpikir kita dan pengetahuan yang kita miliki.
Sebuah permasalahan dapat diterjemahkan sebagai sebuah pertanyaan yang harus dijawab untuk
memenuhi tujuan. Gambar ini dapat dibaca sebagai berpikir adalah proses menjawab pertanyaan
tertentu sebagai tujuan akhir dalam suatu kerangka cara pandang kita berdasarkan kepada asumsi kita
terhadap implikasi dan konsekuensi (dari hasil berfikir kita nantinya) menggunakan data, fakta dan
pengalaman untuk menyusun hubungan & pertimbangan berdasarkan pengetahuan konsep dan teori
yang kita miliki. Kemampuan super-komputer otak kita membuat seluruh proses ini berjalan secepat
kilat untuk menghasilkan jawaban, bahkan lebih cepat dibandingkan anda membaca kalimat ini.
Jawaban ini dilihat secara nyata sebagai keputusan, pertimbangan atau pendapat yang akhir dikemukan
baik secara lisan maupun tulisan. Jika kita masukkan proses ini ke jalur lambat untuk kita amati, maka
kita bisa mengikuti prosesnya satu-persatu. Namun tetapi diingat bahwa pada kenyataannya semuanya
saling berkaitan sehingga proses iteratif akan terjadi dan berpindah-pindah secara dinamis dari satu
aspek ke aspek lainnya..

Proses pertama yang terjadi adalah penentuan kerangka pandang. Kerangka cara pandang ini bisa
berupa arah pandang, sudut pandang dan alat bantu memandang (seperti kacamata yang memiliki
berbagai model: kacamata khusus baca, olahraga, kerja lapangan, bahkan menyelam ). Biasaya arah
pandang pertama adalah sudut pandang kita sendiri, berikutnya baru orang lain atau kelompok lain.
Sebagai sebuah sudut, maka lebar derajat sudut dalam sudut pandang tergantung dari apa yang anda
ingin dan mampu melihat. Ingin berarti seberapa besar informasi yang ingin anda pertimbangkan.
Mampu tergantung dari aspek lain seperti pengalaman, data dan fakta juga menentukan alat bantu
pandang apa yang ingin anda gunakan. Contoh sederhananya adalah alat pandang 5W+1H (What,
Where, Why, Who, When dan How), yang dapat membantu kita untuk memandang permasalahan. Ada
lagi alat seperti SWOT, Plus Minus dsb.

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam
Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung
melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri
seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita
berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil
menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang
diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku,
membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.

Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari
aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan
berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia.
Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan
menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut. Berpikir juga
berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar
dari persoalan yang sedang dihadapi.

Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur,
mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan,
menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau
menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan. Secara sederhana,
berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir
adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol
disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa
peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117).

Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih
ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam
Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui
transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian,
abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.

Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir
adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2)
berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam system
kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau
diarahkan pada solusi.

Biasanya kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau
berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Charles S. Pierce
mengemukakan bahwa bahwa dalam berpikir ada dinamika gerak dari adanya gangguan suatu keraguan
(irritation of doubt) atas kepercayaan atau keyakinan yang selama ini dipegang, lalu terangsang untuk
melakukan penyelidikan (inquiry) kemudian diakhiri dengan pencapaian suatu keyakinan baru.

2.    Konsep Berpikir dalam al-Qur’an

Manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Tapi manusia dibekali dengan
perantara (wasilah) untuk mencari ilmu dan ma’rifah yaitu dengan akal (‘aql), pendengaran (sam’), dan
penglihatan (bashar). Semua perantara tersebut diberikan kepada manusia dengan tujuan untuk
mengetahui kebenaran (haqq) dan menjadikannya dalil atas argumennya dalam berpikir. Adapun
kebenaran yang dipahami dapat berfungsi sebagai alat untuk mengontrol diri supaya tidak terjerumus
dalam kesesatan (bathil). Dan untuk mengetahui kebenaran kebenaran tersebut diperlukan cara berpikir
yang benar pula (tafakkur).

Apabila cara berpikirnya salah maka objek dan hasil yang dipahaminya  pun akan menjadi salah. Maka
berikut ini akan dibahas mengenai konsep berpikir dalam al-Qur’an sebagai aktifitas yang mampu
mengantarkan manusia kepada keimanan dan kesesatan.

a.    Al-Tadhakkur

Menurut Muhammad Ismail (2014) Konsep berpikir dalam Islam memiliki makna yang sangat mendalam.
Artinya aktifitas berpikir mengandung dua konsekwensi yang saling bertolak belakang. Meskipun Allah
menyeru hamba-Nya berulang kali untuk mengambil jalan yang benar dengan menunjukkan kepada
manusia tanda-tanda (ayat), namun apabila manusia tidak mampu memahami maknanya seperti orang-
orang kafir yang tuli, buta dan tidak memahami, (Q. S. Al-Baqarah : 171), maka ayat atau tanda-tanda
tersebut tidak ada gunanya. Suatu ayat baru akan menunjukkan pengaruh positifnya ketika manusia
mampu memahami maknanya secara mendalam. Di sinilah peran sisi kemanusiaan yang sangat penting
dalam memahami makna ayat tersebut yaitu berpikir (tadhakkur).
Menurut al-Qur’an, organ utama berpikir dalam memahami ayat adalah hati (al-qabl, al-lubb, al-
fu’ad), sedangkan aktifitas berpikir hanyalah bentuk manifestasi dari fungsi kerja hati tersebut. Hati
adalah organ yang mampu memahami makna ayat Allah, sehingga apabila organ tersebut terkunci,
tertutup dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka manusia tidak akan dapat memahami
ayat-ayat yang ada (Q. S. al-Taubah : 87).  Jadi, melalui konsep Tadhakkur ini jelas bahwa aktifitas
berpikir yang diproses dengan hati secara benar dapat menunjukkan manusia ke jalan kebenaran, begitu
pula sebaliknya.

b.     Al-Tafakkur

Istilah al-tafakkur berasal dari kata fakara yang berarti kekuatan atau daya yang mengantarkan kepada
ilmu. (al-Ashfahani, t.th: 496). Dengan kata lain bahwa tafakkur adalah proses menggunakan daya
akal (‘aql) untuk menemukan ilmu pengetahuan.

Ini menunjukkan bahwa konsep berpikir memiliki makna relasional (relational concept) dengan konsep
dasar lainnya dalam al-Qur’an. Konsep berpikir dalam al-Qur’an tidak berdiri sendiri. Ia selalu terikat
dengan konsep utama lainnya seperti konsep Allah, alam (al-‘alam), dunia (al-dunya), akhirat (al-
akhirah), tanda (al-ayah), hati (al-qalb), akal (al-‘aql), hikmah (al-hikmah), kehidupan (al-hayah), dan
kematian (al-maut). Jadi, untuk memahami konsep berpikir (tafakkur) dalam al- Qur’an hendaknya tidak
memisahkannya dengan medan semantiknya tersebut yang telah diterangkan Allah Swt. dalam al-
Qur’an (huda). Maka, tidak berlebihan apabila Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah berkesimpulan bahwa
kebebasan berpikir berarti menjauhkan diri dari sifat taqlid yang mampu mencelakakan dirinya. (Al-
Adzim, 1967: 103- 104). Artinya seseorang yang membebaskan pikirannya berarti kembali kepada agama
Allah Swt. Sebab, dengan mengimani dan melaksanakan segala apa yang disyariatkan oleh Allah Swt. (at-
ta’abbud) melalui al- Qur’an, secara tidak langsung telah menghindarkan diri dari kejumudan berpikir.
(Muhammad Ismail, 2014)

c.     Al-Tadabbur(Muahmm

Tadabbur merupakan istilah yang datang dari bahasa Arab. Istilah tadabbur merupakan bentuk derivasi
dari kata dasar dabara yang artinya melihat apa yang terjadi di balik suatu masalah. Selain itu, kata
tersebut juga memiliki makna leksikal “menyuruh (al-amr), memerintah (walla)”. Dari kata
dasar dabara juga menurunkan istilah lain yaitu altadbir yang berarti memikirkan (al-tafkir) apa yang ada
di balik sesuatu. Jadi, proses berpikir dalam konteks tadabbur berarti memahami (tafakkur) dengan hati
tentang makna-makna yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui tanda-tanda kekuasaannya baik yang
telah ditulis dalam al-Qur’an maupun yang tidak ditulis (tersirat) dengan tujuan untuk mengungkap dan
memahami makna baru dari ilmu-ilmu Allah Swt.

d.    Al-Ta’aqqul

Kata ta’aqqul ditinjau dari segi kebahasaan memiliki beberapa makna. Secara leksikal


kata ta’aqqul berasal dari kata dasar ‘aqala yang memiliki makna berpikir. Kata ‘aqala dalam bentuk kata
kerja (fi’l) berarti habasa yang berarti mengikat atau menawan. Orang yang menggunakan akalnya
disebut dengan ‘aqil atau orang yang dapat mengikat dan menahan hawa nafsunya (Ibn Mandhur, 1119:
3046)

Jadi, dalam konsep berpikir dengan hati, manusia tidak bisa memisahkan semua dimensi hati. Dan
dimensi hati yang paling dalam ialah lubb sebagai sumber ketauhidan dan ilmu Allah Swt. Artinya,
manusia yang berpikir akan ilmu Allah seharusnya mampu mengarahkan kepada
penghambaan (‘ubudiyyah) yang total. Bukan hanya semata mengarahkan kepada keberIslaman atau
keberimanan semata. Lebih mendasar daripada itu, aktifitas berpikir hendaknya mampu memahamkan
seseorang kepada makna pentauhidan Allah Swt. melalui petunjuk-Nya (al-huda).

B.   Sistem

1.    Definisi Sistem

Sebelum kita menuju ke penjelasan tentang berfikir sistem, maka kita perlu terlebih dahulu
mendefinisikan secara operasional dari kata-kata yang sering akan kita jumpai ketika berbicara tentang
berfikir sistem, yaitu Sistem, Sistematis, Sistemik

Sistem adalah sebuah obyek analisa yang memiliki komponen/bagian yang saling berinteraksi dalam
suatu aturan-aturan tertentu untuk mencapai sebuah tujuan. Sistem sebenarnya adalah sebuah
kelompok yang ketika bekerja seperti seharusnya akan memiliki ciri sistem yang berbeda dari ciri-ciri
komponen-komponen pembentuknya. Tidak semua kelompok adalah sistem, terutama jika tidak ada ciri
khas yang baru muncul ketika kelompok bekerja (emergent properties)

Tabel 3.1 Perbedaan antara Struktur Sistemik dan Non -Sistemik (Kelompok)

Struktur Sistemik Non -Sistemik (Kelompok)

Komponen yang terinterkoneksi dan Komponen yang berkumpul


berfungsi secara keseluruhan

Akan berubah jika diambil satu atau Tidak ada perubahan jika diambil
lebih komponennya, atau bahkan tidak satu atau lebih komponennya dan
berfungsi sama sekali secara tetap berfungsi
keseluruhan

Pola interaksi sangat penting Pola interaksi tidak penting

Komponen saling terkoneksi dan Komponen bisa bekerja sendiri-


sendiri
bekerja bersama-sama

Struktur menentukan performa, Struktur tidak ada, jika ada maka


akan tergantung jumlah
sehingga jika ingin mengubah performa
komponen dan besar dari
bisa dengan mengubah struktur
kumpulan tersebut

sistemik (systemic) : suatu ciri-ciri atau perilaku yang muncul dari sebuah sistem ketika sistem bekerja
(tetapi ciri-ciri ini bukan berupa ciri-ciri dari komponennya atau kumpulan komponennya)

Manusia memiliki perilaku yang sistemik seperti marah, cemburu dan bahagia yang kalau dilihat dari
tidak terdapat pada komponennya: jantung, paru-paru dan ginjal. Perilaku sistemik akan memberikan
gambaran kepada kita tentang interelasi antar komponen dan tujuan sesungguhnya dari sebuah sistem
(pada suatu waktu).ties) sistematis (systematic) : adalah sebuah karakteristik keteraturan dan
perencanaan yang baik. artinya sebuah kegiatan dikatakan sistematis apabila jelas urutas pekerjaannya
dan direncanakan berdasarkan urutan tersebut. Sistematis ternyata memiliki arti yang berbeda dari
sistemik. tidak semua hal yang sistematis akan menghasilkan suatu hal yang sistemik.

Bagaimana dengan berfikir sistem, apakah sebaiknya menjadi berfikir sistematis atau berfikir sistemik?
tentunya secara definisi yang akan terdekat dengan inti dari berfikir sistem sendiri adalah berfikir
sistemik, tetapi karena secara luas lebih dikenal konsep systems thinking dan bukan systemic thinking,
maka kita menggunakan istilah berfikir sistem.

Suatu sistem adalah suatu entitas yang merangkai sejumlah komponen yang membentuk kesatuan yang
koheren dan bertindak bersama untuk suatu tujuan yang sama. Konsep sistem sebagai cara baru
pemikiran ilmiah atau paradigma yang bertentangan dengan Paradigma mekanik tradisional atau sikap
rekayasa dikaitkan dengan ahli biologi (Ludwig von Bertalanffy).

Di dalam buku "Teori Sistem Umum" (von Bertalanffy, 1968) ia menekankan dua batasan utama yang
selama ini dominan ide mekanistik dari rantai sebab-akibat yang dapat dipisahkan: Pertama, analisis
elemen sistem sebagai entitas independen yang lalai interaksi antar elemen. Kedua, asumsi bahwa suatu
sistem dapat dijelaskan melalui pemahaman dan menambahkan bagian-bagiannya hanya berlaku jika
perilaku linier dari elemen diasumsikan (von Bertalanffy, 1968).

Von Bertalanffy mengkritik bahwa sistem yang memikirkan bagaimana sistem itu berevolusi hingga
tanggal itu berisiko hanya berkembang ke dalam disiplin mekanistik lain. (Loretta Von Der Tann
Dkk,  2016).

2.    Sistem Berbeda Dengan Kelompok Karena Strukturnya

Keberadaan interaksi antar komponen merupakan pembeda dari kelompok dan sistem. Ini menunjukkan
bahwa sistem pasti memiliki sebuah struktur interaksi yang bisa saja terlihat secara fisik maupun tidak
terlihat. Berdasarkan ciri-ciri struktur sistem, maka sistem bisa memiliki berbagai macam tipe, yang
mencakup:

a.      Sistem Fisik dan Sistem Non-Fisik

Sistem Fisik adalah sistem yang bisa diidentifikasikan oleh panca indera kita, contohnya seperti tubuh,
TV, mobil. Sedangkan sistem Non-Fisik adalah sistem yang tidak bisa diidentifikasikan oleh panca indera
namun mampu mempengaruhi sistem lain nya, seperti peratudan. klub, norma, dan kepercayaan.

b.      Sistem Terbuka dan Sistem Tertutup

Sistem terbuka adalah berarti memiliki interaksi dengan komponen diluar batasannya, sedangkan
tertutup berarti tidak berinteraksi dengan lingkungannya. Sebuah system tertutup akan memiliki sifat
entropi yang bisa berujung kepada kemusnahan

c.      Sistem Detail dan Dinamis


Tipe sistem ini berbasis kepada sumber kompleksitas yang terjadi, sebuah sistem kompleks detail berarti
memiliki komponen yang banyak dan saling terkoneksi secara sederhana (puzzle, pesawat).
Kompleksitas terjadi akibat koneksi sederhana namun sangat banyak.

Sedangkan sistem kompleks dinamis timbul bukan akibat komponennya yang banyak tetapi karena
kompleksitas hubungannya yang berankea raga. Mirip seperti permainan catur yang tidak memiliki
komponen yang banyak namun aturan permainannya yang berarti aturan interaksi bisa menimbulkan
kondisi yang berbeda-beda dan banyak sekali.

d.      Sistem Diskrit dan Kontinu

Sistem diskrit adalah ketika dalam sistem tersebut perubahan yang terjadi cukup atau hanya bisa dilihat
dalam suatu selang waktu atau selang unit tertentu, seperti pada sistem pabrik atau sistem manufaktur.
Di sebuah pabrik kaos satuan unit adalah kaos, bukan setengah kaos atau seperempat kaos. Sebuah
sistem kontinu memiliki perubahan yang perlu dilihat secara terus menerus seperti sistem kebijakan,
pengaruh iklim dan lainnya. Kata-kata yang digaris bawahi adalah jenis sistem permasalahan yang sering
dihadapi dalam berpikir sistem.

C.   BERPIKIR SISTEM

Jika digabungkan pemahaman dari definisi berpikir, proses berpikir, pola berpikir dan definisi dari
sistem, maka berpikir sistem didefinisikan sebagai,

Keahlian berpikir untuk melihat struktur umpan-balik sebab-akibat pada elemen-elemen sistem


permasalahan dalam berbagai dimensi kontekstual yang bisa mengubah ciri holistik dari sistem ... ...
dengan sebuah proses yang iteratif dan interaktif untuk membangun, memodifikasi dan meningkatkan
kualitas struktur internal pikiran (model mental) ...melalui serangkaian pertanyaan dialogis reflektif yang
berbasis pada ciri-ciri sistem sebagai alat bantunya .

Berbasis pada definisi diatas maka beberapa kalimat kunci yang dapat dijelaskan secara singkat berikut,

a)    Keahlian berpikir untuk melihat struktur umpan-balik sebab-akibat pada elemen-elemen sistem


permasalahan ...

Keahlian berpikir memberikan pemahaman bahwa berpikir menjadi sebuah keahlian yang bisa dilatih
sehingga tidak ada alasan untuk tidak bisa mengubahnya. Sebagai sebuah keahlian maka diperlukan
jumlah latihan yang cukup untuk membuatnya menjadi sebuah kebiasaan yang kita otomatis lakukan
setiap kali memandang sebuah permasalahan.

Struktur umpan-balik sebab-akibat memberikan pemahaman bahwa berpikir system memang berfokus
untuk mendapatkan tidak hanya kejadian dan pola perilaku, namun struktur yang mendasari pola dan
kejadian tersebut. Struktur ini merupakan sebuah struktur umpan-balik yang bukan umpan-balik biasa,
namun umpan-balik sebab-akibat yang seringkali walupun sederhana bisa mengakibatkan kompleksitas
luar biasa pada system permasalahannya.

Struktur pada elemen-lemen sistem juga mengisyaratkan bahwa berpikir sistem lebih tertarik untuk
menggunakan pandangan endogen (endogeneous views) dalam analisanya, yaitu ketika pencarian
dilakukan pada perubahan yang bukan karena adanya rangsangan terus-menerus dari luar sistem,
namun akibat struktur sistem tersebut sendiri. Ini berarti secara individu merupakan apresiasi tentang
apa yang kita lakukan akam mempengaruhi dan membentuk realitas kita sendiri. Dalam klasifikasi ciri
sistem maka ciri yang dicari adalah ciri interkoneksi melingk

b)    dalam berbagai dimensi kontekstual yang bisa mengubah ciri holistik dari sistem ...

Struktur umpan balik yang ingin dipahami harus dipahami dalam konteksnya dengan tetap tidak
terjebak pada aspek detail saja namun juga memperhatikan aspek umum yang berkembang dari
interaksi dari aspek detail. Penjelasan ini secara tidak langsung meminta  kita untuk mendefinisikan
masalah secara baik. Sehingga dalam klasifikasi ciri sistem maka hal ini adalah aksi holistik, multi
dimensi, tujuan dan batasan. Aksi holistik menunjukkan

c)    dengan sebuah proses yang iteratif dan interaktif ...

Salah satu konsekuensi logis dari pencarian struktur, konteks dan pendekatan holistic adalah sebuah
proses yang tidak linear. Proses yang tidak linear dapat memiliki titik awal dimana saja, kembali kemana
saja, maju kemana saja dan titik akhir dimana saja namun wajib untuk menyentuh semua titik. Iteratif
berarti disarankan proses ini dilakukan berulang-ulang seiring dengan bertambahnya informasi yang kita
miliki ketika kita sedang mengeksplorasi sebuah titik. Jawaban sebuah pertanyaan biasanya
menimbulkan sejumlah pertanyaan baru yang perlu kita jawab. Proses iteratif ini menjamin bahwa kita
secara dinamis memperbesar dan memperkecil dimensi pemikiran kita.

d)    untuk membangun, memodifikasi dan meningkatkan kualitas struktur internal pikiran (model


mental) ...

Tujuan proses berpikir sistem adalah untuk menyiapkan diri kita ketika kita menghadapi permasalahan
yang kompleks dengan baik dan lebih baik. Hal ini bisa dilakukan dengan membangun dengan baik pula
sebuah mental model baru ketika kita menghadapi masalah yang baru. Masalah yang sama bisa kita
selesaikan dengan lebih baik dengan memodifikasi dan meningkatkan kualitas mental model lama kita.

e)    melalui serangkaian pertanyaan dialogis reflektif yang berbasis pada ciri-ciri system sebagai


alat bantunya .

Jika berpikir adalah mencari jawaban atas pertanyaan ke diri sendiri maka untuk berpikir sistem perlu
rangkaian pertanyaan yang berbasis kepada ciri-ciri system.

Jawaban-jawaban terhadap serangkaian pertanyaan inilah yang membuat kita mampu memahami
permasalahan secara sistemik.

Istilah “berpikir sistem” dipopulerkan dalam buku 5th Discipline oleh Peter Senge di awal tahun 1990an.
Buku ini membahas bahwa untuk menjawab tantangan kompleksitas dunia di masa akan datang,
organisasi perlu membangun 5 kedisiplinan utama: keahlian personal, visi bersama, belajar secara
kelompok, model mental dan berpikir sistem.

Judul Disiplin ke-5 menunjukkan bahwa disiplin terakhir adalah yang terpenting yaitu disiplin untuk
berpikir sistem. Didalam buku ini Senge berargumen pentingnya bagi individu dalam organisasi untuk
melakukan metanoia (shift of mind – perubahan pemikiran) melalui penciptaan kembali diri kita melalui
belajar tanpa henti dalam kerangka sistem (Senge 1990).
Pemilihan kata disiplin oleh Peter Senge memiliki makna kebiasaan. Dalam pengantar berpikir di bagian
sebelumnya, telah dijelaskan bahwa kita sering sekali bereaksi otomatis terhadap suatu kondisi yang
sama atau yang kita asumsikan sama. Kata lain dari proses otomatis ini adalah kebiasaan (habit). Ketika
kita sudah terbiasa dengan sesuatu, maka sesuatu yang sama dan mirip akan memulai sebuah reaksi
otomatis berupa pikiran, emosi dan tindakan yang biasa kita lakukan. Sehingga dibutuhkan disiplin untuk
mengubahnya. Konsep 5-disiplin ini juga membuka pentingnya konsep organisasi pembelajar (learning
organization). Ketika sebuah manusia dipandang sebagai sebuah sistem juga harus secara aktif
beradaptasi terhadap perubahan, maka ternyata organisasi juga sama. Organisasi bisa dipandang
sebagai sebuah sistem yang harus beradaptasi dengan perubahan yang bisa sangat kompetitif. Tentunya
organisasi secara nyata bukanlah makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk belajar, hanya
manusia didalamnya yang mampu belajar. Jadi yang dimaksud dengan organisasi pembelajar adalah
organisasi yang mendorong manusia didalamnya untuk saling berinteraksi untuk belajar secara kolektif.
Dorongan ini bisa berupa insentif, peraturan, prosedur, struktur organisasi, dan yang terpenting adalah
budaya organisasi.

Konsep memandang organisasi sebagai sebuah sistem yang perlu belajar menjadi popular sehingga
memiliki kelompok pemerhati yang tergabung dalam Society for Organization Learning (SOL -
http://www.solonline.org). Pada perjalanan konsep 5th Discipline dikembangkan menjadi Living
Organization oleh Arie de Geus (Geus 1997), U-Theory oleh Otto Scharmer (Scharmer 2009), dan isu-isu
berkelanjutan yang memang membutuhkan pemahaman secara sistem (Senge 2010).

Menurut Marquardt dikutip dalam winarno (2014) Sistem berpikir, yakni kerangka konseptual seseorang
yang digunakan untuk membuat pola yang lebih jelas, dan untuk membantunya melihat bagaimana
mengubah mereka secara efektif.

Dapat diumpamakan sebagai sebuah kondisi iklim, dimana pada saat akan terjadi hujan deras akan
selalu diawali oleh tiupan angina yang cukup kencang dan awan gelap di langit serta daun-daun yang
berguguran tertiup angina. Dapat dikatakan sebuah system yang berkerja saling terkait satu sama lain.
Cara pandang untuk menggambarkan dan memahami kekuatan dan hubungan yang menentukan
perilaku dari suatu sistem.

Suatu pandangan cemerlang adalah cara dimana ia menempatkan teori sistem untuk bekerja. Berpikir
sistemik adalah landasan konseptual (The Fifth Discipline) dari pendekatannya. Ini merupakan disiplin
yang mengintegrasikan orang lain, menggabungkan mereka menjadi suatu tubuh yang koheren antara
teori dan praktek. Kemampuan sistem teori untuk memahami dan mengatasi keseluruhan, dan untuk
memeriksa keterkaitan antara bagian-bagian yang menyediakan, baik insentif dan sarana untuk
mengintegrasikan disiplin ilmu. Senge berpendapat bahwa salah satu masalah utama yang banyak ditulis
dan dilakukan atas nama manajemen adalah bahwa kerangka kerja yang agak sederhana diterapkan
untuk sebuah sistem yang kompleks. Orang cenderung untuk berfokus pada bagian parsial daripada
melihat keseluruhan dan gagal untuk melihat organisasi sebagai proses dinamis. Dengan demikian
argumen tidak berjalan, apresiasi yang lebih baik dari sistem akan tidak mengarah pada tindakan yang
lebih tepat. (Keniten dkk, 2016)

Menurut Tobing dan Fitriati 2019 indikator penilaian berpikir system

1)    Keberhasilan satu unit kerja mempengaruhi unit kerja lain


2)    Suatu unit kerja tidak dapat berhasil tanpa dukungan unit kerja lain

3)    Dampak yang akan terjadi sebelum melakukan sesuatu

4)    Mengetahui penyebab timbulnya masalah dalam pekerjaan

5)    Mampu memilah-milah masalah yang timbul dalam unit kerja

6)    Mengetahui adanya hubungan antara masalah yang dihadapi diri sendiri dengan masalah yang
dihadapi rekan sekerja menyadari masalah yang ditimbulkan satu unit kerja dipengaruhi oleh unit kerja
lain

7)    Menggunakan reaksi orang lain untuk memperbaiki tindakan sendiri

8)    Mampu menggambarkan hubungan antara masalah unit kerja sendiri dengan unit kerja lain

D.   BERTANYA UNTUK BERPIKIR SISTEM

Berpikir sistem berarti adalah serangkaian pertanyaan untuk mengeluarkan ciri sistem dari
permasalahan yang dihadapi. Kelompok Pertanyaan-pertanyaan ini tentunya berdasarkan ciriciri sistem,
karena ciri-ciri inilah yang kita butuhkan untuk mendapatkan gambaran sistemik. Jika mengacu kembali
pada definisi sistem yang telah didiskusikan sebelumnya pada bagian 3.2 maka ada 5 kelompok
pertanyaan untuk berpikir sistem berdasarkan cirinya.

1.    Ciri 1: Sebuah sistem pasti memiliki tujuan

Apakah tujuan sistem yang sedang anda amati? Apakah ada perubahan dari tujuan sistem saat ini
dengan sebelumnya? bagaimana pada masa yang akan datang, apakah akan berubah?

Apa tujuan sebuah sistem yang sempurna/ideal menurut kita.

Apakah ada perbedaan tujuan sistem pada komponen-komponennya (termasuk perbedaan


interpretasi)? Apakah ada tujuan yang bertentangan? Paralel? Atau Seri (satu per satu bertahap)

2.    Ciri 2: Sebuah sistem pasti memiliki variabel-variabel (sub-sistem) yang membangun sistem tersebut


melalui sebuah mekanisme keterkaitan tertentu.

Apa saja variabel dalam sistem yang berubah-ubah? Bagaimana korelasi dari variabelvariabel?

Apakah ada struktur input-proses-output-umpan-balik?

Apakah perubahan perilaku sistem berhubungan dengan perubahan salah satu atau beberapa variabel
tertentu? Apakah ada komponen yang tidak bekerja sebagaimana mestinya? Apakah ada interaksi yang
tidak bekerja seharusnya? Apakah ada elemen yang menghalangi terjadinya interaksi?

3.    Ciri 3: Sebuah sistem memiliki ciri-ciri menyeluruh yang berbeda dengan ciri-ciri kumpulan


komponennya.

Apa yang kita inginkan dari sistem (ideal sistem)? Bagaimana ciri-ciri sebuah system yang ideal? Apakah
ciri-ciri ini ada didalam sistem saat ini? Jika tidak, mengapa ciri-ciri itu tidak bisa dipenuhi?

Bagaimana perilaku sistem saat ini, berbedakah dengan perilaku sebuah sistem yang ideal?
4.    Ciri 4: Sebuah sistem selalu dalam keadaan terbuka.

Dimanakah batas sistem dengan lingkungannya yang ingin kita analisa? Bisakah kita menemukan
struktur Input-Proses-Output? Bagaimana bentuk batas ini dan interaksi antara sistem dan
lingkungannya?

Apakah batasan sistem jelas? Mana yang internal sistem dan eksternal sistem?

Bagaimana “gesekan” atau interface antara internal dan eksternal? (lancarkah, butuh penterjemahkan,
ada delay kah dsb) Apakah ada norma/kebiasaan/aturan yang menjaga/menginduksi interaksi,

5.    Ciri 5: Sebuah sistem selalu berada dalam kondisi multi-dimensi:

Dimensi Waktu: bagaimana perilaku sistem sebelumnya dan prediksi perilaku yang pada masa yang akan
datang (expanding time horizon). Seberapa jauh ke depan dan ke belakang ruang waktu analisa anda?
Sudahkah anda melepaskan diri dari masalah masa kini yang akan terasa lebih berat bobotnya dari masa
depan? Apakah anda bisa melihat dalan kurun waktu bukan dalam setiap kejadian saja?

Dimensi Ruang Geografis: bagaimana sistem berinteraksi dalam ruangan fisiknya dan terhadap ruang
fisiknya yang lain. Seberapa luas cakupan area analisa anda? Apakah masalah anda disebabkan oleh
penyebab pada tempat lain?

Dimensi Perspektif: Seberapa luas ruang lingkup aktor yang terlibat dalam permasalahan ini? bagaimana
perspektif dari berbagai macam aktor yang terlibat didalamnya? Perspektif siapa yang mendominasi
dalam penterjemahan masalah?

Bagaimana perspektif anda sendiri?

Dimensi Ruang Lingkup Sistem: berhubungan dengan ciri ke 4 diatas yaitu batas antara sistem dan
lingkungannya. Dalam sebuah pabrik manufaktur misalnya apakah yang dibahas hanya produk, atau
diperluas ke alat produksi produk, atau diperluas lagi ke lingkungan kerja alat produk, atau ke desain
lantai pabrik keseluruhan atau bahkan hingga strategi dan organisasi pabrik secara keseluruhan.

Dimensi Ciri Berpikir Sistem: Jika kita mengubah salah satu dimensi ciri berpikir system (tujuan,
keterkaitan, batasan) apakah sistem akan berubah secara holistik pada cirri menyeluruhnya ?

Bagaimanakah konteks permasalahan dalam berbagai dimensi diatas? Apakah ada perubahan jika kita
ubah dimensinya?

Kelima ciri diatas jika disingkat maka didapatkan singkatan DeBATIk untuk memudahkan mengingat ke 5
ciri sistem (Gambar 5-1), karena saya memang suka memakai batik produksi industri dalam negeri.
Namun tentunya jika ini mengganggu anda, anda boleh membuat singkatan sendiri.

E.   Sistem Pemikiran Dan Pemodelan Dalam Kesehatan Masyarakat

Pemikiran sistem adalah konsep umum orientasi berkaitan dengan hubungan timbal balik antara bagian
dan hubungan mereka keseluruhan yang berfungsi, sering dipahami di dalam konteks keseluruhan yang
lebih besar. Itu kuno dalam asal dan akrab bagi kita semua, tetapi itu juga sesuatu yang sangat modern.
Kami terlibat dalam jenis sistem berpikir dalam kehidupan kita sehari-hari ketika kita merenungkan
interaksi yang rumit hubungan kita dengan keluarga dan teman, ketika kami mengatur di komunitas
kami atau tempat kerja, dan saat kami mencoba membuat teka-teki dinamika ekonomi. Tetapi system
berpikir juga meliputi beberapa hal paling mutakhir dan canggih baru-baru ini bekerja dalam sains
kontemporer. Sistem pemodelan adalah tradisi metodologis itu melibatkan penggunaan model atau
simulasi formal sebagai alat bantu eksplisit untuk meningkatkan pemahaman kita sistem yang kompleks
dan meningkatkan efektivitas tindakan kami di dalamnya.

Pemodelan dan simulasi komputasi, sebagai  melengkapi eksperimen dan teori, adalah keunggulan dari
pemikiran sistem terkini dan ilmu system.  Kedalaman dan luasnya sains system dapat membingungkan,
terutama karena yang pertama adalah diperkenalkan ke prinsip-prinsip yang mendasari dan formulasi.
Pertimbangkan beberapa topik saja terkait dengan pemikiran sistem kontemporer: umpan balik kausal;
struktur aliran-stok dan sistem terbuka dan tertutup; terpusat, terdesentralisasi, heterarkis, hierarkis,
dan sistem pengaturan diri; autopoiesis; sistem nonlinear dan chaos; kompleks sistem adaptif; kondisi
batas, skala, kekuasaan hukum, transisi fase, universalitas, dan renormalization; efek silo; emergence;
automata seluler; fractal kesamaan diri; teori sistem umum: cybernetics; teori kontrol; informasi teori:
simulasi komputasi; keputusan dan teori permainan; dinamika sistem; evolusi, biologi, dan ekologi:
fenomena dunia kecil; dan atur, grafik, dan teori jaringan.

Luasnya sastra itu sendiri bisa luar biasa, dan itu tidak mudah diringkas. Kami menawarkan 2 ide
pengorganisasian (dinamika) dan kompleksitas) dan 2 metafora yang berpengaruh (mekanik dan
biologis) yang dapat membantu kita memahami larik yang menakutkan ini. Sebagai tambahan, kami
mempertimbangkan 2 kesalahpahaman umum tentang pemikiran sistem yang penting untuk
pemahaman ide dan metafora ini. (William M. Trochim dkk. 2016)

BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Berfikir system berarti memikirkan seluruh komponen yang memperhatikan peran masing-masing


komponen, dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain untuk satu tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh pemimpin. Interaksi yang harmonis atau tidak harmonis antara komponen yang satu
dengan komponen yang lain, antarindividu dalam satu departemen dan individu dalam departemen
yang lain, antara kolega, dan antara atasan dan bawahan, akan mempengaruhi hasil keluaran (output)
dan berdampak pada tercapai atau tidak tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

B.   Saran

Sekiranya bisa menambah pengetahuan mengenai bagaimana cara berfikir sistem dengan baik
untuk  memecahkan masalah pada kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai