Pendekatan:
Mimesis: Pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan kajiannya terhadap hubungan
karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra. Pendekatan yang memandang karya sastra
sebagai imitasi dan realitas.
Pragmatik (reseptif): Pendekatan karya sastra yang memfokuskan diri pada kegunaan karya
seni bagi pembaca / masyarakat. Studi tentang film ini juga menggunakan metode struktural
karena karya seni adalah struktur yang dibangun oleh unsur-unsur pembentuknya.
Ekspresif: pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajian pada ekspresi
perasaan atau temperamen penulis, dalam pendekatan ini penilian terhadap karya seni,
ekspresi kehidupan pengarang. Karya sastra terbagi dalam beberapa bentuk yaitu prosa, puisi,
dan drama.
Objektif (struktural) : Pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara
keseluruhan, unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra dikupas satu persatu dengan
jelas dimulai dari tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, bahasa, tema dan unsur
lainnya.
Semiotik: Pendekatan yang memiliki sistem sendiri, berupa sistem tanda. Tanda itu dalam
sastra khususnya sastra tulis diberikan dalam suatu bentuk teks, baik yang terdapat di dalam
struktur teks maupun di luar struktur teks karya tersebut.
Pembuktian
Tema: Kasih sayang
Karena puisi ini mengagambarkan perasaan cinta dan sayang tokoh “aku” kepada tokoh “kau”
sehingga mau menerima tokoh “kau” kembali.
Perasaan: Ketegasan
Tipografi: Puisi ini terdiri dari enam bait dengan pola 2-1-2-1-2-1.
Bait pertama, ketiga, dan kelima berjumlah dua larik. Sedangkan bait kedua, keempat dan
keenam berjumlah satu larik. Setiap awal kalimat pada tiap larik didahului dengan huruf kapital.
Namun tanda baca dalam puisi ini tidak terlalu dihiraukan. Hal ini terlihat dari hanya adanya dua
tanda baca dalam puisi “penerimaan” tersebut, yaitu tanda seru pada bait keempat dan tanda titik
pada bait keenam.
Gaya kalimat: dilihat dari gaya kata, puisi “penerimaan” mengandung pengulangan kata.
Pengulangan itu ditemukan pada larik berikut:
Kerangka Tulisan
Penulis sebagai pelajar yang menginginkan Salatiga menjadi kota yang maju dan
ingin menciptakan suasana damai di kota ini.
Salah satunya dengan memajukan kebudayaannya, dengan mengikuti pelatihan seni
di sanggar seni.
Selain hal-hal tersebut, kita juga bisa menyalurkan bakat serta kemampuan sehingga
kita mendapatkan juara dalam berbagai event lomba di tingkat provinsi atau bahkan
ke jenjang yang lebih tinggi.
Dengan begitu, nama Salatiga juga bisa harum di kalangan publik. Tidak hanya
pelajar saja, para pemuda dapat memanfaatkan sampah-sampah berserakan yang tidak
berguna lagi untuk di daur ulang.
Dengan kondisi yang ada sekarang, kita harus jadikan diri kita bersahabat dengan
lingkungan jika kita ingin lingkungan juga bersahabat dengan kita.
Conclusion (paragraf 5)