Anda di halaman 1dari 4

Hilangnya Tabungan 22 Miliar Di Maybank

Kasus hilangnya tabungan Rp 22 miliar yang melibatkan atlet e-sport Winda Earl dan
PT Bank Maybank Indonesia kian memanas. Kasus ini berawal ketika Winda dan ibunya
Floletta menemukan bahwa tabungan mereka di Maybank senilai Rp 22 miliar raib. Winda
lantas melaporkan kasus ini ke Bareskrim Polri. Polisi telah menetapkan Kepala Cabang
Maybank Cipulir berinisial A sebagai tersangka. Kasus ini rupanya menarik perhatian publik.

Kasus raibnya uang akhirnya diselesaikan di ranah hukum. Winda melaporkan


kejadian tersebut ke polisi dan terdaftar dengan nomor LP/B/0239/V/2020/Bareskrim tanggal
8 Mei 2020. Adapun pihak Maybank Indonesia ingin masalah tersebut diselesaikan di
pengadilan. Advokat kondang  Hotman Paris didapuk menjadi pengacara bagi bank asal
Malaysia tersebut. Kasus hilangnya uang milik Winda Earl baru terungkap ke publik saat
Winda menyambangi Gedung Bareskrim Polri untuk mengetahui perkembangan penyidikan
kasus dugaan kejahatan perbankan yang menimpa dirinya dan ibunya, Floletta.

Kasus raibnya duit simpanan milik atlet e-Sport itu bermula saat korban datang ke Maybank
Indonesia di Cipulir, Jakarta Selatan. Winda ditawari pelaku berinisial A yang juga kepala
cabang itu untuk membuka simpanan berupa rekening berjangka. Korban tergiur lantaran
bunga simpanan yang ditawarkan pelaku A terbilang tinggi dibandingkan produk simpanan
bank pada umumnya.

Belakangan diketahui, pelaku A tak benar-benar membuat rekening berjangka sesuai yang
dijanjikannya di Maybank. Tersangka memalsukan semua data-data untuk membuat korban
percaya bahwa dirinya sudah dibuatkan rekening berjangka di bank tersebut. Uang milik
korban selanjutnya ditarik tanpa sepengetahuan dan izin dari korban. Pelaku kemudian
mentransfer uang korban ke rekan-rekan tersangka, kemudian diputar dengan harapan bisa
mendapatkan keuntungan. Korban sendiri baru mengetahui uangnya dipakai pelaku saat
dirinya mendapati saldo di rekeningnya hanya tersisa Rp 600.000. Sementara rekening
ibunya tinggal menyisakan uang Rp 17 juta.

Hotman bilang, Maybank Indonesia segara melangsungkan investigasi ketika mengetahui


adanya kasus uang raib tersebut. Perseroan mengaku juga melaporkan dugaan tindak pidana
tersebut kepada pihak kepolisian. Laporan Maybank Indonesia sudah ditindaklanjuti oleh
pihak kepolisian dan oknum kejahatan saat ini telah ditangkap. Selanjutnya, Bareskrim Polri
menetapkan Kepala Cabang Maybank Cipulir berinisial A sebagai tersangka kasus hilangnya
uang di rekening Winda Earl dan ibunya. Saat ini, penyidik sedang melacak aset tersangka A
yang bersumber dari hasil kejahatannya. Aset yang sudah teridentifikasi pun akan disita.

Menurut pihak Maybank, kasus pembobolan ini punya 6 keanehan. Keanehan pertama
terlihat ketika Winda tak meminta buku tabungan dan ATM dari bank. Selama ini, buku
tabungan Winda disimpan oleh pimpinan cabang berinisial A yang saat ini menjadi
tersangka. Namun berdasarkan bukti, Winda telah menerima buku tabungan dan ATM, yang
dibuktikan dengan adanya tanggal penerimaan buku tabungan dan rekening ATM.
Saat itu, Winda membuka tabungan pada 27 Oktober 2014 dengan metode transfer dari
Herman Lunardi, yang merupakan ayahnya, dengan nominal transfer sebesar Rp 2 miliar.
Hingga kasus diungkap, uang Winda dalam rekening berjumlah Rp 17,9 miliar yang
semuanya ditransfer melalui rekening ayahnya. "Dia menandatangani (bahwa) buku tabungan
dan ATM sudah terima, tapi yang megang selama ini pimpinan cabang. Dan nasabah tidak
pernah komplain atau melakukan pengaduan atas hal itu. Anda sebagai pemilik uang, kenapa
biarkan buku tabungan dan ATM dipegang orang lain?" papar Hotman. Kemudian setelah itu,
ada pembukaan rekening atas nama Floletta Lizzy Wiguna, yang merupakan ibu kandung
Winda. Saat membuka tabungan, ada transfer masuk senilai Rp 5 miliar dari suaminya, yakni
Herman Lunardi untuk pembukaan rekening. Secara total, jumlah tabungan Winda dan
Floletta senilai Rp 22,9 miliar.

Keanehan kedua terlihat dari bunga bank yang ditransfer. Saat itu pihak Maybank
menjanjikan bunga sekitar 7 persen. Namun anehnya, pembayaran bunga dilakukan dari
rekening pribadi tersangka berinisial A, dari rekening A di Maybank maupun dari rekening A
di Bank BCA. Transfer pun tidak dilakukan ke rekening Winda, namun ke rekening ayahnya,
Herman Lunardi. "Pernah ada protes dari pemilik rekening kenapa bunga tabungan saya
dibayar rekening pribadi dari pimpinan cabang? Tidak ada protes," sebut Hotman. Keanehan
lainnya, pembayaran bunga tidak sesuai yang dijanjikan. Seharusnya, pembayaran bunga
untuk simpanan dalam kurun 2014-2016 adalah Rp 1,2 miliar. Namun yang dibayarkan
tersangka hanya senilai Rp 567 juta.

Keanehan selanjutnya ketika ada transaksi pembelian polis atas nama Winda di Prudential.
Polis tersebut dibeli oleh tersangka, yang notabene Kepala Cabang Maybank Cipulir
berinisial A. Namun dalam hitungan bulan, uang yang dibelikan polis kembali ditransfer ke
rekening ayahnya, yakni Herman Lunardi senilai Rp 4,8 miliar. Transfer ini terlihat dari
mutasi rekening yang dianalisis oleh tim antifraud. Hotman menduga, ada kemungkinan
pimpinan cabang melakukan praktik perbankan dalam bank. Ini dibuktikan dengan mudahnya
kepala cabang mendapat akses rekening winda untuk menguras uangnya. "Jadi Rp 6 miliar
dari rekening pribadi Winda, hanya hitungan berapa bulan uang masuk lagi ke rekening
ayahnya, dilihat dari mutasi rekening," sebut Hotman.

Direktur Utama Maybank Indonesia Taswin Zakaria menegaskan, saat ini pihaknya masih
menunggu kelanjutan proses tersebut. "Mohon kita sama-sama mengikuti dan menghormati
dulu proses yang sedang berjalan," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (6/11). Dia juga
menegaskan bahwa saat ini kasus tersebut tengah berjalan di pihak Kepolisian dan
Pengadilan Negeri. Dalam hal ini, Maybank Indonesia bertindak sebagai pelapor. "Maybank
di sini juga sebagai pelapor, mohon perlindungan hukum dan investigasi kemungkinan
keterlibatan pihak-pihak selain internal," sambungnya. Bank bersandi saham BNII juga
mengatakan pihaknya juga telah melakukan penyelidikan secara internal, sebelum akhirnya
dilaporkan ke pihak Kepolisian. Mengutip Kompas.com  (6/11) Bareskrim Polri menetapkan
Kepala Cabang Maybank Cipulir berinisial A sebagai tersangka kasus hilangnya uang di
rekening milik atlet e-sport, Winda D Lunardi alias Winda Earl dan ibunya. "Telah
menetapkan tersangka atas nama A selaku Kepala Cabang Cipulir Maybank," kata Direktur
Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen (Pol) Helmy Santika dalam
keterangannya, Jumat (6/11/2020).
Analisis Sistem Informasi Akuntansi

Kasus hilangnya tabungan Rp 22 miliar yang melibatkan atlet e-sport Winda Earl dan PT
Bank Maybank Indonesia. Kasus ini berawal ketika Winda dan ibunya Floletta menemukan
bahwa tabungan mereka di Maybank senilai Rp 22 miliar raib.

Raib itu sendiri adalah hilang. Kasus raibnya uang akhirnya diselesaikan di ranah hukum. Ini
merupakan kasus dugaan kejahatan perbankan.

Pada awalnya Winda ditawari oleh ‘Kepala Cabang Maybank (A)’ untuk membuka simpanan
berupa rekening berjangka. Dan Winda tergiur lantaran bunga simpanan yang ditawarkan
pelaku A terbilang tinggi. Bunga simpanan yang tinngi akan membuat masyarakat
cenderung untuk menyimpan uangnya daripada menghabiskan untuk membeli
barang atau memperluas usaha.

Tetapi, ternyata ‘Kepala Cabang (A)’ bisa kita simpulkan ‘menipu’ karena yang sudah tertera
ia menarik uang Winda tanpa sepengetahuan dan izin darinya. Pelaku kemudian mentransfer
uang korban ke rekan-rekan tersangka, kemudian diputar dengan harapan bisa mendapatkan
keuntungan. Mungkin konteks menguntungkan ini adalah untuk diri pribadi bukan untuk
perusahaan Maybank tersebut.

Saat ini, penyidik sedang melacak aset tersangka A yang bersumber dari hasil kejahatannya.
Aset yang sudah teridentifikasi pun akan disita. Aset itu sendiri diartikan sebagai semua
sumber ekonomi atau kekayaan yang dimiliki suatu individu. Dan aset tersebut adalah ‘uang’
dari korban (Winda).

Saat itu, Winda membuka tabungan pada 27 Oktober 2014.

Mentransfer uang dari ayahnya Rp 2 miliar.

Hingga kasus diungkap, uang Winda dalam rekening berjumlah Rp 17,9 miliar.

Pembukaan rekening atas nama Floletta Lizzy Wiguna (ibu kandung Winda) ada transfer dari
suaminya sebesar Rp 5 miliar.

Secara total, jumlah tabungan Winda dan Floletta senilai Rp 22,9 miliar.

Tetapi pembayaran bunga tidak sesuai yang dijanjikan. Seharusnya, pembayaran bunga untuk
simpanan dalam kurun 2014-2016 adalah Rp 1,2 miliar.

Namun yang dibayarkan tersangka hanya senilai Rp 567 juta.

Selanjutnya ada transaksi pembelian polis atas nama Winda di Prudential.

Polis itu sendiri merupakan sebuah kontrak atau perjanjian antara perusahaan asuransi dengan
tertanggung.

Polis tersebut dibeli oleh tersangka (A), namun dalam hitungan bulan, uang yang dibelikan
polis kembali ditransfer ke rekening ayah Winda senilai Rp 4,8 miliar.
Transfer ini terlihat dari mutasi rekening yang dianalisis oleh tim antifraud (Tim Pencegahan
Kecurangan). Pengacara menduga, ada kemungkinan pimpinan cabang melakukan praktik
perbankan dalam bank yakni praktik yang tidak wajar dilakukan, seperti penyetoran modal
fiktif. Ini dibuktikan dengan mudahnya kepala cabang mendapat akses rekening Winda untuk
menguras uangnya. "Jadi Rp 6 miliar dari rekening pribadi Winda, hanya hitungan berapa
bulan uang masuk lagi ke rekening ayahnya, dilihat dari mutasi rekening.

Mutasi rekening itu sendiri adalah catatan atau riwayat transaksi yang terjadi dalam
sebuah rekening.

Jadi kesimpulannya menurut saya adalah tersangka ‘Kepala Cabang Maybank Cipulir’ (A)
telah melakukan ‘penipuan’ kepada nasabah bank (Winda). Bisa dilihat dari bukti bukti yang
sudah disampaikan. Bahkan disebut sudah melakukan praktik perbankan dalam bank yakni
praktik yang tidak wajar dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai